Anda di halaman 1dari 10

Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang disebabkan oleh pengalaman.

perubahan Anak yang merasa ketakutan ketika berjalan sendiri pada malam hari merupakan
hasil dari belajar anak telah belajar menghubungkan kegelapan dengan suatu keadaan yang
menyeramkan. Reaksi ini dapat diperoleh secara tidak sadar maupun secara sadar dan juga
dapat diperoleh dari hasil belajar.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau
bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini
dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu
ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai
makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat
diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli
psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan
itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan dengan
makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara
gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan.
1. Teori Clasikal Conditioning
Dapat dikatakan bahwa pelopor teori coditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov lahir
14 September 1849 di Ryazan Rusia, seorang ahli psikolog-refleksologi dari Rusia. Ia
mengadakan percobaan-percobaan dengan anjing. Secara ringkas percobaan-percobaan
Pavlov dapat kita uraikan sebagai berikut:
Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya berada
diluar pipinya, dimasukkan ke kamar yang gelap. Di kamar itu hanya ada sebuah lubang
terletak didepan moncongnya, tempat menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada
waktu diadakan percobaan-percobaan. Pada moncongnya yeang telah dibedah dipasang
sebuah pipa (selang) yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan
demikian dapat diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing oitu pada waktu
diadakan percobaan-percobaan. Alat-alat yang digunakan dalam percoban-percobaan itu ialah
makanan, lampu senter untuk menyorot bermacam-macam warna, dan sebuah bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat kesimpulan
bahwa gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan.

Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar
(unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat dan refleks
bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima
atau bereaksi terhadap warna sinar tertentu, atau terhadap suara bunyi tertentu.
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning
ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini
adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil
daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi
terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut,
menurut J.B. Watson diberi istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku
manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian
dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning untuk
semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung
proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan
tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari
situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks)
bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu
hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak
dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu
bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada
pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan
menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini
memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini
hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang

mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada abak-anak


kecil.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukumhukum belajar, diantaranya :
a.

Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

b.

Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov


PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan
pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak telah ditemukan
teori belajar yang pada dasarnya menitik beratkan ketercapaian perubahan tingkah laku
setelah proses pembelajaran. Teori belajar merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang
pengkondisian situasi belajar dalam usaha pencapaian perubahan tingkah laku yang
diharapkan.Teori belajar yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran adalah teori
belajar konstruktivisme dan teori belajar pemrosesan informasi.Teori belajarkonstruktivisme
adalah teori yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentranformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan lama itu tidak lagi sesuai.Teori belajar pemrosesan informasi
merupakan teori yang menitikberatkantentang bagaimana informasi yang didapat tersebut
dapat diolah oleh siswa dengan pemahamannya sendiri.Pemanfaatan lingkungan sebebasbebasnya untuk pencapaian tujuan belajar haruslah diberikan pada siswa, sehingga kreatifitas
siswa lebih tampak.
PEMBAHASAN
A.

Biografi Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya
Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan
melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang
dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada Institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov
meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya
mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Karya
tulisnya adalah Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned Reflexes (1927).Ia
meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana
psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang
sarjana ilmu faal yang fanatik.Cara berpikirnya adalah sepenuhnya cara berpikir ahli ilmu
faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya kurang ilmiah. Dalam
penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-konsep meupun istilah-istilah
psikologi. Sekalipun demikian, peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena
studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi
behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya
tidak lain daripada rangkaian-rangkaian refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari
aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. Pandangan yang
sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M. Sechenov. I.M. yang banyak

mempengaruhi Pavlov ini, kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh J.B. Watson di
Amerika Serikat dalam aliran Behaviorismenya setelah mendapat perubahan-perubahan
seperlunya.
B.

Teori Belajar dan Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini.
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan
Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar
untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan
ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala
kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti
yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan
rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di
inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing)
karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian,
dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Eksperimen Pavlov:

Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:


Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).

Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga.Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS)
setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur
(UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika
anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan
memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel
di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan.
Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan
stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini
disebut dengan extinction atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:
1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui
kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang
di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau
dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan
CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan
makanan.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain
daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses
kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan
dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang
berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah
karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks,
yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur ketika melihat makanan yang lezat
dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari (conditioned refleks)-keluar air liur karena
menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi tertentu.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun
Demikianlah maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihanlatihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar
yeng terjadi secara otomatis.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental, refleksiologis
objektif Pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.
C. Penerapan Teori dalam Kehidupan Sehari-Hari
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil
daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi
terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya dalam
kehidupannya. Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut,
menurut J.B. Watson diberi istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku
manusia harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian
dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning untuk
semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung
proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan menghasilkan
tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan secara menyeluruh dari
situasi menuju segmen (satuan bahasa yang diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks)
bahasa tertentu. Materi yang disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai
contoh, suara lagu dari penjual es krim yang berkeliling dari rumah ke rumah.Awalnya
mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut
bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.Bayangkan, bila tidak ada lagu
tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari,
terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang
makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelasistirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.Contohlain adalahuntuk
menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang sangat suka
(UCR) dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka
berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan
coklat pemberian anda. Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,
selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara
otonom pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena
pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan

oleh pavlov. Contoh lain bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank.
Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari
pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk
kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
D. Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar menurut Pavlov adalah ciriciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1. Mementingkan pengaruh lingkungan
2. Mementingkan bagian-bagian
3. Mementingkan peranan reaksi
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma Pavlov akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada
yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu
keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar
Pavlov ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif.Evaluasi
atau
penilaian
didasari
atas
perilaku
yang
tampak.
kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru,
bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik
ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori Pavlov mempunyai persyaratan tertentu
sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode
ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting
untuk menerapkan kondisi behavioristik.

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari,
menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih
dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari
luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangaap bahwa belajar itu
hanyalah terjadi secarab otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak
dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu
bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada
pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan
menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini
memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini
hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang
mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak
kecil.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori
pengkondisian asosiatif stimulus-respons.
2. Menurut teori conditioningPavlov, belajar itu adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response).
3. Eksperimen Pavlov: Anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara
otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).Jika anjing dibunyikan sebuah bel
maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.Sehingga dalam eksperimen ini
anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih
dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian
makanan. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing
mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan
memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
4. Aplikasi teori Pavlov dalam pembelajaran adalah dengan guru tidak banyak memberi
ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri

maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Brennan, James F. 2006.Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Dwijandono dan Sri Esti Wuryani. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud
Sarlito W. Sarwono. 2002.Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi.
Surakarta: PT Bulan Bintang.
Sudrajat,
Akhmad.
2008.
Teori-Teori
Belajar.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, diakses tanggal 13 November 2011).

(Online),

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai