Berkebutuhan Khusus
Mei 23, 2017flexicarejakarta
Modul 1 (Hakikat Pendidikan Khusus) Kegiatan Belajar 1 Definisi dan Jenis Kebutuhan Khusus
A. Definisi Menurut Pasal 32 ayat 1 Pendidikan khusus “ merupakan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”. B.
Klasifikasi Anak dengan Kebutuhan Khusus Kategori anak/peserta
Tunadaksa (cacat fisik), Tunalaras (gangguan emosi), anak berkesulitan belajar, Tunaganda
(kelainan lebih dari satu)
belakang budaya status sosial ekonomi, tingkat kelainan yang diderita. Keluarga yang
berpendidikan dan dari latar belakang budaya tertentu akan menerima kelainan yang diderita
oleh anaknya karena dianggap sebagai anugrah dari Tuhan yang wajib diberi kasih sayang.
Dan sebaliknya ada keluarga yang yang tidal peduli, bahkan menyembunyikan anaknya karena
rasa malu. 3. Dampak kelainan bagi masyarakat Dampak bagi masyarakat berbeda-beda ada
yang bersimpati bahkan ikut membantu menyediakan fasilitas, ada yang bersikap acuh tak acuh
bahkan ada yang bersikap antipati sehingga melarang anaknya bergaul ABK yang dibawah
normal.
Kegiatan Belajar 3 Kebutuhan serta Hak dan Kewajiban Anak Berkebutuhan Khusus A.
Kebutuhan Anak Berkelainan ( Berkebutuhan Khusus) Kebutuhan anak berkelainan terdiri dari:
1. Kebutuhan Fisik/kesehatan Layanan kesehatan bagi ABK sebaiknya disediakan sesuai
dengan kebutuhannya. Terkait dengan jenis kelainan yang disandangnya berbagai layanan
kesehatan khusus diperlukan untuk anak ini antara lain physical therapy dan occupational
therapy. 2. Kebutuhan sosial-emosional Untuk memenuhi kebutuhan sosial-emosional ABK
memerlukan lindungan dan bantuan para pekerja sosial, psikolog, dan ahli bimbingan yang
dapat membantu mereka dalam menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan
sosialisasi dan menjadi remaja.
B. Hak Penyandang Kelainan Sebagai warga Negara, para penyandang kelainan mempunyai
hak yang sama dengan warga Negara lainnya. Dalam pasal 31 UUD 1945 disebutkan bahwa
semua warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Bab IV
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dari Bab IV itu
ada empat ayat dapat dijadikan acuan dalam menentukan hak para penyandang kelainan yaitu
Pasal 6 ayat (1), (2), (4), dan (5). C. Kewajiban Penyandang Kelainan Sebagai warga Negara
para penyandang kelainan juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi. Undang-undang
No. 20/2003 tentang Sisdiknas, Bab IV, Pasal 6 menetapkan bahwa: 1. Setiap warga Negara
yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar; 2. Setiap warga
Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. MODUL 2
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KB 1. Pengertian Pelayanan
Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia
A. Makna dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK 1. Kegiatan pelayanan (service)
merupakan suatu jasa yang diberikan kepada seseorang atau lembaga untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. 2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,pelayanan : a. Perihal/cara
melayani b. Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang c.
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa Di dalam UUD 1945
pasal 31 ayat 1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat
pengajaran. Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undangundang no 20 tentang system
pendidikan nasional ( UUSPN ).
Dalam undang – undang tersebut dikemukakan hal- hal yang erat hubungan dengan pendidikan
bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus sebagai berikut ;
Bab 1( pasal 1 ayat 18 ) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah
Bab IV ( pasal 5 ayat 1 ) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
Bab V bagian 11 Pendidikan khusus ( pasal 32 ayat 1 ) Pendidikan khusus bagi peserta yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan.
B. Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus Pendidikan khusus tumbuh dari satu
kesadaran awal bahwa beberapa anak membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari
pendidikan biasa agar dapat mengembangkan potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat
ditelusuri di Eropa pada tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya
terpisah untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus. Salah satu upaya tersebut dengan
mendirikan lembaga-lembaga residensial yang didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar
penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an. Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi negara
yang memimpin negara-negara lain dalam pengembangan pendidikan khusus di seluruh dunia.
•
Dewasa ini, peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam mengolah
system maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya
sebatas untuk system bekal ilmu pengetahuan, namun juga memberi skil hidup yang
diharapkan bermanfaat di masyarakat.
Lembaga pendidikan tidak hanya ditunjukkan kepada anak yang normal saja, tapi juga anak-
anak keterbelakangan mental.
•
Di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana dengan
memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat, untuk pendidikan bagi anak
penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk anak tunanetra,
tunagrahita tahun 1927 dan untuk tunarungu tahun 1930 yang ketiganya terletak di Kota
Bandung.
Dengan ini dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka sekolahsekolah baru
yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras
yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB
dikelompokkan menjadi: 1. SLB A untuk anak tunanetra 2. SLB B untuk anak tunarungu
3. SLB C untuk anak tunagrahita 4. SLB D untuk anak tunadaksa 5. SLB E untuk anak
tunalaras 6. SLB F untuk anak tunaganda
- Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak - Guru
dengan latar belakang pendidikan luar biasa - Sarana dan prasarana yang sesuai Ø
Kelemahan system pendidikan segregasi - Sosialisasi terbatas - Penyelenggaraan pendidikan
yang relative mahal
Sistem Pendidikan Integrasi adalah sistem pendidikan luar biasa yang bertujuan memberikan
pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses
pendidikan bersama dengan siswa normal agar dapat mengembangkan diri secara optimal.
Merasa diakui haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh pendidikan
c. Pendidikan Inklusi
Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang
baru di Indonesia .
Pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik
bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Di DKI
Jakarta tahun 2015 sudah menyatakan bahwa seluruh sekolah negeri menerima pelayanan thd
ABK •
Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa
penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan
pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan
siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan
adalah sebagai berikut : 1) Tuna Netra 2) Tuna Rungu 3) Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4) Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70) 5) Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50) 6) Tuna Grahita
Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa
- Kepala sekolah
- Pekerja sosial
- Pengawas sekolah
- Guru penjas
- ABK sendiri
- Psikolog sekolah
10
- dokter dari beberapa spesialis - perawat sekolah MODUL 3 PENDIDIKAN KHUSUS BAGI
ANAK BERBAKAT KB. I Definisi dan Dampak Anak Berbakat
A. Pengertian
11
a) Diterima oleh teman sebaya b) Keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial c) Cenderung jadi
juru damai dlm pertengkaran d) Memiliki kejujuran e) Tenggang rasa f) Bebas dari tekanan
emosi g) Mampu bergaul dengan teman sebaya h) Mampu memotivasi orla i) Memiliki humor 3.
Dampak anak berbakat thd kesehatan a) Memiliki penampilan yang menarik dan rapi b)
Kesehatannya lebih baik dari teman lainnya Menurut Renzuli karakteristik anak berbakat sbb: a.
Kemampuan kecerdasan jauh di atas rata rata b. Memiliki kreativitas yang tinggi a. c,.
Tanggung jawab atau pengikatan diri thd tugas Kb. 2 kebutuhan pendidikan dan jenis layanan
bagi abk 1. Kebutuhan Pend anak berbakat a. dari segi anak itu sendiri - membutuhkan peluang
untuk aktualisasi diri - berinteraksi dengan dng teman - mengembangkan kreativitas 2.
kebutuhan AB berkaitan dengan masyarakat - membutuhkan kepedulian dari masyarakat thd
pengemb bakatnya - membutuhkan pengembangan SDM berbakat
12
a. Ciri khas layanan kebutuhan anak berbakat - adaptasi lingkungan belj - adaptasi program b.
Strategi pembelajaran dan model layanan - strategi pembelajaran - model model layanan
1. Kelas pengayaan 2. Guru konsultan 3. Ruangan sumber belajar 4. Studi mandiri 5. Kelas
khusus 6. Sekolah khusus
Adaptasi program
13
3. Pencanggihan materi pelajaran (diberikan materi yang lebih tinggi agar tertantang ) 4.
Pembaruan ( agar anak menguasai ide ide yg penting ) 5. Modifikasi kurikulum sebagai
alternatif - kurikulum plus - Kurikulum berdeferensiasi
1. Strategi Pembelajaran Hal Hal yang perlu diperhatikan: a. Pembelajaran AB harus diwarnai
dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih. b. Pengembangan kecerdasan IQ juga
emosi c. Berorientasi pada modifikasi proses, isi dan produk 2. Model Layanan Model model
layanan a. Model layanan kognitif afektif b. Model layanan pengembangan moral c. Model
pengembangan nilai afektif d. Layanan bidang khusus c. Layanan pengembangan kreativitas
Tingkat kreativitas pertama - fleksibelitas, - originalitas, - keterbukaan thd masalah Tingkat
kreativitas kedua
14
Terdapat 2 miskronsepsi yang saling bertentangan dikalangan masyarakat yang terbentuk bila
orang kehilangan indra penglihatan.Pertama , banyak orang yang percaya bahwa bila orang
kehilangan penglihatannya, maka hilang pulalha semua pesepsinya. Kedua, bahwa secara
otomatis orang tunanetra akan mengembangkan indra ke-6 untuk menggantikan fungsi indra
penglihatan. Sesungguhnya, sumber-sumber lain yang diperoleh melalui indra selain peglihatan
itu tersedia bagi semua orang,dan hanya apabila sumber utama informasi yang berkaitan
dengan indra penglihatan itu berkurang, maka sumber –sumber lain persepsi melalui indra
lainnya)itu menjadi lebih dihargainya dan ketrampilan berdasarkan informasi nonvisualitu
terasa.Jadi, sesungguhnya tidak ada indra keenam sebagaimana dipersepsikan masyarakat
awam dan bahkan juga tidak benar bahwa indra pendengaran ,perabaan, dan penciuman orang
tunanetra otomatis lebih tajam daripada orang awas. Orang –orang pengindraan berfungsi
memperoleh informasi dari lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk diproses,
disimpan,ditindaklanjuti. Masing – masing organ pengindraan bertugas memperoleh informasi
yang berbeda-beda.Semua
15
informasi yang dipersepsi melalui organ-organ pengindraan itu melewati 3 prosesor dan
dikodekan dalam bentuk linguistic ,nonlinguistik,atau efektif. Melalui latihan,pendengaran
menjadi peka terhadap bunyi-bunyi kecil seperti tetesan air dari keran yang bocor ,desau
computer yang lupa tidak dimatikan ,atau desis kompor gas yang belum dimatikan secara
sempurna . Oleh karena itu, tanpa menggunakan indra penglihat ,seorang tunanetra dapat
menyadari apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang disekitar Anda-melalui sumber
informasi bunyi yang ada. Bagi individu tunanetra ,tongkat merupakan perpanjangan fungsi
indra perabaan.Tongkat tidak hanya mendeteksi hambatan jalan ,tetapi juga memberikan
informasi tentang tekstur permukaan jalan, sehingga orang tunanetra dapat mengetahui apakah
yang akan diinjakannya itu tanah becek,rumput ,semen,dll Indra penciuman anak tunanetra
dikembangkan untuk membantunya mengenali lingkungan .Bila seorang tunanetra memasuki
pusat perbelanjaan ia pasti dapat membedakan aroma took makanan ,took pakaian ,took
sepatu,toko obat. Sebagian besar orang yang dikategorikan sebagai tunanetra masih
mempunyai penglihatan dengan tingkat yang sangat bervariasi ,begitupula kemampuan mereka
untu memanfaatkan sisa penglihatan tersebut.Kondisi fisik secara keseluruhan ,jenis gangguan
mata yang dialami ,bentuk pengaruh cahaya terhadap mata, dan durasi baiknya
penglihatan,kesemuanya ini akan sangat berpengaruh terhadap seberapa baik individu yang
low vision dapat menggunakan sisa penglihatannya. Cara lain bagi individu tunanetra untuk
mendapatkan keyamanan didalam lingkungnnya
dan
membantunya
bergerak
secara
mandiri
adalah
dengan
menggunakan ingatan visual (peta mental) ,ingatan kinestetik ,serta persepsi obyek. Tidak
semua orang tunanetra berhasil mengoptimalkan pengembangan semua indranya dan tidak
seluruh fungsi indra penglihatan dapat digantikan dengan
16
mengoptimalkan fungsi indra –indra lain.Oleh karena itu,dalam situasi tertentu orang tunanetra
masih memerlukan bantuan orang awas.Namun, sebelum memberikan bantuan ,sebaiknya
orang awas bertanya dulu apakah dia membutuhkan bantuan atau tidak. Orang awas yang
ingin membantu seorang tunanetra,harus mengetahui bagaimana cara-cara membantunya
,seperti cara menuntun orang tunanetra dan mengorientasikan lingkungan, sehingga
memberikan kenyamananbagi orang tersebut.
untuk
mengembangkan
potensinya
secara
optimal.Untuk
karakteristik,kemampuan,dan
ketidakmampuan.Disamping
segala
17
didalam
berbagai
bentuk
keterpaduan
yang
sesuai
dengan
tunarungu
,harus
memperhatiakan
prinsip-prinsip:
berkesinambungan,
menyeluruh, objektif,dan pedagogis.Sedangkan alat evaluasi secara garis besar diberi atas dua
macam, yaitu alat evaluasi umum yang digunakan dalam pembelajaran dikelas biasa dan alat
evaluasi khusus yang digunakan dalam pembelajaran dikelas khusus dan ruang bimbingan
khusus. Pendidikan untuk anak dengan gangguan komunikasi tergantung jenis gangguan
komunikasi dan hambatan lain yang dialami anak tersebut,karna banyak gangguan komunikasi
yang merupakan hambatan peyerta bagi hambatan utama yang
18
dengan hambatan
program
intervensi,melaksanakan
program
19
1. Kebutuhan pidikan anak tunalaras dapat dipenuhi dengan cara menata lingkungan sekolah
yang kondusif, agar anak tidak berkembang kearah tunalaras dan kegagalan akademik.
Lingkungan yang menyenangkan, tidak membosankan, harmonis dalam hubungan, penuh
perhatian, menerima apa adanya dan terbuka, serta teladan yang baik akan mengantarkan
anak untuk mencapai keberhasilan pendidikannya. 2. Teknik penyembuhan dan program
pendidikan bagi anak tunalaras berdasarkan pada berbagai model, diantaranya adalah model
biogenetic, model behavioral, psikodinamika, dan model ekologis. 3. Teknik pendekatan atau
cara mengatasi masalah perilaku anak tunalaras adalah gabungan dari beberapa teknik atau
model diatas. Seperti teknik perawatan dengan obat, modifikasi perilaku, strategi
psikodinamika, dan ekologis. 4. Hiperaktivitaas mempunyai ciri gerak yang terlalu aktif, tidak
bertujuan, tidak mau diam, suka mengacau teman, mudah tersinggung, dan sulit
memperhatikan dengan baik. Penyebabnya adalah disfungsi otak, kekurangan oksigen,
kecelakaan fisik, keracunan serbuk timah, kekurangan gizi, minuman keras, dan mengonsumsi
obat terlarang saat kehamilan. 5. Beberapa teknik utama mengatasi perilaku yang menyimpang
pada anak hiperaktif adalah dengan medikasi/ penggunaan obat, diet, modifikasi tingkah laku,
lingkungan yang terstruktur, pengendalian diri, modeling dan biofeedback.
20
6. Distrakbilitas merupakan kesulitan memusatkan perhatian pada stimulus yang relevan secara
efesien. Penyebabnya adalah adanya disfungsi minimal otak, gangguan
metabolism,
kelainan
fisik
minimal,
factor
lingkungan,
dan
21
bidangnya) dan program kurikuler yang dilakukan dengan pengajaran remedi (remedial
teaching). Teknik yang dapat dipergunakan pada pengajaran remedial membaca antara lain
teknik Fernald serta teknik Gillingham dan Stillman. 2. Layanan intervensi terhadap anak
berkesulitan menulis. a. Melakukan asesmen untuk menemukan kesalahan anak dalam
menulis. Asesmen terdiri dari asesmen formal dan informal. Salah satu asesmen formal untuk
anak berkesulitan menulis adalah Basic School Skill InventoryDiagnostic yang dikemukakan
oleh Hammill & Leigh (1983) untuk anak usia 4-71/2 tahun. Asesmen informal dapat dilakukan
melalui observasi dan menganalisis tulisan siswa. Observasi dilakukan pada saat anak menulis.
Analisis pola-pola kesalahan tulisan siswa mencakup bentuk huruf, proposional, ukuran,
proposional dan kesejajaran, kualitas garis, jarak huruf, kemiringan huruf, kecepatan menulis. b.
Perbaikan terhadap kesalahan anak dalam menulis dilakukan melalui pengajaran remedy yang
sesuai dengan tipe kesalahannya. 3. Layanan bantuan terhadap anak berkesulitan matematika.
a. Pola kekeliruan khusus yang dilakukan anak berkesulitan berhitung factual, antara lain
sebagai berikut. 1) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan penempatan nilai.
2) Keseluruhan angka dijumlahkan 3) Ketika kolom puluhan dijumlahkan, angka kesatuan hasil
penjumlahan bilangan satuan, tidak turut dijumlahkan melainkan dijumlahkan sebagai ratusan.
4) Angka dijumlahkan dari kiri ke kanan.
22
5) Setiap bilangan yang lebih kecil merupakan pengurangan dari bilangan yang lebih besar
tanpa memperhatikan penempatan nilai. 6) Melakukan peminjaman angka yang sebenarnya
tidak diperlukan. 7) Apabila peminjaman angka diperlukan lebih dari satu, anak
tidak
melakukan pengurangan bilangan pada kolom kedua. 8) Kesatuan angka hasil perkaliaan
bilangan satuan ditambahkan pada bilangan puluhan dan diikutkan pada oprasi perkalian. 9)
Kesatuan angka hasil perkalian bilangan satuan, tidak ditambahkan pada hasil perkalian
bilangan puluhan. 10) Antara pembagi dan yang dibagi terbalik b. Untuk mengasesmen anak
berkesulitan belajar matematika, guru dapat menggunakan teknik diagnostic interview dan tes
yang disusun oleh guru itu sendiri. c. Pengajaran remedy yang diberikan kepada anak
berkesulitan belajar matematika harus sistematis, yaitu harus sesuai dengan urutan dari tingkat
konkret, semi konkret, dan tingkat abstrak.
MODUL 9 MENDIDIK ANAK BERKEBUTHAN KHUSUS Tindak lanjut hasil asesmen adalah
pengembangan program yang diawali dengan penetapan jenis pelayanan pendididkan yang
dibutuhkan siswa. Penetapan jenis layanan pendidikan yang dilakukan melalui langkah-
langkah, yaitu 1. Menetapkan kemampuan ideal yang harus dikuasai siswa, 2. Mendeskripsikan
kemampuan nyata yang dikuasai berdasarkan asesmen, 3. Membnadingkan kemampuan ideal
dengan kemapuan nyata, serta
23
24
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Luar Biasa mengalami perkembangan sangat pesat dalam beberapa dasa warsa
terakhir. Perkembangan terjadi dalam berbagai aspek, termasuk definisi dan peristilahan, kriteria
seleksi, sistem layanan, pembelajaran, asesmen, dan juga pada tehnologi adaptif, sarana dan
prasarana penunjang bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam hal definisi dan peristilahan,
cakupan anak berkebutuhan khusus (ABK) terlihat semakin luas, dari yang semula hanya
meliputi anak – anak penyandang kelainan yang mencolok dan secara signifikan jauh berbeda
dari anak-anak normal, menjadi semua anak yang memang memerlukan layanan khusus untuk
dapat mengikuti pembelajaran bersama teman sebayanya. Dalam hal sistem penempatan,
berbagai alternatif semakin tersedia, dari lingkungan yang sepenuhnya segregatif (paling terbatas
/ terikat) sampai yang sepenuhnya inklusif. Dalam hal asesmen, tuntutan layanan asesmen yang
komprehensif, kontinu dan tidak diskriminatif semakin tinggi. Demikian juga, berbagai teknologi
semakin tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh ABK. Berbagai perkembangan tersebut tidak
terlepas dari perkembangan eksternal, seperti jaminan memperoleh hak pendidikan bagi setiap
anak dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Perkembangan pesat tersebut di atas berpengaruh terhadap strategi pengelolaan kurikulum /
materi pembelajaran dan proses pembelajaran. Kebijakan standarisasi semua aspek pendidikan
menuntut kurikulum yang standar bagi sekolah, termasuk bagi peserta didik berkebutuhan
khusus. Sebaliknya, kecenderungan peningkatan perhatian atas perbedaan individu peserta didik
lebih menuntut kurikulum fleksibel dan individual. Pembelajaran yang semula berfokus pada
guru semakin bergeser ke arah learner centered learning, yang memungkinkan peserta didik
memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan pergeseran peran guru ke arah sebagai fasilitator
belajar. Perubahan dan perkembangan ini perlu difahami oleh semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan dan pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan umum/regular maupun dalam
konteks pendidikan khusus.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi, jenis, penyebab dan dampak keluarbiasaan?
b. Apa kebutuhan serta hak dan kewajiban bagi penyandang keluarbiasaan?
c. Pelayanan seperti apa yang akan diberikan kepada penyandang keluarbiasaan?
BAB II
PEMBAHASAN
DAMPAK KELUARBIASAN, KEBUTUHAN, SERTA HAK DAN KEWAJIBAN
PENYANDANG KELUARBIASAAN
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat
disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti
menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau
sebaliknya yang negatif. Anak yang luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar
biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya.
Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-
rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut
penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal
pada umumnya. Selanjutnya, keluarbiasaan atau penyimpangan tersebut berpengaruh terhadap
layanan pendidikan agar anak dapat mengembangkan potensinya secara optimal.
Penyediaan layanan bagi ALB di Indonesia tidak semaju di negara lain. Namun, perhatian
masyarakat dan pemerintah makin lama makin besar, sehingga berbagai sekolah untuk ALB
mulai didirikan. Perkembangan yang menggembirakan dari jumlah sekolah dan jumlah siswa
merupakan pertanda meningkatnya pelayanan bagi ALB. Meskipun peran swasta sangat besar
dalam penyediaan layanan bagi ALB, namun perhatian pemerintah juga terus meningkat.
Menjelang tahun 90-an. perhatian juga ditujukan untuk membantu ALB yang ada di sekolah
biasa. Perhatian ini terwujud dalam berbagai penelitian tentang keberadaan ALB dan berbagai
program pelatihan untuk membantu ALB yang berada di sekolah biasa. khususnya para
penyandang kesulitan belajar.
BAB IPEDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan Luar Biasa mengalami perkembangan sangat pesat dalam beberapa dasa warsa terakhir. Per
kembangan terjadi dalam berbagai aspek,termasuk definisi dan peristilahan, kriteria seleksi, sistem
layanan, pembelajaran,asesmen, dan juga pada tehnologi adaptif, sarana dan prasarana penunjang
bagianak berkebutuhan khusus. Dalam hal definisi dan peristilahan, cakupan
anak berkebutuhan khusus (AB! terlihat semakin luas, dari yang semula hanyameliputi anak " anak
penyandang kelainan yang mencolok dan secara
signifikan jauh berbeda dari anak#anak normal, menjadi semua anak yang memangmemerlukan layanan
khusus untuk dapat mengikuti pembelajaran bersama temansebayanya. Dalam hal sistem penempatan,
berbagai alternatif semakin tersedia,dari lingkungan yang sepenuhnya segregatif (paling terbatas $
terikat! sampai yangsepenuhnya
inklusif.Perkembangan pesat tersebut di atas berpengaruh terhadap strategi pengelolaan kurikulum $
materi pembelajaran dan proses pembelajaran.
ebijakanstandarisasi semua aspek pendidikan menuntut kurikulum yang standar bagisekolah, termasuk
bagi peserta didik berkebutuhan khusus. %ebaliknya,kecenderungan peningkatan perhatian atas
perbedaan indi&idu peserta didik lebihmenuntut kurikulum fleksibel dan indi&idual. Pembelajaran yang
semula
berfokus pada guru semakin bergeser ke arah learner centered learning, yangmemungkinkan peserta di
dik memanfaatkan berbagai sumber belajar dengan pergeseran peran guru ke arah sebagai fasilitator be
lajar. Perubahan dan perkembangan ini perlu difahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan
dan pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan umum$regular maupun dalam konteks pendidikan
khusus.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Makalah
'.+.'.engetahui definisi berkebutuhan khusus dan jenis anak berkebutuhan khusus.'.+..engetahui hak
serta kewajiban dan pelayan anak berkebutuhankhusus.'.+.+./ujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas akhir semester satu mata kuliah 01/0P2DA3034 dosen pembimbing 3anda
%umekar dan Ahmad Asep %opandi.
BAB IIPEMBAHAAN
2.1.2!en"s &eluar$"asaan( Berke$utuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah sebuah istilah yang digunakan dalam menyebutkan kelaianan
yang dialami oleh seseorang, kelainan ini dapat berupa kondisi fisik, emosional, mental, sosial
dan kecerdasan atau bakat. Dan istilah yang pernah digunakan antara lain pendidik anak luar
biasa, anak luar biasa, keluarbiasaan, pendidikan khusus, kebutuhan khusus dan sekarang anak
berkebutuhan khusus (ABK). Terlalu kasar jika kita mengatakan seorang yang memiliki
kekurangan itu sebagai orang yang cacat, maka dari itu digunakanlah istilah anak berkebutuhan
khusus (ABK).
Dampak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bagi dirinya sendiri, antara lain:
Bagi dirinya sendiri, misalnya anak tunarungu akan mengalami hambatan dalam
berkomunikasi, anak tunanetra mendapat hambatan dalam orientasi mobilitas, anak
tunagrahita akan mendapatkan hambatan dalam mengembangkan keterampilan hidup
sehari-hari, anak tunadaksa akan memiliki dampak bahwa ia akan selalu berada di kursi
roda, dan bagi anak yang berbakat tentu akan memberikan hal yang positif terhadap
dirinya, oleh sebab itu bagi anak yang berbakat harus ditangani secara baik agar ia tidak
menjadi orangyang sombong.
Dampak yang dirasakan bagi keluarga atau orang tua sangatlah bervariasi, antara lain ada
yang secara pasrah menerima kenyataan, ada juga yang merasa sangat terpukul
menerimanya, dan ada juga yang acuh dengan sikap tidak peduli terhadap apa yang telah
diterimanya.
Bagi sekolah hendaknya tetap menerima ABK tersebut sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku tanpa membeda-bedakannya, dampak yang harus dilakukan pihak sekolah
ketika ada ABK disana adalah dengan menyesuaikan pembelajaran yang akan diberikan
sesuai dengan keadaan ABK tersebut.
Dampak yang ditimbulkan dimasyarakat sangatlah beragam sesuai dengan latar belakang
sosial dan pendidikan masyarakat tersbut, ada masyarakat yang bersimpati dengan
membantu menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan si anak, ada juga
masyarakat yang bersikap acuh tak acuh dengan tidak mempedulikannya, dan tidak
jarang ada masyarakat antipasti dengan melarang anak-anaknya bergaul atau berteman
dengan ABK.
ABK juga memiliki kebutuhan, hak dan kewajiban sebagaimana warga negara lainnya, antara
lain:
1) Kebutuhan ABK
BACA JUGA
1. Bentuk Layanan Pendidikan Segregrasi, adalah sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem
segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara
khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal. Contohnya
Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Luar Biasa Berasrama, kelas jauh/kelas kunjung, dan
Sekolah Dasar Luar Biasa.
2. Bentuk Layanan Pendidikan Terpadu/Integrasi adalah sistem pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama
dengan anak biasa (normal) di sekolah umum. Ada beberapa bentuk kelas yang bisa
digunakan yaitu bentuk kelas biasa, kelas biasa dengan ruang bimbingan khusus, dan
bentuk kelas khusus.
3. Layanan pendidikan Inklusi, adalah sistem layanan pendidikan yang mengatur agar ABK
dapat dilayani disekolah terdekat dan dikelas reguler bersama-sama dengan temannya
yang lain.
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan serta IQ diatas rata-rata anak normal
seusianya. Dan cara menyesuaikan lingkungan belajar bagi anak yang berbakat adalah dengan
memberikan materi pembelajaran yang tingkat pemahamannya diatas pemahaman siswa yang
normal, selain itu pemberian tugas mandiri tanpa adanya penjelasan bisa dilakukan khusus untuk
anak berbakat.
Ada beberapa pelayanan yang bisa diberikan untuk anak berbakat, antara lain: