Disusun oleh,
Kelompok 5 :
1. Dita Wulandari (F.131.20.0008)
2. Zahro Nabilah (F.131.20.0009)
3. Ihwan Kamal (F.131.20.0048)
4. Pinkan Noviantika F (F.131.20.0050)
5. Aya Murlenia Zahra (F.131.20.0055)
6. M. Ilham Mukti A. (F.131.20.0057)
7. Andre Ryan Fauzi (F.131.20.0072)
A. Latar Belakang
Generasi milenials atau remaja masa kini merupakan masa yang melakukan
eksplorasi untuk pencarian dan pembentukan identitas. Pembentukan ini memiliki
pengaruh yang erat melalui internet, lingkungan sosial dan keluarga, sedangkan seperti
yang kita sudah ketahui dari penjelasan diatas remaja menghabiskan banyak waktunya
menggunakan internet untuk melakukan apapun termasuk berhubungan dengan orang
lain melalui sosial media. FoMo berhubungan erat dengan emosi dan perasaan yang
terbentuk dari lingkungan, semakin banyak yang membicarakan sebuah kejadian
semakin sang pendengar ingin mengikuti dan ikut serta dengan kejadian tersebut
karena adanya rasa rewarding (dari kebutuhan psikologi) dengan mengikuti
perkembangan dan berhubungan dengan yang bersangkutan secara online.
Berkembangnya sosial media memperkuat FoMo untuk terus berkembang
juga, ditambah dengan adanya ponsel pintar yang bisa dibawa kemana saja, FoMo
juga akan terus dibawa kemanapun oleh pengguna internet. Risey dari Pew Research
Center (Pew Research Center, 2015) menjelaskan bahwa yang mencolok dari generasi
ini merupakan penggunaan teknologi dan budaya pop karena generasi ini tidak dapat
dipisahkan dari teknologi terutama internet dan hiburan yang sudah menjadi bagian
dari kebutuhan pokok kehidupan generasi milenial memiliki jumlah usia produktif
yang melampaui generasi sebelumnya sehingga millennials akan menjadi generasi
yang mendominasi angkatan kerja modern dan akan terus bertambah setidaknya satu
dekade ke depan. Dominasi dalam usia produktif ini juga membentuk pola komunikasi
masa depan dimana kecenderungannya sekarang ini menurut Larry Alton, seorang
kontributor dari Forbes sebagai generasi sosial, generasi ini secara terus menerus
berhubungan dengan teman dan lingkungannya secara online yang dapat dilakukan
dimanapun dan kapanpun. Dari sinilah, dapat memicu munculnya perasaan cemas lalu
membandingkan kehidupan kita dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan
atau bahagia.
Perasaan FOMO ini dapat terjadi pada semua gender dan umur. Seseorang
yang mengalami FOMO memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah karena
terus membandingkan hidupnya dengan orang lain. Kemudian timbul pertanyaan
apakah kita termasuk yang mengalami perasaan FOMO? Kenali gejala-gejala berikut
yang mungkin muncul. Perasaan FOMO yang dibiarkan dapat memicu munculnya hal
negatif seperti kelelahan, stress, depresi, bahkan masalah tidur.
Perasaan ini mempengaruhi ketidakpuasan seseorang pada hidup mereka dan
merasa apa yang telah dilakukan atau dimiliki seakan tidak pernah cukup. Selain itu
dapat memicu munculnya masalah finansial seperti yang disebutkan pada gejala di
atas, seseorang rela mengeluarkan biaya yang besar demi tetap up-to-date dan tidak
ketinggalan zaman. Meskipun begitu, perasaan FOMO ini dapat dikurangi dengan
beberapa tips sebagai berikut. a. Fokus pada diri sendiri, b. Membatasi penggunaan
media sosial dan gadget, c. Mencari koneksi nyata, d. Hargai diri sendiri. Jadi, jangan
menyia-nyiakan hidup dengan merasa tidak pernah cukup. e. Nikmatilah momen-
momen yang menunggu di depan nanti dan berhenti membandingkan hidup kita
dengan orang lain karena semua punya jalannya masing-masing
B. Tujuan
Fase remaja awal terjadi dalam rentang usia 10-13 tahun. Pada masa ini,
anak tumbuh lebih cepat dan mengalami tahap awal pubertas. Anak mulai
memerhatikan munculnya rambut ketiak dan kemaluan, pertumbuhan payudara,
keputihan, mulai menstruasi atau mimpi basah, dan testis yang membesar. Anak
juga mulai sadar mengenai penampilannya sehingga lebih memerhatikan hal
tersebut. Ia juga akan mulai merasa memerlukan privasi sehingga membuatnya
senang menyendiri dari keluarga. Biasanya, perubahan ini terjadi lebih dulu pada
anak perempuan.
Masa remaja pertengahan terjadi pada usia 14-17 tahun. Dalam masa
remaja ini, pertumbuhan remaja laki-laki mulai berjalan cepat. Tubuhnya akan
semakin tinggi dan berat, otot semakin besar, dada dan bahu semakin lebar, alat
vital semakin besar, suara menjadi lebih pecah, muncul jerawat, kumis, hingga
jambang.
Pada masa remaja akhir, fisik anak telah sepenuhnya berkembang. Dalam
masa ini, perubahan lebih banyak terjadi dalam dirinya. Ia mulai bisa
mengendalikan dorongan emosional yang muncul, merencanakan masa depan,
dan memikirkan konsekuensi yang akan ia hadapi jika melakukan perbuatan
yang tidak baik. Ia juga mulai memahami apa yang diinginkannya dan bisa
mengatur diri sendiri, tanpa mengikuti kehendak orang lain. Kestabilan emosi
dan kemandirian ini umumnya didapatkan oleh anak pada masa remaja akhir
ISI WAWANCARA
TEMA ASPEK Pedoman
Pembuka Rapport : “Selamat siang..., Salam
Halo apa kabar?, Bagaimana Menanyakan Kabar
sehat?... Menjelaskan tentang tujuan
wawancara
Memastikan keadaan sudah
nyaman
Kecemasan 1. Perilaku ( Pertanyaan mengenai
perilaku )
Ex :
1. Apakah anda sering
merasakan jantung yang
berdebar?
2. Kalau anda dalam
keadaan seperti itu, apa
anda sedang dalam
keadaan takut atau
cemas?
3. Biasanya cara apa yang
anda lakukan supaya
lebih tenang dan rilex
apabila dalam keadaan
cemas?
2. Kognitif ( Pertanyaan mengenai
kognitif )
Ex :
1. Apakah menurut anda
berita up to date itu
penting untuk
kehidupan sehari – hari
anda?
2. Kekhawatiran seperti
apa yang sering anda
alami jika tidak
memperoleh informasi
yang up to date dari
sosial media?
3. Setelah mengetahui jika
anda termasuk orang
yang fomo (up to date)
dan cemas jika tidak
ada perkembangan dari
berita di sosial media.
Bagaimana sikap anda
dalam menjalankan
kehidupan
berdampingan dengan
kecemasan terkait up to
date?
3. Afektif ( Pertanyaan mengenai afektif
)
Ex :
1. Apakah anda setuju
tentang dampak
negatif yang panjang
dari FOMO?
2. Jika setuju apa alasan
anda?
3. Apakah anda merasa
up to date itu
pengaruh dari media
sosial?
4. Apa yang akan anda
lakukan jika anda
tertinggal up to date
oleh teman yang lain?
5. Bagaimana pendapat
anda tentang
fenomena FOMO?
Kepercayaan Diri 1. Merasa adekuat ( Pertanyaan mengenai
merasa adekuat )
Ex :
1. Apakah anda merasa
senang jika postingan
anda mendapatkan komen
dan apresiasi oleh teman –
teman?
2. Dalam hal FOMO apakah
akan menambah wawasan
dan menjadikan sebuah
kepercayaan diri anda?
3. Bagaimana menurut anda
tentang ketergantungan
FOMO seseorang dalam
interaksi nya dengan
orang lain?
4. Apakah hal itu akan
membuat diri anda merasa
lebih nyaman dalam
keseharian anda?
5. Jika kita lebih banyak
teman di media sosial
akan membuat anda lebih
percaya diri?
2. Merasa dapat diterima ( Pertanyaan mengenai
oleh kelompok merasa dapat diterima oleh
kelompok )
Ex :
1. Rasa kepercayaan diri
seperti apa yang anda
dapatkan ketika anda
up to date dalam media
sosial?
2. Apakah anda selalu
mencari berita up to
date saat sebelum
bertemu teman agar
lebih percaya diri?
3. Untuk kedepannya jika
sedang berkumpul
apakah anda akan tetap
melakukan hal yang
sama atau hanya akan
mendengar cerita dari
teman yang lain?
3. Percaya sekali pada diri ( Pertanyaan mengenai
sendiri, serta memiliki percaya diri sendiri dan
ketenangan sikap ketenangan sikap )
Ex :
1. Apakah anda merasa
percaya diri pada diri
anda sendiri?
2. Bagaimana cara anda
dapat merasa percaya
diri?
3. Pernah kan anda
mengalami
permasalahan sikap?
4. Cara apa yang kamu
lakukan saat
mengalami
permasalahan sikap?
Penutup Rapport : “ Sekian Mengucapkan terimakasih
wawancara dari saya, Salam
Terimakasih atas waktu
luangnya,”
BAB IV
A. Verbatim
25 R : Emm... Seputar otomotif sih yak, soale otomotif juga termasuk hobi saya.
26 P : Emm.. Kalo menurut kamu sendiri berita up to date itu penting ga sih buat kamu
27 sendiri mal?
28 R : Berita up to date nya tentang apa dulu.
29 P : Yaa emm... Misal kayak hal yang kekinian sekarang misal filter instagram kan
30 banyak tu, spoiler tentang film-film gitu, terus tempat healing kekinian sama
31 bahasa-bahasa gaul seperti itulah
32 R : Emm... Kalo menurut ku penting ya yak, tapi ya gak semua kayak film,bahasa
33 kekinian, tempat-tempat wisata, musik baru itu mungkin lumayan penting bagi
34 aku pribadi, tapi kalo filter ga terlalu yak, filter kan ya apa ya. Mungkin
35 bahasanya kaya mempercantik diri lah jadi ga terlalu penting karna juga jarang
foto.
36 P : Yang sering make filter biasanya cewe sih ya wkwk.
37 R : Nah iyaa itu kamu tau wkwk
38 P : Kalo sehari kamu gak mengakses instagram yang kamu rasakan itu gimana mal?
39 R : Sepi banget rasanya ,ya kembali ke tadi pertanyaan yang awal,saya kan lagi gak
40 kerja mau ngapain lagi kalo ga liat sosmed.
41 P : kamu pernah juga ga merasa cemas, khawatir, takut ga kalo ketinggalan moment
42 dari temen temen kamu kaya missal temen kamu udah nonton film kayak yang
43 lagi booming skrng film kkn didesa penari gitu, terus juga pergi ke tempat wisata
44 yang lagi booming juga kayak ke jogja Heha itu spot fotonya kan juga bagus ya
45 disana.
46 R : ya cemas mungkin ya tapi yang ga terlalu gitu kalo aku,pengen main rasanya tapi
47 kalo liat dompet sama ga kerja gini mungkin bisa ditahan ntar aja gitu, prioritas
48 sekarang cari kerja dulu, kalo film kkn kan dah tau ceritanya juga ya jadi kalo
missal ga nonton gapapa sih gitu yak.
49 P : emmmm semangat ya mal semoga cepet dapet kerjaan ya,bener tu tapi katanya
51 temen2 bagus film nya mal aku jg blm nonton, oiya pernah ga sih kalo pas
52 ngobrol sama temen temen gitu gak mudeng sama topik apa yang mereka
obrolin?
53 R : Pernah banget
54 P : Yang kamu rasain pada saat itu gimana?
55 R : bingung, Kalau apa itu bahasanya kayak gak paham kurang up to date itu kayak
56 ngobrol sama mereka bingung lagi bahas apa, gak paham terus memakai bahasa
57 kekinian jadi kalo ada temen pakek bahasa kaya gitu, cerita ttg berita up to date
58 ya diem aja dengerin mereka cerita, nanti kalo ada waktunya cerita ya ngomong
59 sendiri.
60 P : Tapi kamu pernah ga sih ngalamin ditanyain temen kamu tentang berita terkini
61 tapi kami gatau, kamu gabisa jawab, kamu gugup ngerasa malu ga?
62 R : Emm ... Kalo malu itu pasti tapi ya ... Jujur aja tanya sama mereka apa sih, itu
63 cerita tentang apa,itu bahasa apa artinya apa..
64 P : Oh jadi biasa aja ga gak yang sampe kepikiran banget setelah itu? Tapi pernah
65 gak sih setelah itu kamu coba cari tau di google searching gitu? Atau cukup tau
66 aja ga dibuat berlebihan?
67 R : Kalo itu berita up to date nya bahasanya kayak bermanfaat tapi ya saya bakal
68 searching biar saya bisa nyambung ngobrol sama mereka gitu, ya diem diem
69 dibelakang buka hp gitu.
70 P : Terus kalo menurut mu kamu termasuk orang yang fomo ga mal?
71 R : aku termasuk orang yang fomo sih yak, soalnya juga semua orang masuk dalam
72 emm... Situasi fomo, karena sekarang berita up to date banyak bahkan tiap hari
73 pun emm.. selalu ada aja berita barunya itu banyak gitu lah.
74 P : Terus dampak negatif dan positif yang kamu rasain dari media sosial menurut
75 kamu apa mal?
76 R : Kalo dampak negatif nya sedikit sih yak, satu karna keseringan main hp mungkin
77 jadi lalai sama tanggung jawab juga, terus sama yang saya benci kalo sering main
78 hp itu di paketan yak, rasa-rasanya boros banget apalagi gak kerja itu wahhh pasti
79 setiap hari main hp terus jadi boros banget.
80 P : Wah iya pasti boros banget ya, terus kalo dampak positif nya?
81 R : Untuk dampak positif nya satu bisa mengetahui berita up to date terbaru yang
82 kedua nambah wawasan juga , itu aja sih yak.
83 P : Oh begitu, mal makasih banget ya untuk sharing-sharing,terimakasih karna sudah
84 mau di wawancara juga, semoga cepet dapet kerjaan ya mal, semoga lancar dan
85 diopermudah terus untuk kegiatan dan aktivitas sehari” nya.
86 R: Iya yak sama – sama,aminnm makasih yak.
R : Emmm.. Fomo itu kaya Pengertian fomo Sub kategori Definisi Fomo
selalu pengen update gitu menurut responden fomo: definisi
kan ya sama hal-hal yang Fomo
baru, di medsos kaya gitu
ya?
(R3.W1. 10-11)
R : Emm... Kalo menurut Responden Subjek kategori Up date sosial
ku penting ya yak, tapi ya menyadari penting fomo : informasi media
gak semua kayak nya berita up to date yang diperoleh
film,bahasa kekinian, bagi diri sendiri dan melalui media
tempat-tempat wisata, penting nya sosial
musik baru itu mungkin perkembangan
lumayan penting bagi aku media sosial.
pribadi, tapi kalo filter ga
terlalu yak, filter kan ya
apa ya. Mungkin
bahasanya kaya
mempercantik diri lah jadi
ga terlalu penting karna
juga jarang foto.
(R3.W1.32-35 )
R : ya cemas mungkin ya Responden merasa Sub kategori Nilai
tapi yang ga terlalu gitu cemas namun tidak fomo: menjadi diri
kalo aku,pengen main berlebihan karna sendiri
rasanya tapi kalo liat prioritas sekarang
dompet sama ga kerja gini mencari pekerjaan
mungkin bisa ditahan ntar
aja gitu, prioritas sekarang
cari kerja dulu, kalo film
kkn kan dah tau ceritanya
juga ya jadi kalo missal ga
nonton gapapa sih gitu yak.
(R3.W1. 45-49)
R : Pernah banget (R1.W1. Responden merasa Sub kategori : Nilai
53) bingung ketika tidak menjadi diri
R : bingung, Kalau apa itu tau topik yang di sendiri
bahasanya kayak gak bicaran teman –
paham kurang up to date teman seputar berita
itu kayak ngobrol sama masa kini
mereka bingung lagi bahas
apa, gak paham terus
memakai bahasa kekinian
jadi kalo ada temen pakek
bahasa kaya gitu, cerita ttg
berita up to date ya diem
aja dengerin mereka cerita,
nanti kalo ada waktunya
cerita ya ngomong sendiri.
(R3.W1. 55-59)
R : Emm ... Kalo malu itu Responden Subkategori fomo: percaya diri.
pasti tapi ya ... Jujur aja Merasa malu percaya diri
tanya sama mereka apa sih, ketika tidak
itu cerita tentang apa,itu bisa
bahasa apa artinya apa.. menjawab
(R3.W1.62-63) pertanyaan
R: Kalo itu berita up to berita terkini,
date nya bahasanya kayak dan jujur
bermanfaat tapi ya saya apabila
bakal searching biar saya memang tidak
bisa nyambung ngobrol tau.
sama mereka gitu, ya diem Responden
diem dibelakang buka hp Menyadari
gitu. (R3.W1. 67-69) penting nya
berita terkini
yang
bermanfaat
untuk dirinya
dan mencoba
mencari tau
agar bisa lebih
nyambung
ketika
berbicara
dengan teman
– teman.
- R : Responden / interviewee
S : Em... Apa ya kalo negatif Dampak positif dan Sub kategori fomo : Dampak positif dan
itu buang” waktu mas karna negatif fomo bagi dampak positif dan negatif
keasikan gitu liat baju Korea responden negatif
banyak modelnya kalo
searching terus gitu sampe
lupa waktu yang kedua boros
kuota apagi Instagram ngabisi
Kuotane banyak, kira-kira
lagi satu menit Kuata udah
habis. Kalo positif ya nambah
wawasan, pengetahuan udah
mungkin itu aja terus nambah
temen, nambah temennya tu
kayak temen lama, temen
SD , SMP, SMA udah lama
ga ketemu, eh Tau tau nongol
di Instagram itukan. (R4.W1.
30-36)
mempererat hubungan
silaturahmi lagi.(R4.W1. 38-
39)
(R4.W1.44-46)
- R : Responden / Interviewee
Nama Subjek 1 : SR
Kode Transkrip : R6.W1 (Responden 6 wawancara 1)
Keterangan : - Dicetak tebal : Perkataan Peneliti (P) / Interviewer
- Dicetak Biasa : Perkataan Responden (R) / Interviewee
A. Kecemasan Dan Kepercayaan Diri Dalam Fenomena Fomo
KUTIPAN TRANSKRIP TEMA TEMA
INITIAL NOTHING
WAWANCARA EMERGEN SUPERORDINAT
orak tentu si ndre, Contoh berita yang Contoh berita yang Update
karena pertemananku menarik untuk di menarik untuk di
ng twt ki akeh ikuti ikuti
mutualan sng pdo2 perkembangannya perkembangannya
snng kro korea2 ddi
sng sering muncul ki
yo gak jauh dr korea,
trus smisal berita kui
kyok rame ng endi2
misal ng
ig,tiktok,trus tranding
jg ng twt yo aku kdg
berkunjung ng berita
kui kyok sng nembe
rame anake pak
ridwan kamil. nah
aku cuma moco
sekilas tp ywes br kui
rk mbukak neh
(R1.W1.39-43)
orkk si mnurutku. Pentingnya berita up Fomo Subkategori: Update
aku ga seneng melu2 to date bagi keidupan Informasi yang
urusane wong, sehari hari diperoleh dari media
marake ovt ngko nk sosial
melu2 . Nk ga sngjo
rti pun yo pleng “ oh
yowes “
(R1.W1..45-46)
iso waee si, opo Dampak negatif Fomo Subkategori: Nilai
meneh nk wong kui FOMO dan media Dampak dari Fomo
trlalu terobsesi dgn sosial
misal “ artis A “ tbtb
dee ketinggalan brta
artis kui. Dee bakal
meyalahkan diri
sndiri
(R1.W1.57-58)
balik ng diri masing2 Pengertian Fomo Fomo Subkategori: Definisi
si ndre, nk cuma menurut responden Definisi Fomo dan
skedar nasihat dinggo dan pikiran realistis tindakan yang harus
wong2 kyok ngno rk yang harus dilakukan
isooo nk orak dr diri ditanamkan oleh
mreka sndiri masing masing
kesadaran masing2 individu
tp emg angel nk wes
kecanduan akan
suatu hal, kn kdg
diluar pikiran wkw
(R1.W1.67-70)
yo solusiku si, golek Tips menghilangkan Fomo Subkategori: percaya diri
kegiatan/kesibukan jika mengalami Jadi diri sendiri
liyo sng iso FOMO/pengaruh
berdampak positip . media sosial di diri
ora kudu positip deh, kita
pokoke sng ora
merugikan atau
mempengaruhi diri
kembali. Sering2
boco buku si ben
pikiran luas wkw
(R1.W1.76-78)
nk aku pribadi rk Cara mengurangi Fomo Subkategori: Rileksasi
snng ngurusi kyok kecemasan, memiliki Positif thinking,
ngno, soale rkno pikiran yang positif memiliki pikiran
faedahe gawe aku. yang baik
Aku yo gak seneng
ddi pusat perhatian,
ddi ben aman dan
trhindar kyok ngno
yo aku tdk berbuat
sng gawe awakku
mencolok. Aku
luweh seneng main
aman Mnding2 moco
buku sii, trkadang
medsos ki toxic . opo
meneh tiktok
kecanduan medsos
bnr2 ngaruh ng
kehidupan, biyen aku
mh trpengaruh.
smisal like igku kok
sitik, sng ok storyku
sitik, sng komen yo
rk ono. aku bnr2
menyalahkan diri
sndiri anjir, wkwkw
kyok aku ki po elek
yaa mkne mreka2
wegahh
mengapresiasi aku
(R1.W1.80-86)
biasaa wae si Kepercayaan diri Fomo Subkategori: Percaya diri
komenan e kdg apabila memiliki Kesenangan terhadap
ngapusiii banyak followers dan pengikut di dunia
(R1.W1.90-91) apresiasi maya
nk mbe wong anyar Percaya diri jika Fomo Subkategori: percaya diri
aku luweh sering tidak begitu update Jadi diri sendiri
mengamati/ ogak mengenai
bnyak omong. perkembangan sosial
Wedine orak iso media di suatu
ngimbangi omongane perkumpulan
org kui.
N: tp nek wong cdk
tp jrg ketemu, gak
pernh juga si
planning
pembicaraan. kabeh
berjalan sesuai sng
ono ng pikiran
(R1.W1.105-108)
C. Analisis Data
1) Tabel Identifikasi
TEMA 1 KECEMASAN
P
Tema P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7
TEMA 3 UP TO DATE
P
Tema P.2 P.3 P.4 P.5 P.6 P.7
2. Tabel Pertama
6 Tidak Ada
7 Nek aku dewe si jarangg up date berita2. Tpi kdng nk emg lgi bnr2 gabut trs
ndelalahe beritane lwt ng time line yo lgsng kek kepo ngno, tp nk wes ngrti
ya ,ohhhh ckup tau. Aku pribadi ork begitu seneng dolanan Sosmed. Wkwk
D. Aspek-Aspek Variable
1. Kecemasan
Dengan melihat hasil dari wawancara responden 1 sampai 7 dapat di tarik
pengertian bahwa kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi tidak
mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku
dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal.
Aspek kecemasan terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
a) fisiologis: bentuk reaksi fisiologis berupa detak jantung meningkat,
pencernaan tidak teratur, keringat berlebihan, ujung-ujung jari terasa dingin,
sering buang air kecil, tidur tidak nyenyak, kepala pusing, nafsu makan hilang
dan sesak nafas;
b) ) psikologis.
Abstrak :
Semakin berkembangnya teknologi selalu beriringan dengan dampak
negatif yang muncul FoMo adalah salah satu sindrom ketakutan atas ketinggalan
berita, sindrom ini berkembang seiring dengan adanya kecanduan dalam
penggunaan internet. Kecanduan internet sendiri dapat diidentifikasi dengan
berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk menggunakan internet dan juga
ketidakmampuan individu dalam mengontrol diri dalam menggunakan internet.
Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana prilaku komunikasi pada remaja
dengan kecenderungan FoMo. Menggunakan metodologi kualitatif studikasus.
Hasil temuan menunjukan sosial media, merupakan platform dimana mereka
dapat memamerkan kehidupannya sehingga mereka dapat memiliki kepuasan
sendiri dan merasa dianggap oleh lingkungannya, menjadi unik dengan
melakukan sosmed editing, thematic dan lainnya. Disamping itu adanya FoMo ini
memperluas relasi pengguna. Kata kunci: fomo, kecanduan internet, remaja,
sosial media Youth Communication Behavior with FoMo.
Hasil :
Generasi Y dan Z merupakan masa yang penting untuk melakukan
eksplorasi untuk pencarian dan pembentukan identitas. Konsep diri merupakan
aspek psikologis pertama antara remaja dan berhubungan erat dengan
pembentukan identitas diri. Kehidupan di dunia maya menjadi mengarah ke
konsep diri ideal bagi penggunanya, membuat para remaja berlomba-lomba
membentuk citranya sesuai dengan keinginannya dengan cara apapun. Disisi lain,
fenomena ini membuat remaja merasa lebih dihargai dengan adanya timbal balik
berupa pujian dan likes dari orang lain dalam media sosial sehingga membuat
remaja menjadi lebih berani untuk memaparkan dirinya dan membuat orang lain
terkesan dengan citra yang dibangun. FoMo (Przybylski, Murayama, Dehaan, &
Gladwell, 2013) sebenarnya merupakan sebuah ketakutan dan kecemasan dari
seseorang yang merasa bahwa akan ada sebuah kejadian menarik dan
menyenangkan yang akan terjadi di suatu tempat, sehingga menimbulkan
keinginan kompulsif dari orang tersebut untuk mengharuskan dirinya berada
dilokasi dan ikut mengalami kejadian yang ada disana. FoMo ditemukan
memberikan kontribusi terbesar terhadap kecanduan SNS dan dapat dianggap
sebagai mekanisme dan dapat dianggap sebagai mekanisme maladaptif yang
mengarah pada peningkatan motivasi bawah sadar untuk keterlibatan SNS”
(Pontes, Taylor, & Stavropoulos, 2018) dari kutipan tersebut menunjukan juga
bahwa preferensi platfom yang digunakan oleh remaja untuk berinteraksi dipacu
oleh salah satu faktornya yaitu FoMo. Hasil penelitian ini mendukung teori
tersebut dimana responden menggunakan media sosial karena lingkungan yang
melakukan hal yang sama sehingga mereka mengikuti dan menggunakan platform
yang sedang digunakan oleh lingkungannya atas perasaan takut tertinggal oleh
teman sebayanya dan menjadi takut untuk menolak ataupun mengatakan tidak.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa sosial media
memiliki peran penting bagi sebagian individu sebagai bentuk mengekspresikan
diri dan menonjolkan karakter seseorang. Remaja yang memiliki kecenderungan
FoMo menganggap bahwa identifikasi di sosial media itu merupakan citra dan
pandangan dari lingkungan terhadap masing-masing individu. Mereka dapat
membanggakan keunikan dirinya dari orang lain, sehingga mereka akan diberikan
ciri khas dari timbal balik apa yang mereka upload di sosial medianya.
Identifikasi diri ini biasanya dilakukan dengan memposting foto dirinya yang
cantik atau menuangkan pikiran di story sosial medianya. Dengan perilaku FoMo
inilah timbul kepercayaan diri untuk terus update sosial medianya mengenai
segala hal yang dilakukan oleh individu.
4. RESUME JURNAL
Judul Artikel : Sindrom Fear Of Missing Out Sebagai Gaya Hidup Generasi
Milenial Di Kota Depok
Penulis : Lira Aisafitri, Kiayati Yusriyah
Nama Jurnal : Jurnal Riset Mahasiswa Dakwah dan Komunikasi 2.4 (2020):
166-177.
LinkJurnal :http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/jrmdk/article/view/11177/6161
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis fenomena
sindrom FoMO (Fear of Missing Out) yang terjadi pada Generasi Milenial di kota
Depok. Penelitian ini menggunakan teori Interaksi Simbolik, dengan
menggunakan jenis penelitian kualitatif pendekatan Fenomenologi, dimana teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menemukan bahwa Milenial yang mengalami
sindrom FoMO (Fear of Missing Out) memiliki karakteristik gaya hidup yang
lebih sering menghabiskan waktu dengan handphone, dan bagi mereka mengakses
media sosial merupakan hal yang penting, karena dengan adanya media sosial
terjalinnya hubungan emosional yang membuat diri mereka sering kali
memperhatikan postingan teman-teman mereka dimedia sosial, mereka juga
memposting suatu hal yang ingin dilihat oleh orang lain, dengan memperlihatkan
sesuatu yang baik-baik saja, dan tidak ingin menampilkan kelemahan mereka,
karena bagi mereka penilaian orang lain mengenai dirinya sangatlah penting.Kata
kunci: Media sosial, Sindrom FoMO, Milenial.
Hasil :
Fenomena sindrom FoMO merupakan bentuk dari interaksi simbolik,
dimana terjadinya proses mental. Selain itu dengan menggunakan teori interaksi
simbolik kita juga dapat mengetahui karakarakteristik gaya hidup dan citra diri
Milenial yang mengalami sindrom FoMO. Karakteristik gaya hidup Milenial yang
mengalami sindrom FoMO pada level medium (tingkat sedang) lebih sering
menghabiskan waktu dengan handphone, mulai dari saat bangun tidur, akan tidur,
dan diwaktu luang pun mereka selalu mengakses media sosialnya, dan
menganggap mengakses media sosial merupakan hal yang penting bagi
keseharian mereka, seperti yang diungkapkan oleh salah satu narasumber generasi
milenial berinisial JF yang mengalami sindrom FoMO.
Salah satu objek mengungkapkan bahwa dirinya selalu mengecek
handphonenya untuk mengakses media sosial pada setiap waktu, baik pagi, siang,
sore, malam, dan pada saat dirinya tidak melakukan aktivitas apapun. Hal yang
sama juga terjadi pada informan Milenial lainnya yang mengalami sindrom
FoMO ketika peneliti menanyakan hal apa yang dicari pada saat bangun tidur.
Objek yang lain mengungkapkan bahwa aktivitas normal yang biasa dilakukan
dirinya saat bangun tidur yaitu membuka handphone untuk melihat kabar atau
mengecek informasi apapun melalui platform seperti Line atau WhatsApp. Tidak
hanya pada saat bangun tidur saja, tetapi saat sedang berada dikelas atau sedang
bersama dengan teman-temannya dia juga selalu menyempatkan dirinya untuk
mengakses media sosialnya, dan biasanya topik pembicaraan dia dengan teman-
temannya bersumber dari media sosial. Selain itu mereka juga akan menggunakan
media sosial untuk melihat kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman mereka
pada postingan dimedia sosial.
Seperti yang telah diungkapkan oleh beberapa informan Milenial yang
mengalami sindrom FoMO dimana dengan adanya hubungan emosional yang
terjalin membuat Milenial yang mengalami sindrom FoMO sering kali
memperhatikan postingan teman-temannya dimedia sosial, dimana mereka
tertarik untuk mencari tahu kegiatan yang dilakukan oleh teman mereka, mencari
tahu keadaan mereka, melihat perkembangan mereka seperti apa, dan terkadang
mereka suka membandingkan dirinya dengan teman-temannya dimedia sosial.
Bagi mereka hal tersebut merupakan hal yang wajar, karena manusia memiliki
fitrah dimana tidak pernah merasa puas dan selalu ingin lebih, sehingga
menimbulkan perasaaan iri dalam diri mereka, dimana mereka selalu merasa tidak
puas dengan kehidupan yang mereka jalani karena adanya keterbatasan pada diri
mereka.
Kesimpulan :
Berdasarkan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja Milenial
yang mengalami sindrom FOMO memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi
terhadap media sosial yang selalu up date. Begitu pun dengan mereka yang selalu
mengecek sosial media setiap saat karena menjadi kebutuhan sehari hari. Selain
itu mereka juga merasa orang lain menganggap dirinya sangat lah penting karena
mereka yang selalu memposting sesuatu yang dapat menimbulkan orang untuk
like dan mengomen postingan yang di buat.
5. RESUME JURNAL
Judul artikel : Ketakutan Akan Kehilangan Momen (Fomo) Pada Remaja Kota
Samarinda
Penulis : Rizki Setiawan Akbar, Audry Aulya, Adra Apsari, Lisda Sofia
Nama jurnal : Ketakutan Akan Kehilangan Momen (Fomo) Pada Remaja Kota
Samarinda Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol 7, No 2, Desember 2018, Hlm. 38-47
Link Jurnal :
https://scholar.archive.org/work/iis75r5jlzfpdfc7yj7ae7hngm/access/wayback/http://e
journals.unmul.ac.id/index.php/PSIKO/article/download/2404/pdf
Abstrack :
Sebagai generasi yang tumbuh dalam era kemajuan internet dan digital,
remaja generasi milenial merupakan remaja yang selalu terhubung satu sama lain.
Tingginya tingkat penggunaan media sosial pada remaja tersebut membuat
mereka menjadi kelompok yang paling terpapar oleh apa yang dilakukan teman,
kerabat dan keluarganya. Hal tersebut memicu mereka untuk terus terhubung
dengan apa yang sedang dilakukan oleh orang lain melalui dunia maya sehingga
menimbulkan kegelisahan pada diri mereka dan berujung pada sebuah ketakutan,
yaitu ketakutan untuk kehilangan momen. Fenomena tersebut disebut dengan
FoMO (Fear of Missing Out). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana ketakuan akan kehilangan momen (FoMo) pada remaja awal di kota
Samarinda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara skala
FOMO. Subjek dan informan penelitian ini sebanyak 8 orang yaitu remaja yang
mengalami ketakutan akan kehilangan moment berdasarkan skala FOMO yang
telah diisi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketakutan akan kehilangan momen
pada remaja awal kota Samarinda muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan
psikologis akan relatedness dan self, yaitu individu yang tidak memiliki
kedekatan dengan orang lain dan merasa kurang nyaman atau tidak dapat
memenuhi keinginan dirinya sendiri.
Hasil :
Keberadaan smartphone pada saat ini memicu banyak kalangan untuk
selalu aktif dalam media sosial. Ditambah banyaknya aplikasi media sosial yang
ada, seperti Instagram, WhatsApp, Line, Facebook, Twitter, Snapchat, dan
Youtube membuat banyak orang yang berlomba-lomba untuk eksis. Penelitian
yang dilakukan (Ayas & Mehmet, 2007) juga menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara kecanduan internet terhadap depresi dan kesendirian serta
kurangnya korelasi antara kecanduan internet dengan self-esteem. Dalam
perkembangan klasifikasi gangguan penggunaan internet timbul gejala baru yang
dinamakan FoMO atau Fear of Missing Out. FoMO didefinisikan sebagai
ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain dimana
individu tersebut tidak dapat hadir di dalamnya. FoMO ditandai dengan adanya
keinginan untuk terus berhubungan dengan apa yang individu lakukan melalui
dunia maya Menurut Abel (2016) seseorang dapat dikatakan FoMO apabila ia
mengalami gejala-gejala seperti tidak dapat melepaskan diri dari ponsel, cemas
dan gelisah jika belum mengecek akun media sosial, lebih mementingkan
berkomunikasi dengan rekanrekannya di media sosial, terobsesi dengan status dan
postingan orang lain, dan selalu ingin eksis dengan men-share setiap kegiatannya
dan merasa depresi jika sedikit orang yang melihat akunnya.
Dari subjek yang kami teliti, mereka menjelaskan bahwa durasi dalam
menngunakan samrtphone cukup lama dan hampir setiap saat, seperti saat
sebelum makan, saat sedang hang out, saat kuliah, saat bekerja, dan sebelum
tidur. Ada beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut dapat terjadi, di
antaranya adalah merasa takut jika berjauhan dengan ponsel karena mereka tidak
ingin terlambat mendapatkan informasi terbaru dari media sosial dan adanya
perasaan senang dan gembira saat membuka media sosial dan melihat informasi
atau postingsn dari orang lain. Hal tersebut serupa seperti yang dinyatakan oleh
subjek AR yang menyatakn bahwa dirinya merasa sangat senang bila postingan
miliknya mendapatkan like dan comment dari temannya yang ada di dunia maya,
ia merasa sebagai orang yang sudah terkenal jika ia memiliki banyak like. Subjek
DM juga mengatakan hal yang kurang lebih sma, bahwa menurutnya media sosial
sudah seperti kebutuhan pokok bagi dirinya, yang merupakan salah satu sumber
kesenangan setip ia membuka media sosialnya. Subjek CP pun menuturkan
bahwa salah satu alasan yang membuatnya kerap menggunakan media sosial dan
takut akan kehilangan momen adalah, ia tidak memiliki teman dekat atau sahabat
dalam dunia nyata yang dapat ia ajak untuk berbagi kisah atau bercerita mengenai
keseharian, perasaan atau momen-momen yang berharga. Selain itu, terkadang
subjek CP juga merasa bosan karena tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan serta
merasa penasaran dengan suatu makanan yang belum ia coba sehingga hal
tersebut menjadi alasan untuk ia selalu aktif dan bermain media sosial. Tidak jauh
berbeda, subjek AR pun mengatakan bahwa dikehidupan nyata ia tidak memiliki
banyak teman dekat atau sahabat, meskipun ia sedang bersama dengan temannya,
tetapi kebanyakan temannya tersebut asik dengan dirinya sendiri, subjek AR juga
sangat suka melihat barang barang yang ia suka namun belum dapat ia miliki,
sehingga hal tersebut yang memicu subjek untuk selalu aktif dan takut akan
kehilangan momen di media sosial. Selanjutnya pada subjek P yang bercerita
bahwa biasanya ia bermain media sosial jika temannya tengah sibuk dengan
handphone masing masing, selain itu subjek P juga sering membuka media sosial
saat merasa sangat bosan, saat sedang sedih dan mencurahkan perasaannya
melalui postingannya melalui Instagram dan Whatsapp miliknya, subjek juga
menjelaskan bahwa ia menggunakan Instagram dan youtube untuk menonton
video tentang tutorial dan review makeup. Lain halnya dengan subjek DM, yang
takut akan kehilangan momen dan kerap membuka media sosial hanya karena
tidak memiliki orang dekat, sehingga menghibur dirinya dengan membuka media
sosial tersebut.
Dari penggunaan media sosial yang berlebihan, akan menyebabakan
beberapa dampak negatif untuk diri individu itu sendiri. Seperti yang
dikemukakan oleh Abel (2016) bahwa dampak atau efek buruk tersebut yakni
tidak puas dengan kehidupan sendiri, menggunakan gadget saat berjalan dan
berkendara, tidak bisa sepenuhnya menikmati kebersamaan di dunia nyata,
gangguan tidur dan mengabaikan kehidupan pribadi. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh pernyataan subjek DM yang menjelaskan bahwa dampak negatif
dari ketakutan akan kehilangan momen yaitu timbulnya perasaan iri terhadap
postingan orang lain yang hal tersebut membuat dirinya menganggap bahwa
kehidupan orang lain lebih bagus dan bahagia dari pada apa yang ia miliki untuk
saat ini, ia juga mengaku bahwa adanya media sosial membuatnya banyak ikut
campur didalam hidup orang lain baik orang yang ia kenal ataupun orang yang ia
tidak kenal. Pernyataan selanjutkan oleh subjek AR yang menjelaskab bahwa
dampak negatif bagi dirinya dari adanya ketakutan akan kehilangan momen yaitu
terganngunya waktu untuk tidur, hilang atau berkurangnya nafsu makan, bahkan
hubungan dirinya dengan keluarganya menjadi kurang dekat. Begitupun dengan
yang dijelaskan oleh subjek P, yaitu salah satu dampak yang ia rasakan dari
ketakutan akan kehilangan momen yaitu, berkurangnya nafsu makan hal tersebut
dikarenakan jika ia bermain media sosial ia tidak merasakan lapar karena merasa
lebih asik dengan dunia maya, selain itu ia juga mengatakan bahwa waktu
tidurnya terganggu karena saat sedang asik dengan media sosial yakni mengobrol
dengan temannya melalui Whatsapp atau menonton Youtube dan membuka
instagram ia akan lupa waktu seperti saat ia sedang bekerja membuat
pekerjaannya menjadi tertinggal.
Kesimpulan :
Ketakutan akan kehilangan momen muncul karena tidak terpenuhinya
kebutuhan psikologis akan relatedness, yaitu individu yang tidak memiliki
kedekatan dengan orang lain. Ketakutan akan kehilangan momen muncul karena
tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis akan self, yaitu individu yang merasa
kurang nyaman atau tidak dapat memenuhi keinginan dirinya sendiri. Media
sosial dapat menyebabkan seseorang mengalami gejala Fear of Missing Out.