Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI KOGNITIF PIAGET DAN PERKEMBANGAN

KOGNITIF

KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH :

Heva Halizah

Martin Gustantri

Natasha Kiranie Lubay

Riska Kartika

Sherly Amalia

Sri Kuswanti

Kelas I.O

STIKKES WIDYA DHARMA


JUDUL
“ Teori Kognitif Piaget dan Perkembangan Kognitif “
TUJUAN
1. Mengetahui teori kognitif menurut Piaget

2. Mengetahui bagaimana tahap – tahap perkembangan kognitif menurut

Piaget
3. Mengetahui kognitif secara umum

4. Mengetahui bagaimana implementasi teori kognitif pada pembelajaran


mahasiswa
PEMBAHASAN
TEORI KOGNITIF JEAN PIAGET
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek
dan kejadian-kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan
fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek
social seperti diri, orang tua dan teman.
Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif
adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan
pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan
mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk
sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif
mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkatan
perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai
remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7 tahun). Yang
akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu,
sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan
operasional formal (11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal pubertas
dan masa remaja.
( Suparno, Paul.Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.)
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap
transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal
secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka.
Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka
sendiri. Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada
pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja.
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap
perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan
munculnya kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia
yang bertambah kompleks.
Tahap-Tahap Umur Kemampuan
Sensori-motorik 0-2 tahun Menunjuk pada konsep permanensi
objek, yaitu kecakapan psikis untuk
mengerti bahwa suatu objek masih tetap
ada. Meskipun pada waktu itu tidak
tampak oleh kita dan tidak bersangkutan
dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi,
pada stadium ini permanen objek belum
sempurna.
Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan kemampuan
menggunakan simbol-simbol yang
menggambarkan objek yang ada di
sekitarnya. Berpikir masih egosentris
dan berpusat.
Operasional 7-11 tahun Mampu berpikir logis. Mampu konkret
memperhatikan lebih dari satu dimensi
sekaligus dan juga dapat
menghubungkan dimensi ini satu sama
lain. Kurang egosentris. Belum bisa
berpikir abstrak.
Operasional formal 11tahun-dewasa Mampu berpikir abstrak dan dapat
menganalisis masalah secara ilmiah dan
kemudian menyelesaikan masalah.
• Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui
diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode
pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-
tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya
kebiasaankebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk
melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda
kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan
cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.

• Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia
dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan
secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu
ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda
atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor
dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia
dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan
memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik.
Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap
benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

• Tahapan operasional konkrit


Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia
enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri lainnya.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda
lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan
logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu
permasalahan untuk bisa memecahkannya.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat
diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah
sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda
adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau
bendabenda tersebut.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
• Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif
dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis,
dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,
seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak
melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi
abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke
dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari tahap operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan


Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi
urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada
urutan yang mundur.
2. Universal (tidak terkait budaya)
3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam
diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara
logis. Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen
dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model
berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif.
Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan
hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Setiap individu akan
melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap,
tidak melompat atau mundur. Perubahan ini terjadi karena tekanan biologis untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur
berpikir.
Struktur yang Mendasari Pola-pola Tingkah Laku yang Terorganisir
1. Skema (struktur kognitif)
Adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai
pengalaman. Atau suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran,
dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka
pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi.
Contoh : Gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan
bibir yang menimbulkan gerakan menghisap.
2. Adaptasi (struktur fungsional)
Piaget menggunakan istilah ini untuk menunjukkan pentingnya pola
hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan
kognitif. Piaget yakin bahwa bayi manusia ketika dilahirkan telah
dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, ada dua proses adaptasi yaitu :
• Asimilasi
Integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap
struktur yang sudah lengkap pada organism. Asimilasi terjadi ketika
individu menggunakan informasi baru ke dalam pengetahuan
mendalam yang sudah ada.
Contoh : Seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu,
akan melakukan tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru.
• Akomodasi
Menciptakan langkah baru atau memperbarui atau
menggabunggabungkan istilah lama untuk menghadapi tantangan
baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang
telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus
eksternal.
Contoh : bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu
menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu menjadi ibu
jari.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
Pengertian Kognitif
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif
berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekank an bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain
Hubungan Kognitif dengan Tingkah laku dan Hasil Belajar
Sebelum menguraikan hubungan kognitif dengan tingkah laku dan hasil
belajar, kami akan mengemukakan beberapa manfaat bagi guru dan calon guru
yang memahami perkembangan kognitif siswa, antara lain :
1. Guru dapat memberikan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada siswa
sesuai dengan tingkat perkembangannya..
2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan belajar
siswa, lalu mengambil langkah untuk menanggulanginya.
3. Guru dapat mempertibangkan waktu yang tepat untuk memulai proses
belajar mengajar bidang studi tertentu.
Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam
perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-
ranah kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa
ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa
berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang
disajikan guru kepadanya. Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotor pun
dibutuhkan oleh siswa, sebagai pendukung dari fungsi kognitif.
Dapat kita pahami dari uraian diatas bahwa hubungan kognitif dengan hasil
belajar sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa
ia tidak akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga
hasil belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil
yang baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia pahami.
Hubungan perkembangan kognitif juga sangat berpengaruh pada pola
tingkah laku anak. Pada tahap sensorimotor, perkembangan mental ditandai
dengan kemajuan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan
fisik. Anak usia sekitar 2 tahun, pola sensori motorik nya semakin kompleks dan
mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif.
Pada tahap praoperasional (2-7 tahun ), konsep yang stabil dibentuk,
penalaran mental muncul, egoisentrisnya mulai kuat. Pada tahap ini pola pikir
anak terbagi 2 : Prakonseptual (2-4 th), dan Pemikiran Intuitif (4-7 th). Tahap
selanjutnya Concrete Operarational, anak usia 7-11 th lebih banyak meluangkan
waktunya (lebih dari 40 %) untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
Pada tahap Formal Operational, anak sudah memasuki masa remaja, disini
fungsi kognitif telah mencapai aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil
keputusan.
Dapat kami simpulkan pula bahwa perkembangan kognitif anak berperan
penting dalam tingkah laku dan hasil belajar seorang anak. Pola pikir dan tingkah
laku anak seperti yang diuraikan diatas merupakan hasil dari fungsi kognitif anak.

Karakteristik Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif pada anak dapat dibedakan menjadi 2 :
a. Anak-anak ( usia Sekolah Dasar)
Pada anak sekitar usia Sekolah Dasar, aktivitas mental anak terfokus
pada objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah
dialaminya. Ini bararti bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki
kemampuan berpikir melalui urutan sebab-akibat.
Dalam memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaidranya, karena mereka mulai
memiliki kemamapuan untuk membedakan apa yamg tampak oleh mata
dengan kenyataan yang sesungguhnya. Menurut Piaget, anak pada masa
ini telah mampu menyadari konservasi (kemampuan anak untuk
berhubungan dengan aspek yang berbeda), karena anak telah
mengembangkan tiga macam proses, yaitu : Negasi (Negation), Hubungan
timbal balik (Resipsokasi), dan Identitas.
b. Remaja (SMP dan SMA)
Secara umum, karakteristik perkembangan usia remaja ditandai
dengan kemampuan berpikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia
mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang
abstrak. Remaja dapat mangintegrasikan apa yang telah mereka pelajari
dengan tatantngan di masa mendatang dan membuat rencana untuk masa
depan. Mereka juga sudah mampu berpikir secara sistematk, mampu
berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang
terjadi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif


Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh begitu
saja. Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan
sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang anak.
1. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan
organ tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang memiliki kelainan fisik
belum tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga
sebaliknya, seorang anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan
merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf
dalam diri anak turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak
itu sendiri. Bila syaraf dalam otaknya terdapat gangguan tentu saja
perkembangan kognitifnya tidak seperti anak-anak pada umumnya (dalam
hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi perkembangannya cepat tetapi
bisa juga sebaliknya.

2. Latihan dan Pengalaman


Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui
serangkaian latihanlatihan dan pengalaman yang diperolehnya.
Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-
latihan dan pengalaman.

3. Interaksi Sosial
Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak
terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu
interaksi antara teman sebaya maupun orang - orang terdekatnya.

4. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang
mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget.
Keseimbangan tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu
bagi perkembangan kognitif anak itu sendiri.
Perbedaan Individual dalam Perkembangan Kognitif
Individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam
perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut
tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa anak akan mempunyai
kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat
tergantung pada lingkungan.
Manusia memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara
lain dalam bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga
inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada
pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah
lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan individu dalam perkembangan kognisi menunjuk kepada
perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan
individual peserta didik akan tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka
dalam kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas
proses dan hasil belajar baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Membantu Perkembangan Kognitif dan Implikasinya dalam Pendidikan.


Sosok yang sangat berperan penting untuk mengembangkan fungsi
kognitif anak terutama dalam belajar adalah seorang guru. Guru dapat
melakukuan beberapa hal yang dapat membantu siswa untuk memahami
pelajaran. Berikut adalah beberapa praktek yang dapat fungsi kognitif siswa
dalam mengingat, memahami, dan meneapkan informasi / pengetahuan.
1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan
sebelumnya.
Penggunaan organisator awal (analogi, elaborasi) dengan siswa
dapat membantu mengaktifkan pengetahuan mereka taerdahulu.
2. Mengorganisasikan informasi.
Materi yang diorganisasikan dengan baik, akan lebih mudah
dipelajari dan diingat daripada materi yang kurang terorganisir.
Contohnya, kelompok masalah yang spesifik dikelompokan dibawah
masalah yang lebih umum.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
Penyajian pertanyaan sebelum pengenalan bahan pengajaran dapat
membantu siswa mempelajari bahan yag terkait dengan pengajaran
tersebut.
4. Menggunakan model konseptual.
Salah saatu contoh dari model konseptual adalah diagram yang
memperlihatkan unsur-unsur informasi atau pengetahuan.

Aplikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran Fisika


1. Pendekatan terpusat pada anak
Menurut Piaget bahwa pada hakekatnya jalan pikiran anak berbeda
dengan orang dewasa, baik dalam pendekatannya terhadap realitas maupun cara
pandangnya terhadap dunia sekitar. Guru harus menyadari hal ini dan harus
mengobservasi anak dengan cermat.
2. Aktifitas
Untuk mempelajari sesuatu , anak membutuhkan kesempatan untuk
mengamati objek yang dipelajarinya. Menurut Piaget, bagi individu berapapun
umurnya, proses belajar yang paling baik di dapatkan dari aktifitas yang
merupakan inisiatif sendiri , sangat baik implikasinya dalam dunia pendidikan.
Piaget menekankan perlunya aktifitas tersebut baik fisik maupun mental. Oleh
karena itu tugas guru adalah mendorong agar anak didiknya dapat beraktifitas.

3. Belajar secara individual


Menurut Piaget, struktur kognitif anak yang berinteraksi dengan
pengalaman baru akan menimbulkan minat yang menstimulasi perkembangan
kognitif lebih lanjut. Oleh karena itu guru hendaknya dapat mengkordinasikan
antara individu dan kelompok. Sesungguhnya yang dibutuhkan oleh siswa adalah
kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang kaya, yang secara potensial
mengandung elemen- elemen yang menarik yang dapat mendukung proses
pembelajaran.

4. Interaksi Sosial
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan adalah pengalaman sosial
atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial akan mengarahkan anak pada
penyusunan argumentasi dan diskusi sehingga cara pandang anak dipertanyakan
kebenarannya dan anak harus mempertahankan dan membuktikan kebenaran cara
pendang tersebut.
KESIMPULAN
Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif
adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan system nervous dan
pengalamanpengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari
tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan
(aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif
berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional (akal).
Tahap perkembangan kognitif ada 4, antara lain :
1. Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun)
2. Tahap Pre-0perational (berkisar antara 2-7 tahun)
3. Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun)
4. Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun)
Fungsi kognitif berpusat pada otak, hubungan kognitif dengan hasil belajar
sangat berparan penting, karena tanpa adanya fungsi kognitif pada siswa ia tidak
akan mampu untuk memahami apa yang disampaikan guru, sehingga hasil
belajarnya pun akan kurang maksimal. Bagaimana ia bisa memperoleh hasil yang
baik jika materi yang disampaikan guru pun tidak ia pahami.

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang


anak.
1. Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
2. Latihan dan Pengalaman
3. Interaksi Sosial
4. Ekuilibrasi

Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan kognitif:


1. Membuat pembelajaran relevan dan mengaktifkan pengetahuan
sebelumnya.
2. Mengorganisasikan informasi.
3. Menggunakan tekhnik bertanya.
4. Menggunakan model konseptual.
Aplikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran Fisika
1. Pendekatan terpusat pada anak
2. Aktifitas
3. Belajar secara individual
4. Interaksi Sosial
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, Paul.Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
https://papierppeint.wordpress.com/2012/08/17/pengertian-kognitif/
http://fansfisika.blogspot.co.id/2010/10/aplikasi-teori-perkembangan-
piaget.html

Anda mungkin juga menyukai