Anda di halaman 1dari 23

ASPEK-ASPEK PENGASUHAN ANAK USIA DINI

(HEALTH AND LIFE EDUCATION)

Dibuat guna melengkapi tugas mata kuliah Model Pengasuhan Anak Usia Dini

Dosen pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd.

Oleh:
Herlini Melianasari 16717251012
Arvinda Kurniawati 17717251011

PASCASARJANA
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek-aspek
Pengasuhan Anak Usia Dini (Health and Life Education)” yang merupakan tugas
mata kuliah Model Pengasuhan Anak Usia Dini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT serta tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima kritik, saran, dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin …

Yogyakarta, 16 Maret 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Pola asuh merupakan suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak,
dimana orang tua memberikan contoh kepada anak untuk membenahi tingkah
laku, memberikan pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat.
Bertujuan supaya anak dapat mandiri, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat
rasa ingin tahu, bersahabat, tumbuh dan berkembang secara sehat (Tridhonanto. A
dan Agency. B, 2014). Sedangkan menurut Brooks (2011) mengatakan bahwa
pengasuhan merupakan sebuah proses yang merujuk pada serangkaian tindakan
dan interaksi yang dilakukan orangtua untuk mendukung perkembangan anak
serta mencakup pemberian tanggung jawab berupa kasih sayang dan memberikan
kebutuhan anak usia dini (seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang
layak).
Didukung pendapat Hoghughi (2004) menyatakan bahwa pengasuhan
mencakup seluruh aktivitas supaya anak dapat berkembang secara optimal dan
dapat bertahan hidup dengan baik. Cara orang tua dalam mendidik, memberi
bimbingan, dan pengawasan kepada anak sebagai upaya untuk menjadikan anak
berguna di lingkungan sekitar, memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak, dan
menumbuhkan norma-norma yang belaku dalam masyarakat. Hal tersebut menjadi
salah satu faktor penentu bagi anak untuk menginterpretasikan nilai yang
diajarkan orang tua pada anak untuk dapat belajar menentukan sikap maupun
berperilaku.
Disimpulkan bahwa pengasuhan anak usia dini merupakan sebuah proses
interaksi yang dilakukan orang tua terhadap anak untuk menstimulasi aspek
perkembangan anak secara menyeluruh (perkembangan nilai agama moral,
kognitif, bahasa, sosial emosional, motorik, seni) dan memberikan kebutuhan
anak (berupa kasih sayang, kesehatan, dan keamanan). Selain itu, orang tua dan
keluarga harus memenuhi kebutuhan anak untuk memberikan asupan nutrisi
dalam tubuh. Kekurangan gizi dan nutrisi pada anak merupakan faktor kegagalan
menjadi orang tua untuk memberikan kesehatan dan kebutuhan pada anak. Faktor
lainnya yaitu kurangnya pengetahuan orang tua dan keluarga tentang kesehatan
dan nutrisi yang dibutuhkan anak, serta orang tua yang kurang peduli dengan
asupan nutrisi dan kurangnya memperhatikan konsumsi makanan yang diberikan
setiap harinya untuk anak.
Di Indonesia, penelitian tentang pola asuh makan terhadap anak sekolah
masih terbatas pada usia balita. Sedangkan penelitian di luar negeri sudah banyak
yang membahas masalah ini. Salah pengasuhan dalam pemberian makan
menyebabkan gizi buruk. Dampak dari gizi buruk berpengaruh terhadap konsep
diri anak dan perkembangan anak karena timbunan penyakit lainnya. Oleh sebab
itu, orang tua sangat berperan untuk mengawasi tahapan pertumbuhan anak seperti
merawat, melindungi, mengarahkan kehidupan baru anak dalam setiap tahap
perkembangannya, dan memperhatikan status gizi anak. Setiap orang tua pasti
menginginkan anaknya menjadi sehat, maka hal tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan gaya hidup sehat, keamanan, gizi dan makanan, olahraga, tidur serta
pola bermain anak yang tepat. Hal tersebut harus dilakukan dengan seimbang
untuk mendukung aspek perkembangan dan akademik anak usia dini (Morisson,
2012).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji adalah :
1. Bagaimana aspek pengasuhan tentang gaya hidup sehat anak usia dini?
2. Bagaimana aspek pengasuhan terhadap pendidikan anak usia dini?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek pengasuhan tentang gaya hidup sehat anak usia
dini.
2. Untuk mengetahui aspek pengasuhan terhadap pendidikan anak usia dini.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat memahami tentang aspek pengasuhan anak usia dini (health and life
education).
2. Dapat dijadikan referensi lebih lanjut untuk mengembangkan aspek
pengasuhan anak usia dini (health and life education).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Pengasuhan tentang Gaya Hidup Sehat Anak Usia Dini


Anak yang sehat merupakan suatu kondisi atau keadaan anak yang normal
atau stabil, baik fisik, mental, sosial, maupun ekonomi. Hal ini berarti bahwa
kesehatan seseorang itu tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial
saja, akan tetapi diukur juga dari aspek ekonomi atau menghasilkan sesuatu secara
ekonomi. Anak sehat itu biasanya super aktif dalam tingkah lakunya maupun cara
berkomunikasi, dia lebih suka bergerak daripada diam terhadap teman-temannya.
Adapun kategori anak sehat menurut Notoadmodjo (2007), seperti : fisik (badan)
yaitu tubuh yang sehat bebas dari penyakit, mental (jiwa) yaitu seseorang yang
memiliki motivasi, perasaan, dan pemikiran yang kuat dalam menjalani
kehidupannya dan dapat mengontrol dirinya agar tetap stabil, sosial yaitu
seseoarang yang selalu mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial di
sekitarnya, serta ekonomi yaitu produktivitas seseorang dalam hidupnya.
Menurut Brooks (2011) menyatakan bahwa untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini maka orang tua harus memiliki
tanggung jawab mengajarkan anak hidup sehat dan berperilaku sosial. Lima fokus
utama dalam health and life education adalah keamanan, makan, olahraga, tidur,
bermain, toilet training/hidup bersih.
1. Keamanan
Keamanan menjadi kepedulian utama karena luka merupakan penyebab
utama kematian pada anak dan remaja. Tidak hanya membawa kematian pada
anak, mereka juga mengalami trauma psikologis karena perawatan di rumah
sakit, banyaknya pengobatan, penyembuhan yang lama, dan cacat seumur
hidup. Pada awalnya orang menganggap lupa sebagai kecelakaan. Sekitar 40
tahun yang lalu, ahli keamanan menyadari seperti halnya penyakit luka juga
bisa di cegah. Untuk memberikan keamanan di rumah, orang tua harus
mengawasi perilakunya sendiri sehingga kebiasaan buruk seperti merokok atau
minum alkohol tidak beresiko maupun tidak ditiru oleh anak.
Orangtua juga hendaknya mengajari dan memberikan contoh kepada anak
tentang bagaimana mengamankan dirinya sendiri. Misalnya dalam memilih
makanan yang sehat agar anak tertib dan tidak mudah jajan sembarangan,
penggunaan obat sesuai aturan, dan cara membuang sampah agar anak tidak
membuang sampah di sembarang tempat. Cara lain yang dapat dilakukan orang
tua untuk menyiapkan lingkungan aman bagi anak yaitu selalu memberikan
contoh teladan setiap hari serta berinisiatif untuk memberikan makanan dan
minuman yang sehat buat anak.
2. Makan
Anak mulai belajar makan ketika proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
dilakukan bayi pada saat melakukan gerak refleks untuk mencari kemudian
menghisap puting payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) yang pertama keluar
dinamakan kolostrum. Kolostrum (susu pertama) adalah ASI yang keluar pada
hari pertama setelah bayi lahir (4-7 hari) berwarna kekuning-kuningan dan
lebih kental karena mengandung banyak vitamin, protein, dan zat kekebalan
yang penting untuk kesehatan bayi dari penyakit infeksi (Depkes RI, 2005).
Kolostrum juga mengandung beberapa bahan anti penyakit yang dialihkan
melalui susu dari tubuh ibu kepada bayi. Bahan anti tersebut membantu bayi
menyediakan sedikit kekebalan terhadap infeksi penyakit sampai anak berusia
2 tahun. Sampai usia 6 bulan makanan yang paling baik bagi bayi adalah ASI
tanpa diberi makanan atau minuman apapun.
Enam bulan berikutnya anak mulai diperkenalkan dengan makanan lunak
yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI merupakan
makanan tambahan bagi bayi untuk pelengkap pemenuhan kebutuhan bayi,
menutupi kekurangan gizi yang terkandung di dalam ASI. Bertujuan untuk
menambah energi dan zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat
mencukupi kebutuhan bayi yang semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur dan berat badan. Gangguan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak yang normal dapat terjadi ketika kebutuhan energi dan zat
gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan bayi yang
hanya mengandalkan ASI saja maupun pemberian makanan tambahan yang
kurang memenuhi syarat gizi (Krisnatuti, dkk, 2000). MP-ASI yang diberikan
orang tua kepada anak untuk memenuhi konstruksi gizi, bukan berdasarkan apa
yang disenangi anak. Bertujuan supaya anak belajar mengunyah dan ketika
anak usia 2 tahun maka sudah bisa makan sendiri.
Oleh sebab itu, peran orang tua yaitu memberikan makanan bergizi dan
nutrisi sehat bagi anak serta membantu anak membiasakan makan sehat di
rumah dengan cara menyiapkan makanan yang sehat untuk anak. Peran
tersebut sangat penting dilakukan karena memberikan makanan bergizi dan
nutrisi yang baik di masa kecil, akan menghasilkan perkembangan kognitif dan
motorik yang bagus bagi anak di masa mendatang.
a. Gizi dan kesehatan pada anak usia dini
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti “makanan”.
Gizi (nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya untuk menghasilkan energi, membangun, dan memelihara
jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2005).
Menurut Sediaoetama (dalam Santoso, 2009), makanan bergizi merupakan
bahan dasar penyusunan bahan makanan yang mempunyai fungsi sumber
energi atau tenaga untuk menyokong pertumbuhan badan, memelihara dan
mengganti jaringan tubuh, serta mengatur metabolisme dan berperan dalam
mekanisme pertahanan tubuh. Jadi, gizi merupakan suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
penyimpanan dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi.
Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terutama pada balita yang
masih dalam masa pertumbuhan. Di masa tumbuh kembang balita yang
berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas
yang tepat dan seimbang. Pengaturan makanan yang sehat untuk anak usia
dini tidak sama dengan orang dewasa. Porsi makan untuk anak usia dini
biasanya sepertiga sampai setengah dari porsi orang dewasa. Karena,
mereka juga membutuhkan makanan selingan yang bergizi di antara 3 kali
makanan utama. Anak perlu makan makanan yang mudah dicerna dan
bergizi tinggi. Adapun 5 kelompok makanan yang bergizi, di antaranya
yaitu:
- Lemak dan gula yaitu pengaturan makanan yang seimbang harus
mengandung cukup lemak dan gula. Hindari pemanis buatan. Berikanlah
makanan olahan susu yang berlemak tinggi.
- Daging, memberikan pada setiap hari 1 porsi daging, ikan, atau telur, atau
2 porsi tumbuh-tumbuhan, seperti kacang-kacangan.
- Makanan olahan susu, setiap hari berikan sedikitnya 350 ml susu berkadar
lemak tinggi atau 2 porsi keju atau yougurt.
- Buah dan sayuran, setiap hari berikan sedikitnya 4 porsi buah atau sayuran
segar. Jus buah dihitung sebagai 1 porsi walaupun diberikan lebih dari 1
kali.
- Produk biji-bijian dan zat tepung, setiap hari di setiap waktu makan
berikan sedikitnya 1 porsi nasi, roti, jagung, sereal, ataupun tumbuhan yang
mengandung zat tepung. Hindari makanan yang terbuat dari biji-bijian yang
sangat kasar.
Perlu diingat bahwa tak ada satu pun jenis makanan yang mengandung
semua zat gizi, yang dapat membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh
kembang, dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi
aneka ragam makanan (kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja). Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah
makanan yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar
dan sehat. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu
makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu
pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan
yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum,
ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mie. Minyak, margarin dan
santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan
sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat
pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-
kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur,
ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan
buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.
b. Menurut Santrock (2007) bahwa masalah kesehatan yang sering dialami
anak usia dini adalah kurang gizi, pola makan, kurang olahraga dan
pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi
sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat
berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai
variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hotdog, pizza, hamburger
dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan
gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi pendidik dan orang tua
untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan
cepat saji. Untuk itu perlu memperhatikan karakteristik makanan yang
bergizi seperti: mengandung berbagai unsur-unsur terpenting yang di
butuhkan di dalam tubuh (karbohidrat, mineral, protein, vitamin, lemak, dan
air) dan makanan yang berasal secara alami, tidak adanya bahan kimia atau
bahan lainnya yang dapat membahayakan tubuh.
c. Jenis-jenis zat gizi bagi anak usia dini terdiri dari :
- Karbohidrat sumber kalori utama bagi manusia. Jumlah kalori yang
dihasilkan hanya 4 kal dari 1 gram karbohidrat, namun bila dibanding
protein dan lemak, karbohidrat merupakan sumber kalori yang lebih
mudah didapat. Disamping itu beberapa golongan karbohidrat
mengandung serat yang berguna bagi pencernaan. Karbohidrat juga
sebagai zat gizi yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda,
terdiri atas unsur karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O). Rumus
kimia karbohidrat adalah Cn(H2O) memberi kesan zat karbon yang di
ikat dengan air, sehingga diberi nama karbohidrat.
- Protein berasal dari kata yunani proteios yang berarti yang pertama.
Protein merupakan salah satu nutrisi yang berperan besar dalam tumbuh
kembang anak. Zat ini membantu kontraksi otot, proses penggumpalan
darah, proses penglihatan, serta membentuk struktur tulang, gigi dan
rambut. Selain itu, protein juga bertugas untuk membantu pertumbuhan,
penyembuhan, penggantian jaringan dan sel tubuh yang mati atau rusak,
melawan penyakit dan memperkuat sistem kekebalan tubuh, serta
mengangkut lemak, mineral, oksigen, dan vitamin ke seluruh tubuh.
- Lemak terbentuk dari 95% asam lemak & gliserol. Lemak merupakan
sumber energi selain karbohidrat dan protein. Dengan adanya kelebihan
konsumsi lemak yang tersimpan sebagai cadangan energi, maka
seseorang berada dalam kondisi kekurangan kalori sehingga lemak
merupakan cadangan pertama yang akan digunakan untuk mendapatkan
energi setelah protein. Oleh karena itu, dengan adanya cadangan lemak,
maka penggunaan protein sebagai energi akan dapat dihemat. Namun
hal ini tentu saja hanya bersifat sementara. Cadangan lemak memang
diperlukan di dalam tubuh tetapi jika cadangan ini jumlahnya terlalu
banyak dapat berdampak pada gangguan kesehatan. Orang yang di
dalam tubuhnya terdapat timbunan lemak dalam jumlah yang
berlebihan mempunyai kecendrungan untuk menderita penyakit
jantung, ginjal, diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit lainnya.
Seseorang dengan kelebihan berat badan 10 % dari berat idealnya, maka
orang tersebut sudah dapat digolongkan gemuk atau obesitas.
- Vitamin, mulanya dikenalkan oleh seorang ahli kimia Polandia yang
bernama Funk. Ia percaya bahwa zat penangkal penyakit beri-beri yang
larut dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut
lahirlah istilah vitamine dan yang kemudian menjadi vitamin. Vitamin
dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik yang tidak termasuk
dalam golongan protein, karbohidrat, maupun lemak. Senyawa ini
terdapat dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tapi sangat
penting peranannya bagi tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan
serta pertumbuhan. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang
sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan
yang normal. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh manusia dalam
jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan
yang dikonsumsi. Terkecuali pada vitamin D, yang dapat dibentuk
dalam kulit jika kulit mendapat sinar matahari. Vitamin pada umumnya
dapat dikelompokan ke dalam dua golongan utama yaitu: vitamin yang
larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) serta vitamin yang larut
dalam air (vitamin C dan vitamin B).

Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat gizi terbagai atas
dua, yaitu :
- Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar
dengan satuan gram, misalnya karbohidrat, lemak dan protein.
- Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah
kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk
kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro
menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.

Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani.
Contoh zat gizi nabati misalnya beragam jenis buah-buahan, sayuran
dan kacang-kacangan. Sedangkan contoh sumber zat gizi hewani
misalnya daging, ikan, produk susu dan telur.

Faktor yang mempengaruhi status gizi adalah sebagai berikut:


- Tingkat pendapatan keluarga. Hubungan pendapatan dan gizi dalam
keluarga didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari
peningkatan pendapatan untuk perbaikan kesehatan dan gizi.
Sebaliknya jika rendahnya pendapatan seseorang maka daya beli
berkurang sehingga kemungkinan kebiasaan makan dan cara-cara lain
menghalangi perbaikan gizi sehingga kurang efektif untuk anak-anak.
- Tingkat pengetahuan dan pendidikan. Adanya tingkat pengetahuan
dan pendidikan yang rendah sehingga orang tua tidak mengetahui
makanan mana yang bergizi walaupun makanan tersebut berkualitas
baik,tetapi tidak ada jaminan apakah makanan itu makanan bergizi yang
tinggi dan banyak protein untuk pemenuhan kebutuhan anak usia dini.
- Jumlah anggota keluarga dan banyaknya anak dalam keluarga akan
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pangan dan dapat dikatakan
semakin besar tanggungan keluarga semakin besar pula pangan yang
harus tersedia.
- Status Pekerjaan Ibu. Jika ibu yang berkarir dan bekerja pagi sampai
sore maka dalam tanggung jawabnya mengurusi anak dalam hal
memperhatikan makanan anak sangat berkurang. Keadaan yang
demikian dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak
balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu
yang cukup untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan
kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan
kepada anak.
d. Fungsi zat gizi anak usia dini yaitu untuk mememelihara kesehatan
anak dan mengoptimalkan dalam masa perkembangan anak agar efektif
dalam menjadikan kualitas hidup anak. Gizi tersebut akan membantu dalam
proses dan tahap perkembangan anak, menjaga kondisi anak untuk
mencegah datangnya penyakit, serta mendukung daya pikir anak.
- Sebagai pemberi tenaga maksudnya untuk menyediakan energi yang
diperlukan untuk segala aktifitas yang dilakukan oleh tubuh,
diantaranya untuk mempertahankan proses yang dilakukan oleh organ
dalam, melaksanakan aktivitas luar, mengubah makanan yang di makan
menjadi zat makanan yang beguna bagi tubuh, tumbuh, dan untu
menjaga agar tubuh tetap hangat.
- Sebagai pembangun. Makanan juga berfungsi sebagai pembangun
tubuh bayi dapat tumbuh dari berat 3 kg menjadi 50 kg karena makanan
yang dimakannya. Bagi orang dewasa, makanan yang di makan tiap
hari membantu mempertahankan struktur tubuh, dan mengganti sel-sel
tubuh yang rusak. Walaupun protein juga dimasukkan ke dalam
pengasil tenaga, fungsinya yang utama adalah sebagai pembangun.
Selain protein, mineral dan air juga berperan sebagai pembangun
jaringan tubuh.
- Sebagai pengatur yaitu untuk mengatur aktivitas tubuh seperti
berdenyutnya jantung, mempertahankan suhu tubuh, kontrasi otot,
mengatur keseimbangan air, membekunya darah, membuang sampah
dari tubuh. Fungsi pengatur dipenuhi oleh protein dan vitamin. Zat
makanan yang termasuk dalam golongan ini jelas membantu terjadinya
proses-proses di dalam tubuh kita.

Pemenuhan gizi secara lengkap ,tepat dan seimbang akan saling


memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
secara keseluruhan seperti terhadap tulang, penglihatan, dan daya tahan
tubuh bahkan otak sebagai organ kecerdasan. Semua itu dapat mendukung
kapasitas anak sehingga memilki kemampuan yang optimal di kemudian.
Semenjak dalam kandungan kapasitas dan karakter seseorang di kemudian
hari ditentukan dari proses bagaimana di dibesarkan. Hal itu termasuk
kualitas gizi dan stimulasi yang didapatkan bahkan sejak dalam kandungan,
sehingga gizi yang baik akan mendukung proses pertumbuhan janin. Sejak
hamil pertumbuhan sel otak pada janin sudah harus dimaksimalkan dan
calon ibu perlu menyiapkan gizi yang tepat sejak awal masa kehamilan.
Penting diketahui cikal bakal otak sudah terbentuk pada minggu ketiga
kehamilan berupa lempeng saraf. Kemudian pada minggu ke empat berubah
menjadi tabung saraf lalu pada minggu kelima kehamilan mulai terbentuk
otak besar ,batang otak, otak kecil, dan medula spinalis. Kemudian setelah
lahir ke dunia periode yang penting untuk di perhatikan dalam pertumbuhan
otak adalah usia 0-2 tahun. Karena wakut tersebut merupakan periode emas
terjadinya perkembangan saraf otak tercepat khususnya mielinisasi.
Perkembangan otak terus berlanjut hingga anak berusia 5 tahun, dimana
masa puncak dari perkembangan otak anak yang akan menjadi pondasi bagi
perkembangan otak selanjutnya. Faktor yang paling utama untuk
pembentukan sel-sel otak pada masa periode emas adalah gizi. Adapun
beberapa gizi yang berperan adalah glukosa, vitamin, mineral, asam
linolenat, asam amino, esensia, dan kolin. Disamping itu hal lain yang tak
kalah penting dalam pemenuhan gizi anak adalah asupan zat gizi makro dan
mikro dari beragam makanan. Oleh karena itu orang tua perlu
memperhatikan asupan sumber makanan bergizi yang seimbang dan
bervariasi untuk anak yang dilakukan setiap harinya.
e. Kebutuhan energi untuk anak usia dini meliputi :
- Kalori merupakan satuan panas dalam proses metabolisme dan dipakai
untuk menyatakan besarnya energi yang terkandung dalam bahan
makanan. Sewaktu laju pertumbuhan menurun pada masa pra-sekolah
kebutuhan kalori per kg tidak setinggi pada waktu masa bayi dan nafsu
makannya jua menurun. Kebutuhan kalori anak pra-sekolah adalah 80
kkal/kg BB/hari.
- Keperluan protein untuk anak pra-sekolah adalah 1,5 g/kg BB/hari.
Sumber makanan dari telur, ayam, bebek, daging, jeroan, ikan, ikan
laut, ikan air tawar, udang, susu, keju, sereal, kacang-kacangan, kacang
tanah, kacang kedelai, tahu, tempe, jagung, beras, gandum.
- Kebutuhan makanan yang berimbang 50% berasal dari karbohidrat.
Sumber makanannya yaitu susu, tepung, ubi, singkong, sagu, sereal,
beras,jagung, gandum, buah, jajanan, sirup, kue, sayur.
- Kebutuhan makanan yang berimbang 35% berasal dari lemak.
Sumber makanannya susu, keju, kuning telur, mentega, margarin,
minyak nabati, kacang tanah, daging, jeroan, otak, ikan.
- Keperluan anak minum berkisar antara 100-125 ml/kg BB/hari atau
sebanyak 1150-1800 ml/hari.
- Kebutuhan vitamin A anak adalah 800ng RE/hari. Sumber makanan
yaitu hati, minyak ikan, susu, produk kemasan susu, ikan air tawar,
kuning telur, mentega, sayur dan buah berwarna hijau, kuning dan
merah.
- Kebutuhan tiamin anak adalah 0,5-0,6 mg/hari. Sumber makanan
yaitu hati, daging, susu, kuning telur, sereal, beras, setengah giling,
gandum, kacang-kacangan dan sayuran.
- Kebutuhan riboflavin anak adalah 0,8 mg/hari. Sumber makanan yaitu
susu, keji, hati, jeroan, daging, telur, ikan, sayur berdaun hijau.
- Kebutuhan niasin anak balita adalah 13 mg/hari. Sumber makanan
yaitu daging, ikan, ayam, hati, sereal, sayuran berwarna hijau dan
kacang tanah.
f. Gangguan kesehatan pada anak usia dini, misalnya gangguan diare
(membuat badan anak lemas dan apabila terlalu akut akan mengakibatkan
kematian karena kekurangan cairan, gizi yang buruk juga akan mengganggu
kesehatan anak (akan mengakibatkan terganggunya kinerja otak dan bahkan
mengurangi kapasitas kecerdasan anak).
Kesehatan gizi tergantung pada tingkat konsumsi makanan yang
ditentukan oleh kualitas hidangan, sehingga makan yang berlebihan atau
kekurangan makan maka memberikan kondisi kesehatan dan gizi yang tidak
seimbang sehingga akan muncul berbagai penyakit, di antaranya penyakit
gizi lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit metabolik bawaan, dan
penyakit keracunan makanan.
Anak balita pada umumnya merupakan kelompok umur yang paling
sering menderita akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan karena anak
balita dalam periode transisi dari makanan bayi beralih ke makanan orang
dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengasuhannya sering
diserahkan kepada orang lain yang belum tentu dapat mengasuh dengan baik
terutama dalam memberikan asupan makanan yang sehat dan bergizi pada
anak.
g. Ada beberapa jenis gangguan yang sering terjadi pada anak usia dini di
antaranya yaitu:
- Kekurangan zat makanan mengakibatkan tidak sehat bahkan sakit.
Sedangkan kelebihan zat makanan juga menyebabkan berbagai penyakit.
Kekurangan umumnya mencakup protein dan karbohidrat, serta vitamin
dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya berkaitan dengan
konsumsi lemak, protein, dan gula.
- Beberapa gangguan psikis pada anak adalah gangguan emosi, belajar,
sosial (gangguan sosial terjadi karena tidak adanya keseimbangan diri
dengan lingkungan di sekitarnya), gangguan psikiatri yang timbul akibat
faktor psikososial (dalam hubungan dengan orang tua dan gangguan
dalam diri anak yang memiliki kekurangan atau cacat), gangguan dalam
interaksi sosial (seperti anak bergaul dengan keluarga dan orang lain di
luar keluarganya).
- Ada beberapa penyakit anak yang sering menyerang sehingga perlu
adanya pencegahan misalnya cacar air, demam berdarah, polio,
mengompol, disentri. Di antara beberapa penyakit yang sering
menyerang anak, ada salah satu penyakit yang setiap anak pasti akan
mengalami penyakit tersebut entah itu sudah berusia di atas enam tahun
atau belum yaitu penyakit cacar air, dimana penyakit tersebut
menyerang ke seluruh tubuh anak. Selain itu, ada beberapa gejala yang
timbul pada anak yang sakit di antaranya pilek, suara serak, selera
makan berkurang, muntah, kejang, dan nyeri.
h. Pemeliharaan Kesehatan Anak. Cara yang dapat dilakukan supaya tidak
terjadi penyakit yang dapat mengganggu belajar serta kecerdasan anak
adalah dengan menjaga kebersihan diri anak dan lingkungannya, imunisasi
tepat waktu, serta menjaga jenis makanan yang dikonsumsi. Perawatan
kesehatan pada anak usia dini dapat diawali dari pemberian makanan yang
sehat dan menjaga kebersihan. Pemberian makanan yang sehat dapat
menjaga kesehatan, mendidik anak sejak usia dini untuk menanamkan
kebiasaan hidup sehat. Makanan yang diberikan kepada anak harus sesuai
dengan kebutuhan gizi dan kebutuhan anak. Anak yang alergi terhadap
makanan tertentu, maka diberikan makanan pengganti untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Banyak anak yang tidak menyukai makanan yang
sehat seperti sayuran, sebagai orang tua dan pendidik harus bisa membuat
sayuran menjadi makanan yang paling lezat bagi anak. Misalnya, dalam
memasak sayuran bisa dimodifikasi dengan zat makanan lain yang cita
rasanya dapat disukai anak.
3. Olahraga
Orang tua memiliki peran yang penting sebagai model bagi anaknya,
sehingga secara aktif harus memberikan kebiasaan pada anak untuk aktivitas
fisik seperti olahraga. Keluarga sangat dianjurkan untuk memulai olahraga
bersama-sama untuk mendapat manfaat dari latihan dan mengurangi masalah
yang diakibatkan kegiatan duduk yang lama. Dengan begitu, anak sejak dini
sudah terbiasa hidup sehat dan akan terhindar dari berbagai penyakit di
kemudian hari.
4. Tidur
Tidur atau pola istirahat harus diajarkan oleh orang tua dengan proses
pembiasaan. Bayi dapat tidur kurang lebih 16-20 jam dalam sehari, semakin
bertambahnya usia durasi tidur anak semakin berkurang. Sama halnya ketika
masih kecil dan remaja, tidur yang cukup dan berkualitas terkait dengan
kestabilan fisik, kognitif dan emosi.
Adapun beberapa manfaat tidur yaitu dapat merefreshkan otak,
mengembalikan tingkat energi yang habis, memperbaiki sel yang rusak, dan
menumbuhkan koneksi otak baru.
Penelitian menunjukkan bahwa jumlah tidur yang cukup mengurangi
perbedaan ras dan sosial dalam tes kognitif. Ketika anak usia sekolah dari etnik
dan kelompok sosial yang berbeda, mendapat waktu tidur yang cukup maka
hasil penilaian tes mereka sama. Ketika tidurnya berkurang, perbedaan kinerja
atas ras dan kelompok sosial muncul pada tes kognitif. Maka dari itu untuk
membiasakan tidur yang sehat pada anak maka orang tua harus mendidik dan
mengawasi supaya anak dapat tidur yang cukup, bertujuan untuk menghindari
masalah emosi seperti keagresifan dan depresi pada anak.
5. Bermain
Bermain merupakan dunia anak-anak, karena itu sama halnya dengan
belajar bagi anak usia dini. Orang tua tidak boleh membiarkan anak bermain
dengan percuma tetapi harus menstimulus anak untuk melatih kecerdasannya
maupun mengembangkan aspek perkembangan anak melalui kegiatan bermain
tersebut. Sebaiknya orang tua menyediakan alat permainan yang edukatif yang
dapat melatih kreativitas, imajinasi, kesabaran, dan kepercayaan diri anak.
Melalui bermain, daya pikir anak akan terangsang untuk mengembangkan
seluruh aspek perkembangan anak terutama sosial emosional, kognitif, dan
fisik.
Bermain dapat meliputi bermain secara bebas (anak bermain tanpa aturan
dan peraturan sehingga anak bebas berekplorasi), dan bermain secara terarah
atau terbimbing (permainan yang direncanakan dan diarahkan bahkan ada
peraturan yang dibuat anak oleh temannya atau orang tuanya atau
pendidiknya). Orangtua sebaiknya meluangkan waktu untuk bermain bersama
anak supaya lebih dekat dengan anak dan dapat mengetahui sejauhmana
perkembangan si buah hati. Hal tersebut merupakan moment berharga bagi
orang tua.
6. Toilet training
Kebiasaan hidup sehat berkaitan dengan toilet training harus diajarkan
mulai dari masa balita. Misalnya, mengganti popok secara berkala yang
dilakukan oleh pengasuh. Orang tua juga harus memberitahu anak bagaimana
cara buang air dan membersihkan diri setelah buang air, cara mandi, kapan
mengganti pakaian yang kotor, dan melakukan pekerjaan rumah seperti
menyapu. Saat anak berusia 2 atau 3 tahun, ia sudah dapat mandiri untuk
menjaga kebersihan diri, sesuai dengan teori psikoseksual yang dikemukakan
oleh Sigmund Freud.
Toilet Training pada dasarnya merupakan proses melatih dan menumbuhkan
kebiasaan pada anak untuk melakukan aktivitas buang air kecil maupun buang
air besar di toilet. Toilet training menjadi awal dari proses anak menuju
kemandirian, dimana anak mulai belajar melakukan hal-hal kecil dengan
mandiri dan dapat membantu untuk mengenali bagian-bagian tubuh serta
fungsinya (anatomi) tubuhnya.
Tanda-tanda fisik anak telah siap menerima toilet training antara lain dapat
duduk tegak, mampu jongkok 5-10 menit tanpa berdiri dulu, memiliki jadwal
BAK dan BAB yang cukup teratur, anak berhasil bangun tidur tanpa
mengompol, anak dapat menaik-turunkan celananya sendiri. Sedangkan ciri
anak sudah siap secara mental untuk diberikan toilet training meliputi anak
sudah mengenal rasa ingin berkemih, mengungkapkan kebutuhan untuk
berkemih baik verbal maupun nonverbal, merasa tidak nyaman dengan kondisi
basah atau kotor di celana dan ingin segera diganti, dapat memahami instruksi
sederhana dan bisa meniru perilaku orang lain.

B. Aspek Pengasuhan terhadap Pendidikan Anak Usia Dini


INILAH, Bandung - Orang tua harus memenuhi empat aspek dalam
mengasuh anak yang masih berusia dini, yaitu kesehatan, pendidikan,
pengasuhan, dan perlindungan.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan


Perlindungan Anak (P2TP2A) Jawa Barat Netty Prasetiyani mengatakan,
orangtua harus tampil dalam menghadirkan pendidikan stimulus kepada
anak.

"Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hanya satu bagian kecil dari upaya
yang harus dilakukan pada anak agar tumbuh kembangnya senantiasa
melejit," kata Netty dalam Talkshow Bunda Ganesha Bandung bertema
"Kecerdasanku adalah Kehebatanku" di Aula Barat Institut Teknologi
Bandung (ITB), Bandung, Kamis (16/2).
Aspek kesehatan, ujar Netty, dapat dipenuhi dengan secara rutin membawa
anak ke posyandu guna memonitor perkembangan fisik serta pemberian
vitamin dan vaksin. Sedangkan aspek pendidikan tak selalu berhubungan
dengan sekolah formal dan informal saja, melainkan juga dengan
pengawasan orangtua pada saat anak sangat butuh bimbingan.
Contohnya dalam penggunaan gawai, maupun ketika anak pertama kali
mengalami haid atau mimpi basah, orangtua lah yang semestinya
memberikan pengertian pada anak tentang perkembangan fisiknya
tersebut.

Kedua aspek lainnya, yakni pengasuhan dan perlindungan yang saling


berkaitan. Orangtua tidak boleh membiarkan anak-anaknya diasuh oleh
televisi, apalagi oleh internet yang semakin mudah diakses melalui
handphone tanpa pengawasan, karena boleh jadi dari media-media tersebut
anak terpengaruh untuk melakukan kekerasan, mencoba miras dan
narkoba, hingga terjebak seks bebas dan penjualan orang (human
trafficking).

"Jika ingin melejitkan potensi anak, harus dilakukan sejak dini. Aspek-
aspek tersebut selain menjadi hak tiap anak, juga merupakan kewajiban
yang harus dijadikan kebutuhan bagi para orang tua," kata Netty.

Senada dengan Netty, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah


Suryadi pun mengakui pentingnya pendidikan dini, bukan hanya sebagai
perwujudan program pendidikan semata, tetapi juga membangun karakter
anak.

"PAUD sebenarnya penting dalam mempersiapkan anak sebelum


memasuki sekolah formal, juga membangun karakter anak cinta belajar
sejak dini," ujar Kadarsah.

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Brooks, Jane. (2011). The Process of Parenting. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Buckhalt, El Sheikh, and Keller. (2007). Children’s Sleep and Cognitive


Functioning: Race and Socioeconomic Status As Moderators Of Effect.
Vol.78 hlm.213-231.

Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi. Jakarta.

Gregory and O’Connor. (2000). Sleep Problems In Childhood: A Longitudinal


Study Of Developmental Change And Association With Behavioral
Problems- Journal Of The American Academy Of Child And Adolescent
Psychiatry. Vol.41 hlm.964-971.

Hoghughi, M.., and Long, N. (2004). Handbook Of Parenting. Theory and


Research For Practice. Wiltsire, Great Britain: Cromwell Press Ltd.

June Thompson. (2003). Pedoman Merawat Balita. Jakarta: Erlangga.

Krisnatuti, Diyah dkk. (2002). Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta :


Puspa Swara, Anggota IKAPI

Leavitt, Tonniges, and Rogers. Good Nutrition The Imperative For Positive
Development dalam Weing-Being. Hlm 35-49.

Mayes and Truman. Substance Abuse and Parenting dalam Handbook Of


Parenting. Vol 4 hlm 329-359.

Morrison, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Terjemahan


Suci Romadhona dan Apri Widiastuti). Jakarta: Indeks.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sadeh, Gruber, and Raviv. (2003). The Effects Of Sleep Restriction and Extension
On School-Age Children: What A Difference An Hour Makes. Vol.74 hlm
444-455.

Santoso. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.


Silbury, James et al. (2004). Sleep Behavior In An Urban U.S. Sample Of School
Age Children-Archives Of Pediatric And Adolescent Medicine. Vol.158
hlm 988-994.

Tridhonanto, A dan Agency, B. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis.


Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai