Anda di halaman 1dari 3

Denyut Nadi

Tabel 3. Hasil pengukuran denyut nadi


NO

NAMA

USI JENIS

OP

KELA
MIN

DENYUT NADI
KECEPATAN
ISTIRA
AKTIVI

IRAMA
ISTIRA

AKTIVI

KEKUATAN
ISTIRA
AKTIVI

TAS
101

HAT
Teratur

TAS
Tidak

HAT
Normal

TAS
Lebih

Atri 21

HAT
81

20

74

98

Teratur

Teratur
Tidak

Lemah

Kuat
Kuat

Marwanto
Dwi Lusi 21

83

118

Teratur

Teratur
Lebih

Kuat

Lebih

R.
Noor

19

54

68

Teratur

Cepat
Teratur

Normal

Kuat
Kuat

Andryan I
Sintia

20

82

110

Teratur

Cepat

Normal

Kuat

Sundari
Veny

21

90

126

Teratur

Cepat

Kuat

Sangat

Dwi

H.U.H
Rosid

Wurtaning
7

rum
Anis

Kuat
19

87

137

Teratur

Cepat

Kuat

Rahmawat
8

i
Yunita

Sangat
Kuat

20

107

141

Teratur

Kurniasih

Cepat

Normal

Sangat
Kuat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Denyut nadi dan frekuensi pernafasan seseorang berbeda pada kondisi sebelum dan
setelah olahraga. Hal ini dipengaruhi banyak faktor, termasuk perbedaan konsistensi latihan
yang mengelompokkan seseorang menjadi terlatih dan tidak terlatih. Jenis kelamin dan usia
merupakan faktor lain yang juga dapat berpengaruh pada frekuensi denyut nadi dan
pernafasan individu.
Praktikum ini menunjukkan perbedaan frekuensi denyut nadi dan pernafasan sebelum dan
setelah berolahraga. Olahraga yang dilakukan ialah bersepeda selama 15 menit dengan jarak
tempuh 2 km. Probandus yang diuji memiliki tinggi badan 161 cm, berat badan 50 kg dengan
IMT normal (19,2). Probandus berusia 20 tahun ssehingga dikategorikan pada usia dewasa
(>19 tahun).
Denyut nadi dan frekuensi bernafas dihitung sebelum dan sesudah latihan. Denyut nadi dan
frekuensi bernafas sebelum latihan dihitung pada saat keadaan probandus sedang beristirahat.

Sementara itu denyut nadi dan frekuensi bernafas setelah latihan dihitung segera setelah
probandus menyelesaikan 15 menit bersepeda.
Tabel 1. Data Kondisi Probandus Sebelum Olahraga

Frekuensi (kali/menit)
Denyut Nadi
89
Pernafasan
19

Denyut nadi awal sebelum berolahraga ialah 89 kali/menit. Menurut Hakim (2010), denyut
nadi normal pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ialah 60-100 kali/menit. Probandus
dapat dinyatakan normal karena denyut nadi probandus berada pada batas normal, namun
probandus kurang terlatih sehingga denyut nadi saat istirahat cukup cepat.
Frekuensi bernafas probandus setelah berolahraga ialah 19 kali/menit. Menurut Armi (2010),
frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah 12-20 kali/menit.
Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat dikategorikan normal namun kurang
terlatih.

Tabel 2. Data Kondisi Probandus Setelah Olahraga

Frekuensi (kali/menit)
Denyut Nadi
121
Pernafasan
41

Setelah olahraga, denyut nadi dan frekuensi nafas dihitung kembali segera agar yang
dihitung benar-benar frekuensi setelah latihan tanpa adanya jeda waktu istirahat pada
probandus, sehingga pengukuran akurat. Menurut Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat
dihitung dengan rumus (220 umur). Sementara denyut nadi setelah olahraga ialah 70%
sampai 85% dari denyut nadi maksimal.

Berdasarkan perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 200 kali, dan
denyut nadi setelah olahraga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara denyut nadi
probandus ialah 121 kali/menit yang tidak terdapat pada range yang seharusnya. Namun pada
sumber lain, Anonim (2010), denyut nadi setelah melakukan olahraga stamina, yaitu olahraga
yang mengaktifkan otot sebanyak mungkin seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik
sepeda, adalah 120 150 kali per menit. Mengikuti sumber tersebut, frekuensi denyut nadi
probandus sesuai dengan literatur.
Hasil pengukuran frekuensi pernafasan probandus setelah olahraga ialah 41 kali/menit.
Menurut Armi (2010), frekuensi pernafasan pada individu normal setelah melakukan aktivitas
adalah maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan
normal, tidak menderita penyakit yang mengganggu pernafasan.
Berdasarkan hasil keseluruhan yang didapat yang kemudian dibandingkan dengan literatur
dari berbagai sumber yang tersedia, probandus yang diuji memiliki kondisi fisiologis yang
normal baik sebelum maupun sesudah berolahraga. Hal ini dapat disimpulkan dari data
denyut nadi dan frekuensi pernafasan probandus yang terdapat pada range normal.
Menurut Hakim (2010), orang dengan aktivitas fisik yang ruitn atau dapat dikatakan terlatih,
memiliki denyut nadi dan pernafasan yang lebih rendah daripada orang biasa yang tidak
terlatih. Oleh karena itu, probandus dapat dikategorikan sebagai individu tidak terlatih
normal.
Terdapat beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan bias pada hasil praktikum yang
dilakukan probandus dan pengamat. Sebelum perhitungan denyut nadi istirahat, probandus
telah melakukan beberapa aktivitas, seperti jalan kaki dan mencoba bersepeda. Keadaan
sekitar yang bising dan adanya gangguan dari praktikan lain juga menyebabkan probandus
tidak dapat istirahat dengan benar. Hal-hal tersebut dapat membuat bias pada hasil yang
didapat tentang denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang dihitung benar-benar fase istirahat
atau tidak. Sehingga memungkinkan hasil yang didapat lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai