Disusun Oleh :
KELAS 1C
KELOMPOK 1
NAMA KELOMPOK :
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah mengenai kognisi dan bahasa dapat
diselaesaikan.
Makalah ini sudah selesai disusun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi
didalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, diharapkan segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca, sehingga perbaikan makalah ini menjadi karya tulis yang
baik dan benar.
Akhir kata, semoga makalah tentang kognisi dan bahasa dapat memberi manfaat
utaupun inpirasi pada pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
2.2 Bahasa..............................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP ..........................................................................................................16
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Kognisi
2. Mengetahui apa itu Bahasa
3. Mengetahui apa itu Pemecahan Masalah
4. Memahami isi Komponen Dasar Bahasa
5. Menjelaskan tentang Teori Belajar
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kognisi
2.1.1 Pengertian Kognisi
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses
yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi
pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami,
menilai, menalar, dan membayangkan. Kapasitas atau kemampuan.
kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau intelegensi. Kepercayaan/
pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi
sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku/ tindakan mereka
terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya
dapat merubah perilaku mereka.
Istilah kognisi berasal dari bahasa latin cognoscere yang artinya
mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap
pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi
mencerminkan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh
karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui
perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak
untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan
teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk
diimitasi.
2
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil
(out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang
akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut
adalah:
a. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
d. enetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
3
2.1.3 Teori Pendekatan Pembelajaran Tingkah laku (Behaviorisme)
Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada
hasil belajar dan tidak memperhatikan pada proses berpikir siswa.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respons.
Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun
ia sudah berusaha giat dan gurunya pun sudah mengajarkan dengan tekun,
namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan
perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam contoh
tersebut, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara
tertentu, untuk membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang
berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan
apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement)
penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons.
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan
semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) respons pun akan tetap dikuatkan (Suryabrata, 1990).
Misalnya, ketika peserta didik di beri tugas oleh guru. Ketika
tugasnya ditambahkan, maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka
penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif (positif
reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan
4
ini justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tugas
merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi
penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau
dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya respons.
Terdapat beberapa pandangan tokoh-tokoh tentang pendekatan
behaviorisme yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah
Pavlov, Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner
Adapun keunggulan dan kelemahan mengenai teori behaviorisme
diantaranya :
a. Keunggulan Teori Behaviorisme
1) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi
dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
2) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan
kondisi belajar.
b. Kelemahan Teori Behaviorisme
1) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered
learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil
yang diamati dan diukur.
2) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara
untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal
maupun fisik seperti kata – kata kasar, ejekan , jeweran yang justru
berakibat buruk pada siswa.
2.1.4 Teori Pendekatan Pembelajaran Psikologi Kognitif
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan
suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya
belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang
terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
5
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang
bersifat relatif dan berbekas.
6
Polya (dalam Reed, 2000) mengemukakan pemecahan masalah
berarti mencari jalan keluar dari sebuah kesulitan, suatu cara keluar dari
rintangan, mencapai suatu tujuan yang tidak seketika dapat dimengerti.
Pemecahan masalah juga merupakan aktivitas berpikir yang diarahkan
untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang meliputi
pembentukan respon dan seleksi atas berbagai kemungkinan respon
(Solso, 1991).
Menurut Rakhmat (2005) berpikir dilakukan untuk memahami
realitas dalam rangka pengambilan keputusan, memecahkan masalah, dan
menghasilkan hal yang baru (creativity). Adapun proses berfikir secara
normal menurut Solso (dalam Suharnan, 2005) akan meliputi tiga
komponen yaitu:
a. Berfikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi dalam mental atau
pikiran seseorang, tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan
perilaku yang tampak.
b. Berfikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa
manipulasi pengetahuan didalam sistem kognitif.
c. Aktivitas berfikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah
7
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemecahan masalah merupakan usaha untuk dapat menemukan jawaban
atau penyelesaian atas suatu persoalan dengan terlebih dahulu mengetahui
gambaran dan karakteristik masalah yang dihadapi.
Menurut Brans ford & Stein (dalam Suharnan, 2005) ada beberapa
tahap dalam memecahkan masalah yaitu:
1) Identifikasi masalah
Mengidentifikasikan suatu situasi masalah yang kompleks
merupakan suatu langkah yang sulit, tetapi harus mengetahui langkah
apa saja yang harus kita tempuh.
2) Mendefinisikan masalah
Mengidentifikasikan suatu masalah, setelah masalah pokok
ditemukan, tindakan berikutnya ialah merumuskan dan
menggambarkan persoalan secermat mungkin. Dalam tahap ini kita
tidak boleh semberono, karna jika kita semberono maka kemungkinan
menyelesaikan masalah ini sangatlah kecil.
3) Perumusan strategi
Perumusan masalah adalah suatu proses penyajian atau pernyataan
seperangkat kondisi yang menyebabkan gejala-gejala muncul dan
memicu peristiwa sehingga menjadi masalah tertentu yang cukup
dipahami.
4) Ekplorasi berbagai kemungkinan alternatif
Pada tahap ini kita mengeksplorasi atau melakukan pencarian
terhadap berbagai alternatif cara pemecahan masalah. Beberapa cara
atau strategi pemecahan yang diambil sering tidak direalisasikan oleh
seseorang. Hal tersebut dikarenakan sebagian orang gagal
menggunakan strategi yang tepat.
5) Aksi atau tindakan
Seseorang melaksanakan apa-apa yang telah direncanakan.
Strategi-strategi yang sudah dipilih kemudian diterapkan atau
dilaksananakan untuk memperoleh suatu pemecahan atas masalah
yang dihadapi.
6) Lihat efek-efeknya
Pada tahap akhir, orang harus melakukan evaluasi mengenai
apakah strategi yang digunakan bisa berjalan dengan baik atau tidak
baik. Apakah persoalan dapat dipecahkan secara memuaskan melalui
strategi yang telah dipilih dan dilaksanakan tersebut. Jika belum,
mungkin orang harus kembali pada langkah awal mengenai
pendefinisian pokok persoalan.
8
2.2 Bahasa
2.2.1 Pengertian Bahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak dimana
objek paktual ditransformasikan menjadi symbol-simbol bahasa yang
abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir
mengenai sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses
berpikir itu dilakukan olehnya
Bahasa adalah suatu system symbol yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia bahasa ditandai dengan
adanya daya cipta yang tidak ada habisnya dan adanya sebuah system
aturan.
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa, memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat
arbitrer.
Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia secara sadar.
Menurut para psikolog kognitif bahasa adalah suatu sistem
komunikasi yang di dalamnya pikiran –pikiran di kirimkan dengan
perantara suara (sebagaimana percakapan) atau simbol (sebagaimana
isyarat-isyarat fisik).
2.2.2 Komponen Dasar Bahasa
Bahasa memiliki banyak kelebihan dibanding dengan alat
komunikasi yang lainnya, diantaranya bahasa memiliki banyak
perbendaharaan kata yang memudahkan dalam mendeskripsikan sesuatu,
dapat dilakukan dengan cepat dan spontan, dan memiliki lebih sedikit
kemungkinan untuk kejadian salah tafsir dibanding alat komunikasi yang
lain.
9
Karena kemudahan-kemudahan ini, bahasa menjadi aspek yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, perkembangan
manusia akan lambat, karena bahasa berhubungan dengan komunikasi dan
komunikasi berhubungan dengan penyebaran jenis-jenis informasi.
Saat belajar mengenai model komunikasi, kita tidak boleh
mengabaikan faktor yang mempengaruhi komunikasi, yaitu kemampuan
berbahasa. Maka dari itu, kita perlu memperhatikan salah satu bagian
penting dalam bahasa, yaitu komponen-komponen bahasa. Berikut lima
komponen bahasa :
a. Morfologi
Morfologi yaitu suatu studi cabang linguistik yang mempelajari
seluk-beluk dari sebuah kata dan bagaimana fungsi perubahan bentuk
kata tersebut, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Morfologi
juga mendalami akan pengaruh perubahan kata terhadap golongan dan
arti kata tersebut.
Dalam morfologi terdapat istilah proses morfologi yang mempelajari
tentang proses pembentukan kata. Ada beberapa proses dalam
morfologi, diantaranya adalah penciptaan kata baru, peminjaman kata,
kata majemuk, dan afiksasi. Contoh proses morfologi dengan
penciptaan makna baru tanpa sadar sering kita lakukan ketika menyebut
suatu produk dengan merk yang sudah terkenal.
b. Sintaksis
Sintaksis merupakan komponen bahasa dalam konteks komunikasi
yang berasal dari bahasa Yunani yaitu suntattein yang memiliki arti
mengatur bersama-sama. Sedangkan kaitannya dengan bahasa,
sintaksis adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengatur
struktur internal kalimat, misalnya frasa, klausa, dan kalimat.
c. Fonologi
Istilah fonologi secara harafiah terdiri dari
kata fon dan logi. Fon berarti bunyi dan logi berarti ilmu. Jadi, secara
umum kita dapat mengartikan bahwa fonologi adalah salah satu bidang
ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi dalam bahasa. Lebih jelas lagi,
10
fonologi membahas dan mengkaji tentang bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia.
Dalam ilmu bahasa, fonologi terbagi menjadi dua, yaitu fonetik
dan fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari
bagaimana bunyi dilafalkan oleh alat ucap. Selain itu, dalam fonetik
juga dibahas mengenai cara kerja organ tubuh manusia yang
berhubungan dengan pengucapan bahasa.
Jadi secara umum, fonetik merupakan ilmu yang mempelajari
bagaimana bunyi dihasilkan. Sedangkan fonemik adalah ilmu yang
membahas mengenai bunyi menurut fungsinya untuk membedakan arti
bunyi yang satu dengan yang lain.
Ada beberapa istilah penting dalam ilmu fonologi, diantaranya
yaitu fona, fonem, vokal, dan konsonan. Fona adalah bunyi yang
bersifat netral dan belum tentu dapat membedakan arti, sedangkan
fonem sudah mampu membedakan arti. Vokal adalah bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia dengan menggerakkan udara keluar tanpa
hambatan. Misalnya, huruf vokal. Sedangkan konsonan, memiliki
hambatan dalam menghasilkan bunyi. Misalnya, huruf konsonan.
d. Semantik
Semantik merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu semantikos yang memiliki arti sebagai tanda. Dalam ilmu bahasa,
semantik adalah cabang ilmu yang membahas mengenai makna yang
terkandung dalam bahasa, baik dalam tingkat frasa, klausa, kalimat,
bahkan wacana.
Ada dua aspek yang terkandung dalam semantik, yaitu sintaksis
dan pragmatika. Ilmu yang dibahas dalam semantik dapat memberikan
kita pemahaman mengenai ekspresi manusia melalui bahasa yang
digunakan.
e. Pragmatik
Dalam ilmu pragmatik, kita akan mempelajari bagaimana
hubungan antara konteks dan makna dalam bahasa. Di sini kita akan
11
mengetahui bahwa makna bahasa tidak melulu bergantung pada ilmu
linguistik, melainkan juga memperhatikan konteks pembicaraan,
misalnya latar-belakang pembicara, pengetahuan, maksud tersirat, dan
lain sebagainya.
12
sesuatu yang universal), dan lingkungan memiliki peran kecil
dalam proses pematangan bahasa.
2) Bahasa dapat dikuasai dalam waktu yang relative singkat, tidak
tergantung pada lamanya latihan seperti pendapat kaum
behaviorism.
3) Lingkungan bahasa anak tidak dapat menyediakan data yang cukup
bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa.
Chomsky juga mengemukakan adanya cirri – cirri bawaan
bahasa untuk menjelaskan pemerolehan bahasa asli pada anak – anak
dalam tempo begitu singkat sekalipun ada keabstrakan dalam kaidah
kaidah bahasa tersebut.
Pengetahuan Chomsky diumpamakan sebagai “kotak hitam
kecil” di otak, sebuah perangkat pemerolehan bahasa atauLanguage
Acquisition Device (LAD) (Brown, 2000: 31). Nativist percaya bahwa
setiap manusia yang lahir sudah dibekali dengan suatu alat untuk
memperoleh bahasa yaitu Language Acquisition Device (LAD).
Perangkat Perolehan Bahasa (LAD) adalah modul hipotetik
otak mengemukakan untuk memperhitungkan kecenderungan bawaan
anak-anak untuk akuisisi bahasa. (The Language Acquisition Device
(LAD) is a hypothetic module of the brain posited to account for
children's innate predisposition for language acquisition)
LAD dianggap sebagai sebagai bagian fisikologis dari otak
yang khusus untuk mengolah masukan (input) dan menetukan apa yang
dikuasai lebih dahulu seperti bunyi, kata, frasa, kalimat, dan
seterusnya. Meskipun kita tahu persis tepatnya dimana LAD itu berada
karena sifatnya yang abstrak (invisible). Mcneil (1966) dalam Brown
2000 (31) memaparkan LAD meliputi empat perlengkapan linguistic
bawaan:
1) Kemampuan membedakan bunyi wicara dan bunyi – bunyi lain
dilingkungan sekitar
2) Kemampuan menata data linguistiki kedalam berbagai kelas yang
biasa disempurnakan kemudian
13
3) Pengetahuan hanya jenis system linguistic tertentu yang mungkin
sedangkan yang lain tidak
4) Kemampuan untuk terus mengevaluasi system linguistic yang
berkembang untuk membangun kemungkinan system paling
sederhana berdasarkan masukan linguistic yang tersedia.
Mcneil dan para peneliti lain dalam tradisi Chomskyan secara
meyakinkan berpendapat bahwa gagasan LAD yang sangat bertolak
belakang dengan stimulus – respon (S-R) aliran behavioristik yang
begitu terbatas dalam menjelaskan kreatifitas yang terdapat dalam
bahasa anak – anak. Gagasan tentang bakat linguitik sangat cocok
dengan teori generative: anak – anak diyakini memanfaatkan
kemampuan bawaan untuk menghasilkan jumlah ujaran yang
kemungkinan tidak terhingga. Aspek – aspek makna, keabstrakan
kreatifitas dijelaskan secara lebih memadai.
Chomsky menganggap Skinner keliru dalam memahami kodrat
bahasa. Bahasa bukan suatu kebiasaan tetapi suatu system yang diatur
oleh seperangkat peraturan (Role Governed). Bahasa juga bersifat
kreatif dalam memiliki ketergantungan struktur. Jadi pemerolehan
bahasa bukan didasarkan pada nurture (pemerolehan itu ditentukan
oleh alam lingkungan) tetapi pada nature. Artinya pemerolehan bahasa
seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak
dilahirkan sebagai tabularasa, tetapi dibekali dengan bekal
kodrati(innate properties) yaitu faculties of mind yang salah satu
bagiannya khusus untuk memperoleh bahasa, yaitu “language
acquisition device”
b. Pendekatan Interaksionis
Kajian teori interaksionis bertolak dari pandangan bahwa bahasa
merupakan perpaduan factor genetic dan factor lingkungan.
Kemampuan kognitif dan kemampuan berbahasa terjadi secara
bersamaan. Anak dilahirkan dengan kemampuan untuk memahami,
mempelajari, dan mengemukakan bahasa dan kemampuan
14
berinteraksi dengan lingkungannya yang meliputi proses imitasi,
reinforcement, dan reward, dan peran social.
Teori interaksionisme beranggapan bahwa pemerolehan bahasa
merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajaran dan
lingkungan bahasa. Pemerolehan bahasa itu berhubungan dengan
adanya interaksi antara masukan “input” dan kemampuan internal yang
dimiliki (kognitif anak). Setiap anak sudah memiliki Perangkat
Penguasaan Bahasa (Language Acquisition Devise/LAD) sejak lahir.
Namun, tanpa ada masukan yang sesuai tidak mungkin anak dapat
menguasai bahasa tertentu secara otomatis.
Para ahli interaksionis mengatakan factor social,linguistic,
kematangan biologis, dan kognitif, saling mempengaruhi, berinteraksi,
dan memodifikasi satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa individu.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat kita tarik kesimpulan
bahwasannya kognisi merupakan istilah yang berasal dari bahasa
latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai
pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan dengan gejala-gejala pengenalannya yaitu: penginderaan dan
pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, dan melalui akal (berpikir).
Sedangkan bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, dan cara pemerolehannyapun tidak dengan
mudah langsung dapat diperoleh akan tetapi harus melalui beberapa tahap tersebut
diatas.
16
DAFTAR PUSTAKA
Psikologikucom, (2014). Definisi pengertian kognisi dalam psikologi menurut para ahli
diakses dari http://www.psikologiku.com/definisi-pengertian-kognisi-dalam-
psikologi-menurut-para-ahli/
17