NAMA
USI JENIS
OP
KELA
MIN
DENYUT NADI
KECEPATAN
ISTIRA
AKTIVI
IRAMA
ISTIRA
AKTIVI
KEKUATAN
ISTIRA
AKTIVI
TAS
101
HAT
Teratur
TAS
Tidak
HAT
Normal
TAS
Lebih
Atri 21
HAT
81
20
74
98
Teratur
Teratur
Tidak
Lemah
Kuat
Kuat
Marwanto
Dwi Lusi 21
83
118
Teratur
Teratur
Lebih
Kuat
Lebih
R.
Noor
19
54
68
Teratur
Cepat
Teratur
Normal
Kuat
Kuat
Andryan I
Sintia
20
82
110
Teratur
Cepat
Normal
Kuat
Sundari
Veny
21
90
126
Teratur
Cepat
Kuat
Sangat
Dwi
H.U.H
Rosid
Wurtaning
7
rum
Anis
Kuat
19
87
137
Teratur
Cepat
Kuat
Rahmawat
8
i
Yunita
Sangat
Kuat
20
107
141
Teratur
Kurniasih
Cepat
Normal
Sangat
Kuat
Sementara itu denyut nadi dan frekuensi bernafas setelah latihan dihitung segera setelah
probandus menyelesaikan 15 menit bersepeda.
Tabel 1. Data Kondisi Probandus Sebelum Olahraga
Frekuensi (kali/menit)
Denyut Nadi
89
Pernafasan
19
Denyut nadi awal sebelum berolahraga ialah 89 kali/menit. Menurut Hakim (2010), denyut
nadi normal pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ialah 60-100 kali/menit. Probandus
dapat dinyatakan normal karena denyut nadi probandus berada pada batas normal, namun
probandus kurang terlatih sehingga denyut nadi saat istirahat cukup cepat.
Frekuensi bernafas probandus setelah berolahraga ialah 19 kali/menit. Menurut Armi (2010),
frekuensi pernafasan yang normal bagi orang dewasa yang sehat adalah 12-20 kali/menit.
Berdasarkan pernyataan tersebut, probandus dapat dikategorikan normal namun kurang
terlatih.
Frekuensi (kali/menit)
Denyut Nadi
121
Pernafasan
41
Setelah olahraga, denyut nadi dan frekuensi nafas dihitung kembali segera agar yang
dihitung benar-benar frekuensi setelah latihan tanpa adanya jeda waktu istirahat pada
probandus, sehingga pengukuran akurat. Menurut Hakim (2010), denyut nadi maksimal dapat
dihitung dengan rumus (220 umur). Sementara denyut nadi setelah olahraga ialah 70%
sampai 85% dari denyut nadi maksimal.
Berdasarkan perhitungan tersebut, denyut nadi maksimal probandus ialah 200 kali, dan
denyut nadi setelah olahraga ialah 140 sampai 170 kali/menit. Sementara denyut nadi
probandus ialah 121 kali/menit yang tidak terdapat pada range yang seharusnya. Namun pada
sumber lain, Anonim (2010), denyut nadi setelah melakukan olahraga stamina, yaitu olahraga
yang mengaktifkan otot sebanyak mungkin seperti jalan kaki, renang, lari kecil, dan naik
sepeda, adalah 120 150 kali per menit. Mengikuti sumber tersebut, frekuensi denyut nadi
probandus sesuai dengan literatur.
Hasil pengukuran frekuensi pernafasan probandus setelah olahraga ialah 41 kali/menit.
Menurut Armi (2010), frekuensi pernafasan pada individu normal setelah melakukan aktivitas
adalah maksimal 50 kali/menit. Berdasarkan pernyataan tersebut probandus dapat dinyatakan
normal, tidak menderita penyakit yang mengganggu pernafasan.
Berdasarkan hasil keseluruhan yang didapat yang kemudian dibandingkan dengan literatur
dari berbagai sumber yang tersedia, probandus yang diuji memiliki kondisi fisiologis yang
normal baik sebelum maupun sesudah berolahraga. Hal ini dapat disimpulkan dari data
denyut nadi dan frekuensi pernafasan probandus yang terdapat pada range normal.
Menurut Hakim (2010), orang dengan aktivitas fisik yang ruitn atau dapat dikatakan terlatih,
memiliki denyut nadi dan pernafasan yang lebih rendah daripada orang biasa yang tidak
terlatih. Oleh karena itu, probandus dapat dikategorikan sebagai individu tidak terlatih
normal.
Terdapat beberapa kesalahan yang dapat menyebabkan bias pada hasil praktikum yang
dilakukan probandus dan pengamat. Sebelum perhitungan denyut nadi istirahat, probandus
telah melakukan beberapa aktivitas, seperti jalan kaki dan mencoba bersepeda. Keadaan
sekitar yang bising dan adanya gangguan dari praktikan lain juga menyebabkan probandus
tidak dapat istirahat dengan benar. Hal-hal tersebut dapat membuat bias pada hasil yang
didapat tentang denyut nadi dan frekuensi pernafasan yang dihitung benar-benar fase istirahat
atau tidak. Sehingga memungkinkan hasil yang didapat lebih tinggi dari yang sebenarnya.