(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konstruk Tes Psikologi)
Dosen Pengampu: 1. Hasniar A. Radde, S. Psi., M. Si.
2. Tarmizi Thalib, S. Psi., M. A.
3. Muh. Fitrah Ramadhan Umar S.Psi., M. Si
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BOSOWA
2022
1. Definisi Fear of Missing Out
Istilah FoMo pertama kali berkembang pada tahun 2010 dan fenomena ini
dibahas oleh Wortham dan Morford. Wortham, (2011) menyatakan FoMO
mungkin merupakan sumber perasaan negatif atau perasaan depresi karena
dapat melemahkan perasaan bahwa seseorang telah membuat keputusan
terbaik dalam hidupnya sedangkan Morford menyatakakan bahwa dorongan
adiktif terhadap peristiwa yang dianggap luar biasa dan terjadi di sekitar
yang akan menjadi seperti mimpi buruk ketika seseorang tidak terlibat di
dalamnya (Morford,2010).
Hondkison & Poropat (2014) menyatakan bahwa FoMo (Fear of Mising
Out) sebenarnya berasal dari bahasa Cina yang artinya takut kehilangan
orang lain. Fenomena takut kehilangan ini bermuara pada zaman teknologi
yang notabenenya mengalami pertukaran informasi yang sangat cepat.
Senada dengan hal tersebut Turkle (dalam Przybylski, 2013) mengatakan
bahwa kemajuan teknologi saat ini mengakibatkan dampak yang positif dan
negatif. Turkle mengungkapkan bahwa seseorang yang sering mengakses
teknologi akan mengakibatkan terganggunya pengalaman sosial dan
membuat sangat takut kehilangan “momen” yang sedang terjadi di
lingkungannya.
Oxford (2013) juga mendefinisikan FoMO sebagai kecemasan akan
adanya peristiwa menarik yang terjadi di tempat lain, di mana kecemasan ini
terstimulasi oleh hal-hal yang ditulis di dalam media sosial seseorang. FoMO
merupakan bentuk perkembangan kecemasan sosial baru yang muncul
karena perkembangan media sosial. Kecemasan sosial adalah hal yang
dianggap lumrah dan setidaknya individu pernah mengalaminya. Namun
tindakan strategi koping yang salah pada individu menyebabkan kecemasan
sosial berkembang menjadi fobia sosial dan akan menetap dalam individu
(Pratiwi, 2016)
Hal yang sama disampaikan oleh (Pryzbylski, dkk 2013) dalam risetnya
tentang fenomena FoMo dan berhasil mendefinisikan FoMo (Fear of missing
out) sebagai “a pervasive apprehension that others might behaving
rewarding experiences from which one is absent, FoMO is characterized by
the desire to stay continually connected with what others are doing”
(Przybylski, dkk 2013). Hal ini berarti FoMo merupakan sebuah bagian
kecemasan yang dialami oleh individu saat melihat individu atau kelompok
lain mengalami pengalaman berharga sementara individu tersebut tidak dan
ditandai dengan ingin selalu berhubungan dengan orang lain.
Alt (2015) menyatakan bahwa Fear of Missing Out (FoMO)
merupakan fenomena dimana individu merasa ketakutan akan orang lain
memperoleh pengalaman yang menyenangkan namun tidak terlibat secara
langsung pada pengalaman tersebut. Sehingga menyebabkan individu
berusaha untuk tetap terhubung dengan apa yang orang lain lakukan melalui
media dan internet. Secara lebih sederhananya, Fear of Missing Out (FoMO)
dapat diartikan sebagai ketakutan ketinggalan hal-hal menarik di luar sana
dan atau takut dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman (Up to Date).
Keyda dkk (2019) juga menjelaskan hal yang sama bahwa FoMO
adalah kecemasan yang dialami individu ketika orang lain mengalami
pengalaman berharga, sementara individu tersebut tidak mengalaminya.
FoMO ditandai dengan adanya keinginan untuk terus berhubungan dengan
apa yang orang lain lakukan. Definisi lain menyebutkan FoMO sebagai
kecemasan konstan akan tertinggalnya atau kehilangan sesuatu yang
berharga. Individu pemilik FoMO tidak akan mengetahui secara spesifik
mengenai apa yang hilang, tetapi akan merasakan kehilangan ketika orang
lain memiliki momen yang berharga.
Biella dkk (2021) Menyampaikan bahwa Fear of Missing Out (FoMO)
ialah apabila individu mengalami rasa takut ketika kehilangan momen,
informasi yang berharga tentang orang lain atau kelompok lain, terlebih
apabila orang tersebut tidak bisa hadir dan tidak dapat terhubung, hal ini
dicirikan pada keinginan agar terus dapat terkoneksi pada apapun yang
dilakukan oleh orang lain melalui media apa saja. Salah satunya saat ini
yang paling cepat memberikan informasi secara real ialah media social.
Ali dkk (2018) mengemukakan bahwa FoMO adalah perasaan tidak
nyaman atau merasa kehilangan sebagai akibat dari mengetahui aktivitas
yang dilakukan orang lain, dan merasa bahwa aktivitas tersebut lebih
menyenangkan, lebih berharga daripada aktivitasnya. FOMO
dikarakteristikan dengan keinginan untuk selalu terhubung dengan aktivitas
yang dilakukan oleh orang lain. Dengan kata lain FOMO adalah keinginan
untuk selalu ingin mengikuti aktivitas-aktivitas orang lain yang diposting di
media sosial, dan kecenderungan untuk selalu membandingkan kehidupan
orang lain dengan kehidupannya
Desy dkk (2020) FoMo merupakan sebuah fenomena yang sedang
berkembang dan merupakan faktor yang membuat generasi ini
mengeluarkan uang lebih dan maraknya aplikasi sosial. Seperti yang
disebutkan sebelumnya generasi ini ingin memenuhi kebutuhan emosional
mereka sehingga mereka menyerah pada tekanan sosial meskipun mereka
tidak memiliki uang yang cukup. Merasa tidak aman akan ditinggalkan dan
melewatkan sesuatu, menyulitkan generasi ini untuk mengatakan tidak dan
fenomena ini merupakan salah satu faktor mengapa adanya syndrome
FoMo, sedangkan faktor utama pendukungnya merupakan adanya sosial
media. Sebagai media baru yang cepat dalam penyebaran informasi sosial
media menambah gambaran kehidupan orang-orang disekitar dan diri
sendiri
Satria dkk (2020) menyampaikan hal serupa bahwa FoMO
sebenarnya merupakan fenomena yang sudah lama terjadi dan terpicu sejak
adanya Word of Mouth. Awal FoMO mulai muncul pada kehidupan
masyarakat di awal tahun 2000an, dimana teknologi masih belum secanggih
pada hari ini sehingga perkembangan fenomena FoMO masih sangat rendah
sampai akhirnya teknologi memberikan jalan untuk setiap orang mengirim
pesan singkat secara massal seperti melalui platform SMS atau direct
massage sehingga kejadian ini membukakan jalan untuk berkembangnya
fenomena FoMo dengan sangat cepat pada media social.
Rizky (2020) juga menyampaikan bahwa FoMo berhubungan erat
dengan emosi dan perasaan yang terbentuk dari lingkungan, semakin
banyak yang membicarakan sebuah kejadian semakin sang pendengar ingin
mengikuti dan ikut serta dengan kejadian tersebut karena adanya rasa
rewarding (dari kebutuhan psikologi) dengan mengikuti perkembangan dan
berhubungan dengan yang bersangkutan secara online. Seperti yang sudah
disebutkan diatas, berkembangnya sosial media memperkuat FoMo untuk
terus berkembang juga, ditambah dengan adanya ponsel pintar yang bisa
dibawa kemana saja, FoMo juga akan terus dibawa kemanapun oleh
pengguna internet
Abdul (2021) menjelaskan bahwa FoMo dapat ditimbulkan
berdasarkan keterlibatan partisipan dengan sosial media, kepuasan hidup
dan bagaimana kemandirian, kompetensi dan hubungan dengan orang lain
dirasakan pada kehidupan sehari-hari partisipan. Hasilnya semakin
partisipan merasakan kurangnya kemandirian, kompetensi dan hubungan
dengan orang lain maka kemungkinan mereka akan cenderung lebih
mengalami FoMo dan artinya lebih sering menggunakan sosial media
dibandingkan dengan partisipan yang merasa aman dan nyaman dalam
hubungannya dengan orang lain. Partisipan merasa tidak terdapat paksaan
untuk terus berhubungan dengan orang lain dikarenakan perasaan aman
dan nyaman tersebut
Adapun grand theory dan komponen konstruk yang akan diambil dalam
penelitian ini ialah, komponen Fear of Missing Out dan definisi yang
digunakan oleh Przybylski dkk (2013) yang mendefinisikan FoMo sebagai
munculnya perasaan khawatir yang bersifat pervasif apabila dirasa orang
lain mempunyai pengalaman yang lebih berharga dan memuaskan. FoMO
memiliki ciri yaitu muncul dorongan agar dapat selalu terhubung pada
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Pemilihan komponen tersebut
disebabkan karena definisi FoMO Przybylski yang relevan dengan dengan
Self-Determination Theory dan telah dipakai pada banyak penelitian.
Fav Unfav
Autonomy 1,7,13,19, 5,11,17,23, 16
(sense of 25,31,37,43 29,35,41,47
volition)
FoMo
(Fear of
Missing Out) 6,12,18,24,30 4,10,16,22, 16
, 28,34,40,46
Competence 36,42,48
(sense of
efficacy)
2,8,14,20, 3,9,15,21,27, 16
26,32,38,44 33,39,45
Relatednes
(sense of
caring
relationships)
48
Daftar Pustaka
Alt. D., & Boniel-Nissim, M. (2018). Links between Adolescents’ Deep and
Surface Learning Approaches, Problematic Internet Use, and Fear of
Missing Out (FoMO). Internet Interventions, 13, 30-39. Doi:10.1016/j.
invent.2018.05.002
Biella Putri Wahyunindya , Sondang Maria J. Silaen. 2021. Kontrol Diri Dengan
Fear Of Missing Out Terhadap Kecanduan Media Sosial Pada Remaja
Karang Taruna Bekasi Utara. Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 5 No 1.
Blair, C., & Cybele, C. Raver. (2012). Individual Development and Evolution:
Experiential Canalization of Self-Regulation. Development Psychology,
48(3), 647-657. Doi: 10.1037/a0026472
Christina R., Yuniardi M. S., & Prabowo A., (2019). Hubungan tingkat neurotisme
dengan fear of missing out (FoMO) pada remaja pengguna aktif media
sosial. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 105-117.
David O’Sears, et. al., Psikologi Sosial Jilid Kedua, ter. Michael Adryanto (Jakarta
: Erlangga, 1985)
Darling, N., & Toyokawa, T. (1997). Construction and validation of the parenting
style inventory II (PSI-II).
Desy Mustika , Akhmad Rizkhi Ridhani, Farial. 2020. Model Layanan Klasikal
Teknik Home Room Berbasis Online Mengurangi Fomo Menggunakan
Media Sosial. Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi Volume 3,
Nomor 1
Dogan, V. 2019. Why Do People Experience the Fear of Missing Out (FoMO)?
Exposing the Link Between the Self and the FoMO Through Self-
Construal. Journal of CrossCultural Psychology, 50(4), 524–538.
Diener, Ed., Emmons, Robert A., Larsen, Randy J., & Griffin, Sharon. 1985. The
Satisfaction with Life Scale. Journal of Personality Assessment, 49(1): 71-
75.
Elhai, J., D., Jason, C. L., Robert, D., D., & Brian, J., H. (2016). Fear of missing
out, need for touch, anxiety and depression are related to problematic
smartphone use. Computers in Human Behavior, 63, 509 – 51
Emma Azizah, Fahyuni Baharuddin. 2021. Hubungan Antara Fear Of Missing Out
(Fomo) Dengan Kecanduan Media Sosial Instagram Pada Remaja Vol 19,
No 1.
Huebner, E. S., Suldo, S. M., Valois, R. F., Drane, J. W., & Zullig, K. 2004. Brief
Multidimensional Students' Life Satisfaction Scale (BMSLSS): Gender,
Race, adn Grade Effects for High School Sample. Psychological Reports,
94: 351- 356.)
Keyda Sara Risdyanti , Andi Tenri Faradiba dan Aisyah Syihab. 2019. Peranan
Fear Of Missing Out Terhadap Problematic Social Media USE Jurnal
Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 3, No. 1
Kordi, A., Baharudin, R. (2010). Parenting attitude and style and its effect on
children’s school achievements. International Journal of Psychological
Studies, 2(2), 217-222
Lira Aisafitri , Kiayati Yusriyah. 2021. Kecanduan Media Sosial (FoMO) Pada
Generasi Milenial. Jurnal Audience: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 04 No. 01
Mirna Dewi Kalisna , Nur Wahyumiani. 2021. Hubungan Antara Sindrom Fomo
( Fear Of Missing Out)Dengan Kepercayaan Diri Siswa Pada Siswa Kelas
Vii Di Smp Muhammadiyah 2 Godean Sleman Tahun Ajaran 2019/2020.
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Vol. 5 No. 2
Morford, M. (2010, August 4). Oh my god you are so missing out. San Francisco
Chronicle. .
Nejad, E. mohammadi H., Besharat, M. A., Haddadi, P., & Abdolmanafi, A. 2011.
Mediation effects of positive and negative affects on the relationship
between perfectionism and physical health. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 30, 176–181.
Nisa, K. (2020). Peran Fear Of Missing Out (FoMO) Terhadap Atensi Mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Dalam Proses Belajar.
O’Riordan, A., Howard, S., & Gallagher, S. (2020). Type D personality and life
event stress: The mediating effects of social support and negative social
relationships. Anxiety, Stress, & Coping, 33(4), 452– 465.
Oberst, U., Wegmann, E., Stodt, B., Brand, M., & Chamarro, A. (2017). Negative
consequences from heavy social networking in adolescents: The
mediating role of fear of missing out. Journal of Adolescence, 55, 51–60.
Satria Siddik, Mafaza Mafaza, Lala Septiyani Sembiring. 2020, Peran Harga Diri
terhadap Fear of Missing Out pada Remaja Pengguna Situs Jejaring
Sosial. Vol. 10, No. 2, 127-138. doi: 10.26740/jptt.v10n2.p127-138
Shodiq, F., Kosasih, E., & Maslihah, S. 2020. Need To Belong Dan of Missing
Out Mahasiswa Pengguna Media Sosial Instagram. Jurnal Psikologi
Insight, 4(1), 53–62.
Sianipar, N.A., Kaloeti, D.V.S., (2019). Hubungan antara regulasi diri dengan fear
of missing out (FOMO) pada mahasiswa tahun pertama fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro. Jurnal Empati (136-143)
Siddik, S., Mafaza, M., & Sembiring, L, S. (2020). Peran harga diri terhadap fear
of missing out pada remaja pengguna situs jejaring sosial. Jurnal
Psikologi Teori dan Terapan. 10(2), 127-138.
Sianipar, N. A., & Kaloeti, D. V. S. (2019). Hubungan antara regulasi diri dengan
fear of missing out (Fomo) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, 8(1), 136-143.
Shely E, et. al., Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, ter. Tri Wibowo B.S.
(Jakarta : Prenada Media Group, 2009)
Sousa, L., & Lyubomirsky, S. (2001). Life satisfaction. Encylopedia of women and
gender: Sex similarities and differences and the impact of society on
gender, 2, 667-676.
Wortham, J. (2011, April 10). Feel like a wallflower? Maybe it’s your facebook
wall. The New York Times . .