Anda di halaman 1dari 28

Dampak Terjadinya Kelainan atau Anak

Berkebutuhan Khusus
Mei 23, 2017flexicarejakarta

Dampak Terjadinya Kelainan atau Anak Berkebutuhan Khusus – Pada postingan


kali ini, kali ini Flexi Care akan share mengenai dampak atau implikasi terjadinya
kelainan atau anak berkebutuhan khusus. Pendidikan kebutuhan khusus menekankan
pada upaya untuk membantu anak menghilangkan atau sekurang-kurangnya
mengurangi dan meminimalisir hambatan belajar dan hambatan perkembangan
sebagai akibat dari kondisi tertentu, agar anak dapat mencapai perkembangan yang
maksimal.
Implikasi Terjadinya Anak Berkebutuhan Khusus
Kembali pada pokok pembahasan postingan kali ini yaitu tentang implikasi terjadinya
anak berkebutuhan khusus atau dalam bahasa inggris disebut dengan Children with
Special Needs. Di bawah ini terlebih dahulu membumikan pendidikan sajikan sebuah
ilustrasi yang bisa sahabat membumikan pahami.
Ilustrasi
Seorang anak remaja usia 16 tahun, dia duduk di kelas 2 IPA SMA mempunyai
kebiasaan berangkat sekolah naik motor dengan kecepatan tinggi (ngebut). Pada
suatu hari dia kurang konsentrasi dalam pengendarai motornya karena
pikirannya terbelah dengan ulangan pelajaran matematika yang akan dihadapi,
sehingga dia mengalami kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit. Akibat dari
benturan pada tulang belakangnya mengakibatkan adanya syaraf penglihatan
yang putus sehingga dia diprediksi akan menjadi tunanetra. Setelah menjalani
operasi tulang belakang dan dinyatakan sembuh oleh dokter namun ia
mengalami kebutaan. Betapa tergoncangnya jiwa anak tersebut, sehingga dia
mengalami depresi berat dan harus selalu berada dalam pengawasan psikiater
dan psikolog sampai dia dapat menerima keadaannya. Di samping itu keluarga
juga memerlukan bimbingan psikologis, agar mampu menghadapi anak
berkebutuhan khusus yang baru saja dideritanya.
Dari gambaran ilustrasi tersebut di atas akibat terjadinya berkebutuhan khusus sebagai
suatu keadaan pada individu dengan kondisi mental yang lemah termanifestasikan
pada bentuk keterlambatan dan ketidakseimbangan di dalam segala aspek. Tantangan
membimbing berkebutuhan khusus tersebut sebagai wujud dari hambatan yang
dimiliki berkebutuhan khusus. Hambatan itu adalah internalisasi rangsangan
lingkungan berakibat anak berkebutuhan khusus tidak mampu memenuhi tuntutan
lingkungan secara fisiologis, psikologis dan sosiologis. Berkebutuhan khusus
mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan lingkungan tersebut sebagai dampak
dari keadaan kebutuhan khusunya yang berakibat juga pada kondisi sosial psikologis
anak berkebutuhan khusus.
Berikut secara rinci diuraikan sebagai berikut:
 Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis, terutama pada anak-anak yang mengalami kelainan yang berkaitan
dengan fisik termasuk sensori-motor terlihat pada keadaan fisik penyandang
berkebutuhan khusus kurang mampu mengkoordinasi geraknya, bahkan pada
berkebutuhan khusus taraf berat dan sangat berat baru mampu berjalan di usia lima
tahun atau ada yang tidak mampu berjalan sama sekali. Tanda keadaan fisik
penyandang berkebutuhan khusus yang kurang mampu mengkoordinasi gerak antara
lain: kurang mampu koordinasi sensori motor, melakukan gerak yang tepat dan
terarah, serta menjaga kesehatan.
 Dampak Psikologis
Dampak psikologis timbul berkaitan dengan kemampuan jiwa lainnya, karena
keadaan mental yang labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapannya
terhadap tuntutan lingkungan. Kekurangan kemampuan dalam penyesuaian diri yang
diakibatkan adanya ketidaksempurnaan individu, akibat dari rendahnya ”self esteem”
dan dimungkinkan adanya kesalahan dalam pengarahan diri (self direction).
 Dampak Sosiologis
Dampak sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu di
sekitarnya, terutama keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran anak berkebutuhan
khusus di keluarga menyebabkan berbagai perubahan dalam keluarga. Keluarga
sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus
merupakan musibah, kesedihan, dan beban yang berat. Kondisi itu termanifestasi
dengan reaksi yang bermacam-macam, seperti : kecewa, shock, marah, depresi, rasa
bersalah dan bingung. Reaksi yang beraneka ini dapat mempengaruhi hubungan
antara anggota keluarga yang selamanya tidak akan kembali seperti semula.
Pada umumnya, ibu yang mengalami trauma paling berat dan mendapatkan peran
yang terkekang dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus. Peran harus memelihara
anak berkebutuhan khusus dibutuhkan banyak waktu, sehingga banyak tugas lain
semakin berkurang. Dengan tumbuhnya anak berkebutuhan khusus yang semakin
besar, muncullah dilemma pada ibu yang fungsinya sebagai penjaga atau pemelihara
dan tugasnya untuk menumbuhkan kemandirian anak. Semua masalah di keluarga
tersebut merupakan dampak sosiologis yang harus ditanggung oleh keluarga.
Anak berkebutuhan khusus yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan sosialnya, dapat menimbulkan respon yang negatif dari lingkungan sosial
anak berkebutuhan khusus. Hal ini berdampak anak dijauhi atau ditolak oleh
lingkungan sosial, dan dalam berkomunikasi akan terjadi jurang pemisah
(communication gap) antara anak berkebutuhan khusus dengan orang-orang di
lingkungannya. Jurang pemisah dalam hal berkomunikasi dapat terjadi karena orang
di lingkungannya menyampaikan pesan verbal yang tidak sesuai dengan kemampuan
atau daya tangkap anak berkebutuhan khusus. ”Communication gap” ini merupakan
dampak yang menimbulkan salah suai pada anak berkebutuhan khusus.
Masalah-Masalah Yang Dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus
Dampak keberkebutuhan khusus dari tiga dimensi tersebut menyebabkan pengaruh
yang cukup berarti dalam kehidupan mereka. Keterbatasan dan daya kemampuan
yang mereka miliki menimbulkan munculnya berbagai masalah. Masalah yang
mereka hadapi relatif berbeda-beda, walaupun ada kesamaan yang dirasakan oleh
mereka ini sebagai dampak keberkebutuhan kekhususan, dan yang ada kesamaan
dirasakan mereka (Amin, 1995: 41-51) meliputi:
 Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri sendiri. Kondisi
keterbatasan mereka banyak yang mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
terutama pada berkebutuhan khusus kategori berat dan sangat berat. Keadaan itu
diharapkan dalam program penanganan memprioritaskan bimbingan dan latihan
keterampilan aktifitas kehidupan sehari-hari terutama memelihara diri sendiri, seperti:
cara makan, menggosok gigi, memakai baju, memasang sepatu, serta pekerjaan rumah
tangga yang sangat sederhana.
 Masalah penyesuaian diri
Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah
satunya kecerdasan. Kecerdasan yang rendah berakibat hambatan penyesuaian diri,
dan pada anak berkebutuhan khusus. Kondisi itu menimbulkan kecenderungan diisolir
oleh keluarga maupun masyarakat. Kecenderungan terisolasi pada mereka
mengakibatkan pembentukan pribadinya tidak layak, untuk itu dalam program
penanganan pada mereka perlu menyarankan kepada keluarga supaya tidak
mengisolir. 
 Masalah penyaluran ke tempat kerja
Keterbatasan pada anak berkebutuhan khusus merupakan problem di dalam
mendapatkan pekerjaan. Masalah ini perlu diprioritaskan dalam program penanganan
untuk menyiapkan anak berkebutuhan khusus dengan berbagai program keterampilan
yang dapat digunakan untuk mencari nafkah atau bekerja. Lembaga penanganan anak
berkebutuhan khusus perlu juga memprogramkan penyaluran kerjanya atau
membentuk bengkel kerja yang terlindung (sheltered work shop).
 Masalah kesulitan belajar
Keterbatasan kemampuan fisiologik dari anak berkebutuhan khusus mengakibatkan
kesulitan mencapai prestasi belajar bidang akademik. Kondisi ini perlu diperhatikan
bahwa program penanganan diusahakan dapat memenuhi kebutuhan anak untuk
mencapai prestasi belajar. Dalam pembelajaran bidang akademik diusahakan materi
dan metode, serta equipment yang sesuai dengan kondisi mereka.
 Masalah gangguan kepribadian dan emosi
Keterbatasan pada fisiologis anak berkebutuhan khusus menyebabkan keseimbangan
pribadinya kurang stabil. Kondisi yang demikian itu dapat dilihat pada penampilan
tingkah lakunya sehari-hari, misalnya: berdiam diri berjam-jam lamanya, gerakan
yang hiperaktif, mudah marah, mudah tersinggung, suka mengganggu orang lain di
sekitarnya, bahkan tindakan merusak (destruktif).
 Masalah pemanfaatan waktu luang
Anak berkebutuhan khusus dalam tingkah lakunya sering menampilkan tingkah laku
nakal dan mengganggu ketenangan lingkungannya, hal ini terjadi karena anak
berkebutuhan khusus tidak mampu berinisiatif yang dipandang layak oleh lingkungan.
Mereka tidak mampu menggunakan waktu untuk inisiatif kegiatan yang terarah jika
tidak ada yang mengarahkan. Bagi yang pasif cenderung suka berdiam diri atau
menjauhkan diri dari keramaian. Kondisi-kondisi yang terjadi pada berkebutuhan
khusus itu perlu diperhatikan dalam program penanganan untuk memberi kegiatan
saat mereka mempunyai waktu luang. Kegiatan yang terarah saat waktu luang untuk
menghindari efek negatif yang dilakukan olehnya karena kegiatannya tidak
membahayakan dan tidak mengganggu lingkungan. Kegiatan yang terarah pada waktu
luang merupakan tenggung jawab bersama antara sekolah, pengasuh, dan orang tua.
Tanggung jawab bersama ini mutlak dilakukan karena mereka saat berada di manapun
kegiatannya harus diarahkan. Waktu luang yang tanpa diarahkan dengan kegiatan
berakibat digunakan oleh mereka untuk kegiatan yang negatif.
Demikianlah uraian mengenai Dampak Terjadinya Kelainan atau Anak Berkebutuhan
Khusus. Semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi sahabat-sahabat
membumikan pendidikan yang pada muara akhirnya bisa menambah khazanah
keilmuan sahabat dalam hal anak berkebutuhan khusus. Khususnya mengenai
implikasi dan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus.

Modul 1 (Hakikat Pendidikan Khusus) Kegiatan Belajar 1 Definisi dan Jenis Kebutuhan Khusus
A. Definisi Menurut Pasal 32 ayat 1 Pendidikan khusus “ merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. B.
Klasifikasi Anak dengan Kebutuhan Khusus Kategori anak/peserta

didik dengan kelainan atau kebutuhan khusus

berdasarakan jenis penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrahchman (2000) dibuat untuk


keperluan pembelajaran. Kategori tersebut adalah sebagai berikut. 1. Kelompok yang
mengalami penyimpangan dalam bidang inelektual, terdiri dari anak yang luar biasa cerdas dan
anak yang tingkat kecerdasannya rendah (tunagrahita). 2. Kelompok yang mengalami
penyimpangan karena hambatan sensoris atau indra, terdiri dari anak tuna netra dan tuna
rungu 3. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi 4.
Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku yang terdiri dari anak tuna laras dan
penyandang gangguan emosi termasuk autis 5. Kelompok anak yang yang mempunyai
keluarbiasaan ganda yang sering disebut sebagai tuna ganda. Jenis-jenis kelainan dibawah
normal: Tuna netra (kurang penglihatan), tunarungu (gangguan pendengaran), Gangguan
komunikasi, Tunagrahita (cacat mental),

Tunadaksa (cacat fisik), Tunalaras (gangguan emosi), anak berkesulitan belajar, Tunaganda
(kelainan lebih dari satu)

Kegiatan Belajar 2 Penyebab dan Dampak Munculnya Kebutuhan Khusus A. Penyebab


Munculnya Kebutuhan Khusus Berdasarkan waktu terjadinya, penyebab kelainan dapat dibagi
menjadi tiga yaitu: 1. Penyebab Prenatal, penyebab yang beraksi sebelum kelahiran. 2.
Penyebab Perinatal, penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran. 3.
Penyebab Postnatal, penyebab yang muncul setelah kelahiran Selain penyebab diatas masih
ada penyebab yang lain yaitu penyebab bawaan dan penyebab dari yang didapat atau dapatan.
Penyebab yang yang berasal dari bawaan selalu diasosiakan dengan keluarga atau orang tua
ABK. Sedangkan penyebab yang didapat atau dapatan terjadi pada kelainan yang muncul
dalam masa hidup anak. B. Dampak Kelainan dan Kebutuhan Khusus Dampak kelainan dan
kebutuhan khusus ada 3 yaitu: 1. Dampak kelainan bagi anak Jenis dan tingkat kelainan akan
menentukan dampaknya bagi anak. Kelainan yang diatas normal, anak mempunyai
kemampuan/bakat luar biasa yang disebut anak berbakat. Sebaliknya, bagi anak yang
mempunyai kelainan dibawah normal, kelainan itu akan menghambat perkembangan anak. 2.
Dampak kelainan bagi keluarga Sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu
anggota keluarganya dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan, latar

belakang budaya status sosial ekonomi, tingkat kelainan yang diderita. Keluarga yang
berpendidikan dan dari latar belakang budaya tertentu akan menerima kelainan yang diderita
oleh anaknya karena dianggap sebagai anugrah dari Tuhan yang wajib diberi kasih sayang.
Dan sebaliknya ada keluarga yang yang tidal peduli, bahkan menyembunyikan anaknya karena
rasa malu. 3. Dampak kelainan bagi masyarakat Dampak bagi masyarakat berbeda-beda ada
yang bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh
bahkan ada yang bersikap antipati sehingga melarang anaknya bergaul ABK yang dibawah
normal.

Kegiatan Belajar 3 Kebutuhan serta Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus A.
Kebutuhan Anak Berkelainan ( Berkebutuhan Khusus) Kebutuhan anak berkelainan terdiri dari:
1. Kebutuhan Fisik/kesehatan Layanan kesehatan bagi ABK sebaiknya disediakan sesuai
dengan kebutuhannya. Terkait dengan jenis kelainan yang disandangnya berbagai layanan
kesehatan khusus diperlukan untuk anak ini antara lain physical therapy dan occupational
therapy. 2. Kebutuhan sosial-emosional Untuk memenuhi kebutuhan sosial-emosional ABK
memerlukan lindungan dan bantuan para pekerja sosial, psikolog, dan ahli bimbingan yang
dapat membantu mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan
sosialisasi dan menjadi remaja.

3. Kebutuhan Pendidikan Secara umum semua penyandang kelainan memerlukan latihan


ketrampilan dan bimbingan karier yang memungkinkan mereka mendapat pekerjaan dan hidup
mandiri tanpa banyak bergantung pada orang lain.

B. Hak Penyandang Kelainan Sebagai warga Negara, para penyandang kelainan mempunyai
hak yang sama dengan warga Negara lainnya. Dalam pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa
semua warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab IV
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dari Bab IV itu
ada empat ayat dapat dijadikan acuan dalam menentukan hak para penyandang kelainan yaitu
Pasal 6 ayat (1), (2), (4), dan (5). C. Kewajiban Penyandang Kelainan Sebagai warga Negara
para penyandang kelainan juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi. Undang-undang
No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Bab IV, Pasal 6 menetapkan bahwa: 1. Setiap warga Negara
yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar; 2. Setiap warga
Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. MODUL 2
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KB 1. Pengertian Pelayanan
Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia

A. Makna dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK 1. Kegiatan pelayanan (service)
merupakan suatu jasa yang diberikan kepada seseorang atau lembaga untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. 2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,pelayanan : a. Perihal/cara
melayani b. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang c.
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa Di dalam UUD 1945
pasal 31 ayat 1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran. Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undangundang no 20 tentang system
pendidikan nasional ( UUSPN ).

Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang erat hubungan dengan pendidikan
bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus sebagai berikut ;

Bab 1( pasal 1 ayat 18 ) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah

Bab II ( pasal 4 ayat 1 ) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berdasarkan HAM,


agama, kultural, dan kemajemukan bangsa.

Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

Bab V bagian 11 Pendidikan khusus ( pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi peserta yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan.

B. Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus Pendidikan khusus tumbuh dari satu
kesadaran awal bahwa beberapa anak membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari
pendidikan biasa agar dapat mengembangkan potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat
ditelusuri di Eropa pada tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya
terpisah untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus. Salah satu upaya tersebut dengan
mendirikan lembaga-lembaga residensial yang didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar
penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an. Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi negara
yang memimpin negara-negara lain dalam pengembangan pendidikan khusus di seluruh dunia.

Dewasa ini, peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam mengolah
system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya
sebatas untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga memberi skil hidup yang
diharapkan bermanfaat di masyarakat.

Lembaga pendidikan tidak hanya ditunjukkan kepada anak yang normal saja, tapi juga anak-
anak keterbelakangan mental.

B. Sejarah Perkembangan Layanan pendidikan Khusus di Indonesia


Di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana dengan
memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat, untuk pendidikan bagi anak
penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk anak tunanetra,
tunagrahita tahun 1927 dan untuk tunarungu tahun 1930 yang ketiganya terletak di Kota
Bandung.

Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah RI mengundangundangkan tentang


pendidikan. Undang-undang tersebut menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa
diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-
anak tersebut berhak dan diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8).

Dengan ini dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka sekolahsekolah baru
yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras
yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sekolah Luar Biasa

Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB
dikelompokkan menjadi: 1.      SLB A untuk anak tunanetra 2.      SLB B untuk anak tunarungu
3.      SLB C untuk anak tunagrahita 4.      SLB D untuk anak tunadaksa 5.      SLB E untuk anak
tunalaras 6.      SLB F untuk anak tunaganda

MACAM-MACAM PENDIDIKAN LUAR BIASA A. System Pendidikan Segregasi System


pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari system pendidikan anak normal.
Penyelenggaraan system pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaran pendidikan untuk anak normal. Ø Keuntungan system pendidikan segregasi -
Rasa ketenangan pada anak luar biasa - Komunikasi yang mudah dan lancar

- Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak - Guru
dengan latar belakang pendidikan luar biasa - Sarana dan prasarana yang sesuai   Ø
Kelemahan system pendidikan segregasi - Sosialisasi terbatas - Penyelenggaraan pendidikan
yang relative mahal

B.System Pendidikan Integrasi Pengertian : •

Sistem Pendidikan Integrasi adalah sistem pendidikan luar biasa yang bertujuan memberikan
pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses
pendidikan bersama dengan siswa normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal.

Keuntungan System Integrasi

Merasa diakui haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan

Dapat mengembangkan bakat ,minat dan kemampuan secara optimal


Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal

Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

Harga diri anak luar biasa meningkat

c. Pendidikan Inklusi

Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang
baru di Indonesia .

Pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik
bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Di DKI
Jakarta tahun 2015 sudah menyatakan bahwa seluruh sekolah negeri menerima pelayanan thd
ABK •

Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa
penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan
pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan
siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan

Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan
adalah sebagai berikut : 1) Tuna Netra 2) Tuna Rungu 3) Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4) Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70) 5) Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50) 6) Tuna Grahita
Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa

(MultipleIntelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical,


Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual). 7) Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD,
Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik) 8)
Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )

9) Autis 10)Korban Penyalahgunaan Narkoba 11)Indigo Gagasan pendidikan inklusi Sekolah


inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan
siswa penyandang cacat dalam program yang sama, dari satu jalan untuk menyiapkan
pendidikan bagi anak penyandang cacat adalah pentingnya pendidikan inklusi, tidak hanya
memenuhi target B. Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus 1. Layanan di sekolah biasa 2.
Sekolah Biasa dengan guru konsultan 3. Sekolah Biasa dengan guru kunjung 4. Model Ruang
sumber 5. Model Kelas Khusus 6. 6.Model sekolah khusus siang hari 7. Model sekolah dalam
panti asuhan/rumah sakit C. Pendekatan Kolaboratif Dalam Pelayanan Pendidikan ABK •
Pelayanan Pendidikan tidak dapat dilakukan satu orang tetapi melibatkan banyak pihak

Anggota team mencakup para pakar sbb: - guru sekolah biasa

- ahli terapi fisik

- Guru Pendidikan khusus

- Guru bina wicara

- Kepala sekolah

- Pekerja sosial

- Pengawas sekolah

- Guru penjas

- orang tua ABK

- ABK sendiri

- Psikolog sekolah

10

- dokter dari beberapa spesialis - perawat sekolah MODUL 3 PENDIDIKAN KHUSUS BAGI
ANAK BERBAKAT KB. I Definisi dan Dampak Anak Berbakat 

A. Pengertian

Pengertian anak berbakat sangat beragam tergantung dari pandangan masyarakat.

a. Menurut Publik Law (AS) a. Anak berbakat adalah anak yg menunjukkankemampuan yg


tinggi dalam bidang bidang. Misalnyaintelektual, kreatif, seni dsb. b. Versi Indonesia mereka
mendefinisikan oleh orang orang profesional mampu mencapai profesi yang tinggi karena
memiliki kemampuan yang luar biasa. 

Implikasi dari keberbakatan

B. Dampak Keberbakatan 1. Aspek Akademik a) Perkembangan kognitif lebih cepat b) Bosan


dalam pengajaran reguler c) Kecepatan perk kognitif tdk direspon orangtua anak akan kecewa
2. Aspek sosial/emosi a) emosi tidak stabil b) individu rawan terhadap kritik c) mengambil jln
pintas menyelesaikan masalah 

CIRI ANAK BERBAKAT

11

a) Diterima oleh teman sebaya b) Keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial c) Cenderung jadi
juru damai dlm pertengkaran d) Memiliki kejujuran e) Tenggang rasa f) Bebas dari tekanan
emosi g) Mampu bergaul dengan teman sebaya h) Mampu memotivasi orla i) Memiliki humor 3.
Dampak anak berbakat thd kesehatan a) Memiliki penampilan yang menarik dan rapi b)
Kesehatannya lebih baik dari teman lainnya Menurut Renzuli karakteristik anak berbakat sbb: a.
Kemampuan kecerdasan jauh di atas rata rata b. Memiliki kreativitas yang tinggi a. c,.
Tanggung jawab atau pengikatan diri thd tugas Kb. 2 kebutuhan pendidikan dan jenis layanan
bagi abk 1. Kebutuhan Pend anak berbakat a. dari segi anak itu sendiri - membutuhkan peluang
untuk aktualisasi diri - berinteraksi dengan dng teman - mengembangkan kreativitas 2.
kebutuhan AB berkaitan dengan masyarakat - membutuhkan kepedulian dari masyarakat thd
pengemb bakatnya - membutuhkan pengembangan SDM berbakat

12

- membutuhkan keserasian antara kemampuan dng pengalaman belajar. - mewujudkan


kemampuan anak berbakat secara nyata B. Jenis layanan bagi anak berbakat 1. Komponen
Sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan a. Pengidentifikasian anak berbakat b. Tujuaan
umum pend anak berbakat c. Kebutuhan pend anak berbakat 2.

Komponen sbg alternatif implementasi jenis layanan

a. Ciri khas layanan kebutuhan anak berbakat - adaptasi lingkungan belj - adaptasi program b.
Strategi pembelajaran dan model layanan - strategi pembelajaran - model model layanan 

Adaptasi lingkungan belajar

1. Kelas pengayaan 2. Guru konsultan 3. Ruangan sumber belajar 4. Studi mandiri 5. Kelas
khusus 6. Sekolah khusus 

Adaptasi program

1. Melalui percepatan akselerasi

(perlompatan tingkat kelas )

2. Melalui pengayaan (siswa diberikan materi yang lebih luas )

13

3. Pencanggihan materi pelajaran (diberikan materi yang lebih tinggi agar tertantang ) 4.
Pembaruan ( agar anak menguasai ide ide yg penting ) 5. Modifikasi kurikulum sebagai
alternatif - kurikulum plus - Kurikulum berdeferensiasi 

Strategi pembelajaran dan model layanan

1. Strategi Pembelajaran Hal Hal yang perlu diperhatikan: a. Pembelajaran AB harus diwarnai
dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih. b. Pengembangan kecerdasan IQ juga
emosi c. Berorientasi pada modifikasi proses, isi dan produk 2. Model Layanan Model model
layanan a. Model layanan kognitif afektif b. Model layanan pengembangan moral c. Model
pengembangan nilai afektif d. Layanan bidang khusus c. Layanan pengembangan kreativitas
Tingkat kreativitas pertama - fleksibelitas, - originalitas, - keterbukaan thd masalah Tingkat
kreativitas kedua

14

- pemecahan masalah Tingkat kreativitas ketiga - perumusan masalah berdasarkan asumsi


tertentu simulasi imajinasi dan proses inkubasi

MODUL 4 DEFINISI ,KLARIFIKASI ,PENYEBAB,DAN CARA PENCEGAHAN TERJADINYA


KETUNANETRAAN

Terdapat 2 miskronsepsi yang saling bertentangan dikalangan masyarakat yang terbentuk bila
orang kehilangan indra penglihatan.Pertama , banyak orang yang percaya bahwa bila orang
kehilangan penglihatannya, maka hilang pulalha semua pesepsinya. Kedua, bahwa secara
otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indra ke-6 untuk menggantikan fungsi indra
penglihatan. Sesungguhnya, sumber-sumber lain yang diperoleh melalui indra selain peglihatan
itu tersedia bagi semua orang,dan hanya apabila sumber utama informasi yang berkaitan
dengan indra penglihatan itu berkurang, maka sumber –sumber lain persepsi melalui indra
lainnya)itu menjadi lebih dihargainya dan ketrampilan berdasarkan informasi nonvisualitu
terasa.Jadi, sesungguhnya tidak ada indra keenam sebagaimana dipersepsikan masyarakat
awam dan bahkan juga tidak benar bahwa indra pendengaran ,perabaan, dan penciuman orang
tunanetra otomatis lebih tajam daripada orang awas. Orang –orang pengindraan berfungsi
memperoleh informasi dari lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk diproses,
disimpan,ditindaklanjuti. Masing – masing organ pengindraan bertugas memperoleh informasi
yang berbeda-beda.Semua

15

informasi yang dipersepsi melalui organ-organ pengindraan itu melewati 3 prosesor dan
dikodekan dalam bentuk linguistic ,nonlinguistik,atau efektif. Melalui latihan,pendengaran
menjadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil seperti tetesan air dari keran yang bocor ,desau
computer yang lupa tidak dimatikan ,atau desis kompor gas yang belum dimatikan secara
sempurna . Oleh karena itu, tanpa menggunakan indra penglihat ,seorang tunanetra dapat
menyadari apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang disekitar Anda-melalui sumber
informasi bunyi yang ada. Bagi individu tunanetra ,tongkat merupakan perpanjangan fungsi
indra perabaan.Tongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan ,tetapi juga memberikan
informasi tentang tekstur permukaan jalan, sehingga orang tunanetra dapat mengetahui apakah
yang akan diinjakannya itu tanah becek,rumput ,semen,dll Indra penciuman anak tunanetra
dikembangkan untuk membantunya mengenali lingkungan .Bila seorang tunanetra memasuki
pusat perbelanjaan ia pasti dapat membedakan aroma took makanan ,took pakaian ,took
sepatu,toko obat. Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih
mempunyai penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi ,begitupula kemampuan mereka
untu memanfaatkan sisa penglihatan tersebut.Kondisi fisik secara keseluruhan ,jenis gangguan
mata yang dialami ,bentuk pengaruh cahaya terhadap mata, dan durasi baiknya
penglihatan,kesemuanya ini akan sangat berpengaruh terhadap seberapa baik individu yang
low vision dapat menggunakan sisa penglihatannya. Cara lain bagi individu tunanetra untuk
mendapatkan keyamanan didalam lingkungnnya

dan

membantunya

bergerak

secara

mandiri

adalah

dengan

menggunakan ingatan visual (peta mental) ,ingatan kinestetik ,serta persepsi obyek. Tidak
semua orang tunanetra berhasil mengoptimalkan pengembangan semua indranya dan tidak
seluruh fungsi indra penglihatan dapat digantikan dengan

16

mengoptimalkan fungsi indra –indra lain.Oleh karena itu,dalam situasi tertentu orang tunanetra
masih memerlukan bantuan orang awas.Namun, sebelum memberikan bantuan ,sebaiknya
orang awas bertanya dulu apakah dia membutuhkan bantuan atau tidak. Orang awas yang
ingin membantu seorang tunanetra,harus mengetahui bagaimana cara-cara membantunya
,seperti cara menuntun orang tunanetra dan mengorientasikan lingkungan, sehingga
memberikan kenyamananbagi orang tersebut.

MODUL 5 KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL TUNARUNGU DAN ANAK DENGAN


GANGGUAN KOMUNIKASI
Sebagaimana anak lainnya yang mendengar,anak tunarungu membutuhkan pendidikan

untuk

mengembangkan

potensinya

secara

optimal.Untuk

memenuhikebutuhan tersebut ,diperlukan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan

karakteristik,kemampuan,dan

ketidakmampuan.Disamping

segala

kebutuhan,pemberian layanan pendidikan kepada anak tunarungu ,didasari oleh beberapa


landasa, yaitu landasan agama,kemanusiaan ,hukum,dan pedagogis. Ditinjau dari jenisnya,
layanan pendidikan terhadap anak tunarungu,meliputi layanan umum dan khusus.Layanan
umum merupakan layanan yang diberikan kepada anak mendengar /normal,sedangkan layanan
khusus merupakan layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya,yang
meliputi layanan bina bicara serta bina persepsi bunyi dan irama. Ditinjau dari tempat atau
system pendidikannya ,layanan pendidikan ,layanan pendidikan bagi anak tunarungu
dikelompokan menjadi system segregasi dan

17

integrase /terpadu.Sistem segregasi merupakan sisitem pendidikan yang terpisah dari


penyelenggaraan pendidikan untuk anak mendengar /normal.Tempat pendidikan bagi anak
tunarungu melalui sekolah khusus (SLB-B),SDLB,dan kelas jauh atau kelas kunjung.Sistem
pendidikan integrase/terpadu ,merupakan system pedidikan yang memberikan kesempatan
kepada anak tunarungu untuk belajar bersama anak mendengar/normal disekolah umum atau
biasa.Melalui system ini anak tunarungu ditemppatkan

didalam

berbagai

bentuk

keterpaduan

yang

sesuai

dengan

kemampuannya.Depdikbud (1984)mengelompokan bentuk keterpaduan tersebut menjadi:kelas


biasa,kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus,serta kelas khusus. Strategi pembelajaran
bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan strategi pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran bagi anak mendengar /normal ,akan tetapi dalam pelaksanaanya,harus
bersifat visual ,artinya lebih banyak memanfaatkan indera penglihatan siswa tunarungu. Pada
dasarnya,tujuan dan fungsi evaluasi dalam pembelajaran siswa tunarungu sama dengan siswa
mendengar atau normal,yaitu untuk mengukur tingkat peguasaan materi pelajaran,serta untuk
umpan balik bagi guru.Kegiatan evaluasi bagi siswa

tunarungu
,harus

memperhatiakan

prinsip-prinsip:

berkesinambungan,

menyeluruh, objektif,dan pedagogis.Sedangkan alat evaluasi secara garis besar diberi atas dua
macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran dikelas biasa dan alat
evaluasi khusus yang digunakan dalam pembelajaran dikelas khusus dan ruang bimbingan
khusus. Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis gangguan
komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut,karna banyak gangguan komunikasi
yang merupakan hambatan peyerta bagi hambatan utama yang

18

dialami anak.Mereka meperoleh layanan pendidikan sesuai

dengan hambatan

utamanya serta layanan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasinya.


Strategi,materi,media,maupun penilaian yang digunakan dalam layanan pendidikan khusus
bagai anak dengan gagguan komunikasi,sangat beragam sesuai jenis gangguan komunikasi
yang dialami anak.Namun,prosedur umum layanan intervensigangguan komunikasi meliputi
melakuakan assessment ,meganalisis hasil assessment,membuat

program

intervensi,melaksanakan

program

intervensi,penilaian/assessment ulang,serta tindak lanjut,serta tindak lanjut.

MODUL 6 DEFINISI ,KLARIFIKASI, PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN TUNAGRAHITA

Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai tunagrahita,selalu menujnjukan pada


keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum berada dibawah usia kronologisnya secara
meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus. Seseorang dikatakan
tunagrahita apabila memiliki 3 hal,yanitu keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum
dibawah rata-rata,disertai ketidakmampuan dalam perilaku adaptif ,dan terjadi selama periode
perkembangan (sampai usia 18 tahun) Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh factor gen dan
kromosom,faktor prakelahiran,saat lahir,dan faktor yang terjadi selama masa perkembangan
anak-anak dan remaja. Alternatif pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya mengadakan
penyuluhan genetik,pemeriksaan kesehatan terutama pada saat ibu hamil ,sanitasi
lingkungan ,imunisasi ,intervensi dini,dan diet sesuai petunjuk ahli kesehatan.

19

MODUL 7 PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS

1. Kebutuhan pidikan anak tunalaras dapat dipenuhi dengan cara menata lingkungan sekolah
yang kondusif, agar anak tidak berkembang kearah tunalaras dan kegagalan akademik.
Lingkungan yang menyenangkan, tidak membosankan, harmonis dalam hubungan, penuh
perhatian, menerima apa adanya dan terbuka, serta teladan yang baik akan mengantarkan
anak untuk mencapai keberhasilan pendidikannya. 2. Teknik penyembuhan dan program
pendidikan bagi anak tunalaras berdasarkan pada berbagai model, diantaranya adalah model
biogenetic, model behavioral, psikodinamika, dan model ekologis. 3. Teknik pendekatan atau
cara mengatasi masalah perilaku anak tunalaras adalah gabungan dari beberapa teknik atau
model diatas. Seperti teknik perawatan dengan obat, modifikasi perilaku, strategi
psikodinamika, dan ekologis. 4. Hiperaktivitaas mempunyai ciri gerak yang terlalu aktif, tidak
bertujuan, tidak mau diam, suka mengacau teman, mudah tersinggung, dan sulit
memperhatikan dengan baik. Penyebabnya adalah disfungsi otak, kekurangan oksigen,
kecelakaan fisik, keracunan serbuk timah, kekurangan gizi, minuman keras, dan mengonsumsi
obat terlarang saat kehamilan. 5. Beberapa teknik utama mengatasi perilaku yang menyimpang
pada anak hiperaktif adalah dengan medikasi/ penggunaan obat, diet, modifikasi tingkah laku,
lingkungan yang terstruktur, pengendalian diri, modeling dan biofeedback.

20

6. Distrakbilitas merupakan kesulitan memusatkan perhatian pada stimulus yang relevan secara
efesien. Penyebabnya adalah adanya disfungsi minimal otak, gangguan

metabolism,

kelainan

fisik

minimal,

factor

lingkungan,

dan

keterlambatan perkembangan. 7. Pendekatan untuk menangani distrakbilitas adalah dengan


lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali,modefikasi materi, dan strategi
pembeljara, serta modifikasi tingkah laku. 8. Anak dikatakan implusif jika cenderung menuruti
kemauan hatinya dan terbiasa bereaksi cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi sosial
maupun pada tugas-tugas akademik. Penyebabnya adalah factor keturunan, cemas, budaya,
disfungsi saraf, perilaku yang dipelajari dari lingkungan, salah asuh, fan trauma kehidupannya.
9. Beberapa cara/ metode untuk mengendalikan implusif diantaranya adalah melatih verbalisme
aktivitasnya, modifikasi tingkah laku, serta mengajarkan seperangkat ketrampilan kepada anak.
MODUL 8 DEFINISI, PENYEBAB, DAN JENIS-JENIS KESULITAN BELAJAR 1. Layanan
intervensi terhadap anak berkesulitan membaca a. Melakukan asesmen untuk menemukan
kesulitan/ kesalahan membaca. Asesmen terhadap kemampuan membaca, terdiri dari asesmen
formal dan informal. Tes-tes yang digunakan untuk mengasesmen secara formal antara lain tes
survey dan tes diagnostic, sedangkan jenis asesmen informal antara lain: informal reading
inventories (IRI), cloze procedure, dan asesmen minat membaca. b. Program layanan intervensi
terhadap anak berkesulitan membaca dapat dibedakan atas program delivery (menyerahkan
kasus pada orang yang ahli

21

bidangnya) dan program kurikuler yang dilakukan dengan pengajaran remedi (remedial
teaching). Teknik yang dapat dipergunakan pada pengajaran remedial membaca antara lain
teknik Fernald serta teknik Gillingham dan Stillman. 2. Layanan intervensi terhadap anak
berkesulitan menulis. a. Melakukan asesmen untuk menemukan kesalahan anak dalam
menulis. Asesmen terdiri dari asesmen formal dan informal. Salah satu asesmen formal untuk
anak berkesulitan menulis adalah Basic School Skill InventoryDiagnostic yang dikemukakan
oleh Hammill & Leigh (1983) untuk anak usia 4-71/2 tahun. Asesmen informal dapat dilakukan
melalui observasi dan menganalisis tulisan siswa. Observasi dilakukan pada saat anak menulis.
Analisis pola-pola kesalahan tulisan siswa mencakup bentuk huruf, proposional, ukuran,
proposional dan kesejajaran, kualitas garis, jarak huruf, kemiringan huruf, kecepatan menulis. b.
Perbaikan terhadap kesalahan anak dalam menulis dilakukan melalui pengajaran remedy yang
sesuai dengan tipe kesalahannya. 3. Layanan bantuan terhadap anak berkesulitan matematika.
a. Pola kekeliruan khusus yang dilakukan anak berkesulitan berhitung factual, antara lain
sebagai berikut. 1) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan penempatan nilai.
2) Keseluruhan angka dijumlahkan 3) Ketika kolom puluhan dijumlahkan, angka kesatuan hasil
penjumlahan bilangan satuan, tidak turut dijumlahkan melainkan dijumlahkan sebagai ratusan.
4) Angka dijumlahkan dari kiri ke kanan.

22

5) Setiap bilangan yang lebih kecil merupakan pengurangan dari bilangan yang lebih besar
tanpa memperhatikan penempatan nilai. 6) Melakukan peminjaman angka yang sebenarnya
tidak diperlukan. 7) Apabila peminjaman angka diperlukan lebih dari satu, anak

tidak

melakukan pengurangan bilangan pada kolom kedua. 8) Kesatuan angka hasil perkaliaan
bilangan satuan ditambahkan pada bilangan puluhan dan diikutkan pada oprasi perkalian. 9)
Kesatuan angka hasil perkalian bilangan satuan, tidak ditambahkan pada hasil perkalian
bilangan puluhan. 10) Antara pembagi dan yang dibagi terbalik b. Untuk mengasesmen anak
berkesulitan belajar matematika, guru dapat menggunakan teknik diagnostic interview dan tes
yang disusun oleh guru itu sendiri. c. Pengajaran remedy yang diberikan kepada anak
berkesulitan belajar matematika harus sistematis, yaitu harus sesuai dengan urutan dari tingkat
konkret, semi konkret, dan tingkat abstrak.

MODUL 9 MENDIDIK ANAK BERKEBUTHAN KHUSUS Tindak lanjut hasil asesmen adalah
pengembangan program yang diawali dengan penetapan jenis pelayanan pendididkan yang
dibutuhkan siswa. Penetapan jenis layanan pendidikan yang dilakukan melalui langkah-
langkah, yaitu 1. Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa, 2. Mendeskripsikan
kemampuan nyata yang dikuasai berdasarkan asesmen, 3. Membnadingkan kemampuan ideal
dengan kemapuan nyata, serta

23

4. Mendiskripsikan kesenjangan antara kemampuan ideal dengna kemampuan nyata. Deskripsi


kesenjangan merupakan kebutuhan layanan pendidikan yang kemudian dikembangkan dengan
bentuk Program Pengajaran Individual (PPI). PPI memuat identitas siswa secaa jelas lengkap
dengan masalah dan kemmapuan yang dikuasai, serta dilengkapi dengna komponen
rancangan pembelajaran, yaitu tujuan, materi, kegiatan, dan penilaian. Bagi anak-anak
tertentuyang tidak mungkin ditangani oleh guru, perlu dilakukan tindakan referral, yaitu merujuk
atau mengirim siswa ke ahli lain untuk asesmen dan pelayanan program. Pelaksanaan program
dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan berbagai hal yang diperlukan seperti jadwal,
materi dan media, serta lembar observasi. Penilaian program dilakukan selama layanan
pendidikan diberikan dan pada akhir program. Hasil penilaian dalam proses digunakan untuk
mengkaji ulang seluruh komponen program. Kolaborasi dengan anggota tim dilakukan sejak
perencanaan sampai dengan penilaian program.

24

Mendidik dan menangani anak-anak sudah menjadi kewajiban bagi setiap


orang tua. Untuk itu pentingnya orang tua mengetahui karakter anak sedari
dini agar bisa berpengaruh pada masa depannya. Namun bagaimana jika
anak-anak anda masuk ke dalam kategori anak kebutuhan khusus, tentu saja
anda harus memiliki cara penanganan yang berbeda dibandingkan anak
normal pada umumnya.
Ciri – ciri Anak Berkebutuhan
Khusus

Anak-anak yang masuk ke dalam kategori kebutuhan khusus ini memang


memiliki perilaku yang berbeda jika dibandingkan dengan anak normal pada
umumnya, mulai dari perilaku, mental, emosi, serta fisik. Berikut ini beberapa
jenis anak kebutuhan khusus beserta ciri cirinya.

 Tunanetra, anak yang memiliki gangguan pada daya penglihatannya


baik sebagian ataupun menyeluruh.
 Tunarungu, anak yang memiliki gangguan pada daya pendengarannya
baik sebagian atau keseluruhan sehingga menyebabkan kurangnya
kemampuan untuk melakukan komunikais secara verbal.
 Tunalaras, anak yang memiliki kesulitan ketika menyesuaikan diri
sehingga berperilaku  yang tidak sesuai dengan aturan dan norma yang
berlaku di lingkungannya. Sehingga tentunya akan merugikan diri
sendiri dan orang lain di sekitarnya.
 Tunadaksa, anak yang memiliki kelainan atau cacat permanen pada
bagian sistem gerak tubuh meliputi oto, sendi, tulang.
 Tunagrahita (down syndrome), anak yang memiliki dan mengalami
hambatan serta keterbelakangan mental yang jauh dari rata-rata (IQ
berada di bawah 70). Sehingga menyebabkan anak kesulitan dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik, berkomunikasi, maupun
menjalani kehidupan sosialnya. Tuna grahita terbagi menjadi 2 jenis,
tuna grahita biasa dan down syndrome.
 Cerebral palsy, gangguan yang terjadi dikarenakan kerusakan otak
yang menyebabkan gangguan pada pengendalian fungsi motorik.
 Gifted, anak yang memiliki potensi diatas rata-rata anak pada umumnya
meliputi kecerdasan, kreativitas, serta tanggung jawab yang diatas
anak-anak di usianya.
 Autisme, kelainan yang menyerang perkembangan anak dikarenakan
adanya gangguan yang terjadi di sistem syaraf pusat. Sehingga
menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi, perilaku, serta hubungan
sosial.
 Asperger Disorder (AD), sama halnya dengan autisme yang memiliki
kekurangan dalam berkomunikasi, perilaku dan hubungan sosial, hanya
saja anak yang menderita gangguan ini lebih ringan jika dibandingkan
dengan anak-anak yang mengidap autisme. Yang membedakan adalah
kemampuan bicara dari anak asperger jauh lebih baik dibandingkan
dengan autisme.
 Retss’ Disorder, gangguan perkembangan anak ini masuk ke dalam
kategori ASD. Yang termasuk ke dalam gangguan Rett’s disorder ini
adalah anak yang tiba-tiba mengalami kemunduran perkembangan saat
mulai menginjak usia 18 tahun.
 ADHD atau yang dikenal dengan “anak hiperaktif” merupakan
gangguan yang menyebabkan anak tidak bisa diam dan mudah
bergerak dari tempat ke tempat lainnya. Tak hanya itu, rentang
konsentrasinya juga sangat pendek dan sering kesulitan dalam
mengikuti akademik.
 Lamban belajar (slow learner), anak yang memiliki potensi kecerdasan
di bawah normal namun belum sampai ke tahap tunagrahita.
 Anak yang memiliki kesulitan dalam belajar hal-hal spesifik.

Karena berbeda dari umumnya, maka anak-anak kebutuhan khusus tentunya


membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang lebih spesifik. Nah berikut ini
beberapa cara menangani anak-anak berkebutuhan khusus.

Orang Tua Harus Lebih Terbuka Pemikirannya


Sebelum menangani anak, tentunya pihak orang tua sendiri haruslah lebih
terbuka pemikirannya mengenai anak-anak berkebutuhan khusus ini. Sikap
keterbukaan ini tentunya harus anda tunjukkan dari rasa menerima segala
kondisi anak anda saat ini. Dari sikap keterbukaan ini lah anda bisa mencari
usaha dan  cara yang tepat untuk mendidik anak anda. Tanamkan ke dalam
diri anda jika anak berkebutuhan khusus bukanlah aib yang harus ditutupi.
Jika hal ini anda lakukan hanya akan memperparah kondisi anak anda ketika
sudah dewasa.
Lakukan Pengawasan Sedari Dini
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak-anak kebutuhan khusus tentunya
membutuhkan pengawasan yang lebih dibandingkan anak-anak pada
umumnya, Untuk itu pentingnya pengawasan sedari dini terkait tumbuh
kembang anak. Cara ini dilakukan agar orang tua dapat mengetahui setiap
tahap perkembangan anak. Sehingga nantinya bis asedikit waspada bila
terjadi pertumbuhan fisik dan mental yang tidak mengalami perubahan dalam
waktu yang lama.

Berikan Motivasi, Perhatian dan Bimbingan


Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tentunya membutuhkan motivasi,
perhatian, serta bimbingan yang lebih dibandingkan dengan anak-anak
lainnya. Dengan perhatian dan motivasi yang besar dan intens tentunya
membantu anak bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. Tentu butuh
kesabaran yang ekstra bagi orang tua yang menangani anak-anak
berkebutuhan khusus namun semua ini demi perkembangan anak yang lebih
maksimal.

4. Adaptasi Dengan Anak


Dibutuhkan adaptasi antara pengasuh, orang tua, serta anak-anak kebutuhan
khusus sendiri. Jika adaptasi tersebut tidak berjalan dengan lancar, tentu
segala cara yang dilakukan tidak akan membantu perkembangan anak.
Ketika proses adaptasi bisa berjalan dengan baik, tentu membuat segala
proses selanjunya berjalan dengan mudah. Adaptasi yang baik tentu akan
membantu anda memahami kondisi serta potensi anak.

5. Meningkatkan Kedekatan Emosional Dengan Anak


Kedekatan emosional menjadi salah satu bagian penting yang harus ada
ketika anda menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Kedekatan
emosional ini dibutuhkan agar anak anak bisa percaya serta menjadi dekat
dengan anda. Ketika sudah terjalin kedekatan emosional yang tinggi tentunya
anak akan merasa aman dan terbuka dengan anda.

6. Ajari Anak Untuk Mengeksplor Ketrampilannya


Orang tua dengan anak-anak berkebutuhan khusus tentunya membutuhkan
energi ekstraketika mendidik anak-anaknya. Meskipun anak-anak anda
memiliki kebutuhan khusus namun sudha emnjadi sebuah kewajiban bagi
orang tua untuk mendampingi dan mendidiknya. Anda bisa mengisi waktu
luangnya untuk rekreasi atau membuat ketrampilan yang dapat membantu
fokus serta kosentrasi anak. Dari hal-hal semacam ini, anda bisa mengetahui
potensi yang dimiliki anak sehingga membuat anak menjadi lebih produktif.

7. Tanamkan Kemandirian Sedari Dini


Pada dasarnnya anak-anak kebutuhan khusus sama saja seperti anak-anak
umum lainnya. Sehingga anda tak perlu memanjakan anak terlalu berlebihan.
Tanamkan kemandirian pada anak sedari dini sehingga anak bisa bertahan di
lingkungannya. Ajari anak-anak kebutuhan khusus ketrampilan-ketrampilan
dasat seperti makan, mandi, berangkat sekolah, dan lainnya. Jika hal-hal
seperti ini terus anda ajarkan kepada anak-anak anda tentunya bukan tidak
mungkin jika anak kebutuhan khusus dapat hidup selayaknya anak lainnya.
8. Lakukan Kerjasama Dengan Sekolah
Menjalin kerja sama dengan pihak sekolah menjadi hal penting yang harus
anda perhatikan. Sehingga sangat disarankan bagi pihak orang tua untuk
bersikap proaktif serta bisa menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
sekolah. Hal ini dilakukan agar membantu anda untuk mengetahui
perkembangan mental, sikap, serta karakter anak. Sehingga nantinya anda
bisa lebih mudah mengetahui cara yang tepat menangani anak-anak dengan
kebutuhan yang khusus.

9. Lakukan Pembiasaan Mengenai Sanksi dan Hukuman


Anaka-anak kebutuhan khusus juga perlu diajarkan tentang aturan dan norma
yang berlaku serta kesalahan yang dilakukannya. Sehingga ketika anak
melakukan sebuah kesalahan tentu anda harus memberitahu anak jika hal
tersebut merupakan perbuatan yang salah. Namun sebisa mungkin hindari
hal-hal yang bersifat kekerasan dan usahakan untuk memberikan pengertian
kepada anak anda. Jika hal ini bisa anda lakukan dengan baik, maka tentunya
memudahkan anak untuk memahami hal mana yang salah dan benar.

10. Pelajari Kebiasaan dan Kebutuhan Anak


Tentunya karena kondisinya yang berbeda, anak-anak kebutuhan khusus
memiliki kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda. Sehingga sebagai orang
tua penting untuk mengetahui kedua hal tersebut. Dengan memahami
kebutuhan dan kebiasaan anak tentunya membuat anda semakin terbiasa
menghadapi anak-anak dengan kebutuhan khusus.

11. Ikuti Saran-Saran Pakar


Bagi anda yang tidak terlalu memahami dengan baik cara tepat untuk
menangani anak-anak kebutuhan khusus. Anda bisa mencoba untuk meminta
saran dari pakar, entah dari guru, ahli psikologi, ataupun  ahli-ahli lainnya di
bidang tersebut. Sehingga nantinya anda bisa mendapatkan cara yang tepat
untuk menangani anak-anak anda.

12. Pilihlah Sekolah Yang Tepat 


Anak-anak kebutuhan khusus tentunya bisa mengalami resiko bullying karena
kondisi nya yang berbeda dari anak-anak umumnya. Sehingga pemilihan
sekolah merupakan hal penting yang harus anda perhatikan. Hal ini karena
sekolah menjadi pendukung dari perkembangan anak agar dapat lebih
berkembang.

13. Ikutkan Anak Pada Terapi-Terapi Yang Ada


Banyak sekali terapi-terapi penyembuhan yang memang ditujukan untuk
anak-anak kebutuhan khusus. Untuk itu sebisa mungkin bawalah anak-anak
anda untuk rutin mengikuti terapi-terapi yang ada. Bisa jadi terapi yang rutin
tersebut dapat membantu anak untuk hidup selayaknya anak-anak lainnya.
Nah itu tadi beberapa cara menangani anak-anak kebutuhan khusus yang
bisa anda lakukan. Yang terpenting adalah, sikap sabar yang ekstra sehingga
anak-anak kebutuhan khusus tersebut bisa berkembang dengan maksima
Sumber : https://dosenpsikologi.com/cara-menangani-anak-berkebutuhan-
khusu

BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Luar Biasa mengalami perkembangan sangat pesat dalam beberapa dasa warsa
terakhir. Perkembangan terjadi dalam berbagai aspek, termasuk definisi dan peristilahan, kriteria
seleksi, sistem layanan, pembelajaran, asesmen, dan juga pada tehnologi adaptif, sarana dan
prasarana penunjang bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam hal definisi dan peristilahan,
cakupan anak berkebutuhan khusus (ABK) terlihat semakin luas, dari yang semula hanya
meliputi anak – anak penyandang kelainan yang mencolok dan secara signifikan jauh berbeda
dari anak-anak normal, menjadi semua anak yang memang memerlukan layanan khusus untuk
dapat mengikuti pembelajaran bersama teman sebayanya. Dalam hal sistem penempatan,
berbagai alternatif semakin tersedia, dari lingkungan yang sepenuhnya segregatif (paling terbatas
/ terikat) sampai yang sepenuhnya inklusif. Dalam hal asesmen, tuntutan layanan asesmen yang
komprehensif, kontinu dan tidak diskriminatif semakin tinggi. Demikian juga, berbagai teknologi
semakin tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh ABK. Berbagai perkembangan tersebut tidak
terlepas dari perkembangan eksternal, seperti jaminan memperoleh hak pendidikan bagi setiap
anak dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Perkembangan pesat tersebut di atas berpengaruh terhadap strategi pengelolaan kurikulum /
materi pembelajaran dan proses pembelajaran. Kebijakan standarisasi semua aspek pendidikan
menuntut kurikulum yang standar bagi sekolah, termasuk bagi peserta didik berkebutuhan
khusus. Sebaliknya, kecenderungan peningkatan perhatian atas perbedaan individu peserta didik
lebih menuntut kurikulum fleksibel dan individual. Pembelajaran yang semula berfokus pada
guru semakin bergeser ke arah learner centered learning, yang memungkinkan peserta didik
memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan pergeseran peran guru ke arah sebagai fasilitator
belajar. Perubahan dan perkembangan ini perlu difahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan dan pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan umum/regular maupun dalam
konteks pendidikan khusus.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi, jenis, penyebab dan dampak keluarbiasaan?
b. Apa kebutuhan serta hak dan kewajiban bagi penyandang keluarbiasaan?
c. Pelayanan seperti apa yang akan diberikan kepada penyandang keluarbiasaan?

BAB II
PEMBAHASAN
DAMPAK KELUARBIASAN, KEBUTUHAN, SERTA HAK DAN KEWAJIBAN
PENYANDANG KELUARBIASAAN

A. Definisi, Jenis, Penyebab dan Dampak Keluarbiasaan1


1. Definisi Keluarbiasaan
Keluarbiasaan adalah penyimpangan yang signifikan dari kondisi normal. Anak luar biasa
(ALB) adalah anak yang menunjukkan penyimpangan yang signifikan dari anak normal, baik
yang di atas normal maupun yang di bawah normal, sehingga dampak penyimpangan tersebut
memerlukan pengaturan khusus dalam pelayanan pendidikan.2
Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat
disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti
menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau
sebaliknya yang negatif. Anak yang luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar
biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya.
Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-
rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut
penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal
pada umumnya. Selanjutnya, keluarbiasaan atau penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap
layanan pendidikan agar anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Jenis Keluarbiasaan
Kategori keluarbiasaan berdasarkan jenis penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrachman
(2000), kategorinya sebagai berikut :
a. Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual, terdiri dari anak
yang luar biasa cerdas (intellectually superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah atau
yang disebut tunagrahita.
b. Kelompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadi karena
hambatan sensoris atau indera, terdiri dari anak tunanetra dan tunarungu.
c. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi.
d. Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri dari anak
tunalaras, dan penyandang gangguan emosi.
e. Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan/ penyimpangan ganda atau berat dan
sering disebut tunaganda.
Kategori keluarbiasaan dilihat dari arah penyimpangan yaitu :
a. Keluarbiasaan yang berada di atas normal, yaitu kondisi seseorang yang melebihi batas
normal dalam bidang kemampuan. Anak yang mempunyai kelebihan ini disebut anak berbakat
atau gifted and talented person.
b. Keluarbiasan yang berada di bawah normal, yaitu tunanetra, tunarungu, tunadaksa,
gangguan komunikasi, tunagrahita, tunalaras, berkesulitan belajar, dan tunaganda.
3. Penyebab Keluarbiasaan
Berdasarkan waktu terjadinya penyebab kelurbiasaan dapat dibagi menjadi tiga kategori
seperti berikut:
a. Penyebab Prenatal, yaitu penyebab yang terjadi pada saat anak masih dalam kandungan.
Pada saat ini mungkin sang ibu terserang virus, mengalami trauma, atau salah minum obat.
b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang terjadi pada saat proses kelahiran, seperti
terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedotan, atau
pemberian oksigen yang terlalu lama bagi anak premature.
c. Penyebab Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan,
jatuh atau kena penyakit tertentu.
4. Dampak Keluarbiasaan
Dampak keluarbiasaan sangat bervariasi, baik bagi anak, keluarga/orang tua, maupun
masyarakat.
a. Dampak Keluarbiasaan Bagi Anak ALB
Keluarbiasaan di atas normal dapat berdampak positif maupun negatif bagai anak. Mereka
akan merasa bangga dengan keluarbiasaan yang dimilikinya, tetapi keluarbiasaan tersebut akan
menjadi masalah kalau menyebabkan ia sombong dan merasa superior. Anak berbakat juga akan
menghadapi masalah apabila ia terpaksa hidup diantara orang dewasa, sementara ia masih
merasa sebagai anak-anak. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai keluarbiasaan di bawah
normal, pada umumnya akan terhambat perkembangannya, kecuali jika ia mendapat pelayanan
yang sesuai dengan kebutuhan. Dampak spesifik juga dapat terjadi terhadap anak luar biasa,
misalnya penderita tunarungu akan mendapat hambatan dalam berkomunikasi, anak tunanetra
mendapat hambatan dalam mobilitas, anak tunagrahita akan mendapat hambatan dalam banyak
hal. Tingkat keluarbiasaan juga menghasilkan dampak yang berbeda bagi anak. Anak yang
menderita keluarbiasaan yang bersifat ringan mungkin masih mampu menolong diri sendiri.
Makin parah tingkat keluarbiasaan, dampaknya bagi anak juga semakin parah.
b. Dampak Keluarbiasaan bagi Keluarga
Dampak keluarbiasaan anak bagi keluarga bervariasi. Ada orang tua yang merasa terpukul,
pasrah menerima keadaan dan ada pula yang acuh terhadap keluarbiasaan tersebut. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi reaksi/sikap keluarga terhadap keluarbiasaan antara lain : tingkat
pendidikan, latar belakang budaya, status sosial ekonomi keluarga, dan juga jenis dan tingkat
keluarbiasaan.
c. Dampak Keluarbiasaan bagi Masyarakat
Sikap masyarakat terhadap keluarbiasaan mungkin juga akan bervariasi, tergantung dari dari
latar belakang budaya dan tingkat pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati , ada yang acuh
tak acuh, mungkin juga bersikap antipati.3
B. Kebutuhan Serta Hak dan Kewajiban Bagi Penyandang Keluarbiasaan
1. Kebutuhan Penyandang Keluarbiasaan
Secara umum tidak terdapat perbedaan kebutuhan antara anak normal dengan anak luar
biasa. Namun karena keluarbiasaannya itu ada kebutuhan-kebutuhan spesifik yang lebih
dibutuhkan oleh anak luar biasa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik/
kesehatan, kebutuhan sosial/emosional, dan kebutuhan pendidikan.
a. Kebutuhan fisik/kesehatan
Kebutuhan fisik bagi penyandang keluarbiasaan akan terkait erat dengan jenis
keluarbiasaannya. Bagi penyandang tunadaksa yang menggunakan kursi roda, akan
membutuhkan sarana khusus untuk masuk ke gedung-gedung dengan jalan miring, sebagai
pengganti tangga. Penyandang tunanetra perlu tongkat dan penyandang tunarungu mungkin
memerlukan alat alat bantu dengar.
Berbagai layanan khusus di bidang kesehatan diperlukan bagi para penyandang
keluarbiasaan. Layanan tersebut antara lain : physical therapy dan occupational therapy, yang
keduanya berkaitan erat dengan keterampilan gerak (motor skills), dan speech theraphy atau bina
wicara bagi para tunarungu. Para ahli yang terlibat dalam menangani kesehatan para penyandang
keluarbiasaan terdiri dari dokter umum, dokter gigi, ahli physical theraphy dan ahli occupational
theraphy, ahli gizi, ahli bedah tulang, ahli THT, dokter spesialis mata dan perawat.
b. Kebutuhan sosial/emosional
Karena keluarbiasaan yang disandangnya, kebutuhan yang diperlukan kadang-kadang sulit
dipenuhi. Berbagai kondisi/ keterampilan seperti mencari teman, memasuki masa remaja,
mencari kerja, perkawinan, kehidupan seksual, dan membesarkan anak merupakan kondisi yang
menimbulkan masalah bagi penyandang keluarbiasaan. Oleh karena itu bantuan para pekerja
sosial , para psikolog, dan ahli bimbingan juga dibutuhkan oleh para keluarga.
c. Kebutuhan Pendidikan
Jenis pendidikan yang diperlukan sangat terkait dengan keluar-biasaan yang disandangnya.
Secara khusus, penyandang tunarungu memerlukan bina persepsi bunyi yang diberikan oleh
speech therapist, tunanetra memerlukan bimbingan khusus dalam mobilitas dan huruf Braille,
dan tunagrahita memerlukan bimbingan keterampilan hidup.4
2. Hak Keluarbiasaan
Tidak ada perbedaan hak antara penyandang keluarbiasaan dibandingkan dengan anak
normal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam pasal 31 UUD 45 disebutkan bahwa semua
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ketentuan dalam pasal tersebut diatur lebih lanjut
pada pasal 6 dan pasal 8 UU No.2/Tahun 1989, dalam Bab III, yang berbunyi:
Pasal 6
Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan
agar memperoleh pengetahuan , kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara
dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Pasal 8
a. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh
pendidikan luar biasa.
b. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh
perhatian khusus.
Dari dua pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak luar biasa berhak atas
pendidikan sampai tamatan SMP.
Pendidikan anak luar biasa disamping dijamin oleh UUD 45, secara internasional juga
tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-Hak Kemanusiaan 1948 (The 1948 Universal
Declaration of Human Right) yang diperbaharui pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan
Untuk Semua (Educational For All). Konferensi tersebut juga menyepakati suatu kerangka kerja
untuk Pendidikan Anak Luar Biasa yang dapat dijadikan pegangan bagi setiap negara dalam
penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa.
Dalam kerangka kerja tersebut disebutkan bahwa :
a. Setiap anak mempunyai hak yang fundamental untuk mendapatkan pendidikan, dan harus
diberi kesempatan untuk mencapai dan memelihara tahap belajar yang dapat diterimanya;
b. Setiap anak punya karakteristik, minat, kemampuan, dan kebutuhan yang unik;
c. Sistem pendidikan harus dirancang dan program pendidikan diimplementasikan dengan
mempertimbangkan perbedaan yang besar dalam karakteristik dan kebutuhan anak;
d. Mereka yang mempunyai kebutuhan belajar khusus (anak luar biasa) harus mempunyai
akses ke sekolah biasa yang seyogyanya menerima mereka dalam suasana pendidikan yang
berfokus pada anak sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka, serta
e. Sekolah biasa dengan orientasi inklusif (terpadu) ini merupakan sarana paling efektif
untuk melawan sikap deskriminatif, menciptakan masyarakat yang mau menerima kedatangan
anak luar biasa, membangun masyarakat yang utuh terpadu dan mencapai pendidikan untuk
semua, dan lebih-lebih lagi sekolah biasa dapat menyediakan pendidikan yang efektif bagi
mayoritas anak-anak serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya bagi seluruh sistem
pendidikan.
C. Pelayanan Bagi Anak Luar Biasa
1. Definisi Pelayanan
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna, (1) perihal atau cara
melayani; (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); (3)
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.
2. Makna dan Jenis Pelayanan bagi Anak Luar Biasa
Bagi penyandang keluarbiasaan, layanan mempunyai makna yang cukup besar karena
memang mereka memerlukan pelayanan ekstra, yang berbeda dari layanan yang diberikan
kepada orang-orang yang tidak menyandang keluarbiasaan.
Sesuai dengan kebutuhan para penyandang keluarbiasaan ada jenis pelayanan dapat
dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:
a. Layanan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik, seperti kebutuhan yang
berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan berbagai jenis gangguan kesehatan.
b. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional sosial seperti kebutuhan yang
berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri terhadap lingkungan.
c. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan yang merupakan kebutuhan
terbesar para penyandang keluarbiasaan.
Ketiga jenis pelayanan di atas tentu sangat bermakna bagi ALB karena tanpa tersedianya
layanan tersebut, para ALB kemungkinan besar tidak akan mampu mengembangkan potensinya
secara optimal. Oleh karena itu pelayanan bagi ALB merupakan kebutuhan dasar yang
seyogyanya disediakan oleh negara dan masyarakat.
3. Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan bagi Anak Luar Biasa (ALB)
Dalam PLB dikenal dua bentuk layanan yang sampai kini masih menimbulkan silang
pendapat, yaitu layanan terpisah (segregasi) dan layanan terpadu (integrasi). Layanan segregasi
mendidik ALB secara terpisah dari anak norrnal, sedangkan layanan integrasi mendidik ALB di
sekolah biasa bersama anak normal. Kedua bentuk layanan ini mempunyai kekuatan dan
kelemahan masing-masing. Di antara layanan integrasi dan segregasi penuh dapat dikem-
bangkan berbagai jenis layanan dengan tingkat segregasi dan integrasi yang bervariasi. Dalam
kondisi tertentu, integrasi dapat berupa integrasi fisik, integrasi sosial, dan integrasi yang paling
kompleks yaitu integrasi dalam pembelajaran.
Model atau jenis pelayanan yang dapat disediakan bagi ALB adalah: (1) sekolah biasa. (2)
sekolah biasa dengan guru konsultan, (3) sekolah biasa dengan guru kunjung (4) sekolah biasa
dengan ruang sumber (5) model kelas khusus. (6) model sekolah khusus, dan (7) model panti
asuhan/rehabilitasi.
Pendekatan kolaboratif dalam pelayanan ALB berasumsi bahwa layanan terhadap ALB akan
menjadi lebih efektif jika dilakukan oleh satu tim yang berasal dari berbagai bidang keahlian,
yang bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ALB. Dalam menangani ALB yang ada di
sekolah biasa, guru dapat berkolaborasi dengan teman sejawat, kepala sekolah, dan orang tua
siswa.5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat
disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti
menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau
sebaliknya yang negatif. Anak yang luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar
biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya.
Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-
rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut
penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal
pada umumnya. Selanjutnya, keluarbiasaan atau penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap
layanan pendidikan agar anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Penyediaan layanan bagi ALB di Indonesia tidak semaju di negara lain. Namun, perhatian
masyarakat dan pemerintah makin lama makin besar, sehingga berbagai sekolah untuk ALB
mulai didirikan. Perkembangan yang menggembirakan dari jumlah sekolah dan jumlah siswa
merupakan pertanda meningkatnya pelayanan bagi ALB. Meskipun peran swasta sangat besar
dalam penyediaan layanan bagi ALB, namun perhatian pemerintah juga terus meningkat.
Menjelang tahun 90-an. perhatian juga ditujukan untuk membantu ALB yang ada di sekolah
biasa. Perhatian ini terwujud dalam berbagai penelitian tentang keberadaan ALB dan berbagai
program pelatihan untuk membantu ALB yang berada di sekolah biasa. khususnya para
penyandang kesulitan belajar.

BAB IPEDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan Luar Biasa mengalami perkembangan sangat pesat dalam beberapa dasa warsa terakhir. Per
kembangan terjadi dalam berbagai aspek,termasuk definisi dan peristilahan, kriteria seleksi, sistem
layanan, pembelajaran,asesmen, dan juga pada tehnologi adaptif, sarana dan prasarana penunjang
bagianak berkebutuhan khusus. Dalam hal definisi dan peristilahan, cakupan
anak  berkebutuhan khusus (AB! terlihat semakin luas, dari yang semula hanyameliputi anak " anak
penyandang kelainan yang mencolok dan secara
signifikan jauh berbeda dari anak#anak normal, menjadi semua anak yang memangmemerlukan layanan
khusus untuk dapat mengikuti pembelajaran bersama temansebayanya. Dalam hal sistem penempatan,
berbagai alternatif semakin tersedia,dari lingkungan yang sepenuhnya segregatif (paling terbatas $
terikat! sampai yangsepenuhnya
inklusif.Perkembangan pesat tersebut di atas berpengaruh terhadap strategi pengelolaan kurikulum $
materi pembelajaran dan proses pembelajaran.
ebijakanstandarisasi semua aspek pendidikan menuntut kurikulum yang standar bagisekolah, termasuk 
bagi peserta didik berkebutuhan khusus. %ebaliknya,kecenderungan peningkatan perhatian atas
perbedaan indi&idu peserta didik lebihmenuntut kurikulum fleksibel dan indi&idual. Pembelajaran yang
semula
berfokus pada guru semakin bergeser ke arah learner centered learning, yangmemungkinkan peserta di
dik memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan pergeseran peran guru ke arah sebagai fasilitator be
lajar. Perubahan dan perkembangan ini perlu difahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan 
dan pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan umum$regular maupun dalam konteks pendidikan
khusus.

1.2Rumusan Masalah

'..'.Apa definisi berkebutuhan khusus )'...*enis Anak berkebutuhan khusus )'..


+.Penyebab dan dampak berkebutuhan khusus )'...Apa kebutuhan serta hak dan kewajiban bagi anak
berkebuuhankhusus )'..-.Pelayanan seperti apa yang akan diberikan kepada anak  berkebutuhan khusus
)

1.3Tujuan Makalah
'.+.'.engetahui definisi berkebutuhan khusus dan jenis anak  berkebutuhan khusus.'.+..engetahui hak
serta kewajiban dan pelayan anak berkebutuhankhusus.'.+.+./ujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas akhir semester satu mata kuliah 01/0P2DA3034 dosen pembimbing 3anda
%umekar dan Ahmad Asep %opandi.

BAB IIPEMBAHAAN

2.1!en"s erta Pen#e$a$ Dan Dam%ak Anak Berke$utuhan &husus.

2.1.1De'"n"s" &eluar$"asaan( Berke$utuhan &husus

eluarbiasaan adalah penyimpangan yang signifikan dari kondisi


normal.Anak Berkebutuhan husus (AB! adalah anak yang menunjukkan penyimpangan yang signifikan 
dari anak normal, baik yang di atas normalmaupun yang di bawah normal, sehingga dampak penyimpan
gan tersebutmemerlukan pengaturan khusus dalam pelayanan
pendidikan.eluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar  biasa, yang dapat dise
jajarkan dengan kata e5ceptional dalam bahasa 4nggris.%ecara harfiah keluarbiasaan
berarti menggambarkan sesuatu yang luar biasa,dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau
sebaliknya yang negatif. Anak yangluar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa yang
secarasignifikan membedakannya dengan anak#anak seusia pada umumnya.eluarbiasaan itu dapat
berada di atas rata#rata anak normal, dapat pula berada
di bawah rata#rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihanatau yang sering
disebut penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yangsangat jelas dengan anak#anak normal
pada umumnya.

2.1.2!en"s &eluar$"asaan( Berke$utuhan khusus

ategori berkebutuhan khusus berdasarkan jenis penyimpangan, menurutulyono Abdulrachman


(666!, kategorinya sebagai berikut
7a.elompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual,terdiri dari anak yang luar biasa
cerdas (intellectually superior! dan anak yangtingkat kecerdasannya rendah atau yang disebut
tunagrahita. b.elompok yang mengalami penyimpangan atau keluarbiasaan yang terjadikarena
hambatan sensoris atau indera, terdiri dari anak tunanetra dan tunarungu.

A. Definisi Anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah sebuah istilah yang digunakan dalam menyebutkan kelaianan
yang dialami oleh seseorang, kelainan ini dapat berupa kondisi fisik, emosional, mental, sosial
dan kecerdasan atau bakat. Dan istilah yang pernah digunakan antara lain pendidik anak luar
biasa, anak luar biasa, keluarbiasaan, pendidikan khusus, kebutuhan khusus dan sekarang anak
berkebutuhan khusus (ABK). Terlalu kasar jika kita mengatakan seorang yang memiliki
kekurangan itu sebagai orang yang cacat, maka dari itu digunakanlah istilah anak berkebutuhan
khusus (ABK). 

Dampak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bagi dirinya sendiri, antara lain:

 Bagi dirinya sendiri, misalnya anak tunarungu akan mengalami hambatan dalam
berkomunikasi, anak tunanetra mendapat hambatan dalam orientasi mobilitas, anak
tunagrahita akan mendapatkan hambatan dalam mengembangkan keterampilan hidup
sehari-hari, anak tunadaksa akan memiliki dampak bahwa ia akan selalu berada di kursi
roda, dan bagi anak yang berbakat tentu akan memberikan hal yang positif terhadap
dirinya, oleh sebab itu bagi anak yang berbakat harus ditangani secara baik agar ia tidak
menjadi orangyang sombong.
 Dampak yang dirasakan bagi keluarga atau orang tua sangatlah bervariasi, antara lain ada
yang secara pasrah menerima kenyataan, ada juga yang merasa sangat terpukul
menerimanya, dan ada juga yang acuh dengan sikap tidak peduli terhadap apa yang telah
diterimanya.
 Bagi sekolah hendaknya tetap menerima ABK tersebut sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku tanpa membeda-bedakannya, dampak yang harus dilakukan pihak sekolah
ketika ada ABK disana adalah dengan menyesuaikan pembelajaran yang akan diberikan
sesuai dengan keadaan ABK tersebut.
 Dampak yang ditimbulkan dimasyarakat sangatlah beragam sesuai dengan latar belakang
sosial dan pendidikan masyarakat tersbut, ada masyarakat yang bersimpati dengan
membantu menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan si anak, ada juga
masyarakat yang bersikap acuh tak acuh dengan tidak mempedulikannya, dan tidak
jarang ada masyarakat antipasti dengan melarang anak-anaknya bergaul atau berteman
dengan ABK.

B. Kebutuhan, Hak dan Kewajiban bagi Anak berkebutuhan khusus

ABK juga memiliki kebutuhan, hak dan kewajiban sebagaimana warga negara lainnya, antara
lain:

1) Kebutuhan ABK

 Mendapatkan kebutuhan fisik/kesehatan, bagi ABK seyogiannya juga mendapatkan


layanan kesehatan secara adil sebagaimana layanan kesehatan yang diberikan kepada
anak normal. Selain itu keperluan yang akan digunakan untuk menjaga kebutuhan
fisiknya juga harusnya disediakan, sehingga dengan begitu ABK dapat beraktifitas
layaknya anak yang normal.
 Kebutuhan sosial-emosional, ABK juga memerlukan lindungan dan para ahli seperti para
pekerja sosial, para psikolog, dan ahli bimbingan dalam membantu mereka
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi mereka. Bagi keluarga sangatlah
memerlukan bimbingan dari para ahli tentang bagaimana menghadapi dan
memberlakukan ABK, sehingga kesalahan dalam membimbing ABK dilingkungan
keluarga bisa dihindari.
 Kebutuhan pendidikan, ABK berhak mendapatkan pendidikan layaknya anak normal dan
sekolah pun harus memberikan layanan pendidikan kepada ABK, hanya saja bagi sekolah
memerlukan alat-alat yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran ABK.
Misalnya anak tunanetra memerlukan mobilitas dan huruf Braille untuk membantunya
belajar.

BACA JUGA

 Send Anywhere: Application To Send Different Types Of Files


 5 Ways to Take Care of Mango Trees So That It Has Many Fruits
 Getting to Know Wae Rebo Tourism Objects in Nusa Tenggara Timur (NTT)

2) ABK mempunyai hak yang dapat menjamin kelangsungan hidup pendidikan


mereka. Oleh sebab itu ABK berhak untuk melanjutkan pendidikan jika memang mereka
memiliki kemampuan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Semua ini sesuai dengan Undang-
undang yang telah ditetapkan di negara ini.

3) Bagi ABK kewajiban yang ia dapatkan adalah kewajiban dalam mengikuti pendidikan


dasar ketika usianya telah mencapai tujuh tahun. Dan apabila ia melakuakan suatu tindakan yang
salah, maka jika memberikan hukuman harus disesuaikan dengan keadaannya tersebut. 
C. Layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan  khusus, yaitu:

1. Bentuk Layanan  Pendidikan Segregrasi, adalah  sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem
segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan  secara
khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Contohnya
Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Luar Biasa Berasrama, kelas jauh/kelas kunjung, dan
Sekolah Dasar Luar Biasa.
2. Bentuk Layanan  Pendidikan Terpadu/Integrasi adalah sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk  belajar bersama-sama 
dengan anak biasa (normal)  di sekolah umum. Ada beberapa bentuk kelas yang bisa
digunakan yaitu bentuk kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, dan
bentuk kelas khusus.
3. Layanan pendidikan Inklusi, adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar ABK
dapat dilayani disekolah terdekat dan dikelas reguler bersama-sama dengan temannya
yang lain. 

D. Definisi Anak berbakat

Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan serta IQ diatas rata-rata anak normal
seusianya. Dan cara menyesuaikan lingkungan belajar bagi anak yang berbakat adalah dengan
memberikan materi pembelajaran yang tingkat pemahamannya diatas pemahaman siswa yang
normal, selain itu pemberian tugas mandiri tanpa adanya penjelasan bisa dilakukan khusus untuk
anak berbakat. 

Ada beberapa pelayanan yang bisa diberikan untuk anak berbakat, antara lain:

 Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program


akselerasi ini yaitu dengan cara “lompat kelas”, artinya, anak dari Taman Kanak-Kanak
misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi langsung ke kelas II, atau
bahkan ke kelas III Sekolah Dasar.
 Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh
selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar
sekolah, yang sering disebut home-schooling. 
 Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
 Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki
bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus
yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. 

Anda mungkin juga menyukai