Anda di halaman 1dari 22

BAB I.

PENDAHULUAN

Hampir setiap orang memiliki ketakutan irasional . Beberapa gugup memikirkan jarum.
Lain lompat saat melihat tikus. Yang lain bisa pusing ketika mereka melihat ke bawah dari
gedung tinggi. Bagi kebanyakan orang, ketakutan ini kecil. Tapi bagi sebagian orang,
ketakutan ini begitu parah sehingga mereka menyebabkan kecemasan yang luar biasa dan
mengganggu kehidupan sehari-hari normal. Ketika ketakutan tidak rasional dan
melumpuhkan, mereka disebut fobia.Fobia, jenis penghentian gangguan kecemasan, adalah
yang paling umum psikiatri penyakit di kalangan perempuan dan penyakit yang paling umum
kedua di antara laki-laki yang lebih tua dari 25 tahun, menurut American Psychiatric
Association. Ini mempengaruhi lebih dari 14 juta orang dewasa di Amerika Serikat.
Tidak ada ketakutan sehari-hari, fobia melibatkan sangat luar biasa, irasional,
dan melemahkan ketakutan dari beberapa situasi, objek tertentu, atau perasaan yang dapat
menghalangi kemampuan individu untuk hidup normal. Seseorang dapat mengembangkan
fobia apa pun. Dan apakah itu, misalnya, mengemudi jalan raya atau
situasi sosial, kontaminasi apapun dapat memicu reaksi ekstrem takut bahwa
mungkin termasuk jantung berdebar, sesak napas, dan berkeringat. Beberapa
orang bahkan percaya bahwa mereka akan mati. Akibatnya, fobia bisa sampingan
kehidupan sehari-hari kegiatan, hubungan, dan karir. Beberapa orang dengan kecemasan
gangguan bahkan bisa menjadi tinggal di rumah, tidak bisa sepenuhnya berkontribusi
masyarakat.
Finansial pengobatan gangguan kecemasan, termasuk fobia, biaya Amerika lebih dari $
42.000.000.000setahun.
BAB II. FOBIA

1. PENGERTIAN

Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien,biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya.
Fobi juga dapat mengakibatkan kompulsi.
Terjadi proses fiksasi yang merupakan suatu keadaan dimana mental seseorang
menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam
mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan
oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan
emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak
memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi
dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang
paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan
fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi
emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola
respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan
intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan
dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita
fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari
jenis jenis hambatan sukses lainnya.

2. PENYEBAB
Pada umumnya phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau
pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan
kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil dianggap sebagai salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya phobia. Dapat juga ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor
keturunan. phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan budaya. Perubahan-
perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di
masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat naiknya, antara lain pengaruh
pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era
informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah
anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan
berkembangnya harus diperhatikan sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan
(formative period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi
penerus yang berkualitas.
Berbagai ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus bagaimana
lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan yang baik dan bagaimana
lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak,
khususnya dalam keluarga. Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang
tua, meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur,
samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice)
yang ideal bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca,
menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik,
menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan adanya
gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi
dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
Aspek biokimia
Pada subyek normal, biasanya konsentrasi norepinefrin dan denyut jantung meningkat dan
setelah itu kembali normal (paling lama 15 menit). Sedangkan pada penderita fobia,
peningkatan denyut jantung jauh lebih tinggi dan kembalinya ke keadaan normal juga lebih
lama.Peningkatan thyrotropin releasing hormone (TRH) juga ditemukan pada pasien dengan
fobia . Pemberian yohimbin (stimulansia) dapat meningkatkan anksietas dan juga dikaitkan
dengan peningkatan konsentrasi plasma MHPG - suatu hasil metabolit norepinefrin. Serangan
panik pada pemberian infus laktat atau inhalasi CO2kepada pasien fobia lebih jarang jika
dibandingkan dengan pasien dengan gangguan panik. Kafein tidak memprovokasi terjadinya
kecemasan pada pasien dengan fobia. Pentagastrin dapat menginduksi serangan panik pada
fobia dan kejadiannya hampir sama dengan yang ditemukan pada pasien dengan gangguan
panik.
Sistem Dopaminergik
Kadar dopamin prefrontal diduga sebagai penyebab utama ekspresi anxietas. Enzim catechol-
o-methyltranferase (COMT) berfungsi mengkatalisir degradasi dopamin. Polimorfisme gen
COMT menyebabkan substitusi metionin ke valine. Peningkatan aktivitas allele valine dapat
meningkatkan metabolisme dopamin dan meningkatkan risiko anksietas fobik. Oleh karena
itu, polimorfisme COMT dikaitkan dengan terjadinya anksietas fobik. Perbaikan klinis
setelah pemberian obat golongan monoamine oxidase inhibitor(MAOI) menunjukkan
bahwaterjadi defisiensi dopamin pada fobia . Selain itu, pemberian MAOI juga lebih efektif
bila dibandingkan dengan trisiklik. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa dopamin berperan
pada fobia.pada single photon emission computed tomography (SPECT)terlihat penurunan
densitas dopamin di striatum. Pemeriksaan dengan magnetic resonance spectroscopy
menunjukkan adanya penurunan aktivitas energi seluler, neuronal, dan fungsi membran di
daerah ganglia basalis. Terdapat pula pengurangan ukuran putamen pada penderita fobia
(dilihat dengan magnetic resonance imaging). Kedua regio ini kaya dengan dopamin.
Sistem Serotonin
Pelepasan serotonin dapat berefek anksiogenik atau anksiolitik. Hal ini sangat bergantung
dari regio dan subtipe reseptor yang diaktivasi. Sebagian besar efek anksiogenik
dimediasi oleh serotonin 2A(5-HT2A) sedangkan anksiolitik oleh stimulasi 5HT1A. Tidak
terlihat adanya perbedaan respons prolaktin terhadap fenfluramin antara pasien dengan fobia
dengan normal.

3. KLASIFIKASI FOBIA
1. Fobia spesifik
Rasa takut yang intens dipicu oleh suatu obyek tertentu atau situasi tertentu.Misalnya,
laba-laba, ular, anjing, kodok, guntur.
2. Fobia non spesifik
Ketakutan yang lebih umum,hampir sama seperti fobia spesifik,tapi terdapat adanya
sesuatu yang menjadi yang kurang nyata. Seperti contohnya Agoraphobia - takut ruang
terbuka atau tempat umum.
4. Sosial fobia
Sosial fobia (SP) merupakan masalah kesehatan mental dengan menonaktifkan
karakteristik. Yang paling umum adalah takut dihina atau diejek dalam situasi social lebih
sering pada wanita dan kemungkinan untuk onset pada masa remaja, walaupun banyak orang
dewasa laporan mengalami gejala SP sejak kecil memiliki risiko lebih tinggi mengalami
komorbiditas psikiatri seperti gangguan kecemasan umum, depresi diagnosis, fobia spesifik,
dan ketergantungan zat psikoaktif (misalnya, alkohol atau obat penenang . Selain itu, banyak
SP individu memiliki karakteristik gangguan kepribadian avoidant (APD). Ada beberapa
faktor yang terkait dengan etiologi SP. Keluarga penelitian telah menunjukkan pola agregasi
keluarga, warisan polygenic.neuroimaging Fungsional, dilakukan menggunakan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) atau positron-emisi tomography (PET), telah menunjukkan
hiperstimulasi temporal struktur (amigdala, korteks prefrontal, hipokampus, dan striatum).
genetik dan neurobiologis menghubungan antara inhibisi perilaku (BI) - yang meliputi
introvert, rasa malu, menghindari, dan takut aneh manusia dan benda - pada bayi dan anak-
anak kecil dan remaja atau awal dewasa. BI adalah sifat kepribadian didefinisikan sebagai
kecenderungan individu untuk menjauh dari hal baru. Perilaku menghambat anak-anak empat
sampai lima kali lebih mungkin untuk mengembangkan SP. faktor-faktor lingkungan seperti
sosial inhibisi dengan perlindungan berlebihan dan tanggapan kontrol oleh orang tua.
Subtipe fobia sosial yaitu spesifik dan umum (generalized social phobia).
Fobia sosial umum dikaitkan dengan gangguan fungsi (pekerjaan dan sosial) dan kualitas
hidup sepertirendahnya pendidikan, penghasilan serta kurangnya dukungan sosial dan
buruknya hubungan perkawinan.
Gejala fobia sosial dapat berupa takut berbicara di depan umum atau di kelompok kecil
meskipun orang-orangnya sudah dikenal, takut makan di restoran, menulis di depan umum,
berbicara dengan orang asing atau baru, bergabung dengan kelompok sosial, atau berhadapan
dengan orang yang memiliki otoritas. Fobia sosial biasanya disertai dengan harga diri yang
rendah dan takut akan dikritik. Keluhan dapat berupa rasa malu (wajah merah), tangan
gemetar, mual, atau ingin buang air kecil, bila berhadapan dengan kelompok sosial. Pasien
cenderung menghindar dan pada keadaan ekstrim dapat terjadi isolasi sosial total.

4. JENIS FOBIA
* Ablutophobia - takut mandi, mencuci, atau membersihkan.
* Acrophobia, Altophobia - takut ketinggian.
* Agoraphobia, Agoraphobia Tanpa Sejarah Panic Disorder - takut tempat atau peristiwa
di mana melarikan diri tidak mungkin atau ketika bantuan tidak
tersedia.
* Agraphobia - takut pelecehan seksual.
* Aichmophobia - takut benda tajam atau penunjuk (seperti jarum atau pisau).
* Algophobia - takut sakit.
* Agyrophobia - takut melintasi jalan.
* Androphobia - takut pria.
* Anthropophobia - takut orang atau berada di sebuah perusahaan, suatu bentuk fobia
sosial.
* Anthophobia - takut bunga.
* Aquaphobia - takut air. Berbeda dari penyakit anjing gila, sebuah properti ilmiah yang
membuat bahan kimia menolak untuk interaksi dengan air, juga sebagai nama kuno
untuk rabies.
* Arachnofobia - takut laba-laba.
* Astraphobia, Astrapophobia, Brontophobia, Keraunophobia - takut guntur, petir dan
badai, terutama sering terjadi pada anak muda.
* Atychiphobia - takut gagal.
* Aviophobia, Aviatophobia - takut terbang.
* Bacillophobia, Bacteriophobia, Microbiophobia - takut mikroba dan bakteri.
* Bathophobia - Fear of kedalaman.
* Chorophobia - takut menari.
* Cibophobia, Sitophobia - keengganan untuk makanan, sinonim untuk Anorexia
nervosa.
* Claustrophobia - takut memiliki jalan keluar dan masuk ditutup.
* Coulrophobia - takut badut (tidak terbatas pada badut jahat).
* Decidophobia - takut membuat keputusan.
* Dental fobia, Dentophobia, Odontophobia - takut dokter gigi dan prosedur dental
* Disposophobia, lebih dikenal sebagai "penimbunan kompulsif" - takut akan
menyingkirkan atau kehilangan sesuatu.
* Dysmorphophobia, atau badan gangguan dismorfik - obsesi fobia dengan cacat tubuh
nyata atau imajiner.
* Emetophobia - takut muntah.
* Epistaxiophobia - takut Mimisan.
* Ergasiophobia, Ergophobia - takut kerja atau fungsi, atau takut bedah operasi.
* Ergophobia - takut bekerja atau berfungsi.
* Erotophobia - takut cinta seksual atau pertanyaan seksual.
* Erythrophobia - memerah patologis.
* Gelotophobia - takut ditertawakan.
* Gephyrophobia - takut jembatan.
* Genophobia, Coitophobia - takut hubungan seksual.
* Gerascophobia - takut menjadi tua atau penuaan.
* Gerontophobia - takut menjadi tua, atau kebencian atau ketakutan pada lansia.
* Glossophobia - takut berbicara di depan umum atau mencoba untuk berbicara.
* Gymnophobia - takut ketelanjangan.
* Gynophobia - takut perempuan.
* Halitophobia - takut bau mulut.
* Haptephobia - takut disentuh.
* Heliophobia - takut sinar matahari.
* Hemophobia, Haemophobia - takut darah.
* Hexakosioihexekontahexaphobia - takut angka 666.
* Hoplophobia - takut senjata, khususnya senjata api (Umumnya istilah politik tetapi
fobia klinis juga didokumentasikan).
* Hylophobia - takut pohon, hutan atau kayu.
* Kinemortophobia - takut akan undead zombie khusus.
* Koumpounophobia - takut jahit tombol.
* Ligyrophobia - takut suara keras.
* Lipophobia - takut / menghindari lemak dalam makanan.
* Megalophobia - takut benda besar / besar.
* Mysophobia - takut kuman, kontaminasi atau kotoran.
* Necrophobia - takut kematian dan / atau mati.
* Neophobia, Cainophobia, Cainotophobia, Cenophobia, Centophobia, Kainolophobia,
Kainophobia - takut kebaruan, kebaruan.
* Nomatophobia - takut nama.
* Nomophobia - takut dari kontak ponsel.
* Nosophobia - takut tertular penyakit.
* Nosocomephobia - takut rumah sakit.
* Nostophobia - takut pulang ke rumah.
* Nyctophobia, Achluophobia, Lygophobia, Scotophobia - takut akan kegelapan.
* Oikophobia - takut lingkungan rumah dan peralatan rumah tangga.
* Osmophobia, Olfactophobia - takut bau.
* Panphobia - ketakutan dari segala sesuatu atau takut konstan dari penyebab yang tidak
diketahui.
* Phasmophobia - takut hantu.
* Phagophobia - takut menelan.
* Pharmacophobia - sama seperti fobia obat.
* Philophobia - takut cinta.
* Phobophobia - takut memiliki fobia.
* Phonophobia - takut suara keras.
* Porphyrophobia - takut warna ungu.
* Pyrophobia - takut api.
* Radiophobia - takut radioaktivitas atau sinar-X.
* Sociophobia - takut orang atau situasi sosial.
* Scolionophobia - takut sekolah.
* Scopophobia - takut memandang atau menatap.
* Somniphobia - takut tidur.
* Spectrophobia - takut cermin dan refleksi sendiri.
* Taphophobia - takut kuburan, atau takut ditempatkan di kuburan saat masih hidup.
* Technophobia - takut teknologi (lihat juga Luddite).
* Telepon fobia - ketakutan atau keengganan membuat atau menerima panggilan telepon.
* Tetraphobia - takut angka 4.
* Thanatophobia - takut mati.
* Thermophobia - takut panas.
* Tokophobia - takut melahirkan.
* Traumatophobia - sinonim untuk fobia cedera: takut mengalami cedera.
* Triskaidekaphobia, Terdekaphobia - takut angka 13.
* Trypanophobia, Belonephobia, Enetophobia - takut jarum atau suntikan.
* Work place fobia - takut tempat kerja.
* Xenophobia - takut orang asing, orang asing, atau alien.
* Xylophobia, Hylophobia, Ylophobia - takut pohon, hutan atau kayu.

Animal fobia dan Zoophobia


* Ailurophobia - takut / tidak suka kucing.
* Apiphobia - takut / tidak suka dari lebah (juga dikenal sebagai melissophobia, dari
"lebah" Melissa Yunani).
* Arachnofobia - takut / tidak suka laba-laba dan arakhnida lainnya.
* Chiroptophobia - takut / tidak suka kelelawar.
* Cynophobia - takut / tidak suka anjing.
* Entomophobia - takut / tidak suka serangga.
* Equinophobia - takut / tidak suka kuda (juga dikenal sebagai hippophobia).
* Galeophobia - takut hiu.
* Herpetophobia - takut / tidak suka reptil dan / atau amfibi.
* Ichthyophobia - takut / tidak suka ikan.
* Musophobia - takut / tidak suka tikus dan / atau tikus.
* Ophidiophobia - takut / tidak suka ular.
* Ornithophobia - takut / tidak suka burung.
* Scoleciphobia - takut cacing.

Kondisi Non-psikologis
* Fotofobia - hipersensitif terhadap cahaya menyebabkan kebencian terhadap cahaya.
* Phonophobia - hipersensitivitas terhadap suara menyebabkan keengganan untuk suara.
* Osmophobia - hipersensitivitas untuk bau menyebabkan keengganan untuk bau.

Biologi dan kimiawi


* Acidophobia / Acidophobic - preferensi untuk kondisi non-asam.
* Heliophobia / yg menakut cahaya - keengganan untuk sinar matahari.
* Penyakit anjing gila / hidrofobik - properti dari yang ditolak oleh air.
* Lipophobicity - properti penolakan lemak.
* Ombrophobia - menghindari hujan.
* Fotofobia (biologi) suatu phototaxis negatif atau respons Phototropism Fototropisme,
atau kecenderungan untuk tetap keluar dari cahaya
* Superhydrophobe - properti yang diberikan kepada bahan-bahan yang sangat sulit
untuk mendapatkan basah.
* Thermophobia - keengganan untuk panas.

Prasangka dan diskriminasi


Daftar istilah anti-etnis. The fobia akhiran-digunakan untuk istilah koin yang
menunjukkan sentimen anti-etnik atau anti-demografis tertentu, seperti
Americanophobia, Europhobia, Francophobia, Hispanophobia, dan Indophobia.
Seringkali sinonim dengan awalan "anti-" sudah ada (misalnya, Polonophobia vs anti
Polonism). sentimen anti-agama disajikan dalam istilah seperti Christianophobia dan
Islamophobia. Kadang-kadang istilah sendiri bahkan bisa dianggap rasis,seperti dengan
"rasa benci kpd orang Negro."

prasangka lainnya termasuk:

* Biphobia - takut / tidak suka dari biseksual.


* Christianophobia - takut / tidak suka orang Kristen
* Ephebiphobia - takut / tidak suka pemuda.
* Gerontophobia, Gerascophobia - takut / tidak suka dari penuaan atau orang tua.
* Heterophobia - takut / tidak suka dari heteroseksual.
* Homofobia - takut / tidak suka dari homoseksualitas atau homoseksual.
* Islamofobia - takut / tidak suka umat Islam
* Judeophobia - takut / tidak suka orang Yahudi.
* Lesbophobia - takut / tidak suka dari lesbian.
* Pedophobia, Pediophobia - takut / tidak suka anak-anak.
* Psychophobia - takut / tidak suka penyakit mental atau sakit mental.
* Transphobia - takut / tidak suka orang transgender atau transeksual.
* Xenophobia - takut / tidak suka orang asing
BAB III TANDA DAN GEJALA UMUM
* Sesak napas atau terasa tercekik
* Palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung cepat
* Nyeri dada atau ketidaknyamanan
* Gemetar
* Perasaan tersedak
* Berkeringat
* Mual atau tekanan perut
* Merasa goyah, pusing, atau pingsan
* Perasaan tak nyata atau yang terpisah dari diri
* Takut kehilangan kontrol atau gila
* Takut mati
* Mati rasa atau sensasi kesemutan
* Panas atau dingin bergantian
* Takut pingsan
BAB IV KRITERIA DIAGNOSA

I. Kriteria diagnostik menurut PPDGJ-III:


1. Agorafobia:
 Semua criteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari ansietas dan bukan sekunder dari gejala-gejala
seperti misalnya waham atau pikiran obsesif,
b) Ansietas yang timbul terbatas pada setidaknya dua dari situasi berikut:
banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan
bepergian sendiri, dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol (penderita menjadi “house bond”)
2. Fobia sosial:
 Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain
seperti misalnya waham atau pikiran obsesif,
b) Ansietas harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu
(outside the family circle); dan
c) Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang
menonjol.
 Bila terlalu sulit membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia,
hendaknya diutamakan diagnosis agorafobia.
3. Fobia Khas (terisolasi):
 Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
a) Gejala psikologis, perilaku, atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
b) Ansietasnya harus terbatas pada objek atau situasi fobik tertentu (highly
specific situasions); dan
c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
 Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti
halnya agorafobia dan fobia sosial.

II. Kriteria Diagnosis Menurut DSM IV


Kriteria untuk Agorafobia

Catatan : Agorafobia bukan merupakan gangguan yang dapat dituliskan. Tuliskan diagnosis
spesifik dimana agoraphobia panik terjadi (misalnya,gangguan panik dengan agoraphobia
atau agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik).

A. Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dari mana kemungkinan sulit
meloloskan diri (atau merasa malu) atau dimana mungkin tidak terdapat pertolongan
jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik yang tidak diharapkan atau
disebabkan oleh situasi. Rasa takut agorafobik biasanya mengenai kumpulan situasi
karakteristik seperti dirumah sendirian ; berada di tempat ramai atau berdiri disebuah
barisan ; berada di atas jembatan ; atau bepergian dengan bis,kereta,atau mobil.
Catatan : pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika penghindaran adalah terbatas
pada satu atau hanya beberapa situasi spesifik,atau fobia sosial jika penghindaran
terbatas pada situasi sosial.
B. Situasi dihindari (misalnya,jarang bepergian ) atau jika dilakukan adalah dilakukan
dengan penderitaan yang jelas atau dengan kecemasan akan mendapatkan serangan
panik atau gejala mirip panik,atau perlu didampingi teman.
C. Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan
mental lain, seperti fobia sosial (misalnya penghindaran terbatas pada situasi sosial
karena rasa takut terhadap situasi tertentu seperti di elevator), gangguan obsessive
compulsive (misalnya menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang
kontaminasi),gangguan stres pasca traumatic (misalnya menghindari stimuli yang
berhubungan dengan stressor yang berat), atau gangguan cemas perpisahan (misalnya
menghindari,meninggalkan rumah atau snak saudara).

Kriteria Diagnostik untuk Agorafobia dengan gangguan panik

A. Baik (1) dan (2)

(1). Serangan panik rekuren yang tidak diharapkan

(2). Sekurangnya satu serangan yang ikuti oleh sekurangnya satu bulan (atau lebih)
berikut ini :

a. kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan

b. ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya( misalnya kehilangan


kendali,menderita serangan jantung, “menjadi gila”)
c. perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan.

B. Terdapat agoraphobia
C. Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya obat yang
disalahgunakan.medikasi ) atau suatu kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme)
D. Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain, seperti fobia
sosial (misalnya terjadi saat mengalami situasi sosial yang ditakuti),fobia spesifik
(misalnya mengalami situasi fobik tertentu),gangguan obsessive compulsive
(misalnya terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi),
gangguan stress paska traumatic (misalnya sebagai respon terhadap stimuli yang
berhubungan dengan stressor parah, atau gangguan cemas parah, atau gangguan
cemas perpisahan (misalnya sebagai respon jauh dari rumah atau sanak saudara dekat)

Kriteria diagnosis untuk agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik

A. Adanya agoraphobia berhubungan dengan rasa takut mengalami gejala mirip panik
(misalnya pusing atau diare)
B. Tidak pernah memenuhi criteria atau gangguan panik
C. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
D. Jika ditemukan suatu kondisi medis umum yang berhubungan, rasa takut yang
dijelaskan dalam criteria A jelas melebihi dari apa yang bisanya berhubungan dengan
kondisi.

Kriteria Diagnosis unruk Fobia Spesifik

A. Rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak beralasan, ditunjukkan
oleh adanya atau antisipasi suatu objek atau situasi tertentu (misalnya naik pesawat
terbang,ketinggian, binatang, mendapatkan suntikan,melihat darah).
B. Pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan yang
segera, yang dapat berupa serangan panic yang berhubunagn dengan situasi atau di
predisposisiskan oleh situasi.catatan : Pada anak – anak kecemasan dapat di
ekspresikan oleh menangis,tantrum, membeku, atau menggendong.
C. Orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan :
pada anak – anak,ciri ini mungkin tidak ada.
D. Situasi fobik dihindari,atau jika tidak dapat dihindari,dihadapi dengan kecemasan
atau penderitaan yang kuat.
E. Penghindaran, antisipasi kecemasan,atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti
secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau
akademik), atau aktifitas social atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat
penderitaan yang jelas karena menderita fobia.
F. Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun,durasi sekurangnya adalah 6 bulan.
G. Kecemasan,serangan panic,atau penghindaran fobik berhubungan dengan objek atau
situasi spesifik adalah tidak lebih baik dierangkan oleh gangguanmental lain,seperti
gangguan obsesif- kompulsif (misalnya takut kepada kotoran pada seseorang dengan
obsesi tentang kontaminasi), gangguan stress pasca traumatik ( misalnya menghindari
stimuli yang berhubungan dengan stressor yang berat). Gangguan cemas perpisahan
(misalnya menghindari sekolah), fobia social (misalnya menghindari situasi social
karena takut merasa malu), gangguan panic dengan agoraphobia, atau agoraphobia
tanpa riwayat gangguan panik.

Kriteria diagnostik untuk fobia sosial adalah:

A. Ketakutan yang mencolok dan menetap pada satu atau lebih situasi atau performa
sosial yang mana seseorang di ekspose pada orang-orang yang tidak familiar atau
pada kemungkinan diperhatikan secara cermat oleh orang lain. Ketakutan individual
yang membuat orang tersebut akan beraksi pada cara tertentu (atau menunjukkan
simtom kecemasan) yang akan membuatnya merasa dipermalukan. Catatan: pada
anak-anak, harus terdapat bukti dari kapasitas hubungan sosial untuk anak seusianya
dan orang-orang yang dikenal dan kecemasan harus terjadi dalam setting teman
sebaya, tidak hanya pada interaksi dengan orang dewasa.
B. Paparan pada situasi sosial hampir selalu menimbulkan kecemasan, yang mana
mungkin berbentuk kecenderungan serangan panik. Catatan: pada anak-anak,
kecemasan dapat diekspresikan dengan menangis, tantrum, membeku, atau malu-malu
dari situasi sosial dengan orang-orang yang tidak familiar.
C. Orang mengenali bahwa ketakutannya berlebihan atau tidak masuk akal. Catatan:
pada anak-anak, ciri ini mungkin tidak muncul.
D. Situasi atau performa sosial yang ditakutkan dihindari atau ditahan dengan kecemasan
atau distress yang intens.
E. Penghindaran, antisipasi kecemasan, atau distress dalam situasi atau performa sosial
yang ditakuti mengganggu aktivitas normal rutin, fungsi akademik, atau aktivitas atau
hubungan sosial secara signifikan atau terdapat distress yang mencolok karena
memiliki fobia.
F. Pada individu dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan
G. Ketakutan atau penghindaran bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan obat, pengobatan) atau kondisi medis umum dan lebih baik
tidak dilaporkan dengan gangguan mental lain (misalnya gangguan panik dengan atau
tanpa agorafobia, gangguan separation anxiety, gangguan tubuh dismorfik, gangguan
perkembangan pervasif, atau gangguan kepribadian skizoid).
H. Jika terdapat kondisi medis secara umum atau gangguan mental lain, ketakutan dalam
kriteria A tidak berkaitan pada penyakit tersebut, misalnya ketakutan bukan dari
gagap gemetar pada penyakit Parkinson, atau menunjukkan perilaku makan yang
abnormal pada Anorexia Nervosa atau Bulimia Nervosa.

Kriteria menurut ICD 10


Gangguan kecemasan fobia
Sekelompok gangguan kecemasan di mana hanya ditimbulkan, atau sebagian besar, yang
dapat saja muncul dalan situasi yang tidak berbahaya. Karakteristik dari situasi ini dilakukan
pencegahan atau pertahanan dengan ketakutan. Pada pasien yang dilakukan perawatan khusus
yaitu pada individu seperti jantung berdebar atau merasa pingsan dan sering ketakutan
sekunder terkait dengan kematian, kehilangan kontrol, atau gila. Menjadi terdiagnosis fobia
ketika menjadi kecemasan yang antisipatif. Kecemasan fobia dan depresi seringkali menjadi
berhubungan. ketika dua diagnosis ini, kecemasan fobia dan episode depresi, terjadi, atau
hanya satu, yang dibedakan oleh waktu terjadinya dari dua kondisi dan dua pertimbangan
penatalaksanaan pada saat konsultasi.

F40.0 Agoraphobia

Dapat dijabarkan dengan baik bahwa kelompok fobia meliputi ketakutan meninggalkan
rumah, memasuki toko, orang banyak dan tempat-tempat umum, atau bepergian sendirian di
kereta api, bus atau pesawat. gangguan panik terjadi dalam bentuk berulang untuk yang
kedua kalinya pada episode sekarang dan masa lalu. Gejala depresi dan obsesi serta fobia
sosial juga biasanya terdapat sebagai gejala tambahan. Menghindari situasi fobia seringkali
terlihat, dan ada beberapa agrofobia dengan sedikit kecemasan karena mampu untuk
mengatasi situasi fobia.
Agoraphobia tanpa sejarah gangguan panik gangguan panik
Gangguan panik dengan agoraphobia

Takut pengawasan oleh orang lain yang mengarah sehingga menghindari situasi sosial. Fobia
sosial yang lebih besar biasanya terkait dengan harga diri rendah dan rasa takut kritik.
Mereka mungkin terlihat dengan keluhan wajah kemerahan, tangan tremor, mual, atau
keinginan berkemih, pasien kadang berpikir itu salah satu gejala sekunder dari kecemasan
mereka yang merupakan masalah utama. Gejala mungkin bertambah menjadi panik serangan.
Anthropophobia
Sosial neurosis

F 40.1 Fobia spesifik (terisolasi)

Fobia dibatasi untuk situasi khusus yang sangat spesifik seperti berdekatan dengan hewan,
ketinggian, guntur, kegelapan, terbang, ruang tertutup, buang air kecil atau buang air besar di
toilet umum, makan makanan tertentu, dokter gigi, atau melihat darah atau cedera. Meskipun
situasi yang memicu kontak nyata itu dapat membangkitkan panik seperti di agoraphobia
atau fobia sosial.
Acrophobia
Animal fobia
Claustrophobia
Simple fobia
Tidak termasuk: dysmorphophobia (nondelusional) (F45.2)
Nosophobia (F45.2)
F40.8 gangguan kecemasan fobia lainnya
F40.9 gangguan kecemasan fobia, tak tergolongkan
Phobia NOS

Phobia state NOS


BAB V PENATALAKSANAAN
1. Self-help
Untuk mengatasi fobia itu baik untuk disiplin diri Anda untuk menyesuaikan diri
secara bertahap.Hal ini disebut desensitisasi atau eksposur dinilai. Terapi meliputi
teknik relaksasi dan terapi kelompok mana orang berbagi pengalaman mereka.

2. Psikoterapi
 Terapi perilaku kognitif
Yang di sebut desensitisasi sistematis atau terapi eksposur. Digunakan
dalam terapi termasuk gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan
kepribadian, gangguan makan, gangguan penyalahgunaan zat, dan
gangguan psikotik. Kognisi pikiran dan kognitif. terapi melibatkan
proses mengetahui atau mengidentifikasi, memahami atau memiliki
wawasan ke dalam proses berpikir yang maladatif dan keyakinan yang
mendasari pemikiran tersebut. Yang diharapkan dapat menjadi
aktif,masalah terfokus,dan tujuan terarah. Mengajari tentang fobia -
penyebabnya, hasilnya dan bagaimana dapat ditangani. Terapi
pemaparan yang paling sering digunakan melibatkan pertemuan
bertahap dengan objek ketakutan-memproduksi, pertama dalam
imajinasi dan kemudian dalam kenyataannya.

3. Desensitisasi
suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau cemas dengan cara memberikan
rangsangan yang membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan
tersebut diberikan terus, sampai menjadi tidak takut atau cemas lagi.

Ada beberapa teknik dari desensitisasi :


- Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim.
Contohnya : si penderita phobia yang takut kepada anjing (cynophobia), dimasukkan
ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak ketakutan lagi.

- Desensitisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan.


Contohnya : si penderita phobia yang takut akan anjing disuruh rileks dan
membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si penderita didatangi
oleh anjing-anjing lucu dan jinak.

- Abreaksi: secara bertahap dengan objek mulai dari imajinasi dan kemudian dalam
kenyataan.
Contoh :si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk
melihat gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian
dilanjutkan dengan melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat
perlahan-lahan. Bila tidak ada halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang
anjing dan bila phobia-nya hilang mereka akan dapat bermain-main dengan anjing..

- Reframing: berimajinasi pada awal phobia terjadi.


Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana
permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia
baru yang tidak takut lagi pada phobianya.

4. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan


phobia.

5. Farmakoterapi
 D-cycloserine
senyawa D-cycloserine, bekerja pada reseptor NMDA. Yang
meningkatkan aktivitas dari reseptor, meningkatkan kemampuan tikus
menaklukkan ketakutan mereka. dapat mengurangi jumlah terapi
perilaku yang dibutuhkan untuk membantu orang mengatasi mereka
fobia.Dosis pemberian 50 mg.

 Beta-blocker
Beta-blocker kontrol beberapa gejala fisik kecemasan, seperti gemetar dan
berkeringat. Propranolol (Inderal) adalah beta-blocker biasanya digunakan
untuk merawat kondisi jantung dan tekanan darah tinggi. Obat ini juga
membantu orang yang memiliki masalah fisik yang berkaitan dengan
kecemasan. Sebagai contoh, ketika seseorang dengan fobia sosial harus
menghadapi situasi stres, seperti memberikan pidato, atau menghadiri
pertemuan penting, dokter mungkin meresepkan beta-blocker. Minum obat
untuk jangka waktu yang singkat dapat membantu orang menjaga gejala fisik
di bawah kontrol.

Efek samping yang umum dari beta-blocker meliputi:


* Kelelahan
* Dingin tangan
* Pusing
* Kelemahan.
Selain itu, beta-blocker umumnya tidak dianjurkan bagi penderita asma atau
diabetes karena mereka dapat memperburuk gejala.

 Monoamine Oksidase Inhibitor


Moclobemide ditoleransi dengan baik dan pada pemakaiannya tidak perlu diet
pembatasan tiramin. Obat ini menjadi pilihan pertama (first-line treatment choice)
untuk pengobatan fobia. Komorbiditas gangguan panik dengan fobia juga dapat
efektif diatasi dengan moclobemide. Dosis moclobemide 450 mg/hari. Ia efektif
dan aman.
Efek samping
nyeri kepala, pusing, mual, insomnia dan mulut kering. Moclobemide tidak
menimbulkan ketergantungan. Insiden insomnia, disfungsi seksual dan
penambahan berat badan sangat jarang terjadi pada pemakaian moclobemide.

 Selektif Serotonin Reuptake (SSRI)


Golongan SSRI seperti citalopram, fluvoxamine, paroxetine, sertraline, menjadi
pilihan alternatif untuk fobia karena sebagian menyatakan bahwa SSRI merupakan
obat pilihan pertama.

1. CITALOPRAM
Citalopram dapat diberikan oral dan intravena (iv). Dosis 20mg/hari merupakan
dosis maksimum untuk pasien tua dan pasien dengan gangguan hati.
Efek samping
Mual,keluhan mual juga ditemukan saat penghentian obat. Mual bersifat sementara
dan sangat berhubungan dengan dosis; dapat dikurangi risikonya jika meminum obat
bersama makanan dan memulai pengobatan dengan dosis rendah (10 mg). Mulut
kering dan diare, tremor dan pusing, mengantuk dan berkeringat, adanya pengaruh
disfungsi seksual yang sama dengan SSRI lainnya.
Dosis dan pemberian
Citalopram tersedia dalam bentuk tablet 20 dan 40 mg. Dosis anjuran untuk fobia
adalah 40 mg per hari. Untuk pasien yang sensitif dengan citalopram atau SSRIs lain
sebaiknya dimulai dengan dosis rendah yaitu 10 mg dan dinaikkan setelah 4 atau 6
hari.
2. FLUOXETINE
Efek samping
Menimbulkan mual yang sangat dipengaruhi dosis. Pemberian obat bersama
makanan dan mengurangi dosis dapat mengurangi rasa mual.Terdapat gatal-gatal
dan banyak keringat.Ketegangan, insomnia, mengantuk, pusing, tremor, dan
keletihan.
Dosis dan Pemberian
Tersedia dalam bentuk tablet 20 dan 40 mg. Selain itu, juga tersedia dalam bentuk
larutan, 20 mg per ml. Dosis awal 10 mg pada anak-anak, remaja dan orang tua.
Penyesuaian dosis bergantung pada respons klinik dan toleransi efek samping.

3. FLUVOXAMINE
Efek samping
Sama dengan SSRI lain, dapat menimbulkan mual, terutama pada awal pemberian.
Diare atau konstipasi lebih jarang terjadi daripada pada SSRIs lain. Dapat ditemukan
insomnia, mengantuk, mulut kering, kegelisahan, pusing, tremor, dan anxietas dan
nyeri kepala.
Dosis dan Pemberian
Tersedia dalam tablet 25, 50, dan 100 mg. Dosis efektif untuk fobia berkisar antara
50 dan 150 mg per hari. Orang tua dosisnya lebih rendah.
4. PAROXETINE
Paroxetine diabsorbsi secara oral dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Paroxetine
mempunyai afinitas kolinergik yang cukup signifikan, yang menyebabkan keluhan
mulut kering, konstipasi, dan mata kabur. Walaupun demikian, bila dibandingkan
dengan trisiklik, efek samping paroxetine jauh lebih rendah. Baik penderita
gangguan ginjal maupun gangguan hati sebaiknya menggunakan dosis kecil (10 mg
per hari). Pada orang tua, dosis 20, 30, dan 40 mg dapat meningkatkan konsentrasi
plasma sekitar 70-80 % lebih tinggi. Gangguan dan hati dapat meningkatkan
konsentrasi plasma. Oleh karena itu, dosis awal mesti lebih kecil yaitu 10 mg per
hari.
Efek samping
Keluhan mual hampir sama dengan SSRIs lain. Kadang-kadang ditemukan diare
atau konstipasi. Sedasi, insomnia, tremor, dan pusing. Sedasi dan insomnia dapat
diatasi dengan pemberian obat pada pagi hari atau mau tidur. Pengaruh lain astenia
dan sakit kepala.
5. SERTRALIN
Sertraline efektif untuk pengobatan fobia , diabsorbsi secara oral.
Efek samping
Mual. diare. nyeri kepala jarang terjadi. Insomnia, mengantuk, tegang, anksietas,
agitasi, menguap, dan gangguan konsentrasi sering ditemukan pada sertraline,pusing
dan tremor.
Dosis dan pemberian
Tersedia dalam bentuk tablet 25, 50, dan 100 mg. Dosis awal 25 mg dan setelah 4-7
hari dosis dapat dinaikkan. Dosis anjuran 50 mg per hari

6. BENZODIAZEPINE
Benzodiazepine, seperti alprazolam dan clonazepam juga efektif untuk fobia . Efek
samping benzodiazepin lebih ringan, mula kerjanya cepat tetapi responsnya kurang
dan jika obat dihentikan kekambuhan cepat terjadi. Pada gangguan panik, pada
dosis terapeutik toleransi jarang terjadi. Dosis awal dan terapeutik benzodiazepin
untuk fobia sama dengan untuk gangguan panik. dosis per hari 1 mg. maksimum
sekitar 3 mg per hari untuk orang dewasa,. Rata-rata waktu paruh 6-20 jam. Obat ini
berpotensi menimbulkan ketergantungan sehingga penghentiannya dapat
membangkitkan kembali gejala awal penyakit. Selain itu, obat ini juga
menimbulkan rasa kantuk di siang hari. Meskipun relatif kurang menimbulkan
toksisitas pada keadaan kelebihan dosis, penggunaan bersama dengan alkohol dapat
fatal. Benzodiazepin lebih dianjurkan untuk menghilangkan anksietas berat dalam
penggunaan jangka pendek

.Pemberian kronik obat-obat benzodiazepin dapat menimbulkan toleransi, terutama


dosis sedasi dan antikonvulsi. Walaupun demikian, toleransi dengan dosis anksiolitik
jarang terjadi. Secara klinik efek anksiolitik didapat dengan pemberian
benzodiazepin dosis rendah, sedangkan efek sedasi didapat pada pemakaian dosis
besar. Kelebihan dosis bisa menyebabkan ataksia atau pembicaran tidak jelas
(slurred). Benzodiazepin dengan potensi tinggi juga dapat menimbulkan
ketergantungan dan penghentian bisa menyebabkan sindroma putus obat, baik gejala
pisik maupun psikologik seperti mengantuk, cemas, kesemutan. Pada beberapa kasus
dapat terjadi kejang.

Walaupun demikian, efek samping akibat penggunaan benzodiazepin dengan waktu


paruh panjang (misalnya sedasi dan bingung) juga berlangsung lebih lama bila
dibandingkan dengan benzodiazepin yang waktu paruhnya pendek. Oleh karena itu,
orang tua dianjurkan menggunakan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek atau
sedang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock’s. 2007. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clini-cal


Psychiatry. 10th Edition : Jilid 1. Penerbit : Lippincott Williams & Wilkins.

2. Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi 2. Surabaya : Airlangga


University Press. [15 april 2011]

3. Ronald M. Rapee,Susan H. Spence. 2004. The etiology of social phobia .


http://www.sciencedirect.com.

4. Lígia M Ito,Miréia C Roso, Shilpee Tiwari,Philip C Kendall,2 Fernando R Asbahr.


2008. Cognitive-behavioral therapy in social phobia . http:// http://www.nami.org.[15
April 2011]

5. Pedoman Diagnosis dan Terapi Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. Edisi
III.2004

6. National Institute Of Mental Health. 2008.Mental Health


Medications.http://www.nimh.nih.gov/health/publications/mental-health-medications
[15 April 2011]

7. National Institute Of Mental Health. 2011.Mental Health Medications.


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/phobia [15 April 2011]

8. WHO. 1992. International Statistical Classification of related Health Problems. Revisi 10.
[19 April 2011]

9. Nurmiati Amir. 2007. Diagnosis dan Penggunaan Psikofarmaka pada Fobia Sosial.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/156_10DiagnosisPenggunaanPsikofarmakaFobi
aSosial.pdf/156_10DiagnosisPenggunaanPsikofarmakaFobiaSosial.html
REFERAT
FOBIA

Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik


Lab/SMF Ilmu Kesehatan jiwa
Disusun oleh:
I Gusti Ayu Sutrisna W (04 07 0251)
Yoga Sugiri (02 07 0127)
Freddy C Manuputty (032010101073)

Dokter Pembimbing:

dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

LAB/ SMF ILMU KESEHATAN JIWA


RSD dr. SOEBANDI - JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2011

Anda mungkin juga menyukai