Anda di halaman 1dari 24

HALAMAN JUDUL

TUGAS V

MAKALAH
PERENCANAAN SISTEM TRANSOPORTASI LAUT

ANGGOTA KELOMPOK:
DINI YULIA PATABANG 20150611014055
HALIK PASO’BO 20180621014009
INVIA KEUMALA SYAHWARDHANA 2019062014003
KHABIB IRSYAD SAPUTRA 2019062014014
SARTIKA PANGGALO 2019062014007

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA – 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................6
2.1 Pengertian Transportasi Laut..............................................................6
2.2 Karakteristik Utama............................................................................6
2.3 Keunggulan dan Kelemahan, serta Faktor Pendukung
Transportasi Laut................................................................................7
2.3.1 Keunggulan Transportasi Laut....................................................7
2.3.2 Keunggulan Transportasi Laut....................................................8
2.3.3 Faktor Pendukung Transportasi Laut.........................................8
2.4 Sejarah Transportasi Laut Indonesia..................................................8
2.5 Transportasi Laut di Indonesia.........................................................11
2.6 Sarana dan Prasarana Transportasi Laut...........................................11
2.6.1 Kapal.........................................................................................11
2.6.2 Pelabuhan..................................................................................18
2.7 Armada Kapal...................................................................................19
2.8 Pengaruh Sarana dan Prasarana Transportasi Laut..........................20
2.9 Teori Desain Konseptual Port Plan.................................................20
2.9.1 Penentuan Lebar Dermaga........................................................21
2.9.2 Alat Bongkar Muat....................................................................21
BAB III KESIMPULAN..............................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiki lebih dari 17.000
pulau dengan total wilayah 735.355 mil persegi. Indonesia juga disebut sebagai
Negara Maritim, yang mana sebagian besar wilayahnya merupakan perairan yang
merupakan luas daratannya yaitu lebih kecil daripada luas lautnya, bahkan
Indonesia termasuk negara dengan laut terluas di dunia. Indonesia dan menempati
peringkat keempat dari 10 negara berpopulasi terbesar di dunia (sekitar 220 juta
jiwa). Tanpa sarana transportasi laut yang memadai maka akan sulit untuk
menghubungkan seluruh daerah di kepulauan ini.
Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melalui laut-laut di
antara pulau-pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapi pemersatu berbagai pulau,
daerah dan kawasan Indonesia. Hanya melalui perhubungan antar pulau , antar
pantai, kesatuan Indonesia dapat terwujud. Pelayaran yang menghubungkan
pulau-pulau, adalah urat nadi kehidupan sekaligus pemersatu bangsa dan Negara
Indonesia. Sejarah kebesaran Sriwijaya atau Majapahit menjadi bukti nyata bahwa
kejayaan suatu Negara di nusantara hanya bisa dicapai melalui keunggulan Laut.
Karenanya, pembangunan industry pelayaran nasional sebagai sektor strategis, 7
perlu diprioritaskan agar dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar
global. Karena nyaris seluruh komoditi untuk perdagangan internasional diangkut
dengan menggunakan sarana dan prasarana transportasi Laut, dan
menyeimbangkan pembangunan kawasan (antara kawasan timur Indonesia dan
barat) demi kesatuan Indonesia, karena daerah terpencil dan kurang berkembang
(yang mayoritas berada dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam)
membutuhkan akses ke pasar dan mendapat layanan, yang seringkali hanya bisa
dilakukan dengan transportasi Laut.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand)
akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Dalam kerangka makro-

3
ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional,
regional, dan lokal. Posisi alur pelayaran internasional di Laut Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Posisi Alur Pelayaran Internasional

Sarana transportasi yang ada di laut memegang peranan vital dalam


aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah
yang lain. Distribusi barang, manusia, dll. akan menjadi lebih mudah dan cepat
bila sarana transportasi yang ada berfungsi sebagaimana mesti nya sehingga
transportasi dapat menjadi salah satu sarana untuk mengintegrasikan berbagai
wilayah di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan di atas, maka
permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud transportasi laut?
2. Apa saja karakteristik transportasi laut?

4
3. Bagaimana sejarah transportasi laut?
4. Apa yang dimaksud sarana dan prasarana transportasi laut?

1.3 Tujuan Penulisan


Merujuk pada rumusan masalah diatas adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi transportasi laut.
2. Mengetahui karakteristik transportasi laut.
3. Mengetahui sejarah transportasi laut.
4. Mengetahui sarana dan prasarana transportasi laut.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transportasi Laut


Pengertian transportasi laut menurut Kamus Bahasa Indonesia
mendefinisikan kapal sebagai kendaraan pengangkut penumpang dan barang di
laut. Sedangkan di dalam UU Palayaran Kapal di definisikan sebagai kendaraan
air dengan bentuk dan jenis tertentu yang digerakakan dengan tenaga angin,
tenaga mekanik dan tenaga energi lainnya termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah. Dari beberapa definisi sebelumnya dapat diketahui bahwa
Transportasi Laut merupakan suatu proses transportasi yang terjadi di laut.

2.2 Karakteristik Utama


Transportasi laut mempunyai empat karakteristik utama:
1. Perairan pedalaman merupakan koridor yang mencakup beberapa wilayah
kabupaten/kota bahkan propinsi, sehingga langkah yang diambil oleh daerah
yang satu dengan daerah lainnya harus terkoordinasi dengan baik.
2. Terminal/dermaga dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang
atau barang untuk selanjutnya dengan moda jalan disalurkan dengan tujuan
akhir.
3. Rute yang dilalui biasanya tunggal, kecuali bila dari satu sungai dengan
sungai lainnya terhubungkan dengan Anjir seperti yang terdapat di
Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Selatan.
4. Pengendalian navigasi perlu dikendalikan bila lintas alur pelayaran
pedalaman ini digunakan untuk berbagai keperluan, angkutan barang,
penumpang dan wisata.
Untuk mendapatkan suatu sistem tranportasi perairan pedalaman yang
baik, perlu dilakukan perawatan, pengendalian dan pengaturan dan bila diperlukan

6
dengan menetapkan tarip untuk penggunaan alur pelayaran seperti yang dilakukan
di Ambang Barito.

2.3 Keunggulan dan Kelemahan, serta Faktor Pendukung Transportasi


Laut
2.3.1 Keunggulan Transportasi Laut
Secara teknis, karakteristik angkutan perairan daratan memberikan
keunggulan kepada moda tersebut untuk bersaing dengan moda lain.
Keungggulan-keunggulan penggunaan angkutan di perairan daratan tersebut
antara lain:
1. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk transportasi,
maka tidak perlu dibangun infrastruktur baru selain dermaga bongkar muat
karena telah tersedia secara alami.
2. Infrastruktur sungai hanya perlu di pelihara dengan biaya yang murah
sehingga kapasitas infrastruktur umum nya akan mencukupi.
3. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area) di
mana konstruksi jalan belum atau mahal untuk di bangun.
4. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi di bandingkan angkutan
jalan dari aspek kecepatannya yang rendah, terutama bila di lengkapi dengan
peralatan keselamatan yang memadai.
5. Amat cocok untuk angkutan wisata, seperti yang sudah mulai di kembangkan
di sungai-sungai besar Kalimantan maupun di sungai Musi.
6. Mampu mengangkut dengan volume besar, sepanjang kedalaman dan lebar
alur sesuai dengan kapal yang di gunakan.
7. Penggunaan bahan bakar lebih efisien, walaupun semakin tinggi kecepatan
kapal penggunaan bahan bakar akan meningkat secara eksponensial, sehingga
angkutan perairan lebih sesuai untuk barang dengan nilai rendah dan volume
besar.

7
2.3.2 Keunggulan Transportasi Laut
Pada sisi lain karakteristik angkutan perairan juga mempunyai kelemahan
antara lain:
1. Mempunyai hambatan alam (tergantung pada kedalaman dan kelebaran alur).
2. Rawan terjadinya pendangkalan dan erosi tebing sungai.
3. Kecepatan relatif lebih rendah.
4. Tingkat reliabilitas kurang terjaga.
5. Kurang fleksibel karena jangkauan daerah (catchment area) yang kecil di
sepanjang aliran alur saja.
6. Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan.
7. Ada kecenderungan angkutan untuk over capacity.
8. Investasi tinggi untuk kapal baru.
9. Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang.
10. Peran yang kecil (modal share) pada sistem transportasi.
11. Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana
bantu navigasi yang terbatas.

2.3.3 Faktor Pendukung Transportasi Laut


Angkutan perairan daratan bisa berkembang bila ada faktor-faktor lain
yang mendukung, seperti:
1. Kemacetan di jalan raya.
2. Disediakan fasilitas pergudangan di atas air (gudang yang mengambang).
3. Efisiensi angkutan perairan daratan ditingkatkan.
4. Terjadi peningkatan biaya pada transportasi jalan raya.

2.4 Sejarah Transportasi Laut Indonesia


Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari
1800 pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga untuk
menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan sarana
tranportasi yang memadai.

8
Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan
antara masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga
menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa pelaut,
karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah Nusantara.

Gambar 2.1 Perahu Pinisi Makassar

Bukti-bukti yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah


memanfaatkan kapal-kapal sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti
yang tergambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik
yang telah mampu berlayar sampai ke Pulau Madagaskar (Afrika). Juga
pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi
Selatan. Teknologi pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat pesat setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah
bangsa Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan
pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang modern.
Industri perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi
kapal. Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan
membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT.
Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal Indonesia dimotori
oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan sebuah BUMN. Pendiri

9
perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun 1823, yaitu pada masa
pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel reparasi kapal laut ini
dimunculkan oleh Gubernur General Hindia belanda V.D. Capellen. Nama
perusahan itu adalah NV. Nederlandsch Indische Industrie.
Pada tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai
terwujud di daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah Hindia
Belanda mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi
sebagai sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan
jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan
perbaikan kapalkapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan Kaigun.
Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda dan baru
diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak saat itu nama
perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).
Pada tahun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum
(Perum) PAL. 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha
Perum PAL diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J.
Habibie (saat itu menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai
jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat, tanker,
kapal penumpang dan kapal riset.
Sementara itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
bidang trasportasi laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas
infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal pengangkut barang,
perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti kemas dan dermaga-dermaga.
hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar lalu lintas antar pulau, meningkatkan
perdagangan domestik dan internasional Indonesia. Perkembangan trasportasi laut
pada dewasa ini tidak terlepas dari kemajuan teknologi tersebut telah membuat
bangsa Indonesia dapat memproduksi kapal angkut penumpang yaitu Palindo jaya
500. kapal tersebut diluncurkan pertama kali pada bulan Agustus 1995. Kapal
tersebut dibuat untuk menunjang sarana trasportasi laut yang lebih cepat dan
aman. Dengan demikian, kegiatan trasportasi laut akan berdampak dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

10
2.5 Transportasi Laut di Indonesia
Usaha jasa angkutan memiliki beberapa bidang usaha menunjang, yaitu
kegiatan usaha yang menunjang kelancaran proses kegiatan angkutan, seperti di
uraikan di bawah ini:
1. Usaha bongkar muat barang, yaitu kegiatan usaha pembongkaran dan barang
dan atau hewan dari dan ke kapal.
2. Usaha jasa pengurusan transportasi (freight forwarding), yaitu kegiatan usaha
untuk pengiriman dan penerimaan barang dan hewan melalui angkutan darat,
laut, dan udara.
3. Usaha ekspedisi muatan kapal laut, yaitu kegiatan usaha pengurusan dokumen
dan pekerjaan yang berkaitan dengan penerimaan dan penyerahan muatan yang
diangkut melalui laut.
4. Usaha angkutan di perairan pelabuhan, yaitu kegiatan usaha pemindahan
penumpang dan atau barang atau hewan dari dermaga ke kapal atau sebaliknya
dan dari kapal ke kapal, di perairan pelabuhan.
5. Usaha penyewaan peralatan angkutan laut atau alat apung, yaitu kegiatan usaha
menyediakan dan penyewaan peralatan penunjang angkutan laut dan atau alat
apung untuk pelayanan kapal.
6. Usaha tally, yaitu kegiatan usaha perhitungan, pengukuran, penimbangan, dan
pencatatan muatan kepentingan pemilik muatan atau pengangkut.
7. Usaha depo peti kemas, yaitu kegiatan usaha penyimpanan, penumpukan,
pembersihan, perbaikan, dan kegiatan lain yang terkait dengan pengurusan peti
kemas.

2.6 Sarana dan Prasarana Transportasi Laut


2.6.1 Kapal
Kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut
maupun di sungai seperti halnya sampan atau perahu yang lebih kecil. Kapal yang
cukup besar biasanya menyediakan perahu kecil seperti sekoci. Sedangkan dalam
istilah Inggris, dipisahkan antara ship yang lebih besar dan boat yang lebih kecil.

11
Kapal Penumpang adalah kapal yang digunakan untuk mengangkut
penumpang. Untuk meningkatkan efisiensi atau melayani keperluan yang lebih
luas kapal penumpang dapat berupa kapal Ro-Ro, ataupun untuk perjalanan
pendek terjadwal dalam bentuk kapal feri. Di Indonesia perusahaan yang
mengoperasikan kapal penumpang adalah PT. Pelayaran Nasional Indonesia yang
dikenal sebagai PT. PELNI, sedangkan kapal Ro-Ro penumpang dan kendaraan
dioperasikan oleh PT.ASDP, PT. Dharma Lautan Utama, PT. Jembatan Madura
dan berbagai perusahaan pelayaran lainnya.

2.6.1.1 Bagian-Bagian Ruang Pada Kapal


Menurut Department menyebutkan bahwa kapal umumnya memiliki
bagian-bagian ruangan sesuai dengan fungsinya. Bagian-bagian ruangan tersebut
terdiri dari:
1. Kamar Penumpang
Kamar Penumpang harus memiliki pencahayaan dan fentilasi yang cukup, serta
kebersihan yang terjaga. Bila fentilasi secara alam tidak cukup, dapat dipakai
secara mekanis. Bila pencahayaan kurang, tidak diperbolehkan menggunakan
lilin ataupun lampu minyak karena dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
2. Toilet
Toilet harus disesuaikan dengan jumlah penumpang, toilet sebaiknya selalu
dalam keadaan bersih dan tidak berbau. Pembuangan air limbah harus selalu
lancer, dapat dibersihkan dengan lisol atau kreolin 5% dalam larutan air.
3. Dapur
Pada ruangan dapur tersebut harus selalu bersih. Lantai, dinding dan langit-
langit sebaliknya berwarna terang. Pipa-pipa di langit-angit harus tidak berdebu
atau bocor. Fentilasi cukup, ruangan tidak gerah dan tidak berbau. Sebaliknya
penerangan berlebih agar kotoran yang mungkin ada akan segera kelihatan.
Tempat sampah harus tertutup dan tidak menarik bagi serangga dan tikus.
Prabot-prabot harus selalu bersih sebelum dipakai dan disimpan ditempat yang
terlindungi dari debu, tikus, serangga, serta pencemaran lainnya. Alat-alat

12
makan dan minum harus di disinfeksi dengan cara merendam dalam air
mendidih selama lebih dari setengah menit.
4. Tempat penyimpanan bahan makanan
Tempat penyimpanan bahan makanan yang tidak membusuk harus lebih bersih
yaitu pencahayaan dan fentilasi yang cukup. Barang-barang harus diatur
sedimikian rupa shingga tidak menjadi sarang serangga dan tikus, temperatur
10 derajat celcius-15 derajat celcius.
5. Penjamah makanan (food heandlers)
Cara kerja penjamah makanan harus higienis. Personal higienis para penjamah
makanan harus diperhatikan, antaralain kebersihan pakaian, rambut, muka,
tangan dan kuku, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tidak ada penyakit
seperti infeksi mulut atau hidung, bisul, penyakit kulit, luka-luka. Bila terdapat
carier colera, hepatitis dan tifus mutlak dilarang bekerja sebagai penjamah
makanan.

2.6.1.2 Jenis-Jenis Kapal Penumpang


Adapun beberapa jenis kapal penumpang,yaitu:

1. Kapal Catamaran
Catamaran berasal dari baha India Tamil “Kattumaran” yang bermaksud
multi lambung yang berarti kapal yang mempunyai dua lambung. Jenis catamaran
bisa digunakan untuk fast ferry ataupun Nyiro-ro. Catamaran sudah dikenal oleh
orang-orang polinesia sejak pada jaman dahulu kala. Ke stabilannya yang sangat
tangguh membuat para designer dan pembangunkapal banyak yang melirik untuk
membangun jenis kapal ini. Sampai saat ini jenis kapal ini banyak digunakan
untuk kapal-kapal penumpang, perahuperahu layar, bahkan beberapa perahu-
perahu nelayan.
Keuntungan lain catamaran selain stabil adalah kapal jenis ini memiliki
badan yang sangat lebar karena jembatan (Bridge) antara satu lambung dengan
lambung yang lainnya digunakan sebagai tempat muatan. Pada kapal Ro-ro,
muatan mobil dan penumpang akan lebih banyak disbanding dengan kapal
berjenis lain dengan kapasitas sama.katamaran biasanya dihubungkan dengan feri

13
kecepatan tinggi. Jalur stena mengoperasikan katamaran terbesar di dunia, kelas
jet stena HSS, antara Kerajaan Bersatu dan Irlandia. Kendaraan jet air dapat
menampung 375 kendaraan dan 1.500 penumpang. Hambatan air yang sedikit
membuat tahanan kapal lebih ringan, dan kapal bisa lebih cepat membelah air
dibanding dengan kapal lain yang bertenaga sama.

Gambar 2.2 Kapal Catamaran

2. Kapal Ro-Ro
Kapal Ro-Ro adalah kapal yang bisa memuat kendaraan yang berjalan
masuk ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar dengan
sendiri juga, sehingga disebut sebagai kapal roll on-roll off atau disingkat Ro-Ro.
Oleh karena itu, kapal ini dilengkapi dengan pintu rampa yang dihubungkan
dengan moveble bridge atau dermaga apung ke dermaga. Kapal Ro-Ro selain
digunakan untuk angkutan truk juga digunakan untuk mengangkut mobil
penumpang, sepeda motor serta penumpang jalan kaki. Maka dari itu kapal Ro-Ro
disebut juga kapal semi penumpang Ro-Ro. Angkutan ini merupakan pilihan
populer antara Jawa dengan Sumatra di Merak-Bakauheni, antara jawa dengan
Madura dan antara Jawa dengan Bali. Jenis Kapal Ro-Ro sebagai berikut:
a. Kapal penyeberangan / Ferry yang melayani lintasan tetap seperti Lintas
Merak-Bakauheni,Lintas Ujung-Kamal, Lintas Ketapang-Gilimanuk.
b. Kapal Pengangkut mobil (Car Ferries).
c. Ferry Cepat (Fast Ferry) adalah kapal yang memuat penumpang dana
barang penumpang yang destinasinya perjalanannya relative pendek. Kapal
ini bisa disebut ferry cepat atau “fast Ferry” karena kecepatannya dalam

14
membelah pantai dan selat.kapal ini biasanya terbuat dari bahan yang
dominan yaitu fiber atau aluminium. Biasanya kapal-kapal jenis ini dipakai
didaerah perairan atau laut yang tidak bergelombang tinggi. Sehingga sangat
cocok untuk transportasi pantai, sungai dan danau yang tak bergelombang
kuat.
Kapal-kapal jenis ini banyak dipakai oleh maskapai-maskapai kapal
penumpang yang menghubungi pulau-pulau kecil. Seperti contoh keberangkatan
dan tujuan halnya seperti:
a. Batam-Singapura
b. Batam-Malaysia
c. Batam-Tanjung Pinang
d. Batam-Riau daratan
Kapal ini berbeda jauh dengan kapal Ro-Ro walaupun sama-sama
sebagai “Gadis Tunpangan”. Hanya saja dengan Ferry ini hanya memuat
penumpang dan bagasi penumpang saja. Jangan harap bisa bawa mobil, motor
atau barang-barang besar lainnya dikapal ini.

Gambar 2.3 Kapal Ro-Ro

15
3. Kapal Feri
Kapal Feri atau kapal penyeberangan adalah kapal penyeberangan adalah
sebuah kapal transportasi jarak dekat. Feri mempunyai peranan penting dalam
sistem pengangkutan bagi banyak kota pesisir pantai, membuat transit langsung
antar kedua tujuan dengan biaya lebih kecil dibandingkan jembatan atau
terowongan. Feri pejalan kaki dengan banyak pemberhentian, seperti Venesia,
kadang kala dikenali sebagai bis air atau taksi air. Feri dibagi dalam enam jenis,
yaitu:
a. Ujung ganda
b. Hydrofoil
c. Hovercraft
d. Feri kabel
e. Feri meja putar
f. Feri kereta

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.4 Kapal Feri: (a) Feri Ujung Ganda, (b) Hydrofoil Ferry, (c)
Hydrocraft, (d) Feri Kabel

16
4. Kapal Pesiar
Kapal Pesiar merupakan sebuah kapal yang memiliki fungsi sebagai
sarana rekreasi dan hiburan kepada para penumpangnya. Kapal pesiar juga
merupakan kapal yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang kamar,
restaurant, café, bar, casino, diskotik, pub, swimming pool dan berabgai sarana
lainnya layaknya sebuah hotel bertaraf internasional. Kapal pesiar cenderung lebih
besar daripada kapal-kapal lain yang ada saat ini. Kesan besar, mewah dan elegan
yang dimiliki oleh kapal pesair sengaja diciptakan oleh arsiteknya untuk menarik
minat penumpang kapal pesiar untuk ikut berwisata bersama dengan kapal pesiar
tersebut. Dalam berbagai sumber yang menjelaskan tentang pengertian kapal
pesiar, kapal pesiar lebih sering diistilahkan sebagai the floating hotel (hotel yang
terapung). Penamaan ini lahir Karena sesungguhnya jika diperhatikan secara
seksama, kapal pesiar memang adalah sebuah hotel. Bedanya hotel tersebut bisa
terapung dan berpindah-pindah lokasi ke daerah wisata yang favorit di seluruh
dunia. Kapal pesiar memiliki rute perjalanan yang bisa mengahabiskan waktu
berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Ini semua tergantung
dari pilihan paket wisata dari kapal pesiar itu. Selama dalam perjalanan, para
penupang kapal pesiar akan disuguhkan dengan hiburan-hiburan tanpa henti
selama 24 jam. Kapal pesiar selama dalam perjalanan dapat berlabuh dibeberapa
pelabuhan yang memungkinkan untuk bersandarnya kapal pesiar besar. Dan
perjalanan dilanjutkan hingga ke beberapa pelabuhan sampai akhirnya kembali
lagi ke pelabuhan awal tempat penumpang kapal pesiar naik. Perkembangan
teknologi yang semakin canggih membuat kapal pesiar yang awalnya berteknologi
rendah (seperti kapal pesair Titanic) kini telah menggunakan teknologi super
canggih, baik dalam design interior, exterior, maupun engine dari kapal pesiar itu
sendiri. Kapal pesiar ada tiga macam, ada kapal pesiar ukuran kecil, ada kapal
pesiar ukuran sedang dan ada kapal pesair ukuran besar. Perbedaannya hanyalah
dijumlah penumpangnya adalah dibawah 400an penumpang, kapal sedang ukuran
penumpangnya adalah 400-1000an penumpang, sedangkan kapasitas penumpang
kapal besar sekitar 1500-3600 penumpang.

17
Gambar 2.5 Kapal Pesiar

2.6.2 Pelabuhan
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai atau danau
untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke
dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk
memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudang
berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta yang
berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti
pengalengan dan pemrosesan barang.
Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-
kapal laut. Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang digunakan untuk
berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan serta menjadi tempat distribusi maupun
pasar ikan. Klasifikasi pelabuhan perikanan ada 3, yaitu: Pelabuhan Perikanan
Pantai, Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan Pelabuhan Perikanan Samudera.
Di bawah ini hal-hal yang penting agar pelabuhan dapat berfungsi:
1. Adanya kanal-kanal laut yang cukup dalam (minimum 12 meter)
2. Perlindungan dari angin, ombak, dan petir
3. Akses ke transportasi penghubung seperti kereta api dan truk
4. Galangan kapal adalah sebuah tempat yang dirancang untuk memperbaiki dan
membuat kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa yacht, armada militer, cruisine
line, pesawat barang atau penumpang.

18
2.7 Armada Kapal
Secara ekonomis usaha penyeberangan harus memberikan keuntungan
yang wajar kepada pengusaha dan mampu memberi penghasilan yang layak bagi
para awak kapal (pengemudi dan awak lain). Modal yang ditanamkan pada usaha
penyeberangan harus dapat kembali dalam jangka waktu tertentu pada tingkat
suku bunga yang berlaku. Keseimbangan ketersedian dan permintaan bisa dilihat
dari dua sudut pandang yang berbeda, sudut pandang pengusaha dan sudut
pandang pemerintah. Dari sudut pandang pengusaha, jumlah maksimum armada
memberi jaminan layanan optimum pada masyarakat pengguna jasa angkutan,
sedangkan dari sudut pandang pemerintah dapat memberi keuntungan tersendiri,
bagi pemerintah jumlah armada memberi jaminan layanan optimum kepada
masyarakat pengguna jasa.

1. Faktor Muat (Load Factor)


Load Faktor dapat diartikan sebagai faktor muat yaitu perbandingan antara
jumlah muatan yang diangkut oleh kapal dengan kapasitas angkut kapal:
Jumlah Mua tan yang Diangkut Kapal
LF= x 100 %
Kapasitas Angkut Kapal
Dimana:
LF = Load Factor (Faktor Muat)
2. Penentuan Jumlah Armada
Menurut Modul Manajemen Operasional ASDP (2008) untuk menetukan
jumlah armada yang ideal dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan
atau rumus rumus sebagai berikut:
PT
KT =
2 ×TT
Dimana:
KT = Jumlah frekuensi keberangkatan (trip) yang mampu dilakukan
oleh kapal dalam satuan trip/kapal
PT = Port Time adalah jumlah jam operasi pelabuhan dalam satuan jam
TT = Trip Time atau waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk
melakukan 1 (satu) kali perjalanan dalam satu jam/(trip kapal).

19
2.8 Pengaruh Sarana dan Prasarana Transportasi Laut
Transportasi yaitu perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan alat pengangkutan. Kelancaran proses transportasi dipengaruhi oleh
kondisi ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Jalan dan jembatan
termasuk sebagai suatu prasarana pasif yang yang mendukung lancarnya
transportasi di suatu daerah. Daerah pedesaan, masih sangat terbatas dalam
ketersediaan maupun kelancaran sarana dan prasarana transportasinya.
Pada dasarnya, transportasi merupakan suatu tolak ukur interaksi
keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses
perkembangan suatu wilayah. Selain itu, transportasi juga berperan menunjang
keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian
masyarakat, tak terkecuali di daerah pedesaan. Sarana dan prasarana transportasi
memiliki beberapa dampak yang secara langsung maupun tidak langsung dalam
masyarakat.

2.9 Teori Desain Konseptual Port Plan


Dalam merancang pelabuhan, maka perlu diketahui beberapa sifat dan
fungsi kapal, karena dari data ini dapat diketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal
yang berguna bagi para perencana. Sesuai dengan pengembangan teknologi kapal,
maka pelabuhan sebagai prasarana harus disesuaikan sedekimian rupa, sehingga
dapat melayani kapal dan mampu menangani muatan. Antara kapal dan pelabuhan
terdapat hubungan ketergantungan. Guna mendalami karakteristik kapal, maka
terdapat beberapa ragam faktor penentu, baik dari segi material, fungsi dan
operasi dari kapal, yaitu antara lain:
1. Bahan material kapal yang dipakai: baja, kayu, fero semen, fiberglass, dsb.
2. Fungsi kapal sebagai: kapal penumpang, kapal barang umum, kapal curah,
kapal peti kemas, kapal tanker, kapal tunda, kapal ikan, dsb.
3. Sistem dan penggerak kapal: mekanik, semi otomatik, otomatik, diesel sebagai
kekuatan penggerak utama dsb.

20
4. Daerah operasi kapal: jarak dekat/sedang, jauh, disesuaikan pula dengan
keadaan peraiaran laut.

2.9.1 Penentuan Lebar Dermaga


Ukuran dermaga dan perairan untuk bertambat tergantung pada dimensi
kapal terbesar dan jumlah kapal yang menggunakan dermaga. Tata letak dermaga
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti ukuran perairan pelabuhan, kemudian
kapal yang merapat dan meninggalkan dermaga, ketersediaan/penggunaan kapal
tunda untuk membantu kapal bertambat, arah dan besarnya angin, gelombang, dan
arus (Triatmodjo). Tipe pelabuhan untuk kapal bulk carrier tidak memerlukan
lebar dermaga yang besar, karena penangan muatan dilakukan dengan bantuan
grab atau ship unloader untuk bongkar dan ship loader untuk muat semen.
Sehingga dibutuhkan storage dan conveyor tertutup untuk mendistribusikan
semen ke storage.

2.9.2 Alat Bongkar Muat


Untuk memuat dan membongkar semen baik dipelabuhan asal maupun
tujuan diperlukan alat bongkar muat.
1. Grabe Crane
Grabe crane hanya digunakan untuk proses membongkar semen. Rata-rata
kecepatan bongkar untuk grabe crane 200 ton per jam.

Gambar 2.6 Grabe Crane

21
2. Ship Unloader
Ship unloader digunakan untuk membongkar semen dipelabuhan asal dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Dengan kecepatan bongkar 1.000 – 1.200 ton per
jam.

Gambar 2.7 Ship Unloader

3. Ship Loader
Ship loader digunakan dipelabuhan asal untuk muat semen. Rata-rata
kecepatan muat ship loader 1.200 – 1.500 ton per jam.

Gambar 2.8 Ship Loader

22
4. Derrick Crane
Derrick crane merupakan salah satu alat bongkar muat yang biasanya
terpasang pada kapal general cargo, yang dimana kapal tersebut melakukan
bongkar dan muat menggunakan crane sendiri. Dengan kecepatan bongkar atau
muat rata-rata 60 – 150 ton per jam.

Gambar 2.9 Derrick Crane

23
BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas dalam makalah ini dapat diambil


kesimpulan bahwa:
1. Transportasi Laut adalah suatu proses transportasi yang terjadi di laut.
2. Yang merupakan karakteristik utama pada transportasi laut yaitu: perairan
pedalaman, terminal/dermaga, rute, pengendalian navigasi.
3. Sejarah perkembangan transportasi laut di Indonesia tidak diketahui awal
mulanya. Namun, terdapat gambar pada relief-relief Candi Borobudur dalam
bentuk perahu bercadik yang membuktikan system transportasi laut telah
diterapkan di Indonesia sejak dahulu kala. Selain itu, ada juga pembuatan
perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi Selatan. Dan
sekarang di Indonesia telah berkembang industri yang merancang dan
membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh PT.
Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI).
4. Sarana transportasi laut yaitu kapal, sebagai moda transportasinya. Dengan
pelabuhan sebagai prasarananya.

24

Anda mungkin juga menyukai