Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

“Attachment Theories”

Disusun oleh :
 Muhammad Rasyid Suminta (46115320011)
 Yanti Novita (46116320010)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCUBUANA

BEKASI

1
KATA PENGANTAR

 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                        Bekasi , April 2018

                                                                                                Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………..……………………………………..………2

Daftar Isi…………………………………………………………………………..…3

Bab I Pendahuluan………………………………………………………….………..4

Bab II Pembahasan (Teori Attachment).……………………………...…………………….5

2.1 Jenis-Jenis Attachment ……………………………..…………………...7

2.2 Attachment Behavior …………………………………..………………10

2.3 Bentuk-Bentuk Attachment Behavior……...…………….….…………..12

Daftar Pustaka………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN
Istilah kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang psikolog
dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby. Kemudian formulasi yang lebih lengkap
dikemukakan oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969. Attachment merupakan suatu ikatan
emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang
mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Bolby (1973) menyatakan
bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali
dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu. Pengertian tersebut sejalan dengan
apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth (1978) mengatakan bahwa
kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang
bersifat spesifik, mengikat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu.

Bowlby dan Ainsworth menjelaskan attachment adalah ikatan afektif abadi yang di
karakteristikkan dengan kecenderungan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan dengan
figur tertentu, terutama ketika berada di bawah tekanan. Contoh attachment yang paling familier
adalah ikatan yang berkembang antara bayi dan pengasuh utamanya (umumnya ibunya).
Attachment adalah ikatan emosional, bukan perilaku.

Dalam bahasa sehari-hari, attachment merujuk kepada hubungan antara dua individu yang
mempunyai perasaan yang kuat terhadap satu sama lain dan melakukan beberapa hal untuk
melanjutkan hubungan tersebut. Dalam bahasa psikologi perkembangan, attachment sering
terbatas pada hubungan antara figur sosial yang penting dan sebagian fenomena yang
diperkirakan akan menghasilkan karakteristik yang unik dari hubungan. Dalam kasus ini, periode
perkembangan masa kecil, figur sosial adalah bayi dan satu atau lebih orang dewasa yang
mengasuhnya, dan fenomena ini adalah suatu ikatan. Ringkasnya, attachment adalah sebuah
ikatan emosional yang dekat antara bayi dan pengasuh.

Penelitian Bowlby (1969, 1973) mengenai ibu dan bayi membawa dia kepada konsep attachment
style, yaitu tingkat keamanan yang dirasakan individu dalam hubungan interpersonalnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

Teori Attachment
Terdapat empat teori yang mempengaruhi attachment, yaitu psychoanalytic theory, learning
theory, cognitive-developmantal theory, dan ethological theory. Penjelasannya mengenai teori
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Psychoanalaytic theory
Menurut Freud, bayi masih dalam tahap ”oral” dimana kepuasan diperolehnya
dari mengisap objek yang dimasukkan ke mulut sehingga bayi akan tertarik kepada siapa
saja yang dapat memberinya kepuasan oral. Karena biasanya ibu  yang memberikan
kenikmatan oral kepada bayi melalui menyusui, maka hal tersebut logis jika Freud
menyebutkan bahwa ibu akan menjadi objek primer bayi dalam menunjukkan perasaan
aman dan kasih sayang karena ibu yang paling baik dalam menyusui mereka.

Erik Erikson juga percaya bahwa kegiatan menyusui yang dilakukan ibu akan
mempengaruhi kekuatan perasaan aman yang ditunjukkan bayi melalui attachment
bayinya. Erikson mengatakan bahwa keseluruhan respon yang diberikan ibu kepada
bayinya lebih penting daripada kegiatan menyusui itu sendiri. Menurut Erikson, seorang
pengasuh yang konsisten dalam merespon kebutuhan bayi akan mengembangkan
perasaan trust kepada orang lain, sedangkan pengasuh yang tidak responsif dan tidak
konsisten akan menimbulkan perasaan mistrust. Erikson juga menambahkan bahwa anak-
anak yang belajar untuk tidak trust kepada pengasuhnya selama masa bayi akan
menghindari atau akan menjadi ragu-ragu dalam membangun hubungan yang harus
saling mempercayai (close mutual-trust relationship) sepanjang hidupnya.

2. Learning theory
Para ahli teori learning berasumsi bahwa bayi akan attached terhadap seseorang yang
memberi mereka makan dan memuaskan kebutuhannya. Menyusui dipandang sebagai hal
yang penting karena dua alasan.
a. karena hal tersebut dapat menimbulkan respon positif dari bayi (seperti tersenyum)
yang akan meningkatkan kasih sayang terhadap bayi.
b. Menyusui adalah kesempatan bagi ibu untuk memberikan kenyamanan kepada  bayi
seperti memberi makanan, kehangatan, sentuhan kasih sayang, kelembutan

Bayi mulai menghubungkan ibunya dengan sensasi yang menyenangkan, sehingga


ibunya menjadi barang yang berharga baginya. Ketika sang ibu memperoleh status
sebagai secondary reinforcer, maka bayi akan attach dengan ibunya sehingga bayi akan

5
melakukan apapun (seperti tersenyum, bergumam, atau mengikuti) untuk menarik
perhatian dari individu yang dianggap penting baginya.

3. Cognitive-Developmental theory
Teori cognitive-developmental jarang membahas orang dewasa seperti apa yang akan
menarik bagi bayi, tapi teori cognitive-developmantal mengingatkan akan pentingnya
karakter perkembangan dalam membentuk attachment karena hal ini tergantung pada
tingkat perkembangan kognitif bayi. Sebelum terbentuknya attachment, bayi harus
mampu membedakan orang yang dikenal dengan orang asing. Bayi juga harus
mengetahui bahwa ibunya mempunyai ”permanence” terhadap dirinya, karena akan sulit
untuk membentuk hubungan yang stabil dengan seseorang jika dia merasa orang tersebut
tidak ada untuknya. Itulah sebabnya attachment pertama kali tebentuk pada usia 7 sampai
9 bulan dimana bayi telah memasuki tahap keempat dari sensori motorik berdasakan teori
Piaget, yaitu tahap dimana bayi mulai mencari objek yang disembunyikan dari mereka. 

4. Ethological theory
Asumsi utama dari pendekatan etiologi bahwa semua spesies, termasuk manusia
dilahirkan dengan kecenderungan perilaku bawaan yang akan berkontribusi dalam
kelangsungan hidupnya dari evolusi. Bowlby yang mendukung teori psikoanalitik
Freudian yang percaya bahwa perilaku yang dibawa sejak lahir didesain untuk
membentuk attachment antara bayi dengan pengasuhnya.

6
Jenis-Jenis Attachment
Walaupun attachment terhadap pengasuh meningkat pada pertengahan tahun pertama,
kelihatannya beberapa bayi mempunyai pengalaman attachment yang lebih positif. Mary
Ainsworth berpikiran demikian juga dan mengatakan, dalam secure attachment, bayi
menggunakan pengasuhnya, biasanya ibunya, sebagai dasar yang aman untuk menjelajahi
lingkungan. Ainsworth percaya bahwa secure attachment pada tahun pertama kehidupan
menyediakan fondasi penting untuk perkembangan psikososial dalam kehidupan selanjutnya.

Sensitifitas pengasuh terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan bayi meningkatkan secure


attachment. Bayi yang merasakan ikatan yang aman dapat pergi meninggalkan ibunya dengan
bebas tapi tetap memperhatikan keberadaan ibunya hanya dengan memandang sekilas. Bayi yang
merasakan ikatan yang aman akan merespon positif apabila digendong oleh orang lain dan ketika
diletakkan kembali, dan akan kembali bermain dengan bebas. Pada bayi yang merasakan ikatan
yang tidak aman akan menghindar dari ibunya atau akan merasakan perasaan yang bertentangan
terhadap ibunya, merasa asing, dan marah karena perpisahan yang sebentar setiap harinya. 

Mary Ainsworth bekerja sama dengan Bowlby menemukan bahwa kualitas attachment akan
mempengaruhi perkembangan anak. Maka Ainsworth melakukan observasi alami dengan
mengembangkan struktur tertentu untuk mengukur perilaku attachment menggunakan strange
situation, yaitu prosedur dimana pengalaman anak pada serangkaian perpisahan dan pertemuan
dengan pengasuhnya dan reaksi anak diamati.

7
Strange situation yang dikembangkan Mary Ainsworth, bayi dapat dikategorikan menjadi
tiga kategori berdasarkan perilaku yang diamati. Kemudian, muncul kategori keempat dari
perilaku yang teramati. Berikut adalah dua kategori Attachment

1. Secure attachment.
Bayi yang diklasifikasikan sebagai securely attached jika bertemu dengan ibunya, mereka
menyapa ibunya dengan positif, berusaha untuk mendekatkan diri pada saat bertemu, dan
hanya menunjukkan beberapa perilaku negatif terhadap ibunya. Bayi yang secure
menggunakan ibunya sebagai dasar yang aman untuk menjelajahi lingkungannya. Ketika
ibunya meninggalkannya, bayi akan protes atau menangis, tapi ketika ibu kembali, bayi
akan menyapa dengan penuh kesenangan, dan anak ingin digendong dan dekat dengan
ibunya.

Kepribadian anak yang secure ketika dewasa akan lebih mudah untuk mengungkapakan
kekurangan-kekurangan dalam dirinya. Selain itu, anak yang secure akan lebih
mengingat masa-masa kecilnya yang menyenangkan. Secure attachment dalam suatu
hubungan akan didasari dengan kepercayaan, kepuasan, komitmen, dan kemandirian.

2. Insecure Attachment
Bayi yang memiliki insecure attachment tidak mengalami ketersediaan dan kenyamanan
dari pengasuh yang konsisten ketika merasakan adanya ancaman. Keinginan akan
perhatian tidak diatasi dengan perhatian yang konsisten (Ainsworth, et al., 1978).
Dampak dari pengalaman semacam itu menghasilkan bayi menjadi cemas akan
ketersediaan pengasuhnya, rasa takut akan adanya respon atau respon yang tidak efektif
ketika dibutuhkan. Mereka juga dapat menjadi marah kepada pengasuhnya karena
kurangnya respon kepada mereka. Bowbly (1973) berspekulasi bahwa kemungkinan
berkembangnya reaksi marah pada bayi dikarenakan reaksi tersebut sebagai bentuk
hukuman karena tidak responsifnya pengasuh dan kemungkinan reaksi tersebut sengaja
dilakukan untuk mendorong pengasuh untuk lebih responsive.

8
Kepribadian anak yang insecure di masa depannya akan tidak mudah untuk
mengungkapkan anak yang insecure akan lebih mengingat memori-memori yang tidak
menyenangkan dimasa kecilnya. Terdapat tiga bentuk attachment yang tergolong dalam
insecure attachment, yaitu :

a. Anxious/avoidant attachment 
Bayi yang diklasifikasikan dalam avoidant mengabaikan ibunya ketika ibunya
memasuki ruangan pada saat reuni/bertemu kembali dan menghindar untuk
melakukan kontak dengan ibunya. Mereka menjelajahi lingkungan tanpa
menggunakan ibunya sebagai dasar untuk eksplorasi dan tidak peduli apakah ibunya
ada atau tidak. Ketika ibunya meninggalkannya, anak tidak terpengaruh dan ketika
ibunya kembali lagi, anak akan menghindari ibunya. Mereka tidak mau mengadakan
kontak ketika sedang distress dan tidak mau dipegang. 

b. Anxious /resistant attachment 


Bayi yang diklasifikasikan sebagai resistant menunjukkan kecemasan yang hebat
ketika memasuki ruangan sebelum sesi dimulai. Dari awal bayi memegang erat
ibunya dan takut untuk menjelajahi ruangan dengan sendiri. Mereka sangat cemas
akan perpisahan dan sering menangis secara berlebihan. Mereka menunjukkan sikap
marah ketika bertemu dengan ibunya. Mereka  menjadi bingung antara mencari atau
menghindar untuk mengadakan kontak dengan ibunya. Bayi ini mencari kontak
dengan ibunya dan pada saat yang sama juga menolak orang tuanya karena
kemarahan mereka kepada orang tuanya.

c. Anxious/disorganized-disoriented attachment 
Bayi menunjukkan perilaku yang berbeda. Kadang-kadang mereka mendekati
pengasuhnya, kemudian menunjukkan penghindaran atau tiba-tiba menangis. Bayi
juga menunjukkan perilaku yang bertentangan pada saat yang sama, seperti
mendekati orang tuanya tanpa melihat kepada orang tuanya. Ada yang menunjukkan
ketakutan terhadap pengasuhnya. Mereka menunjukkan kebingungan, kuatir dan
depresi. Banyak anak yang diabaikan dan disiksa  yang menunjukkan perilaku ini.
Bayi juga menunjukkan tingkat hormon tinggi yang mengindikasikan stress.

9
Attachment Behavior
Menurut Bowlby (1973) attachment behavior adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan
dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan orang lain yang dianggap
mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa
takut, sakit, dan terancam. Terdapat dua stimulus yang membuat mereka merasa terancam:
1. Stimulus yang berbentuk besar, suaranya keras, datang secara tiba-tiba dan berubah
dengan cepat.
2. Objek yang bagi anak merupakan sesuatu yang asing. Jika anak berada dalam kondisi
ini maka sistem kelekatannya diaktifkan. Anak akan bergerak mendekat untuk
melihat atau memeriksa keberadaan ibunya.

Berkaitan dengan tingkah laku lekat, Ainsworth menyebutkan ada mekanisme yang disebut
dengan working model atau internal working model. Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan
pegasuh maka anak akan mengembangkan kontruksi mental atau internal working model
mengenai diri dan orang lain yang akan menjadi prototif dalam hubungan sosial (Bowlby, 1973)
yang terdiri dari empat komponen yang paling terhubung yaitu:
1. Memori tentang kelekatan yang dihubungkan dengan pengalaman.
2. Kepercayaan, sikap, dan harapan mengenai diri dan orang lain yang dihubungkan
dengan kelekatan.
3. Kelekatan dihubungkan dengan tujuan dan kebutuhan (goal and needs).
4. Strategi dan rencana yang diasosiasikan dengan pencapaian tujuan kelekatan.

Menurut Bowlby (1973), internal working model dan figur lekat saling melengkapi serta
saling menggambarkan dua sisi hubungan tersebut. Bayi yang diasuh dengan kehangatan,
sensitifitas, responsifitas akan mengembangkan internal working model yang positif pada
orangtua dan diri sendiri. Internal working model merupakan hasil interpretasi pengalaman
secara terus menerus dan interkasinya dengan figur lekat.

Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan kestabilan internal working model yaitu:

1. Familiar
Pola interaksi yang berulang, cenderung akan menjadi kebiasaan yang terjadi secara
otomatis.

2. Dyadic Pattern
Pola timbal balik cenderung akan mengubah pola individual karena harapan timbal balik
memerintahkan masing-masing pasangan untuk mengartikan perilaku pihak lainnya.

10
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tingkah laku
lekat adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk
mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungn
dari ancaman lingkungan terutama saat anak merasa takut, sakit, dan terancam. Tujuannya
adalah mendapatkan kenyamanan dari figur lekat. Tingkah laku lekat berupa berbagai macam
tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah, dan mempertahankan kedekatan
serta melakukan dengan figure lekat.

11
Bentuk-Bentuk Attachment Behavior

Tingkah laku lekat pada manusia sangat bervariasi dan dapat tampak pada semua anak. Tingkah
laku ini dipergunakan untuk mencari dan mempertahankan kedekatan serta tujuan (goal
corrected) hasil yang diharapkan dari tingkah laku ini adalah kedekatan dengan ibu.

Secara umum pengelompokan tingkah laku lekat menurut Bowlby dan Ainsworth, yaitu:
1. Signaling Behavior
Efek dari tingkah laku ini adalah mendekatnya ibu pada anak. Tingkah laku ini
sebetulnya bagi anak diharapkan untuk mendapatkan dan meningkatkan kedekatan
dengan ibu. Kondisi anak dan pengaruhnya terhadap tingkah laku ibu (maternal
behavior) berbeda-beda. Misal: anak menangis (signaling behavior) maka ibu akan
datang dan menggendong (maternal behavior).
a. Menangis
Timbul dari kondisi yang berbeda-beda, begitu pula intensitas dan ritmenya. Terdapat
tiga macam bentuk tangisan yaitu: tangisan dasar, tangisan marah, dan tangisan sakit.
Terdapat juga tangisan takut. Tangisan takut timbul secara mendadak, keras, dan
diikuti keheningan yang cukup panjang saat bayi menarik nafas.

b. Tersenyum
Tingkah laku ini efektif berpengaruh pada tingkah laku ibu setelah bayi berusia empat
minggu. Tingkah laku ini muncul saat bayi bangun dan sadar serta merasa senang,
artinya bayi tidak sedang sakit, lapar, dan sendirian. Respon ibu terhadap respon anak
biasanya tersenyum kembali, berbicara, melambai, menepuk, mengangkat, dan
menunjukkan kebahagiaan diantara mereka.

c. Tanda acungan tangan (Gesture raised arms)


Kemampuan bayi untuk mengangkat tangan saat ibu berada didekatnya muncul saat
bayi berusia enam bulan. Anak selalu mengartikan isyarat ibu dengan mengangkat
anak sehingga anak mengacungkan kedua tangannya. Ancungan tangan ini oleh ibu
diartikan bahwa anak ingin diangkat dan direspon dengan menggendong anak.

d. Mencoba Menarik Perhatian


Perilaku ini dapat dilihat sebagai salah satu pernyataan perasaan dekat anak dan ibu.
Tingkah laku ini pada usia 32 minggu sampai 34 minggu. Anak-anak yang berada
pada batas usia ini biasanya selalu berusaha mencari perhatian dan tidak akan puas
sebelum mendapatkannya.

12
2. Approaching Behavior
Tingkah laku ini menyebabkan anak mendekat pada ibu, hal ini membuktikan bahwa
seseorang mempunyai kecenderungan untuk selalu dekat dengan orang lain. Tingkah laku
ini dinamakan tingkah laku lekat jika bayi hanya menunjukkan perilaku ini pada oran-
orang tertentu dan tidak pada orang lain (Ainsworth, 1978). Terdapat beberapa kategori
tingkah laku yang termasuk dalam approaching behavior, yaitu:

a. Mendekat dan mengikuti


Perilaku ini muncul saat bayi berusia delapan bulan yaitu pada saat timbulnya
kemampuan lokomosi pada bayi. Anak akan berusaha menyesuaikan gerakannya
dengan figur lekat dalam rangka mencari atau mempertahankan kedekatan dengan
figur lekatnya. Saat kemampuan kognisi muncul, anak tidak hanya mendekati, namun
anak akan berusaha mencari.

b. Clinging
Tingkah laku ini berupa gerakan memeluk ibu apabila terjadi kontak yang sangat
dekat dan sangat kuat pada anak yang berusia empat tahun pada saat tingkah laku
lekat memuncak karena adanya tanda bahaya atau bertemu setelah perpisahan singkat
(Ainsworth, 1978). Clinging muncul pada situasi khusus seperti saat anak gelisah,
takut, khawatir, dan merasa terancam rasa amannya (Bowlby, 1973).

c. Menghisap
Tingkah laku lekat tidak hanya menggunakan anggota tubuh tetapi juga mulut untuk
mengisap dengan kuat puting susu ibunya. Berdasarkan hasil observasi disimpulkan
bahwa nipple and sucking mempunyai fungsi mendapatkan makanan sesuai
kebutuhan bayi, merupakan salah satu bentuk tingkah mengisap yang kadang muncul
pada saat anak tidak memerlukan makanan. Tingkah laku ini membuat bayi merasa
rileks oleh karena itu tingkah laku ini merupakan bagian tingkah laku lekat dan
mempunyai unsur kedekatan dengan ibu (Bowlby, 1973).

13
DAFTAR PUSTAKA

Feist, J., & Feist, G. (2008). Theories of Personality (Sixth ed.). USA: Mc Graw Hill.

14

Anda mungkin juga menyukai