Anda di halaman 1dari 13

Teori Kognitif Piaget

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek, seperti mainan, perabot,
dan makanan, serta objek-objek social seperti diri, orang tua dan teman.

Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari
hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-pengalaman yang
membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Piaget (1964) berpendapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai
pengalaman yang hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh
memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia
mengembangkan empat tahap tingkatan perkembangan kognitif yang akan terjadi selama
masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensori motor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-7
tahun). Yang akan kita bicarakan untuk masa kanak-kanak adalah dua tahap ini lebih dahulu,
sedangkan dua tahap yang lain, yaitu operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal
(11-dewasa), akan kita bicarakan pada masa awal pubertas dan masa remaja.

Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja adalah tahap transisi dari
penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional.
Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-
konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget (1978) mengakui
bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja.

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif
dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual
baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.

Tahap-Tahap

Umur

Kemampuan
Sensori-motorik

0-2 tahun

Menunjuk pada konsep permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa
suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak tampak oleh kita dan tidak
bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek
belum sempurna.

Praoperasional

2-7 tahun

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang


ada di sekitarnya. Berpikir masih egosentris dan berpusat.

Operasional

7-11 tahun

Mampu berpikir logis. Mampu konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan
juga dapat menghubungkan dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir
abstrak.

Operasional formal

11tahun-dewasa

Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah.

Periode sensorimotor

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget
berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman
spatial penting dalam enam sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.

2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.

4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang
permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).

5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.

6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal


kreativitas.

Tahapan praoperasional

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah
prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah
operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya
masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak
dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda
merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau
warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara
usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan
gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di
permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami
tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka
kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak
hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-
proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda
yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda


menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan).

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan


untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,


kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak


berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang


orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu
baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu
sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Tahapan operasional formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut
sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara
abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam
tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak
melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu"
di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa
orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak
mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan
penalaran dari tahap operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu
sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.

2. Universal (tidak terkait budaya)

3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang
berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)

Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya
perbedaan kuantitatif.

Menurut Piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan


dari perkembangan tahap sebelumnya. Setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan ini
terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berpikir.
Struktur yang Mendasari Pola-pola Tingkah Laku yang Terorganisir.

1. Skema (struktur kognitif)

Adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Atau suatu
pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang
memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis
situasi.

Contoh : Gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang
menimbulkan gerakan menghisap.

2. Adaptasi (struktur fungsional)

Piaget menggunakan istilah ini untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu
dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa bayi
manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Piaget, ada dua proses adaptasi yaitu :

a) Asimilasi

Integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap
pada organism. Asimilasi terjadi ketika individu menggunakan informasi baru ke dalam
pengetahuan mendalam yang sudah ada.

Contoh : Seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu, akan
melakukan tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru.

b) Akomodasi

Menciptakan langkah baru atau memperbarui atau menggabung-gabungkan istilah lama


untuk menghadapi tantangan baru. Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif
yang telah dimiliki sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal.

Contoh : bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti
bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu menjadi ibu jari.
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahawa perkembangan kognitif dan bahasa kanak-
kanak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky tidak setuju
dengan pandangan Piaget bahawa anak melayari dunianya sendiri dan membentuk
gambaran realiti batinnya sendiri. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan penemuan-penemuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematik, dan alat-
alat ingatan.

Penekanan Vygotsky pada peranan kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan


kognitif lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi
mental yang relatif asas seperti keupayaan untuk memahami dunia luar dan menumpukan
perhatian. Namun, anak-anak tak banyak mempunyai fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Pada intinya dapat disimpulkan bahawa dalam
teori Vygotsky mengandungi banyak unsur psikologi pendidikan, khususnya subjek
pendidikan dan budaya.Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahawa anak-anak secara aktif
menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental
mempunyai sambungan-sambungan sosial. Vygotsky berpendapat bahawa anak-anak
mengembangkan konsep-konsep lebih sistematik, logik, dan rasional sebagai akibat dari
perbualan dengan seorang penolong yang ahli.

Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seorang seturut


dengan teori sciogenesis. Dimensi kesedaran social bersifat primer, sedangkan dimensi
individualnya bersifat derivative atau merupakan terbitan dan bersifat skunder. Artinya,
pengetahuan dan pembangunan kognitif individu berasal dari sumber-sumber social di luar
dirinya. Hal ini tidak bererti bahawa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya,
tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peranan aktif seseorang dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Maka teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan
konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh
individu sendiri secara aktif, juga oleh persekitaran social yang aktif pula.

Teori psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih merujuk pada kontruktivisme. Kerana ia
lebih menekan pada hakikat pembelajaran sosiobudaya. Dalam analisisnya, perkembangan
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, ia juga ditentukan
oleh persekitaran social secara aktif.
Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan
bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan penemuan-penemuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematik, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu
berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah mahir di dalam bidang-bidang
tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain
dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif asas seperti keupayaan untuk memahami dunia luar dan
menumpukan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak mempunyai fungsi mental yang lebih
tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih
tinggi ini dianggap sebagai "alat kebudayaan" tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal
dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh ahli-ahli kebudayaan yang lebih tua
selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara
beransur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia.
Kerana itulah berfikir setiap kanak-kanak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam
budayanya.

Menurut vygotsky (1962), kemahiran-kemahiran dalam keberfungsian mental berkembang


melalui interaksi sosial langsung. Maklumat tentang alat-alat, kemahiran-kemahiran dan
hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan
manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di
dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi
matang.

Walaupun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahawa anak akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Vygotsky mencari pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses


belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Vygotsky membezakan antara sebenar development dan berpotensi development pada
kanak-kanak. Actual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan berpotensi development membezakan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, menyelesaikan masalah di bawah petunjuk
orang dewasa atau kerjasama dengan rakan sebaya.
1. Konsep Zon Perkembangan Proksimal (ZPD)

Zon Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu
sukar dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang
dewasa atau kanak-kanak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zon Perkembangan
Proksimal merupakan celah antara actual development dan berpotensi development , dimana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan
apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan rakan sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tahap kepakaran yang dimiliki
anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tahap tanggung jawab tambahan yang
boleh diterima oleh kanak-kanak dengan bantuan seorang pengajar. Maksud dari ZPD adalah
menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan kanak-
kanak.

2. Konsep Scaffolding

Scaffolding ialah perubahan tahap sokongan. Scaffolding adalah istilah berkaitan


perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk menerangkan perubahan sokongan
sepanjang sesi pembelajaran, di mana orang yang lebih mahir mengubah bimbingan
mengikut tahap kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky
memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematik, rawak, dan spontan. Dalam
dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematik, logik
dan rasional.

3. Bahasa dan Pemikiran

Menurut Vygotsky, kanak-kanak menggunakan perbincangan bukan sahaja untuk komunikasi


sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin
bahawa anak pada usia awal menggunakan bahasa unuk merancang, membimbing, dan
memantau perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahawa bahasa dan fikiran pada awalnya
berkembang berasingan dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka boleh memfokuskan ke dalam fikiran-
fikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara luaran dan menggunakan
bahasa untuk jangka masa yang lama sebelum mereka membuat peralihan dari kemampuan
bicara ekternal menjadi internal.

Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga idea utama: (1) bahawa intelektual
berkembang pada saat individu menghadapi idea-idea baru dan sukar mengaitkan idea-idea
tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahawa interaksi dengan orang lain
memperkayakan perkembangan intelektual; (3) peranan utama guru adalah bertindak sebagai
seorang pembantu dan pengantara pembelajaran pelajar.

Penerapan Teori Belajar Vygotsky Dalam Interaksi Belajar Mengajar

(1) Walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif
mendampingi setiap aktiviti anak-anak. Dalam istilah teori, ini bermakna anak-anak bekerja
dalam Zone of proximal developmnet dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama
melalui ZPD.

(2) Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahawa disamping guru, rakan sebaya juga
berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak, kerja kelompok secara kooperatif
seolah-olah mempercepatkan perkembangan kanak-kanak.

(3) Gagasan tentang kumpulan kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran peribadi oleh
rakan sebaya (peer tutoring), iaitu seorang kanak-kanak mengajar kanak-kanak lain yang
agak tertinggal dalam pelajaran. Satu kanak-kanak boleh lebih efektif membimbing anak lain
melewati ZPD kerana mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga boleh dengan
mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi kanak-kanak lain dan menyediakan
scaffolding yang sesuai.

Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif asas seperti keupayaan
untuk memahami dunia luar dan menumpukan perhatian.

Anak-anak tak banyak mempunyai fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan
menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai "alat
kebudayaan" tempat individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu
diwariskan pada anak-anak oleh ahli-ahli kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman
pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara beransur menjadi
semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Kerana itulah
berfikir setiap kanak-kanak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam budayanya.
Menurut vygotsky (1962), kemahiran-kemahiran dalam memfungsikan mental kanak-kanak
berkembang melalui interaksi sosial langsung.

Dalam teorinya, Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif
daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru muncul ketika anak sudah mencapai tahap
perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa kanak-kanak bergantung pada
tahap perkembangan kognitif pada masa itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang
daripada interaksi sosial dengan orang lain. Pada mulanya, satu-satunya fungsi bahasa
adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak
mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu
menyelesaikan masalah.

Walaupun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahawa anak akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain. Vygotsky mengemukakan bahawa fungsi-fungsi
kognitif anak-anak belum benar-benar matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Sehingga secara tidak langsung anak memerlukan orang lain untuk mematangkan dan
mengembangkan pola pemikiran mereka.
Teori Chomsky

Sebelum Chomsky dikenali, kebanyakan orang percaya kepada penemuan teori belajar
bahasa bahawa Brown yang disebut 'gudang simpanan' anak-anak mengimitasi orang lain
dan memperoleh sejumlah besar kalimat yang mereka simpan di kepala mereka. Kemudian
mereka mencapai penyusunan kalimat yang tepat pada masa kejadian-kejadian tertentu
muncul (Brown dan Herrnstein, 1975, h.444) Chomsky sebnaliknya membuktikan kalau
pandangan ini tidak tepat. Manusia tidak hanya belajar sejumlah kalimat, kerana secara rutin
kita sentiasa mencipta kalimat-kalimat baru. Perkembangan bahasa dalam psikolinguistik
diertikan sebagai proses untuk memperoleh bahasa, menyusun tatabahasa dari ucapan-
ucapan, memilih saiz penilaian tatabahasa yang paling tepat dan paling mudah daripada
bahasa tersebut (Tarigan, 1986: 243) Chomsky telah memutuskan penilitiannya kepada
peraturan-peraturan untuk membuat transformasi kalimat , seperti saat kita mengubah sebuah
kalimat pernyataan menjadi kalimat pertanyaan. Chomsky sendiri mengamati anak tidak
secara tidak langsung. Namun kita boleh menggambarkan kemampuan linguistic anak
dengan beberapa penemuan Roger Brown (1973) yang sangat terinspirasikan oleh Chomsky.
Brown merakam di sebuah kaset beberapa ucapan anak-anak secara diam-diam selama
beberapa tahun dan mendapati di antara hal-hal yang lain, bagaimana mereka memulakan
membuat transformasi kalimat dengan apa yang disebut questions tag. Chomsky telah
memberi inspirasi kepada banyak penyelidik, para ahli psikolinguistik khususny, untuk
mempelajari perkembangan bahasa anak-anak secara lebih terperinci. Berikuti ini beberapa
tahap perkembangan bahasa secara universal: 1. Bahasa Awal Tahap awal perkembangan
bahasa bermula sejak lahir. Pada bayi yang baru lahir sudah menunjukkan gerakan-gerakan
tubuh yang sangat halus sebagai atas respon yang didengarnya sebagai tindak balas kepada
ucapan-ucapan, dan gerakan mereka menjadi berbeza-beza mengikut ikatan suara dan kata-
kata dari ucapan tersebut. 2. Tahap pralinguistik Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi
ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif, sebagai reaksi terhadap
orang lain yang mencari kenalan verbal dengan kanak-kanak tersebut atau sebaliknya
(Monks, 1989: 137) 3. Pengucapan satu-kata Pada usia kira-kira satu tahun kanak-kanak
mula menghasilkan kata tunggal untuk mengekspresikan seluruh kalimat. 4. Pengucapan
dua-kata Pada usia 1-2 tahun seorang anak sudah mula mengucapkan dua kata secara
bersamaan dan bahasa mereka menunjukan struktur tertentu. 5. Pembangunan gramatika
Diusia dua hingga tiga tahun kanak-kanak mula meletekan tiga atau lebih kata secara
bersamaan. 6. Mendekati gramatika orang dewasa Anak pada usia 5-9 tahun sudah
menguasai perkembangan bahasa yang cukup kompleks, namun belum mampu menyusun
kalimat pasif yang kompleks. 7. Tahap kompetensi lengkap Pada usia 11-dewasa
pembendaharaan kata semakin meningkat, sehingga kecapakan berkomunikasi semakin baik
dan fasih. Kemampuan Berbahasa dan Berfikir Berfikir merupakan rangkaian proses kognitif
yang bersifat peribadi yang berlangsung selama terjadinya rangsangan sampai dengan
munculnya respons (Morgan, 1989: 228) Dalam aktiviti berfikir di dalamnya melibatkan
bahasa. Berfikir merupakan perbualan dalam hati inner speech (Morgan, 1989: 231). Bahasa
merupakan alat untuk berfikir dan berfikir mengekspresikan hasil pemikiran tersebut. Ciri-ciri
Perkembangan Bahasa ciri-ciri perkembangan bahasa tidak jauh dari apa yang telah
dijelaskan diatas, sehingga kita menengok kembali pada perbincangan tersebut. Implikasi
Dalam Pembelajaran Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa, diantaranya adalah: a. Mengupayakan persekitaran yang dapat memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi perkembangan bahasa secara optimum. b. Pengenalan
sejak awal terhadap persekitaran yang mempunyai variasi kemampuan bahasa pada anak
sangat diperlukan untuk merujuk perkembangan bahasanya. c. Membangunkan strategi untuk
memudahkan penguasaan bahasa, antara lain: cara untuk memudahkan mengingat, meniru,
mengalami langsung, bermain.

Anda mungkin juga menyukai