2) Transportasi Udara
Transportasi udara yang memiliki keunggulan kecepatan dari moda
transportasi yang lain dapat menjadi sarana transportasi bagi wisatawan,
pengusaha, dan masyarakat. Transportasi udara di Indonesia perlu dikelola
1
sesuai standar keselamatan penerbangan internasional, dan interkoneksi dengan
moda transportasi lainnya. Saat ini 67,5 persen dari wisatawan mancanegara
yang datang ke Indonesia menggunakan transportasi udara. Oleh karena itu
untuk menarik wisatawan mancanegara,
Selain promosi tempat daerah tujuan wisata dan jaminan keamanan di
daerah tersebut, diperlukan adanya jaminan keselamatan penerbangan di
wilayah udara Indonesia. Jaminan itu dapat diwujudkan, baik oleh lembaga
pemerintah pemegang otoritas pengelola transportasi udara maupun operator
bandara dan perusahaan penerbangan, dengan memenuhi standar keselamatan
penerbangan Internasional yang telah ditetapkan oleh ICAO ( International Civil
Aviation Organization). Organisasi ini mensyaratkan infrastruktur transportasi
udara baik sarana maupun prasarana harus mempunyai persyaratan dengan
tingkat ketelitian dan ketepatan yang sangat tinggi untuk menjamin keselamatan
operasi penerbangan.Angkutan udara dibedakan atas dua kategori, yaitu
angkutan udara internasional dan domestik. Berdasarkan data BPS, terjadi
fluktuasi angkutan barang dan penumpang pada angkutan udara internasional
Angkutan udara internasional ini sangat penting terutama dalam mendatangkan
devisa bagi Indonesia. Perkembangan angkutan udara melalui penerbangan
internasional dapat dilihat dari arus kedatangan penumpang terutama wisatawan
mancanegara (wisman) yang memberikan kontribusi yang cukup bagi
pendapatan nasional kita. Apabila dihitung secara proporsional, maka
sumbangan devisa yang diberikan oleh wisma tersebut sebesar US$ 5,3 milyar
di mana US$ 2,3 milyar disumbang oleh transportasi udara. Hal ini
menunjukkan begitu pentingnya transportasi udara dalam mendatangkan wisma
ke Indonesia.
Moda transportasi ini memilki kelebihan tersendiri dalam pengoperasian,
seperti kenyamanan dan kecepatan. Selain itu beberapa kelebihan lainnya antara
lain :
a. Sistem yang efisien,
b. Cocok untuk bepergian dengan membawa barang-barang yang sangat
penting, mudah membusuk, dan mahal
c. Dapat mencapai area yang sulit dijangkau
d. Memungkinkan gerakan yang bebas ke mana saja atau routenya fleksibel.
3
Perjalanan dengan kapal yang juga tidak nyaman dirasakan warga Biak,
Kabupaten Biak-Numfor, hal ini dikarenakan fasilitas air bersih di kapal perintis
maupun kapal motor penumpang yang sangat minim. Penumpang yang
melakukan perjalanan belasan jam dengan alat transportasi ini tidak bisa ke
kamar mandi, karena WC yang disediakan macet dan air tidak ada air bersih.
Hal yang sama dirasakan warga Agats, Kabupaten Asmat, penumpang kapal
motor sekelas KM Kilimutu harus menyewa kasur karena tempat tidur di dek
tidak berkasur. Minimnya sarana transportasi laut di perairan Sulawesi Tengah
mengakibatkan perekonomian masyarakat tidak berkembang baik. Menurut
seorang pengusaha dan pengamat maritim di bengap, salah satu pulau di
perairan Sulawesi Tengah, kendala transportasi menyebabkan sebagian besar
hasil laut Bangkep sulit dipasarkan ke daerah lain oleh nelayan maupun
pengusaha di Bangkep. Hasil tangkapan akhirnya dikuasai para tengkulak dari
provinsi lain yang membeli ikan dari nelayan di tengah laut, oleh karena itu
harga ikan kerapu terpaksa terjual separuh harga dari harga aslinya yaitu Rp
20.000 per kilogram.
Husen Ibrahim, Kepala Bidang Fisik dan Prasarana, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Maluku Utara, mengatakan, pemerintah berusaha
menambah pelabuhan penyeberangan antarpulau. Selain yang sudah ada seperti
di Ternate, Tidore, Sidangoli, Sofifi, Tobelo, Labuha, Daruba, Subaim, dan
Kepulauan Batang Dua, juga akan dibangun pelabuhan di Saketa, Pulau
Mangole, Pulau Taliabu, Sanana.
Di indonesia bagian barat juga memiliki permasalahan-permasalahan
transportasi. Untuk menyebrang dari pulau jawa ke pulau sumatera, dipelabuhan
merak terjadi kemacetan yang cukup panjang, diakibatkan kurangnya armada
kapal ferry yang beroperasi dan penjadwalan berlayar yang tidak baik dan tidak
disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Di penyeberangan sibuk antara
Sumatra, Jawa, dan Bali, kapal ferry yang mengangkut muatan dioperasikan 24
jam per hari, namun tetap terjadi penumpukan kendaraan di sepanjang jalan
menuju pelabuhan dikarenakan jumlah penumpang atau pengguna jasa angkutan
ini sangat banyak, selain itu pada waktu-waktu tertentu penyebrangan akan
semakin sibuk seperti pada saat menjelang hari raya atau hari libur panjang.
4
besar pemasalahan yang terjadi berhubungan dengan transportasi antar pulau
melelui jalaur udara.
International Civil Aviation Organization (ICAO), lembaga khusus
dibawah PBB untuk menangani permasalahan penerbangan sipil antarnegara,
menganggap regulator penerbangan di Indonesia masih tidak memenuhi standar
pengawasan keselamatan penerbangan. Ada tiga unsur yang memberikan
kontribusi pada keselamatan penerbangan. Pertama, pesawat terbangnya sendiri,
bagaimana pesawat itu didesain, dibuat, dan dirawat. Kedua, sistem
penerbangan negara, airport, jalur lalu lintas udara, dan air traffic controls.
Ketiga, airlines flight operations yang berkaitan dengan pengendalian dan
pengoperasian pesawat di airlines. Karena transportasi penerbangan adalah
transportasi global, maka standar keselamatan dibuat untuk global, sehingga
transportasi udara antar pulau juga memiliki standar keselamatan yang tidak
memenuhi syarat. Pernyataan International Civil Aviation Organization (ICAO)
diakibatkan kecelakaan beruntun pada tahun 2007 dan yang paling terlihat
adalah kecelakaan pesawat Boeing 737-400 Garuda di Yogyakarta.
Permasalahan transportasi udara juga terletak pada biaya yang
dikeluarkan untuk mengunakan jasa ini. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
perjalanan antar pulau menjadikan masyarakat Indonesia memilih moda
transportasi lain, mereka beralih dari pesawat ke kapal laut. Namun bagi
sebagian orang yang memikirkan perjalanan dengan pesawat jauh-jauh hari,
mereka jenderung membeli tiket dengan harga promo yang ditawarkan maskapai
yang melayani penerbangan yang mereka tuju. Hal ini dapat mengurangi biaya
yang harus dikeluarkan,
Selain masalah biaya, masalah teknis juga menjadi kendala bagi moda
transportasi udara. Pesawat yang akan terbang ke pulau lain tak jarang memiliki
kendala teknis sehingga keberangkatan tertunda. Bagi pengguna jasa ini yang
memilki kepentingan yang mendesak dan harus segera sampai ke tempat tujuan,
hal ini menjadi suatu masalah besar. Masalah teknis sangat erat kaitannya
dengan masalah sistem kerja yang diterapkan pada sebuath maskapai
penerbangan. Pengaturan jadwal penerbangan, jadwal istirahat, pengisian bahan
bakar dan lain-lain yang menyangkut teknis dari sebuah penerbangan harus
dipersiapkan secara matang, apalagi akan melakukan penerbangan jarak jauh.
Penerbangan antar pulau termasuk penerbangan yang perlu diperhatikan
mengingat kondisi cuaca di Indonesia terutama dibagian timur Indonesia cukup
ekstrim.
Tingkat kecelakaan yang cukup tinggi yang terjadi pada penerbangan di
Indonesia merupakan masalah serius transportasi udara Indonesia. Maskapai
nasional Indonesia yaitu garuda juga tercatat beberapa kali mengalami
kecelakaan seperti :
a) 6 Maret 1979 - Garuda Indonesia Penerbangan 553 menabrak lereng
Gunung Bromo di ketinggian 6.200 kaki menewaskan keempat awaknya.
5
b) 11 Juli 1979 - Fokker F-28 Garuda Indonesia menabrak lereng Gunung
Pertektekan menewaskan 57 penumpang beserta 4 orang awaknya.
c) 20 Maret 1982 - Fokker F-28 Garuda Indonesia terperosok setelah mendarat
di Bandara Branti, Lampung menewaskan 23 penumpang beserta 4 orang
awaknya.
d) 17 Juni 1996 -McDonnell Douglas DC-10 Garuda Indonesia Penerbangan
865, pesawat terbakar setelah overrun akibat aborting take off oleh
penerbangnya di Bandar Udara Fukuoka, Jepang saat akan take off menuju
Jakarta, Indonesia.Kejadian ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada satu
mesinnya sehingga pilot harus membatalkan lepas landas. 3 dari 275
penumpang tewas.
e) 26 September 1997 - Garuda Indonesia Penerbangan 152 jatuh di Desa Buah
Nabar, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,
Indonesia menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 222 penumpang
dan 12 awak pesawat. Kecelakaan ini merupakan yang terburuk di sejarah
penerbangan Indonesia.
f) 17 Januari 2002 - Garuda Indonesia Penerbangan 421 mendarat darurat di
Bengawan Solo menewaskan 1 awak pesawat.
g) 7 Maret 2007 - Garuda Indonesia Penerbangan 200 meluncur keluar
landasan (overrun),terbakar dan meledak sesaat setelah mendarat di Bandar
Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Sedikitnya 22 orang meninggal dunia.
Pesawat tersebut membawa penumpang sebanyak 133 orang dan 7 awak.
Kecelakaan ini disebabkan oleh kesalahan pilot.
Selama tahun 2012 KNKT mencatat terjadi 27 kecelakaan pesawat
dengan jumlah korban meninggal 56 orang, dari 27 kecelakaan tersebut, 16
kasus faktor penyebabnya human factor, 4 kasus disebabkan oleh masalah
teknis, dan 2 kasus karena masalah environment. Sedangkan pada tahun 2007
terjadi 21 kecelakaan, tahun 2008 terjadi 21 kecelakan, tahun 2009 terjadi 21
kecelakaan, tahun 2010 terjadi 18 kecelakaan dan tahun 2011 terjadi 32
kecelakaan.
Kecelakaan pesawat tidak hanya terjadi pada maskapai nasional, tetapi
maskapai lokal yang melyani penerbangan antar pulau di Indonesia. Di media
cetak maupun elektronik banyak mengabarkan seputar kecelakaan pesawat yang
terjadi beberapa tahun terakhir yang cukup mengkhawatirkan kondisi
transportasi udara Indonesia.
Kecelakaan tersebut diantaranya :
1. 30 November 2004Jenis Pesawat jenis MD-82 milik Lion perusahaan
penerbangan, jatuh di areal perkebunan warga di Solo, jumlah korban 26
orang dari 153 penumpang
2. 5 September 2005, pesawat jenis Boeing 737-230 dari perusahaan
penerbangan Mandala Air Liness jatuh di perumahan warga di Medan,
Jumlah Korban 101 orang dari 117 penumpang dan 47 orang warga sekitar
jatuhnya pesawat.
6
3. 1 Januari 2007, pesawat jenis Boeing 737-400 milik Adam Air jatuh dan
menghilang di kawasan Makassar, seluruh penumpang menjadi korban dan
tidak ditemukan, yaitu 102 orang.
4. 6 April 2009, pesawat jenis Fokker F-27 400M, Perusahaan Penerbangan
Indonesian Air Force, jatuh dekat hangar pesawat di Bandung, Jumlah
Korban 24 orang dari total 24 Penumpang.
5. 13 April 2010, Jenis Pesawat Boeing 737-322 milki Merpati Nusantara Air
Lines, jatuh di Rendani, tidak ada korban jiwa dari seluruh penumpang yang
berjumlah 103 orang.
6. 12 Februari 2011, Pesawat jenis CASA NC-212-A4 dari Perusahaan
Penerbangan SMAC, jatuh di Bintan Island, seluruh penumpang menjadi
korban yaitu sebanyak 5 orang.
7. 7 Mei 2011, Pesawat jenis Xian MA-60 dari Merpati Nusantara Air Lines,
kecelakaan di Kaimana, seluruh korban totol 25 orang dari 25 penumpang.
8. 29 September 2011, Pesawat jenis CASA C-212-200 milik Perusahaan
Penerbangan Nusantara Buana, jatuh di Bohorok, seluruh penumpang
menjadi korban dalam kecelakaan ini berjumlah 18 orang.
9. 20 Desember 2011, pesawat Boeing 737-400 milik perusahaan penerbangan
Sriwijaya Air tergelincir, lokasi pesawat di Yogyakarta, tidak ada korban
jiwa dalam kecelakaan ini dari 131 penumpang.
10. 9 Mei 2012, Pesawat Sukhoi Superjet 100 SU95, dengan perusahaan
penerbangan Sukhoi jatuh di Gunung Salak, Suka Bumi, dengan jumlah
korban 45 orang termasuk awak dan pilot.
Melihat banyaknya kecelakaan yang terjadi maka wajar saja, jika badan
keselamatan dunia untuk penerbangan mengkategorikan Indonesia belum
memilki standar keamanan yang memadai dalam hal transportasi udara. Padahal
kebutuhan akan transportasi udara ini cukup tinggi.