Anda di halaman 1dari 7

Teori Belajar Menurut Guthrie

Edwin Ray Guthrie (186-1959) yang mengembangkan teori


belajar S-R di Universitas Washington. Menurut
Guthrie, seseorang selalu dihadapkan pada banyak stimulus
sehingga akan sulit untuk ditentukan secara tepat stimulus
mana yang akan direspon. Proses pemilihan stimulus yang akan
direspon inilah yang oleh Guthrie disebut sebagai hasil belajar.
Guthrie menolak hukum ulangan yang dianut Watson karena
menurut Guthrie hubungan antara S-R terletak pada
bagaimana intensitas S-R itu sejak awal kejadian.
Di dalam teori belajarnya, Guthrie berpendapat, bahwa
organisme menggerakkan otot-otot
dan mengeluarkan getah melalui kelenjar-kelenjar sebagai
sebuah respon. Respon semacam itu disebut gerakan-gerakan.
Guthrie mengatakan, suatu tindakan terdiri atas serentetan
gerakan-gerakan yang diasosiasikan bersama dengan hukum
kontiguitas. Guthrie menolak teori Thorndike yang mengatakan
bahwa dasar respon adalah tindakan-tindakan dan bukan
gerakan-gerakan.
Dalam proses-belajar, yang diasosiasikan adalah suatu stimulus
dengan respon R, tepatnya adalah stimulus yang mengenai
organ tubuh dan syarafnya (sebagai sensasi) dan kemudian
menimbulkan respon tersebut. Eksperimen yang diadakan oleh
Guthrie di Horton (1946) dengan kucing dalam sangkar.
Guthrie mengajukan prinsip-prinsip belajar, yakni :
1.
yang terpenting adalah prinsip persyaratan
(conditioning).
2.
prinsip pengendalian persyaratan yakni respon akan
dikendalikan jika respon lain timbul dengan adanya S-R asli.
3.

adanya persyaratan yang ditunda.

4.

the law of association

5.
Pengembangan (perbaikan) performance atau tindakan
merupakan hasil praktek. Proses conditioning akan terjadi
setelah percobaan pertama. Penguatan hubungan S-R adalah
hasil dari ulangan (praktek) dan bukan karena peningkatan
Stimulus.
Memang teori belajar Guthrie dipandang lebih sederhana sebab
ditekankan kepada adanya stimulus dan respon yang nampak
dan belum atau tidak memperhitungkan kegagalan dan hadiah
(reinforcement). Dengan begitu teori tersebut tidak mendorong
untuk mengadakan penelitian-penelitian menurut model
Guthrie. Selain itu Guthrie tidak mengembangkan motivasi
belajar, sebab stimulus sendiri sudah berarti motif.
Ia menilai ahli teori seperti Pavlov, Watson, Thorndike adalah
sangat subjektif, dan ia menyatakan bahwa semua belajar
dapat diterangkan dengan satu prinsip, yaitu salah satu prinsip
mengenai asosiasi yang dikemukakan oleh Aristoteles. Itulah
sebabnya mengapa Guthrie dimasukkan dalam aliran aosiasi.

Satu Hukum Belajar


Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada
waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang
sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya
proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada
respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan
jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara
stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat
dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses

belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan


mampu mengubah tingkah laku seseorang
Menurut teori kontiguitas, bahwa lupa dapat terjadi karena
kegiatan hubungan S-R dipakai hal lainnya. Jadi lupa timbul
karena ada interferensi atau gangguan pembentukan hubungan
S-R dalam syaraf. Guthrie juga menganjurkan terjadinya
transfer pengetahuan dari satu hal ke hal lain dengan latihan
pada bidang khusus atau praktek pada bidang yang lebih luas.
E.R. Guthrie memperluas penemuan Watson tentang belajar. Ia
mengemukakan prinsip belajar yang disebut the law of
association yang berbunyi : suatu kombinasi stimulus yang
telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan
gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali.
Dengan kata lain, jika anda mengerjakan sesuatu dalam situasi
tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan
mengerjakan hal serupa lagi. Menurut gutrie, belajar
memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus dan respon.
Gutrie berpendapat, bahwa hukuman itu tidak baik dan tidak
pula buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada apakah
hukuman itu menyebabkan murid belajar ataukah tidak ? Teori
belajar kondisioning ini kemudian dikembangkan oleh Gutrie
(1935-1942). Gutrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia
dapat diubah : tingkah laku jelek dapat diubah menjadi baik.
Teori Gutrie berdasarkan atas model penggantian
stimulus satu ke stimulus yang lain. Responsi atas suatu situasi
cenderung di ulang manakala individu menghadapi situasi yang
sama. Inilah yang disebut dengan asosiasi. Menurut Gutrie,
setiap situasi belajar merupakan gabungan berbagai stimulus
(dapat internal dan dapat eksternal) dan respon.
Dalam situasi tertentu, banyak stimulus yang berasosiasi
dengan banyak respon. Asosiasi tersebut, dapat benar dan
dapat juga salah. Ada tiga metode pengubahan tingkah laku
menurut teori ini, yaitu :
a.
Metode respon tandingan. Misalnya saja, jika anak jijik
terhadap sesuatu, sebutlah misalkan saja boneka, maka

permainan anak yang disukai tersebut diletakkan di dekat


boneka. Dengan meletakkan permainan di dekat boneka, dan
ternyata boneka tersebut sebenamya tidak menjijikkan, lambat
laun anak tersebut tidak jijik lagi kepada boneka. Peletakan
permainan yang paling disukai tersebut dapat dilakukan secara
berulang-ulang.
b.
Metode membosankan/meletihkan. Misalnya saja X
sejak kecil sudah mempunyai kebiasaan menghisap rokok. Ia
disuruh merokok terus sampai bosan; dan setelah bosan, ia
akan berhenti merokok dengan sendirinya.
c.
Metode mengubah lingkungan. Jika anak bosan belajar,
maka lingkungan belajarnya dapat diubah-ubah sehingga ada
suasana lain dan memungkinkan ia betah belajar.

Secara umum sebagian besar teori mengenai belajar dapat


dikemukakan sebagai suatu upaya untuk menentukan hukumhukum bagaimana antara stimulus dan respon itu berasosiasi.
Guthrie mengatakan teori-teori atau hukum-hukum yang
dikemukakan misalnya oleh Pavlov ataupun Thorndike sangat
kompleks yang sebenarnya itu tidak perlu, dan karenanya
Guthrie hanya mengemukakan satu hukum saja mengenai
belajar, yaitu kontiguitas (keterdekatan), sebagai salah satu
hukum yang dikemukakan oleh Aristoteles yang dinyatakan
bahwa kombinasi dari stimulus yang disertai suatu gerakan
(movement), bila stimulus itu timbul lagi, maka hal itu akan
diikuti oleh gerakan atau movement tersebut . Suatu catatan
bahwa di sini tidak ada confirmatory waves atau reinforcement,
atau pleasant effects.
Tidak ada suatu hal yang baru mengenai kontiguitas ini yang
semula dilakukan oleh Aristoteles. Guthrie menggunakan
kontiguitas ini sangat cornerstone dari teorinya yang unik ini.
Agar dua kejadian dapat dihubungkan sehingga dapat
membentuk asosiasi dalam otak, maka kedua kejadian itu
harus terjadi pada dan tempat yang kira-kira sama. Ini berarti

bahwa kedua kejadian itu harus berdekatan atau merupakan


pasangan. Karena itu kedekatan merupakan suatu dasar
terbentuknya suatu asosiasi.
Mengenai kontiguitas ini Guthrie selanjutnya menyatakan
bahwa kalau individu pada suatu situasi berbuat sesuatu (to
do something), pada waktu lain kalau individu dalam situasi
lain seperti itu, individu akan cenderung untuk berbuat seperti
perbuatan tersebut (to do the something).
Dalam publikasinya yang terakhir sebelum ia meninggal (1959)
Guthrie mengadakan revisi mengenai hukum kontiguitasnya,
yaitu what is being noticed signal for what is being done, apa
yang dikemukakan atau bicarakan merupakan pertanda apa
yang akan dikerjakan. Ganisme mengadakan respon secara
selektif hanya kepada bagian kecil yang dihadapkan
kepadanya, dan bagian ini yang berasosiasi yang kemudian
menjadi responnya. Ini sebabkan karena oragnisme itu tidk
dapat atau tidak mampu menghadapi semua stimuli tersebut.
Apa yang dikemukakan oleh Guthrie kiranya sama dengan apa
yang dikemukakan oleh Thorndike mengenai potency of
elements atau partial of activity yang menyatakan bahwa
organisme merespon secara selektif terhadap aspek yang
berbeda-beda yang ada dalam lingkungannya.

One-Trial Learning
Hukum asosiasi yang lain dari Aristoteles adalah hukum
frekuensi (the law of frequency), yang menyatakan bahwa
kekuatan asosiai itu tergantung pada frekuensi terjadinya hal
atau peristiwa. Ini berarti makin tinggi frekuensi terjkadinya
sesuatu hal atau peristiwa, asosiasinya akan semakin kuat.
Kalau hukum frekuensi ini dimodifikasi, yaitu respon yang
mengarah kepada keadaan yang memuaskan, Thorndike akan
menerima hukuman ini. Apabila respon membawa hasil, maka
akan adanya kecenderungan respon tersebut. Makin tinggi

(greater) pasangan antara CS dan UCS, akan semakin kuat


terjadinya respon berkondisi yang ditimbulkan oleh CS.
Guthrie tidak sependapat dengan hukum frekuensi ini. Ia
mengemukakn bahwa pola stimulus akan memperoleh
asosiasi yang penuh kekuatan (full strength) pada kejadian
pertama terjadinya respon dari pasangan. Jadi menurut
Guthrie belajar itu adalah merupakan hasil dari kontiguitas
antara stimulus dan respon, dan belajar merupakan hal yang
telah sempurna (the association is at full strength) setelah
adanya satu pasangan antara stimulus dan respon.

Movement-Product Stimuli
Walaupun Guthrie menerangkan kembali akan pendapatnya
mengenai hukum kontiguitas, namun ia akan merasa akan
memberikan salah tafsir atau salah interpretasi atau pikiran
yang keliru bahwa the learned association akan terpisah antara
stimulus dari lingkungan dan overt behavior. Misal kejadian di
sekitar dan respon yang dida waktu ini dikalangan para ahli
psikologi belajar, dan dikenal dalam hal mata rantai (chaining).
Kalau pada Skinner mata rantai menekankan
pada external stimuli yang mempunyai secondary reinforcing,
maka pada Guthrie menekankan pada internal stimuli,
sedangkan pada Hull merupakan kombinasi dari Skinner dan
Guthrie, yaitu kombinasi dari eksternal dan internal (chaining).

Latihan Meningkatkan Performance


Berkaitan dengan masalah ini Guthrie membedakan
antara Acts dan Movementsmerupakan simple muscles
construction atau merupakn sekedar gerakan otototot. Actsterbentuk dari beberapa movements. Acts biasanya
dikaitkan dengan apa yang mereka lakukan atau selesaikan,
perubahan apa yang mereka lakukan terhadap lingkungan.
Guthrie menjelaskan tentang Acts misalnya mengetik surat,

makan makanan, melempar bola, membaca buku, menjual


kendaraan.
Tetapi pada belajar suatu act membutuhkan practice. Mengapa
demikian? Karena actsmerupakan hasil akhir yang diperoleh
dari berbagai keadaan dan
oleh movements tersebut.Acts membutuhkan latihan,
karena acts membutuhan proper movements yang
diasosiasikan dengan stimulusnya sendiri. Sampai act yang
sederhana sekalipun, misal menangkap tikus, ini membutuhkan
bermacam-macam movements menurut keadaan jarak, arah
serta posisi dari objek misalnya.
Guthrie dan Horton bila dalam puzzle box situasinya bervariasi
secara tidak tertentu, maka perlu bagi kucing untuk
membentuk banyak gerakan (repertoire) dari movement untuk
keluar yang khususnya yang cocok dengan perbedaan yang
spesifik dalam situasi tertentu. Dengan kata lain, maka kucing
itu perlu membentuk skill (keterampilan) dari pada habit yang
stereotip. Tetapi skill itu dibentuk dari banyak habit yang
khusus. Reduksi waktu yang dikemukakan oleh Thorndike
merupakan suatu konsekuensi dari situasi yang bervariasi yang
dihadapkan kepada kucing.

Anda mungkin juga menyukai