Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

NORMAL DAN ABK (TUNADAKSA)

FANGKI
RIFQAH FADHILAH SUYUTI
NIRMA
TUTI
WAHYU
PERKEMBANGAN MENURUT ELIZABETH
HURLOCK
Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Development Psychology mengemukakan Pembagian
masa-masa perkembangan anak, yaitu:
Masa sebelum lahir (pranatal) 9bulan, Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar
biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan
otak dan perilaku.
Masa bayi (infacy) 0-2th, Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.
Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran
simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
Masa kanak-kanak awal (early childhood) 2-6th, Selama masa ini, anak anak kecil belajar
semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan
bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam
untuk bermain dengan teman-teman sebaya.
Masa kanak-kanak akhir (later chilhood) 6-12th, periode ini biasanya disebut dengan tahun-
tahun sekolah dasar. Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan
berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan
kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri
mulai meningkat.
PERKEMBANGAN MENURUT ELIZABETH
HURLOCK
Masa remaja (adolescence) 11-21th, Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian
dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Masa dewasa awal (early adulthood) 21-40 th, Ini adalah masa pembentukan kemandirian
pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh
anak anak.
Masa dewasa madya(middle adulthood) 40-60 th, Ini adalah masa untuk memperluas
keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya
menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan
kepuasan dalam berkarir.
Masa usia lanjut (later adulthood) 60th+, Ini adalah masa penyesuaian diri atas
berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan
penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.
POLA KOGNITIF ANAK MENURUT JEAN
PIAGET (1896-1980)
Tahap-Tahap Umur Kemampuan
Menurut Jean Menunjuk pada konsep permanensi objek,
Piaget, perkembangan yaitu kecakapan psikis untuk mengerti
bahwa suatu objek masih tetap ada.
manusia melalui empat Sensori- Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh
tahap perkembangan 0-2 tahun
motorik kita dan tidak bersangkutan dengan
kognitif dari lahir aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada
sampai dewasa. Setiap stadium ini permanen objek belum
tahap ditandai dengan sempurna.
munculnya kemampuan Perkembangan kemampuan menggunakan
simbol-simbol yang menggambarkan objek
intelektual baru di mana Praoperasional 2-7 tahun
yang ada di sekitarnya. Berpikir masih
manusia mulai mengerti egosentris dan berpusat.
dunia yang bertambah Mampu berpikir logis. Mampu konkret
kompleks. memperhatikan lebih dari satu dimensi
Operasional 7-11 tahun sekaligus dan juga dapat menghubungkan
dimensi ini satu sama lain. Kurang
egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.
Mampu berpikir abstrak dan dapat
Operasional 11tahun-
menganalisis masalah secara ilmiah dan
formal dewasa
kemudian menyelesaikan masalah.
Pandangan teoritis atau kosepsi-konsepsi utama yang diajukan oleh Piaget antara lain:
1. Skema (tunggal) adalah potensial umum untuk bertindak atau berbuat secara terlihat
(tampak dari luar, overt) dan tidak tampak dari luar (covert). Skema dapat dianggap sebagai
suatu unsur dalam struktur kognitif bayi. Skema merupakan suatu struktur mental yang
secara intelektual dipakai untuk menghadapi lingkungan sekitar.
2. Asimilasi adalah cara merespon kepada lingkungan fisik sesuai dengan struktur kognitif yang
ada. Asimilasi menunjukkan kepada suatu jenis penyatuan antara struktur-struktur kognitif
dan lingkungan sekitar perangsang dari luar.
3. Akomodasi adalah modifikasi struktur-struktur kognitif sebagai hasil karena sedang
mempunyai suatu pengalaman yang tidak dapat diasimilasikan ke dalam struktur kognitif
yang telah ada. Akomodasi dapat disamakan dengan belajar.
ABK (TUNADAKSA)
Tunadaksa merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau
hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh
penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (White House
Conference, 1931).
Perkembangan Kognitif Anak Tunadaksa
Proses perkembangan kognitif banyak ditentukan dari pengalaman-pengalaman individu sebagai hasil
belajar. Proses perkembangan kognitif akan berjalan dengan baik apabila ada dukungan atau dorongan
dari lingkungan. Seperti dikatakan Piaget bahwa setiap individu memiliki struktur kognitif dasar yang
disebut schema (misalnya kemampuan untuk melakukan gerakan refleks, seperti menghisap,
merangkak, dan gerakan refleks lainnya).schema ini akan berkembang melalui belajar. Proses adaptasi
yang didahulukan dengan adanya persepsi. Anak tunadaksa yang mengalami kerusakan alat tubuh,
tidak ada masalah secara fisiologis dalam struktur kognitifnya. Masalah terjadi ketika anak tuna daksa
mengalami hambatan dan mobilitas. Anak mengalami hambatan dalam melakukan dan mengembangkan
gerakan-gerakan, sehingga sedikit banyak masalah ini mengakibatkan hambatan dalam perkembangan
struktur kognitif anak tunadaksa. Dalam pengukuran intelegensi pada anak tuna daksa, sering
ditemukan angka intelegensi yang cukup tinggi. Namun potensi kognitif yang cukup tinggi pada anak-
anak tuna daksa ini belum dapat difungsikan secara optimal. Hambatan mobilitas, masalah emosi,
kepribadian akan mempengaruhi anak tuna daksa dalam melakukan eksplorasi keluar.
Anak dengan hambatan fisik dan motorik (tunadaksa) adalah individu yang mengalami hambatan
dalam perkembangan kognitif. Menurut Piaget, anak yang mengalami hambatan dalam
keterampilan motorik maka anak tersebut tidak mampu memperoleh skema baru dalam
beradaptasi dengan suatu laju perkembangan yang normal. Hal ini berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif , karena anak tunadaksa mengalami hambatan dalam fungsi motorik
sehingga berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan, ini menyebabkan anak
tunadaksa kurang masuknya sensoris , sehingga mengurangi stimulus yang diterima anak baik
dalam arti jumlah maupun dalam jenisnya.

Anda mungkin juga menyukai