Psikologi Sosial
1
Pengaruh Sosial
12
Psikologi Psikologi 61017 Firman Alamsyah AB, MA
Abstract Kompetensi
Perilaku individu dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok. Mahasiswa mampu memahami
Terdapat tiga tipe pengaruh sosial yang penting: bagaimana pengaruh sosial baik
konformitas, kepatuhan dan ketundukan pada otoritas. individu maupun kelompok dapat
mengubah perilaku orang lain.
Mahasiswa mampu memahami tiga
tipe dari pengaruh sosial.
1. Konformitas (Conformity)
Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap
dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial atau sesuai dengan orang lain.
Konformitas adalah tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar
sesuai dengan perilaku orang lain, bisa juga disebut secara sukarela melakukan tindakan
karena orang lain juga melakukannya.
Dasar-dasar Konformitas
Konformitas adalah fakta dasar dari kehidupan sosial. Orang melakukan konformitas
karena beberapa sebab, diantaranya adalah dua sebab penting yaitu ingin melakukan hal
yang benar dan ingin disukai. Ide ini konsisten dengan analisis perubahan sikap. Kita
melihat bahwa orang cenderung mau dipengaruhi oleh komunikasi persuasif dari orang yang
berpengetahuan luas, dapat dipercaya atau yang kita sukai.
Norma Sosial
Konformitas terhadap mayoritas adalah aspek dasar dalam kehidupan sosial. Akan
tetapi, penekanan pada pengaruh mayoritas bukan berarti mayority influence (pengaruh
minoritas) tidak penting. Terkadang kubu minoritas yang kuat dengan ide baru dan unik
dapat mengubah pandangan mayoritas. Pengaruh minoritas adalah pengaruh yang
diberikan anggota minoritas terhadap anggota mayoritas dalam satu kelompok. Minoritas
berhasil mempengaruhi mayoritas dalam kondisi sebagai berikut:
a. Anggota kelompok minoritas harus konsisten dalam menentang opini mayoritas
b. Anggota kelompok minoritas harus menghindari tampilan kaku dan dogmatis.
Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan pengaruh dari minoritas:
1. Minoritas lebih berpengaruh jika mereka mampu menolak sudut pandang mayoritas
secara efektif
2. Minoritas mungkin lebih sukses apabila isunya bukan sesuatu yang relevan secara
personal atau penting bagu anggota kelompok mayoritas.
3. Pengaruh besar dari Iklim sosial umum dari masyarakat
4. Minoritas akan lebih sukses jika mereka sama dengan kelompok mayoritas dalam
banyak hal kecuali untuk perilaku atau sikap tertentu yang menjadi perdebatan.
5. Minoritas tunggal biasanya lebih berpengaruh dibandingkan minoritas ganda.
6. Minoritas akan lebih berpengaruh jika posisi mereka dipandang dengan serius dan
dianggap mencerminkan kepastian dan kompetensi.
Forgas (1998) memperkirakan bahwa kita akan lebih mau memenuhi permintaan
saat kita merasa senang dibandingkan saat kita merasa sedih. Dia memprediksikan bahwa
mood atau perasaan akan berperan penting dalam menentukan cara orang bereaksi
terhadap permintaan yang kasar dan halus.
1. Teknik ingratiation
Teknik berdasarkan pertemanan atau rasa suka. Suatu teknik untuk memperoleh
kesepakatan di mana pemohon pertama mengusahakan agar target menyukai
mereka, kemudian berusaha untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan yang
diinginkan.
2. Teknik “foot in the door”
Teknik berdasarkan komitmen atau konsistensi. Suatu prosedur untuk
memperoleh kesepakatan di mana pemohon memulai dengan permintaan yang
kecil dan kemudian, ketika permintaan ini disetujui, meningkat ke permintaan
yang lebih besar (yang memang mereka inginkan dari sejak awal).
3. Teknik “low ball”
Teknik berdasarkan komitmen atau konsistensi. Suatu teknik untuk memperoleh
kesepakatan di mana suatu penawaran atau persetujuan diubah (menjadi lebih
tidak menarik) setelah orang yang menjadi target menerimanya.
4. Teknik “door in the face”
Taktik berdasarkan timbal balik/ resiprotas. Suatu prosedur untuk memperoleh
kesepakatan di mana pemohon memulai dengan permintaan yang besar dan
kemudian, ketika permintaan ini ditolak, mundur ke permintaan yang lebih kecil
(yang memang mereka inginkan dari sejak awal).
5. Teknik “that’s not all”
Taktik berdasarkan timbal balik/ resiprotas. Suatu teknik untuk memperoleh
kesepakatan di mana pemohon menawarkan keuntungan tambahan kepada
orang-orang yang menjadi target, sebelum mereka memutuskan apakah mereka
hendak menuruti atau menolak permintaan spesifik yang diajukan.
3. Kepatuhan (Obedience)
Kejahatan kepatuhan
Istilah kejahatan kepatuhan digunakan oleh Herbert Kelman dan Lee Hamilton
(1989) yang dideskripsikan untuk tindakan immoral atau legal yang dilakukan sebagai
respons terhadap perintah otoritas. Contoh dari kejahatan kepatuhan adalah ketika tentara
mematuhi perintah untuk menyiksa dan membunuh warga sipil yang tak bersenjata. Salah
satu periset terkenal dalam psikologi sosial, Stanley Milgram meneliti kepatuhan terhadap
otoritas. Dia menemukan bahwa mayoritas orang dewasa “normal” memberi setrum kuat
kepada korban yang tak berdaya apabila dia diperintahkan melakukannya.
Hal tersebut dapat dikatakan bahwa orang “normal” dapat melakukan tindakan
destruktif jika menghadapi tekanan besar dari otoritas yang sah. Meskipun tekanan untuk
mematuhi otoritas yang sah adalah kuat, individu tidak selalu patuh begitu saja. Berikut
adalah empat faktor yang menyebabkan resistensi terhadap kepatuhan:
1. Kepatuhan akan berkurang jika penderitaan korban sangat jelas
2. Kepatuhan akan turun jika individu merasa bertanggung jawab atas tindakannya
3. Orang cenderung menolak otoritas apabila ada orang lain yang membangkang
dalam situasi yang sama
4. Mengajak individu untuk mempertanyakan motif, keahlian dan penilaian otoritas
juga bisa mengurangi tingkat kepatuhan.
Indoktrinasi intensif
Indoktrinasi intensif adalah bentuk lain dari bentuk ekstrem dari pengaruh sosial.
Indoktrinasi intensif (intense indoctrination) didefinisikan suatu proses yang dilalui
individu untuk menjadi anggota kelompok ekstrem dan menerima belief, serta aturan dari
kelompok tanpa bertanya-tanya lagi dengan disertai komitmen yang tinggi. Baron
menyatakan bahwa indoktrinasi semacam itu melibatkan empat tahapan yang berbeda, dan
pada setiap tahapan, faktor-faktor yang telah dikenal baik oleh psikolog sosial memainkan
peran penting. Tahapan indoktrinasi intensif melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama: Tahap melunakkan (softening-up)
Anggota baru diisolasi dari teman-teman dan keluarga, dan dilakukan usaha-
usaha untuk membuat mereka bingung, tidak memiliki orientasi dan terangsang
secara emosional. Tujuan utamanya adalah untuk memisahkan anggota baru
dari kehidupan lamanya dan menempatkan mereka pada keadaan di mana
mereka mau menerima pesan-pesan kelompok.
Daftar Pustaka
2014 Psikologi Sosial II
11 Firman Alamsyah AB, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Baron, A. R. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta. Edisi
kesepuluh.
Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group.
Jakarta.