Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUGAS PERANGKAT LUNAK BIDANG TEKNIK SIPIL

DENGAN MENGGUNAKAN VISSIM (TRANSPORTASI)

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 8

1. CINDY INDRIANI (03011181823023)


2. SITI ROBIAH (03011181823032)
3. M. NAUFAL FIKRI ISMAIL (03011281823061)
4. AHMAD ADIB (03011281823066)

ASISTEN :
AKRIMATUL JANNAH
NIM. 03011181621154

DOSEN PENGASUH:

DR. ENG. IR. JONI ARLIANSYAH, M.T.


NIP. 196706151995121002

DEBBY YULINAR PERMATA, S.T., M.T.


NIP. 1671045607890007

AZTRI YULI KURNIA, ST., M.Eng.


NIP. 198807132012122003

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadiratan ALLAH SWT, yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
meyelesaikan tugas laporan ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian
semester pada mata kuliah Teknik Lalu Lintas pada Jurusan Teknik sipil
Universitas Sriwijaya.
Dalam penyusunan tugas ini saya selaku penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada bapak DR. ENG. IR. JONI ARLIANSYAH M.T., ibu
DEBBY YULINAR PERMATA, ST, MT. dan Ibu AZTRI YULI KURNIA, ST.,
M.ENG. selaku dosen pengasuh mata kuliah Teknik Lalu Lintas, kakak-kakak
asisten Laboratorium Transportasi dan Jalan Raya, serta pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Demikianlah tugas ini penulis membuat dengan sebaik-baiknya, jika
masih ada yang harus diperbaiki, penulis meminta maaf. Penulis menyadari
pembuatan tugas ini terdapat kekurangan dan beberapa kesalahan. Oleh
sebab itu saran, kritik, dan koreksi yang membangun sangat diharapkan.
Semoga tugas ini bisa bermanfaat dengan baik.

Indralaya, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
Daftar Gambar......................................................................................................
Daftar Tabel...........................................................................................................
BAB I Pendahuluan..............................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
1.3 Tujuan…................................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka.....................................................................................
2.1 Lokasi Survey.......................................................................................
2.2 Tujuan Survey.......................................................................................
2.3 Peralatan Survey...................................................................................
BAB 3 Gambar Lokasi Studi................................................................................
3.1 Kondisi simpang bersinyal....................................................................
3.2 Lokasi dan Waktu Survey ....................................................................
3.3 Rekapitulasi Data Hasil Survey............................................................
BAB 4 Metode Simulasi........................................................................................
BAB 5 Analisis dan Pembahasan.........................................................................
5.1 Hasil Simulasi.......................................................................................
BAB 6 Kesimpulan dan Saran.............................................................................
6.1 Kesimpulan...........................................................................................
6.2 Saran….................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan populasi penduduk diwilayah Palembang pada setiap tahunnya
mengalami peningkatan, baik dari pertumbuhan penduduk secara murni ataupun dari
adanya masyarakat luar daerah yang pindah ke Palembang, dari hasil Badan Pusat
Statistik tahun 2017, pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan sebesar 2,31%.
Bertambahnya jumlah kendaraan yang tidak terkendali saat ini
menimbulkan permasalahan transportasi khususnya pada lalu lintas di kota.
Jika peningkatan transportasi ini tidak diikuti dengan peningkatan fasilitas
prasarana transportasi yang memadai, maka akan terjadi ketidak seimbangan
antara permintaan dan penyediaan yang akhirnya akan menimbulkan
permasalahan dalam mobilitas. Permasalahan transportasi perkotaan pada
umumnya kemacetan lalu lintas, hal yang tidak asing lagi yang dialami
pengendara terjadi di suatu ruas jalan atau persimpangan, pemakai bahu jalan
untuk area parkir dan pemberhentian angkutan umum yang bukan tempat
berhentinya, polusi yang di timbulkan oleh kendaraan yang tidak layak pakai,
dan masalah ketertiban lalu lintas, kesadaran masyarakat kurang dalam
memanfaatkan transportasi umum, mengakibatkan bertambahnya pemakaian
kendaraan pribadi maka semakin bertambah permasalahan dalam lalu lintas.

Simpang dibangun dengan tujuan untuk mengurangi permasalahan


pada sistem lalu lintas. Simpang memiliki peranan penting untuk menyalurkan
pergerakan lalu lintas dari berbagai arah tujuan yang merupakan suatu titik
tempat bertemunya berbagai perubahan mobilitas yang tidak sama tujuannya.
Secara umum persimpangan memiliki berbagai jenis dari pesimpangan
sederhana, persimpangan perioritas, bundaran dan simpang tidak sebidang.
Simpang APILL digunakan untuk menghindari konflik yang terjadi pada setiap
simpang dan memisahkan pergerakan lalu lintas mana yang harus berhenti dan
yang harus jalan, permasalah yang terjadi dilapangan menimbulkan tingkat
pergerakan yang beragam akan berdampak pada penurunan kinerja arus lalu
lintas seperti terjadinya tundaan perjalanan yang cukup panjang sehingga
mengalami kemacetan

Persimpangan APILL Rajawali merupakan salah satu persimpangan yang berada di


kota Palembang yang perlu mendapat perhatian mengingat titik permasalahan
kemacetan lalu lintas, kemacetan yang cukup parah terjadi dipersimpangan ini biasanya
terjadi pada ruas jalan bagian barat yaitu pada jalan Veteran dari arah R.S. Charitas yang
sering terjadi peningkatan volume kendaraan pada sore hari, dan ruas jalan bagian utara
yaitu pada jalan Rajawali yang biasanya mengalami peningkatan volume kendaraan
pada sore hari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas permasalahan yang ada di simpang
APILL maka dapat disimpulkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pada permasalahan simpang


Veteran, Palembang ?
2. Apakah solusi yang dapat diberikan demi peningkatan kinerja simpang Veteran,
Palembang?

1.3 Tujuan
1.Merepresentasikan kondisi pada simpang Veteran berdasarkan hasil survey ke dalam
aplikasi PTV VISSIM 8.0

2.Mengidentifikasi kinerja dari simpang Veteran, Palembang

3.Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kinerja dan masalah persimpangan pada


simpang Veteran, Palembang

4.Menghitung kapasitas ruas jalan Veteran dengan metode MKJI 1997

5.Membandingkan analisis ruas jalan Veteran dengan cara manual dengan analisis ruas
jalan dengan PTV VISSIM 8.0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Lalu Lintas


Teori arus lalu lintas adalah suatu kajian tentang gerakan pengemudi dan
kendaraan antara dua titik dan interaksi mereka membuat satu sama lain. Sayangnya,
mempelajari arus lalu lintas sulit karena perilaku pengemudi adalah sesuatu yang tidak
dapat diprediksi dengan pasti. Untungnya, pengemudi cenderung berperilaku dalam
kisaran cukup konsisten dan dengan demikian, aliran lalu lintas cenderung memiliki
beberapa konsistensi yang wajar dan secara kasar dapat direpresentasikan secara
matematis. Untuk lebih mewakili arus lalu lintas, hubungan telah dibuat antara tiga
karakteristik utama: arus, kecepatan, dan kerapatan. Hubungan ini membantu dalam
perencanaan, desain, dan operasi fasilitas jalan (id.wikibooks.org). Parameter arus lalu
lintas dapat digolongkan menjadi dua kategori, yakni Parameter Makroskopis, dan
Mikroskopis.
2.1.1 Parameter Makroskopis
Parameter Makroskopis yakni parameter yang mencirikan arus lalu lintas
sebagai suatu kesatuan (system), sehingga diperoleh gambaran operasional sistem
secara keseluruhan.
a. Volume Kendaraan Lalu Lintas
Menurut Sukirman Silvia. (1994), pengukur jumlah dari arus lalu lintas
digunakanlah volume. Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume
adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik atau pada suatu ruas jalan dalam
waktu yang lama tanpa membedakan arah dan lajur, segmen jalan selama selang waktu
tertentu yang dapat diekspresikan dalam tahunan, harian (LHR), jam-an atau sub jam.
Volume lalu-lintas yang diekspresikan dibawah satu jam (sub jam) seperti, 15 menitan
dikenal dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk mendapatkan nilai arus suatu
segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan
tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mobil penumpang (smp).

b. Kecepatan Lalu Lintas


Menurut Hobbs F. D. (1995), kecepatan merupakan indikator dari kualitas gerakan
lalu lintas yang digambarkan sebagai suatu jarak yang dapat ditempuh dalam waktu
tertntu dan biasanya dinyatakan dalam km/jam, kecepatan ini menggambarkan nilai
gerak dari kendaraan. Karakteristik kecepatan makroskopik menganalisis kecepatan dari
kelompok kendaraan yang melintas suatu titik pengamat atau suatu potongan jalan
pendek selama periode waktu tertentu. Kecepatan adalah besaran yang menunujukkan
jarak yang ditempuh. Biasanya dinyatakan dalam km/jam. Kecepatan ini
menggambarkan nilai gerak dari kendaraan. Perencanaan jalan yang baik tentu saja
haruslah berdasarkan kecepatan yang dipilih dari keyakinan bahwa kecepatan tersebut
sesuai dengan kondisi dan fungsi jalan yang diharapkan (Sukirman Silvia, 1994)
c. Kepadatan Lalu Lintas
Kepadatan (density) atau kerapatan diartikan sebagai arus kendaraan yang
melintas atau yang melewati panjang ruas jalan atau lajur tertentu yang dapat dinyatakan
dengan jumlah kendaraan/satuan jarak. Kepadatan merupakan parameter yang sangat
penting dalam lalu lintas karena sangat mempengaruhi kinerja lalu lintas itu sendiri.
Karakteristik kepadatan, atau kerapatan makroskopik dinyatakan sebagai sejumlah
kendaraan yang menempati suatu potongan jalan. (Penerbit ITB, 2012)
2.1.2 Parameter mikroskopis
Parameter Mikroskopis yakni parameter yang mencirikan perilaku setiap
kendaraan dalam arus lalu lintas yang saling mempengaruhi. Pendekatan lalu lintas
secara mikroskopik menerangkan kondisi kendaraan secara berpisah pada penjelasan ini
diterangkan bahwa pergerakan kendaraan sangat dipengaruhi oleh perilaku kendaraan
itu secara individu, pendekatan secara mikroskopik mengkaji beberapa parameter
penting yang sangat mempengaruhi respon terhadapa kendaraan itu sendiri dalam
berlalu lintas di jalan raya adapun parameter – parameter antara lain spacing, headway,
lane occupancy, dan gap (clearance). (Khisty, 2010)
a. Spacing dan Headway
Kedua karakteristik ini merupakan kedatangan kendaraan secara berentetan dan
dilihat berdasarkan jarak antara dua kendaraan, jarak tersebut adalah jarak antara bamper
depan kendaraan yang berada di depan dengan bamper depan kendaraan yang berada di
belakang spacing bisa diukur dengan melihat jarak antar kendaraan secara langsung di
lapangan bisa lewat video maupun lewat foto citra satelit, sedangkan headway dapat
didefiniskan sebagai selang waktu kedatangan antar kendaraan secara berurutan yang
melewati titik tertentu pada suatu jalan, headway sendiri dapat diukur dengan
menggunakan stopwatch.
b. Lane Occupancy
Lane occupancy (tingkat hunian lajur) adalah salah satu ukuran yang digunakan
dalam pengawasan jalan tol. Lane occupancy dapat juga dinyatakan sebagai
perbandingan waktu ketika kenderaan ada di lokasi pengamatan pada lajur lau lintas
terhadap waktu pengambilan sampel.
c. Clearance dan Gap
Clearance dan Gap berhubungan dengan spacing dan headway, dimana selisih
antara spacing dan clearance adalah panjang rata-rata kenderaan. Demikian pula, selisih
antar headway dan gap adalah ekuivalen waktu dari panjang rata-rata sebuah kendaraan.
2.2 Simpang
2.2.1 Pengertian Simpang
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995), simpang adalah tempat berbelok atau bercabang dari yang lurus.
Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas
jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalikan konflik
ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa saja yang mempunyai hak
terlebih dahulu untuk menggunakan persimpangan tersebut (Wikipedia).
Persimpangan jalan adalah daerah atau tempat dimana dua atau lebih jalan raya
bertemu atau berpotongan, termasuk fasilitas jalan dan sisi jalan untuk pergerakan
lalu lintas pada daerah itu. Fungsi operasional utama dari persimpangan adalah
untuk menyediakan perpindahan atau perubahan arah perjalanan. Persimpangan
merupakan bagian penting dari jalan raya karena sebagaian besar efesiensi,
keamanan, kecepatan, biaya operasional dan kapasitas lalu lintas tergantung pada
perencanaan persimpangan.
Simpang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan yang merupakan
tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau
lebih. Karena merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan untuk itu maka
perlu dilakukan pengaturan dan pemodelan pada daerah simpang ini guna
menghindari dan meminimalisir terjadinya konflik dan beberapa permasalahan
yang mungkin timbul dipersimpangan. Di daerah perkotaan biasanya banyak
memiliki simpang, dimana pengemudi harus memutuskan untuk berjalan lurus atau
berbelok dan pindah jalan untuk mencapai satu tujuan.
2.2.2 Jenis Persimpangan
Secara umum terdapat tiga tipe umum pertemuan jalan, yaitu pertemuan
jalan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi Antara keduanya. Ada dua
jenis/macam persimpangan jalan dilihat dari perencanaannya yaitu:
A. Persimpangan Jalan Sebidang
Persimpangan sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara
sebidang tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan sedemikian dengan tujuan
untuk mengalirkan atau melewatkan lalu lintas dengan lancar serta mengurangi
kemungkinan terjadinya kecelakaan/ pelanggaran sebagai akibat dari titik konflik yang
ditimbulkan dari adanya pergerakan antara kenderaan bermotor, pejalan kaki, sepeda
dan fasilitas-fasilitas lain atau dengan kata lain akan memberikan kemudahan,
kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan yang melalui persimpangan.
Perencanaan persimpangan yang baik akan menghasilkan kualitas operasional yang baik
seperti tingkat pelayanan, waktu tunda, panjang antrian dan kapasitas.
B. Persimpangan tidak sebidang
Persimpangan tidak sebidang adalah persimpangan dimana dua ruas jalan atau
lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau
dibawah ruas jalan yang lain. Perencanaan pertemuan tidak sebidang dilakukan bila
volume lalu lintas yang melalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan-
jalannya, maka arus lalu lintas tersebut harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu
atau tanpa berhenti, baik itu merupakan arus menerus atau merupakan arus yang
membelok sehingga perlu diadakan pemisahan bidang (Grade sparation) yang disebut
sebagai simpang tidak sebidang (Interchange). Pada pertemuan tidak sebidang ini ada
kemungkinan untuk membelok dari jalan yang satu kejalan yang lain dengan melalui
jalur-jalur penghubung (ramp). Menurut Morlok (1988), jenis simpang berdasarkan cara
pengaturannya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Simpang jalan tanpa sinyal,
yaitu simpang yang tidak memakai sinyal lalu lintas. Pada simpang ini pemakai
jalan harus memutuskan apakah mereka cukup aman untuk melewati simpang atau harus
berhenti dahulu sebelum melewati simpang tersebutsehingga simpang tanpa sinyal biasa
menimbulkan antrian panjang antar kendaraan karena tidak adanya kendaraan yang mau
mengalah simpang tanpa sinyal biasanya hanya memiliki tiga kaki walupun memiliki
empat tapi arus lalu lintas yang melewati simpang tersebut masih kurang.
b. Simpang jalan dengan sinyal,
yaitu pemakai jalan dapat melewati simpang sesuai dengan pengoperasian sinyal
lalu lintas. Jadi pemakai jalan hanya boleh lewat pada saat sinyal lalu lintas
menunjukkan warna hijau pada lengan simpangnya. simpang bersinyal sangat banyak
digunakan pada jaringan jalan sehingga perlu dipertimbangkan kinerja jaringan jalan
akibat simpang bersinyal tersebut karena seringnya terjadinya pertemuan menyilang
antar jaringan jalan (intercection).
Gambar 2.1. Contoh-Contoh Persimpangan Sebidang

2.3 Kinerja Simpang Bersinyal

2.3.1 Permasalahan Simpang Bersinyal

Simpang bersinyal (signalized intersection), yaitu pemakai jalan dapat melewati


simpang sesuai denga pengoperasian sinyal lalu lintas. Beberapa definisi umum yang
perlu diketahui dalam kaitannya dengan permasalahan simpang bersinyal diantaranya
adalah:

a Tundaan (delay) adalah waktu tempuh tambahan untuk melewati simpang bila
dibandingkan dengan situasi tanpa simpang. Tundaan terdiri dari: Tundaan Lalu
lintas (DT), yakni waktu menunggu akibat interaksi lalu lintas dengan lalulintas
yang berkonflik. Tundaan Geometri (DG), yakni akibat perlambatan dan percepatan
kendaraan terganggu dan tak terganggu.
b Panjang antrian (queue length) adalah panjang antrian kendaraan pada suatu
pendekat (meter).
c Antrian (queue) adalah jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat
(kendaraan;smp).
d Fase (phase stage) adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau
disediakan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas.
e Waktu siklus (cycle time) adalah waktu untuk urutan lengkap dari indikasi
sinyal (detik).
f Waktu hijau (green time) adalah waktu nyala lampu hijau dalam suatu
pendekat (detik).
g Rasio hijau (green ratio) adalah perbandingan waktu hijau dengan waktu
siklus dalam suatu pendekat.
h Waktu merah semua (all red) adalah waktu sinyal merah menyala secara bersamaan
pada semua pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan (detik).
i Waktu antar hijau (inter green time) adalah jumlah antara periode kuning
dengan waktu merah semua antara dua fase sinyal yang berurutan (detik).
j Waktu hilang (lost time) adalah jumlah semua periode antar hijau dalam
siklus yang lengkap atau beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau
dalam semua fase yang berurutan (detik).
k Derajat kejenuhan (degree of saturation) adalah rasio dari arus lalu lintas terhadap
kapasitas untuk suatu pendekat.
l Arus jenuh (saturation flow) adalah besarnya keberangkatan antrian didalam suatu
pendekat selama kondisi yang ditentukan (smp/jam hijau).

2.4 Simulasi Lalu lintas Berbasis Vissim

2.4.1 VISSIM 8

VISSIM juga merupakan alat bantu atau perangkat lunak simulasi lalulintas
untuk keperluan rekayasa lalulintas, perencanaan transportasi, waktu sinyal, angkutan
umum serta perencanaan kota yang bersifat mikroskopis dalam aliran lalulintas multi–
modal yang diterjemahkan secara visual dan dikembangkan pada tahun 1992 oleh salah
satu perusahaan IT di negara Jerman. (Siemens, 2012).

VISSIM berasal dari kata VerkehrStadten – Simulationsmodel (dalam bahasa


Jerman) yang artinya model simulasi lalulintas kota. VISSIM merupakan software
simulasi yang digunakan oleh profesional untuk membuat simulasi dari scenario lalu
lintas yang dinamis sebelum membuat perencanaan dalam bentuk nyata. VISSIM
mampu menampilkan sebuah simulasi dengan berbagai jenis dan karakteristik dari
kendaraan yang kita gunakan sehari –hari, antara lain vehicles (mobil, bus, truk), public
transport (tram, bus), cycles (sepeda, sepeda motor), dan pejalan kaki.

Dengan visual 3D, VISSIM mampu menampilkan sebuah animasi yang realistis
dari simulasi yang dibuat dan tentunya penggunaan VISSIM akan mengurangi biaya dari
perancangan yang akan dibuat secara nyata.Pengguna software ini dapat memodelkan
segala jenis perilaku pengguna jalan yang terjadi dalam system transportasi.

Dalam Vissim, jenis-jenis lalu lintas yang bisa disimulasikan antara lain vehicles
(mobil, bus, truk), public transport (tram, bus), cycles (sepeda, sepeda motor), pejalan
kaki dan rickshaw. Pengguna software ini bisa memodelkan segala jenis konfigurasi
geometric ataupun perilaku pengguna jalan yang terjadi dalam system transportasi
(Aryandi, 2014).

BAB III GAMBAR LOKASI STUDI


3.1 Kondisi simpang bersinyal

Lalu lintas yang melewati ruas persimpangan Rajawali terdiri dari kendaraan
seperti; mobil penumpang, sepeda motor, mobil pick-up, truck, sepeda, dan Becak. Jenis
Kendaraan yang banyak melewati simpang rajawali ini adalah mobil penumpang dan
sepeda motor.

Gambaran umum ruas simpang APILL Rajawali merupakan tipe lingkungan yang
ramai, setiap ruas jalan memiliki lebar pendekat yang berbeda-beda, setiap ruas jalan
memiliki zebra cross. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

Pendekat Utara Selatan Barat Timur


ramai Ramai ramai ramai
Tipe Lingkungan

ada (zebra ada (zebra ada ada (becak,


Hambatan Samping cross, parkir, cross) (sepeda, parkir)
sepeda) becak)
Median tidak ada tidak ada Ada ada
Lebar Median tidak ada tidak ada 1,11 m 0,80 m

Belok kiri Jalan Terus tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
8,66 m 7,5 m 8,46 m 8,10 m
Lebar Pendekat (m)(W)

Lebar Pendekat Masuk 8,66 m 7,5 m 8,46 m 8,10 m


(m) (Wentry)
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Lebar Pendekat LTOR

Lebar Pendekat Keluar 7,36 m 7,0 m 7,62 m 6,48 m


(m) (Wexit)
Tabel 3.1 data geometrik dan gambaran umum simpang rajawali
Gambar 3.1 Foto Kondisi Simpang Rajawali

3.2 Lokasi dan Waktu Survei

Survei ini dlakukan di simpang Rajawali, palembang. Survei dilaksanakan pada


tanggal 9 Februari 2019, dimuali dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00. Adapun
peta lokasi penelitian dan foto survei dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan
Gambar 3.3.

Gambar 3.2 gambaran geometrik simpang rajawali


Gambar 3.2 Foto Pelaksanaan
Survei

3.3 Rekapitulasi Data Hasil Survei

3.3.1. Data Volume kendaraan

Ruas Jalan
Jenis Kendaraan Mayor HM.
Rajawali Veteran (Timur) Veteran (Barat)
Rasyad Nawawi
Mobil 2174 1666 2791 2101
Motor 3980 2544 4283 3403
Total 6154 4210 7076 5504
Tabel 3.1 tabel Rekapitulasi data volume kendaraan

3.3.2. Data Kecepatan Kendaraan


Ruas Jalan
Jenis Mayor HM.
Rajawali Veteran (timur) Veteran (Barat)
kendaraan Rasyad Nawawi
Min Max Min Max Min Max Min Max
Mobil 13,2 51,65 14,325 64,96 13,165 55,005 15,765 83,65
Motor 11,5 60,25 14,96 115,96 22,395 63,425 12,96 100,53
Tabel 3.2 Tabel Rekapitulasi Data Kecepatan Kendaraan

3.3.3. Data Traffic Signal Simpang Rajawali


Ruas jalan
Mayor HM.
Siklus Veteran Veteran
Rajawali Rasyad
(timur) (Barat)
Nawawi
Hijau 40 s 38 s 40 s 39 s
Kuning 2s 4s 2s 2s
Merah 139 s 139 s 137 s 137 s
Tabel 3.3 Tabel Rekapitulasi Data Traffic Signal Simpang Rajawali

Bab IV Metode Simulasi

4.1 langkah-langkah simulasi

Dalam melakukan simulasi dengan menggunakan VISSIM, terdapat beberapa


parameter yang perlu ditentukan dan diinput agar model simulasi dapat berjalan,
penginputan berupa background dan kondisi lajur yang digunakan.Hal ini dilakukan
sebelum kita meng-input data hasil survey ke dalam VISSIM. Secara singkat, langkah-
langkah untuk membuat dan merepresentasikan model simulasi pada simpang bersinyal
adalah sebagai berikut:

4.1.1 Mengaktifkan software PTV Vissim 8.


Setelah diinstal software PTV Vissim 8 akan tampil pada desktop

Gambar 4.1 Tampilan Awal Software PTV Vissim 8 pada Desktop


Gambar 4.2. Tampilan Tampilan Awal Software PTV Vissim 8

4.1.2 Menginput file Background


Untuk membuat suatu pemodelan Vissim yang sesuai dengan situasi dan ukuran
sebenarnya maka dibutuhkan data gambar dan jarak ukuran yang didapatkan dari
aplikasi maps. Pertama, ukur terlebih dahulu jarak sebenarnya pada aplikasi
Maps dan input background
Gambar 4.3. Menginput file Backround
4.1.3 Mengatur Skala Background
Setelah gambar background berhasil di input pada software Vissim langkah
selanjutnya adalah menyesuaikan skala gambar,Referensi jarak didapatkan dari
google maps dengan cara mengklik titik acuan ke titik akhir. penyesuaian skala
gambar dilakukan dengan menarik garis mengikuti garis skala pada gambar yang
di input tersebut.

Gambar 4.4 Mengatur Skala Background


4.1.4 Membuat jaringan jalan lalu lintas
Setelah skala gambar telah disesuaikan, kemudian membuat jaringan jalan
disesuaikan dengan mengikuti gambar peta dasar yang sebelumnya sudah di
input dan skala gambar telah disesuaikan. Ada 2 (dua) pembentuk jaringan jalan
pada Vissim dikenal sebagai Link dan Connector.
Gambar 4.5. Membuat Link
Link berfungsi sebagai pembentuk suatu jaringan jalan dan antar jaringan jalan
dihubungkan oleh Connector, pada link dan connector kita dapat menentukan
lebar jalan yang akan dimodelkan, antara link dan connector harus saling
berhubungan agar dapat terbentuk suatu jaringan jalan yang baik. Apabila
connector tidak terhubung dengan baik, maka kita tidak dapat melanjutkan ke
step selanjutnya. Connector disesuaikan , dari lane 1 kembali ke lane 1, begitu
pula dari lane 2 akan kembali ke lane 2.

Gambar 4.6. Membuat Connector


Membuat lengkungan dengan cara addpoint, penentuan jumlah titik bantu dapat disesuaikan
menurut kondisi pada jalan masing-masing. Semakin banyak titik bantu maka akan
semakin kecil sudut yang dibentuk dari perpanjangan suatu jalan.

4.1.5 Menginput jumlah kendaraan


Gambar 4.7. Mengatur Jumlah kendaraan dalam Vehicle Input
4.1.6 Menginput komposisi kendaraan
Komposisi kendaraan diatur berdasarkan daerah asalnya atau daerah/lengan
dimana kendaraan akan keluar sehingga jumlah komposisi kendaraan sejumlah
dengan survey yang kita lakukan

Gambar 4.8 Mengatur dan Menginput Vehicle Composition

4.1.7 Menentukan rute perjalanan


Gambar 4.9 Mengatur Vehicle Route
4.1.8 Menginput kecepatan kendaraan

Gambar 4.10 Mengatur dan Menginput Kecepatan Kendaraan


4.1.9 Mengatur sinyal lalu lintas
Gambar 4.11 Mengatur Signal Control
4.1.10 Menempatkan sinyal lalu lintas

Pilih signal Group sesuai


dengan penempatan fase

Gambar 4.12 Mengatur Penempatan Sinyal Lalu Lintas


4.1.11 Menampilkan hasil Simulasi

Gambar 4.13 Menampilkan hasil Simulasi

4.2 Hasil Simulasi

Dari simulasi yang telah dilakukan menggunakan software vissim didapatkan


bahwa pada setiap ruas jalan di simpang rajawali terjadi antrian kendaraan. Bila
dibandingkan dengan hasil perhitungan Level of Service, maka hasilnya tidak jauh
berbeda

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan laporan yang telah penulis buat, maka penulis dapat


menyimpulkanbahwa software Vissim merupakan perangkat lunak yang sangat
membantu untuk mensimulasikan keadaan lalu lintas yang ada pada setiap ruas jalan
yang ditinjau. Hasil yang didapat pun tidak jauh berbeda dengan perhitungan Level of
Service yang ada.

6.2 Saran

2. Kritik Dan Saran


Adapun Kritik serta saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Adapun kita sudah melakukan Analisis kinerja simpang dengan menggunakan metode
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 dapat dikontrol dengan kondisi lapangan,
ataupun dengan simulasi Softwere Vissim.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan peraturan yang lebih baru selain
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 mengingat peraturan harus menyesuaikan
dengan kondisi dan teknologi pada saat ini dan perlunya pembaharuan.
3. Perlu segera dilakukan evaluasi kinerja simpang oleh instansi terkait mengingat kondisi
simpang Jl.Veteran – Jl. Rajawali dan Jl. Mayor yang padat pada jam-jam sibuk sering terjadi
tundaan yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/VisSim

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.621.709&rep=rep1&typ
e=pdf

https://transportasijupri.wordpress.com/2011/03/01/karakteristik-arus-lalu-lintas-traffic-
flow-characteristic/

https://www.academia.edu/31676289/Pemeriksaan_Geometrik_Simpang_Empat_Lengan_P
asca_Beroperasinya_Bus_TMB_Koridor_III_di_Sarijadi

Anda mungkin juga menyukai