Anda di halaman 1dari 35

Muhamad Ferry Kamaruzaman

04011281722065

LEARNING ISSUES GANGGUAN KEPRIBADIAN

PENDAHULUAN

Dalam menjalani kehidupannya sejak kecil , remaja , dewasa hingga lanjut usia,
seseorang mempunyai kecendrungan atau kebiasaan menggunakan suatu pola yang relative
serupa dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Bila diperhatikan , cara atau metode
penyelesaian itu tampak sebagai sesuatu yang terpola dan dapat diperangai sebagai ciri atau
tanda untuk mengenal orang itu. Itulah yang dikenal sebagai Karakter atau Kepribadian.

KEPRIBADIAN

Adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau ciri
seseorang dalam kehidupan sehari-hari dalam kondisi yang biasa. Bersifat stabil dan dapat
diramalkan.

DEFINISI GANGGUAN KEPRIBADIAN

Adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan maladaptive yang
menyebabkan disfungsi yang bermakna atau penderitaan subjektif.

KARAKTER DAN TEMPRAMEN

Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan dan
pengalaman hidup. Sedangkan , Temparamen adalah keadaan yang dipengaruhi oleh factor
genetic atau konstitusional yang terbawa sejak lahir , bersifat sederhana , tanpa motivasi , baru
stabil sesudah anak itu menginjak usia tertentu.

PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN KEPRIBADIAN

 Sikap dan perilaku yang amat tak serasi dalam beberapa fungsi (afek, kesadaran ,
pengendalian impuls , persepsi dan cara berpikir , serta hubungan dengan orang lain )
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

 Pola perilaku ini berlangsung lama , berjangka panjang , tidak terbatas pada episode
gangguan jiwa)
 Bersifat pervasive , maladaptive terhadap keadaan pribadi dan hubungan social yang
luas
 Menyebabkan penderitaan pribadi yang berarti
 Biasanya berhubungan dengan masalah pekerjaan dan kinerja social

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Perkembangan kepribadian merupakan hasil interkasi dari faktor-faktor berikut :

 Konstitusi (genetic dan tempramen)


 Perkembangan
 Pengalaman hidup (lingkungan keluarga,lingkungan budaya)

ETIOLOGI

1. Faktor Genetik , ini dibuktikan oleh penelitian 15.000 pasang anak kembar , pada
kembar monozigotik persamaan dalam gangguan kepribadian beberapa kali lebih besar
dibandingkan dengan kembar dizigotik , hal itu juga ditemukan walaupun kembar
monozigotik itu dibesarkan terpisah sejak kecil. Persamaanya meliputi : ciri
kepribadian , tempramen , pilihan atau minat pekerjaan dan penggunaan waktu
senggang serta sikap social.

2. Faktor Biologik
a. Hormon. Orang dengan ciri impulsive sering menunjukkan kadar tostesteron ,
17-estradiol dan estron yang tinggi. Pada beberapa orang dengan gangguan
kepribadian ambang dan orang yang menderita depresi , kadar DST (
dexamethasone-suppression test) abnormal.
b. Platelet Monoamin Oksidase. Penelitian menemukan bahwa mahasiswa dengan
kadar MAO yang rendah lebih banyak menggunakan waktu untuk aktivitas
social dibandingkan dengan mereka yang kadar MAO-nya tinggi. MAO yang
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

rendah juga ditemukan pada beberapa pasien dengan gangguan kepribadian


skizotipal.
c. Smooth Eye Pursuit Movements yang gerakannya “jumpy” ( tidak mulus )
ditemukan pada orang yang introvert , mempunyai rasa rendah diri dan sering
menarik diri dalam pergaulan , juga pada orang dengan ganggun kepribadian
skizotipal.
d. Neurotransmitter. Kadar endorphin yang tinggi sering ditemukan pada orang
yang bersifat phlegmatic. Kadar 5-hydroxyindoleacetic acid yang rendah
ditemukan pada orang yang mencoba bunuh diri dan pasien yang impulsive
serta aggressive. Peningkatan kadar serotonin dengan pemberian bahan
serotonergic (mis ; fluoxetine) mengubah beberapa ciri kepribadian seperti
depresi , impulsivitas , ruminasi dan memberikan rasa nyaman. Peningkatan
Dopamin misalnya karena obat psikostimulan (amfetamin) dapat menimbulkan
efek euphoria.
e. Elektrofisiologi. Pada orang dengan gangguan kepribadian anti-sosial dan
ambang sering ada gelombang lambat dalam EEG

3. Faktor psikososial. Freud menghipotesiskan bahwa beberapa ciri kepribadian


berkaitan dengan fiksasi pada salah satu perkembangan psikoseksual, misalnya pada
orang dengan karakter oral bersifat pasif dependen karena mereka terfiksasi pada
stadium oral. Orang dengan karakter anal bersifat keras kepala , kikir , sangat teliti , hal
itu terjadi karena mengalami konflik selama toilet training dalam fase anal. Beberapa
penelitian tidak menyokong teori Freud ini yang justru ditemukan adalah bahwa
kehidupan anak yang penuh dengan disiplin keras memengaruhi terjadinya ciri
anankastic ( gangguan kepribadian obsesif kompulsif dicirikan dengan perhatian
berlebih terhadap keteraturan , perfeksionis , perhati lebih terhadap detail , ingin
mengendalikan hidup orang lain berdasarkan apa yang menurut ia benar ).

Faktor “internal object relations” dalam masa perkembangan anak , pengaruh


internalisasi dari orang tua kedalam diri anak besar pengaruhnya. Hal itu terjadi melalui
proses introjeksi , ia ingin menginternalisasi orangtua atau oranglain yang bermakna
sebagai sesuatu yang berada dalam dirinya ( internal presence ) , akibatnya terjadi
identifikasi dengan orang tua yang di “internalize” itu. Proses inkorporasi orang tua
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

kedalam diri anak menyebabkan sifat atau ciri orangtuanya menjadi sifat atau ciri diri
anak itu. Demikian pula ciri hubungan anak dengan orang lain mirip dengan ciri
hubungan orang tuanya dengan orang lain.

MEKANISME DEFENSI

Perlu diperhatikan mekanisme defense yang terjadi ketika ego menggunakannya dalam
upaya mengatasi konflik dengan 4 area dari inner life dalam dirinya , yaitu dengan 1). Insting
( keinginan atau kebutuhan ), 2). Realitas , 3). Orang yang bermakna , 4). Hati Nurani (
conscience )

Pada orang dengan gangguan kepribadian yang menggunakan mekanisme defense


secara efektif , kecemasan dan depresi tidak nampak. Itulah sebabnya upaya untuk
menghilangkan mekanisme defensinya akan sangat sukar , karena akan timbul kecemasan dan
depresi. Ini merupakan salah satu sebab penting mengapa orang dengan gangguan kepribadian
sangat sukar dan enggan merubah perilakunya.

TATALAKSANA

1. PSIKOTERAPI
Prinsipnya :
 Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan kepribadiannya
menyebabkan disfungsi diri , hubungan intrapersonal dan hubungan sosialnya.
Jadi , bukan dengan cara menghakimi atau menyalahkan pasien.
 Membantu agar sifat egosintoniknya menjadi egodistonik. Jenis psikoterapi :
terapi kognitif , terapi keluarga , terapi kelompok.

2. PSIKOFARMAKA
Diberikan bila individu datang dengan keluhan tertentu dengan target pengobatan
menghilangkan gejala yang dialami pasien ( mis ; depresi , anxietas , dll )
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

JENIS-JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN

GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID

A. Gambaran klinis :
Kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain , berfikir bahwa orang lain berniat
buruk padanya ; disini bersifat pervasive , awitan dewasa muda , nyata dalam pelbagai
konteks. Defence mechasimn yang digunakan adalah proyeksi sehingga segala pikiran
dan perasaan buruknya yang tidak mau diterimanya sebagai bagian dari dirinya
dilonatrkan kepada orang lain dan menuduh orang lain lah yang bersifat demikian.

B. Pedoman diagnostic
a. Peka berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
b. Cenderung pendendam , menolak memaafkan suatu penghinaan , atau masalah
kecil yang menyebabkan hatinya terluka.
c. Kecurigaan yang pervasive yang bersifat menyalahartikan suatu tindakan netral
atau bersahabat dari seorang sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan
d. Mempertahankan dengan gigih hak pribadi
e. Berulang kali curiga tanpa dasar akan kesetiaan seksual pasangan
f. Mempunyai sikap menyakut diri berlebih
g. Dirundung rasa persengkokolan terhadap dirinya

C. Epidemiologi
Prevalensi 0,5-2,5% penduduk rata-rata umumnya mereka tidak tampak menderita ada
banyak diantara mereka mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia.
Lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan . gangguan ini terbukti banyak
ditemukan di antara golongan imigran , kelompok minoritas , dan orang yang menderita
ketulian.

D. Terapi
a. Psikoterapi . Terapi yang terbaik adalah psikoterapi. Jenis terapi yang banyak
pasien dapatkan ialah “social skills training”
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

b. Farmakoterapi . Diberikan untuk gejala agitasi dan kecemasan . contohnya ;


anti cemas (klobazam atau diazepam) atau antipsikotik (haloperidol) dalam
dosis kecil dan (pimozide)

GANGGUAN SKIZOTIPAL

A. Gambaran Klinis :
Terdapat pola deficit dalam hubungan social dan intrepersonal , yaitu merasa tidak
nyaman dan tiak mampu membina hubungan akrab , disertai distrosi kognitif atau
persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat persasif , awitannya dewasa muda , dan
nyata dalam pelbagai konteks atau situasi kehidupan. Biasanya penderita gangguan ini
lebih percaya pada hal-hal takhayul misalnya merasa mempunyai kekuatan khusus.

B. Epidemiologi
3% dari penduduk , terdapat hubungan keluarga dengan penderita skizofrenia
dibandingkan dengan control, angka ini juga lebih tinggi diantara kembar monozigot

C. Pedoman diagnosis
a. Gangguan parah dalam hubungan social dan interpersonal disertai dengan
gangguan fungsi kognitif atau distorsi perseptual , dan perilaku eksentrik yang
dimulai sejak usia dewasa muda hingga sekarang. Manifestnya paling sedikit 5
dari yang berikut :
1. Ideas of reference (tapi bukan waham rujukan)
2. Kepercayaan yang aneh atau pikiran magic yang tidak sesuai dengan latar
belakang budayanya
3. Persepsi atau pengalaman yang tidak lazim termasuk ilusi tubuhnya
4. Pikiran dan pembicaraan yang aneh
5. Sering bersifat curiga atau beride paranoid
6. Afek sempit dan tidak serasi
7. Perilaku atau penampilan eksentrik
8. Sedikit sekali berkawan akrab atau mempunyai teman yang dipercaya
9. Kecemasan social yang berlebihan dan tidak menghilang walau sudah lama
berkenalan
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

b. Gejala itu tidak secara eksklusif timbul selama ini menderita skizofrenia ,
gangguan mood depresif dengan ciri psikotik , gangguan psikotik lain , atau
gangguan autistic

D. Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian (schizoid, menghindar , ambang , paranoid) dan skizofrenia

E. Terapi
1. Psikoterapi sama dengan gangguan schizoid , hanya saja terapis harus bersikap
lebih sensitive
2. Faramakoterapi . obat antipsikotik dan atau obat antidepresan

GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID

A. Gambaran Klinis
Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan social disertai kemampua ekspresi
emosi yang terbatas dalam berhubungan interpersonal . Bersifat pervasive , berawal
sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks

B. Epidemiologi
Dijumpai pada 7.5% penduduk. Perbandingan laki-laki dan perempuan 2:1. Sering
memilih pekerjaan yang memerlukan sedikit hubungan dengan orang lain

C. Pedoman diagnostic
a. Hanya sedikit ada aktivitas yang memberinya kebahagiaan
b. Emosi dingin , afek datar
c. Kurang mampu menyatakan kehangatan , kelembutan atau kemarahan pada orang
lain
d. Tidak peduli terhadap pujian atau kecaman
e. Kurang teratrik untuk menjalin pengalaman seksual
f. Memilih aktivitas yang menyendiri
g. Dirundung oleh fantasi dan introspeksi berlbih
h. Tidak ada keinginan untuk mempunyai teman akrab
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

i. Tidak sensitive terhadap norma yang berlaku

D. Terapi
PSIKOTERAPI : mirip dengan paranoid , bina kepercayaan.
Farmakoterapi : dosis kecil dari antipsikotik , antidepresan , dan psikostimulan

GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TIDAK STABIL


A. Definisi
Bertindak impulsive tanpa mempertimbangkan dampaknya, afek ata emosinya tidaks
tabil, atau kurang pengendalian diri, dapat menjuru kepada ledakan kemarahan atau
perilaku kekerasan
Ada dua tipe:
1. Tipe impulsive
Cirinya: ketidakstabilan emosi, kurang pengendalian imuls, ledakan kemarahan,
atau mengancam orang, khususnya sebagai tanggapan kritik orang lain.
2. Tipe ambang
Ketidakstabilan emosi, citra diri, tujuan hidup, serta preferensi internalnya (sering
juga menyangkup orientasi seksual) bahkan sering melakukan seks yang
sembarangan hanya untuk menghilangkan kesepian. Sering pula melakukan
ancaman bunuh diri atau mencederai diri.

B. Epidemiologi
Ditemukan pada 1-2% penduduk. Perbandingan P:L 2:1. Banyak diantara mereka
mempunyai keluarga yang menderita depresi berat, penyalahgunaan alcohol, dan
gangguan kepribadian ambang.

GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL


A. Definisi
Perilaku pengabaian dan pelanggaran pelbagai hak orang lain, bersifat pervasif, berawal
sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

B. Epidemiologi
3-5% pada pria dan 1% pada perempuan. Sering terjadi pada pemukiman miskin, awal
timbul sebelum usia 15 tahun.

C. Gambaran Klinis
Tampak seperti manusia normal, namun riwayat hidupnya menunjukkan riwayat
membohong, menipu, mencuri, dll. Tidak mengalami waham dan pikiran tidak rasional,
secara khas tidak ada rasa penyesalan terhadap perbuatannya dan tidak terdapat hati
nurani.

D. Pedoman Diagnosis
a. Tidak peduli dengan orang lain
b. Tidak bertanggung jawab dalam norma, peraturan, kewajiban social
c. Tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal
d. Mudah frustasi dan bertindak agresif atau kekerasan
e. Tidak mampu menerima kesalahan atau belajar dari pengalaman atau hukuman
f. Cenderung menyalahkan orang lain atau memberikan rasionalisasi dari
perbuatannya

E. Diagnosis Banding
Perilaku antisosial (tergolong dalam kode 5)

GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK


A. Definis
Pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian.

B. Epidemiologi
2-3% penduduk. Perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. CIri khas perilaku
berupa berprilaku menarik perhatian, sering melebih-lebihkan pikiran dan perasaan,
sering ngambek, menangis, dan menuduh orang lain tidak memberi perhatian.

C. Pedoman Diagnosis
a. Ekspresi emosi yang dramatis, teatrikal, dan dibesar-besarkan
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

b. Mudah dipengaruhi orang lain


c. Afek dangkal dan labil
d. Terus mencari excitement dan apresiasi orang lain
e. Bersifat seduktif dalam berpenampilan dan perilaku
f. Sangat mementingkan daya tarik fisik atau berperilaku provokatif

D. Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian ambang, Gangguan Somatisasi, dan Gangguan Disosiatif

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK


A. Definisi
Terdapa pola rasa kebesaran diri atau merasa dirinya sangat penting, kebutuhan untuk
dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati.

B. Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, prevalensi 2-16% dari pengunjung klinik dan <1% rerata
penduduk.

C. Pedoman diagnostic
a. Secara berlebih merasa dirinya sangat penting
b. Berpreokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan, kehebatan, kecantikan,
atau kekasih ideal
c. Merasa dirinya sebagai orang special
d. Membutuhkan pemujaan berlebih
e. Merasa dirinya punya hak istimewa
f. Dalam hubungan interpersonal bersihat eksploitatif, menggunakan orang lain untuk
kepentingan dirinya
g. Kurang atau tidak mampu berempati
h. Sering iri atau merasa orang lain iri kepadanya
i. Bersikap sombong
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

D. Diagnosis Banding
GK ambang, histrionilk, dan antisosial.

GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF/ ANANKASTIK


A. Definisi
Gambaran inti: pola pervasive dari perfeksionisme dan bersifat kaku (tidak fleksibel)

B. Pedoman Diagnosis
a. Perasaan ragu da hati-hati berlebihan
b. Terpaku pada rincian, perturan, daftar, perintah, organisasi, dan jadwal.
c. Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas
d. Teliti yang berlebihan
e. Terpaku dan terikat berlebih dalam norma social
f. Kaku dan keras kepala
g. Memaksakan kehendak
h. Intrusi pikiran atau impuls yang tidak dikehendaki

GANGGUAN KEPRIBADIAN CEMAS (MENGHINDAR)


A. Definisi
Pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk begaul secara social, rasa rendah
diri, hipersensitif terhadap evaluasi negative. Sering dalam hidupnya timbul fobia
social.

B. Pedoman Diagnosis
a. Rasa tegang atau takut yang menetap dan pervasive
b. Merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain
c. Khawatir berlebih terhadap kritik dan penolakan
d. Enggan terlibat dengan orang lain kecuali yakin merasa akan disukai
e. Membatasi gaya hdup dengan alas an keamanan fisik
f. Menghindari aktivitas social atau pekerjaan yang melibatkan kontak personal sebeb
takut dikritik, tidak didukung, atau ditolak
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

C. Diagnosis Banding
GK Skizoid atau GK Dependen

GANGGUAN KEPRIBADIN DEPENDEN


A. Definisi
Pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang menyebabkan
pola bergantung pada orang lain dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat
dia bergantung. Menolak kedudukan yang bersifat pemimpin dan lebih suka menurut.

B. Epidemiologi
2,5% penduduk. Lebih sering pada perempuan.

C. Pedoman Diagnostic
a. Membiarkan orang lain mengambil keputusan penting bagi dirinya
b. Menomorduakan kepentingan pribadi terhadap kebutuhan orang ia bergantung dan
secara berlebihan lebih menuruti perintah orang itu
c. Enggan memberikan tuntunan kepada orang tempat ia bergantung
d. Rasa tidak enak atau tidak berdaya jika sendiri
e. Berpreokupasi pada rasa takut ditinggal sendiri
f. Kemampuannya terbatas dalam mengambil keputusan
g. Berpreokupasi secara tidak realistic dengan rasa takut bila dirinya ditinggal sendiri
dan harus mengurus dirinya seniri

D. Diagnosis Banding
GK Histrionik, GK ambang. Perilaku dependen dapat juga terdapat pada Agrofoboa.
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

GANGGUAN BIPOLAR 1
Untuk diagnosis GB-I, kriteria episode mania harus dipenuhi. Episode mania dapat didahului
atau diikuti oleh episode hipomania atau episode depresi mayor.
Episode Manik
Kriteria Diagnostik
A. Pada periode tertentu, secara abnormal dan menetap, terdapat mood elasi, ekspansif
atau iritabel atau terdapat peningkatan aktivitas yang bertujuan atau peningkatan energi,
yang berlangsung paling sedikit 1 minggu, hampir sepanjang hari dan hampir setiap
hari (atau waktunya bisa kurang dari 1 minggu bila pasien masuk perawatan)
B. Selama periode gangguan mood atau peningkatan energi atau aktivitas tersebut, 3 (Atau
lebih) gejala di bawah ini (4 bila mood iritabel) menetap dengan derajat yang signifikan
dan menunjukkan perubahan perilaku yang berbeda dari biasanya.
1. Peningkatan harga diri atau grandiositas
2. Penurunan kebutuhan akan tidur (seperti merasa segar setelah tidur selama 3
jam)
3. Lebih banyak berbicara dari biasanya atau desakan untuk tetap berbicara
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba
5. Distraktibilitas (seperti perhatian yang mudah sekali tertuju pada hal tidak
penting atau stimuli eksternal yang irelevan), sebagaimana dilaporkan atau
diobservasi
6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan ke tujuan (baik sosial, pada pekerjaan atau
sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor (seperti aktivitas tidak bertujuan)
7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang memiliki potensial tinggi
berdampak menyakitkan (Seperti terlibat dalam berbelanja tak terbatas,
melakukan hubungan seksual sembrono, atau investasi bisnis yang kurang
perhitungan)
C. Gangguan mood cukup berat untuk menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan
yang terlihat atau mengharuskan masuk RS untuk mencegah menyakiti diri sendiri atau
orang lain, atau terdapat gejala psikotik
D. Episode tidak disebabkan karena efek fisiologis dari substansi (seperti selama
penyalahgunaan, pengobatan, atau terapi lain) atau kondisi medis lain
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

Catatan:
Episode mania yang terjadi selama penggunaan antidepresan (misalnya obat, electroconvulsive
therapy) yang menetap dan memenuhi derajat sindrom lengkap serta melebihi efek fisiologik
dari obat tersebut dan memperlihatkan cukup bukti untuk suatu episode mania, diagnosisnya
adalah GB-I.
Catatan: Kriteria A-D merupakan episode mania. Paling sedikit dibutuhkan 1 episode mania
untuk menegakkan diagnosis GB-I.
Episode Hipomania
Kriteria Diagnostik
A. Dalam periode tertentu, secara abnormal dan menetap, terdapat mood yang elasi,
ekspansif atau iritabel serta terdapat peningkatan aktivitas dan energi yang berlangsung
paling sedikit 4 hari berturut-turut, terdapat hampir sepanjang hari dan hampir setiap
hari.
B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi serta aktivitas tersebut, 3 (atau
lebih) gejala berikut (4 bila mood hanya iritabel) menetap, menunjukkan adanya
perubahan perilaku dan perilaku biasanya, dan terlihat dalam derajat yang bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur 3 jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara.
4. Loncat gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran berlomba
5. Distraktibilitas (misalnya, perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal
yang tidak relevan/penting), dilaporkan atau diobservasi
6. Peningkatan dalam aktivitas yang diarahkan ke tujuan (baik sosial, pekerjaan,
sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang berpotensi tinggi
menimbulkan kerugian (misalnya, terlibat dalam berbelanja yang sangat
berlebihan, melakukan hubungan seksual yang sembrono, atau melakukan
investasi tanpa perhitungan)
C. Episode yang terjadi dikaitkan dengan perubahan dalam fungsi yang tidak khas bagi
orang tersebut ketika ia dalam keadaan tidak ada gejala.
D. Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

E. Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan hendaya yang jelas dalam
fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak memerlukan perawatan. Bila ada gambaran
psikotik, episode yang terjadi, sesuai definisi, adalah mania.
F. Episode yang terjadi tidak disebabkan oleh efek fisiologik suatu zat (misalnya, zat yang
disalahgunakan, obat, atau terapi lainnya).
Catatan: Episode hipomania lengkap yang terjadi selama penggunaan antidepresan (misalnya
obat, electroconvulsive therapy) dan yang menetap pada derajat sindrom lengkap, melebihi
durasi efek fisiologik obat tersebut, dinyatakan cukup bukti untuk mendiagnosis suatu episdoe
hipomania. Bagaimanapun, harus berhati-hati karena 1 atau 2 gejala (peningkatan iritabilitas,
kegelisahan, atau agitasi setelah penggunaan antidepresan) tidak cukup untuk mendiagnosis
suatu episode hipomania dan diatesis bipolar.
Catatan: Kriteria A-F merupakan episode hipomania. Episode hipomania biasa ditemukan pada
GB-I tetapi tidak menjadi syarat untuk diagnosis GB-I.
Episode Depresif Mayor
Kriteria Diagnostik
A. 5 (atau lebih) gejala berikut telah ada selama periode 2 minggu dan memperlihatkan
perubahan dari fungsi sebelumnya; setidaknya 1 gejala baik 1) mood depresi atau 2)
kehilangan ketertarikan atau kesenangan.
1. Mood yang depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, sebagaimana laporan
subjektif (rasa sedih, hampa, atau tidak ada harapan) atau observasi yang dibuat
orang lain (tampak ingin nangis). Catatan: pada anak-anak atau remaja, mood
bersifat iritabel.
2. Ditandai kehilangan ketertarikan atau kesenangan di semua, hampir semua,
kegiatan, sepanjang hari, hampir setiap hari (baik subjektif atau observasi)
3. Penurunan BB bermakna ketika tidak diet atau BB naik (seperti perubahan 5%
BB dalam 1 bulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu hampir setiap hari.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (diobservasi oleh orang
lain; bukan perasaan subjektif restlessness atau menjadi lambat)
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau berlebihan atau rasa bersalah yang tidak perlu
(dimana mungkin delusi) hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri
sendiri atau rasa bersalah akan sakit)
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

8. Kehilangan kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau ragu-ragu,


hampir setiap hari (baik subjektif atau observasi oleh orang lain)
9. Pikiran berulang akan kematian (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri
berulang tanpa perencanaan spesifik, atau suicide attempt atau rencana spesifik
untuk bunuh diri.
B. Gejala menyebabkan distres signifikan atau gangguan fungsi sosial, pekerjaan, atau
area penting lain.
C. Episode tidak disebabkan karena afek fisiologis atau substansi atau kondisi medis lain
Catatan: Kriteria A-C merupakan episode depresi mayor. Episode depresi mayor biasa
ditemukan pada GB-I tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis GB-I.
Catatan: Respons terhadap kehilangan yang bermakna (significant loss) misalnya berkabung,
bangkrut, kehilangan akibat bencana alam, penyakit psikis serius atau diabilitas, dapat
menunjukkan perasaan yang amat sedih, pikiran berulang tentang kehilangan, insomnia,
buruknya selera, dan penurnan BB yang tercatat di kriteria A yang mungkin menyerupai
episode depresif. Meskipun gejala depresif mayor disamping respons normal terhadap
kehilangan yang bermakna harus pula dipertimbangkan dengan hati-hati. Keputusan ini
memerlukan latihan penilaian klinis berdasarkan riwayat individu dan norma budaya dalam
mengekskpresikan penderitaan yang berkaitan dengan kehilangan.*
*Untuk membedakan antara kehilangan, misalnya berkabung dengan episode depresi mayor,
perlu mempertimbangkan bahwa afek yang menonjol pada kehilangan adalah perasaan hampa
dan rasa kehilangan sedangkan pada episode depresi mayor yaitu perasaan depresi yang
menetap dan ketidakmampuan mengantisipasi rasa gembira atau senang. Pada kehilangan,
intensitas afek disforik berkurang setelah beberapa hari atau minggu dan berfluktuasi atau
bergelombang, disebut kepedihan akibat kehilangan. Gelombang tersebut cenderung dikaitkan
dengan pikiran-pikiran atau teringat kepada yang meninggal atau yang hilang. Mood depresi
pada episode depresi mayor lebih menetap dan tidak dikaitkan dengan preokupasi atau pikiran-
pikiran tertentu. Kepedihan akibat kehilangan masih dapat disertai dengan emosi positif dan
humor yang tidak khas untuk episode depresi mayor yang biasanya ditandai dengan
ketidakbahagiaan yang pervasif yang merupakan penderitaan yang khas untuk episode depresi
mayor. Isi pikiran terkait kehilangan, secara umum menggambarkan preokupasi dengan
pikiran-pikiran dan kenangan tentang yang meinggal bukan berulangnya mengkritik diri
sendiri atau pesimis yang terlihat pada episode depresi mayor. Pada kehilangan, kepercayaan
diri masih baik, sedangkan pada episode depresi mayor, rasa tidak berharga merupakan
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

keluhan yang sering ditemui. Pada kehilangan, bila ada ide-ide menyalahkan diri sendiri
biasanya terkait dengan kegagalan yang dipersepsikan, misalnya, tidak sering menjenguk
ketika sakit atau tidak mengatakan bahwa ia mencintai yang meninggal. Bila individu dengan
kehilangan berpikir tentang kematian atau ingin mati, pikiran tersebut terfokus kepada yang
meninggal dan kemungkinan ingin “bersama” dengan yang meninggal. Pada episode depresi
mayor, pikiran tentang kematian terfokus pada keinginan mengakhiri hidup karena perasaan
tak berharga, tidak ada guna hidup atau tak mampu menghadapi kepedihan depresi.

Gangguan Bipolar I
Kriteria Diagnostik
A. Kriteria telah memenuhi setidaknya 1 episode manik (Kriteria A-D dibawah “episode
Manik” di atas)
B. Keterjadian episode manik dan depresi mayor tidak bisa dijelaskan dengan gangguan
skizoafektif, skizofrenia, gangguan skizophreniform, gangguan delusi, atau skizofrenia
spektrum spesifikasi atau tak terspesifikasi dan gangguan psikotik lain
Spesifikasi (Tentukan): dengan distress kecemasan; dengan gambaran campuran; dengan
siklus cepat; dengan gambaran melankolik; dengan gambaran atipikal; dengan gambaran
psikotik serasi mood; dengan gambaran psikotik tidak serasi mood; dengan katatonia (catat
kode: gunakan kode tambahan 293.89 (F06.1); dengan onset peripartum; dengan pola musiman
296.41 (F31.11): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, ringan
296.42 (F31.12): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, sedang
296.43 (F31.13): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, berat
296.44 (F31.2): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, dengan
gejala psikotik
296.45 (F31.73): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, remisi
parsial
296.46 (F31.74): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, remisi
total
296.40 (F31.9): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir manik, tidak
terspesifikasi
296.40 (F31.0): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir hipomania,
296.51 (F31.73): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir hipomania,
remisi parsial
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

296.46 (F31.74): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir hipomania,
remisi total
296.40 (F31.9): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir hipomania, tak
terspesifikasi
296.51 (F31.31): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir depresi, ringan
296.52 (F31.32): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir depresi, sedang
296.53 (F31.4): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir depresi, berat
296.54 (F31.5): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir depresi, dengan
gejala psikotik
296.56 (F31.76): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir depresi, remisi
total
296.50 (F31.9): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir depresi, tak
terspesifikasi
296.7 (F31.9): Gangguan bipolar I, dengan episode saat ini atau paling akhir tak terspesifikasi

MANIFESTASI KLINIS
Episode Manik
Mood yang elevasi, ekspansif atau iritabel merupakan hallmark dari episode manik. Mood
yang elevasi itu euphoria dan sering menyebar dan bahkan bisa menyebabkan denial
kontratransferensi dari kesakitan oleh klinisi yang tidak handal. Walaupun orang yang tidak
terlibat mungkin tidak mengenali sifat tidak biasa dari pasien gangguan mood, mereka yang
tahu akan mengetahui pasien itu abnormal. Mood mungkin iritabel, terutama ketika pasien
memiliki rencana ambisius yang digagalkan. Pasien sering memperlihatkan perubahan mood
dari euforia di awal perjalanan penyakit hingga akhirnya menjadi iritabilita.
Terapi dari pasien mania di bangsal bisa berkomplikasi dengan melihat batasan aturan di
bangsal, kecenderungan pergeseran tanggung jawab untuk aksi mereka ke orang lain,
eksploitasi kelemahan orang lain, dan kecendrungan untuk membuat konflik paramedis. Di
luar RS, pasien manik sering minum alkohol berlebihan, mungkin berusaha untuk mengobati
sendiri. Sifat disinhibisi terefleksikan pada penggunaan berlebihan telepon, biasanya membuat
panggilan jarak jauh pada subuh pagi hari. Judi patologis, kecenderungan membuka pakaian di
tempat publik, menggunakan baju dan perhiasan dengan warna terang yang tidak biasa atau
kombinasi yang nyentrik, dan inatensi terhadap detil yang kecil (melupakan menutup
panggilan) juga merupakan gejala dari gangguan ini. Pasien bertingkah impulsif dan pada
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

waktu yang sama dengan perasaan yakin dan bertujuan. Mereka sering preokupasi oleh agama,
politik, keuangan, seksual atau ide persekutorik yang berubah menjadi sistem delusi kompleks.
Terkadang pasien manik menjadi regresi dan bermain dengan urin dan fesesnya.
Mania pada Remaja. Sering misdiagnosa sebagai gangguan kepribadian antisosial atau
skizofrenia. Gejala mania pada remaja mungkin meliputi psikosis, penyalahgunaan alkohol
atau obat, suicide attempt, masalah akademik, merenung filosofis, gejala OCD, keluhan
somatik multipel, iritabilita yang menyebabkan perkelahian dan perilaku antisosial lain.
Walaupun banyak dari gejala ini terlihat pada remaja normal, gejala berat atau persisten harus
membuat klinisi mempertimbangkan bipolar I pada diagnosa banding.

Gangguan Koeksis
Kecemasan. Pada gangguan kecemasan, DSM-5 mencatat adanya gangguan campuran
kecemasan-depresif. Gejala signifikan kecemasan bisa dan sering koeksis dengan gejala
signifikan depresi. Baik pasien yang memperlihatkan gejala signifikan kedua kecemasan dan
depresi yang terjadi oleh 2 proses penyakit berbeda atau 1 proses penyakit yang menghasilkan
2 set gejala yang tak terselesaikan. Pasien kedua tipe mungkin termasuk gangguan campuran
kecemesan-depresif.
Ketergantungan Alkohol. Ketergantungan alkohol berkoeksis dengan gangguan mood.
Kedua pasien dengan gangguan depresif mayor dan mereka dengan bipolar I cenderung
memenuhi kriteria diagnostik penggunaan alkohol. Data yang tersedia mengindikasikan bahwa
ketergantungan alkohol lebih kuat terkait dengan koeksis diagnosis depresi pada wanita
dibandingkan pria. Kebalikan, data genetik dan keluarga tentang pria yang memiliki kedua
gangguan mood dan ketergantungan alkohol juga mengindikasikan bahwa mereka cenderung
memiliki 2 proses penyakit yang berbeda secara genetik.
Gangguan Substansi lain yang terkait. Gangguan terkait substansi selain ketergantungan
alkohol juga sering terkait dengan gangguan mood. Penyalahgunaan substansi mungkni terlibat
menjadi presipitasi episode kesakitan, atau mungkin memperlihatkan keinginan pasien untuk
merawat kesakitannya. Walaupun pasien mania jarang menggunakan sedatif untuk
menurunkan euforianya, pasien depresi sering menggunakan stimulansia, seperti cocaine dan
amphetamin, untuk meredakan depresinya.
Kondisi Medis. Depresi sering berkoeksis dengan kondisi medis, terutama pasien tua. Ketika
depresi dan kondisi medis berkoeksis, klinisi harus menentukan apakah kondisi medis yang
mendasari itu terkait dengan patofisiologi depresi atau obat apa saja yang pasien makan untuk
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

kondisi medis yang menyebabkan depresi. Banyak studi mengindikasikan bahwa terapi dari
koeksis dari gangguan depresif mayor bisa meningkatkan perjalanan gangguan kondisi medis
yang mendasari, seperti kanker.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Episode Manik
Gambaran umum. Pasien manik bersemangat, banyak bicara, kadang lucu, dan sering
hiperaktif. Kadang-kadang, mereka sangat psikotik dan tidak teratur dan membutuhkan
pengendalian fisik dan injeksi obat penenang intramuskular.

Mood, Afek dan perasaan


Pasien maniak secara klasik euforia, tetapi mereka juga bisa mudah marah, terutama ketika
mania telah ada selama beberapa waktu. Mereka juga memiliki toleransi frustrasi yang rendah,
yang dapat menyebabkan perasaan marah dan permusuhan. Pasien manik mungkin labil secara
emosional, beralih dari tawa ke marah menjadi depresi dalam hitungan menit atau jam.

Bicara
Pasien manik tidak dapat diganggu saat mereka berbicara, dan mereka sering mengganggu
orang-orang di sekitar mereka. Bicara mereka sering terganggu. Ketika mania menjadi lebih
intens, ucapan menjadi lebih keras, lebih cepat, dan sulit untuk ditafsirkan. Ketika keadaan
yang diaktifkan meningkat, ucapan mereka dipenuhi dengan permainan kata-kata, lelucon,
sajak, permainan kata-kata, dan ketidak relevanan. Pada tingkat aktivitas yang masih lebih
besar, asosiasi menjadi longgar, kemampuan untuk berkonsentrasi memudar, dan flights of
idea, dentang, dan neologisme muncul. Dalam kegembiraan manik yang akut, bicara dapat
sepenuhnya tidak koheren dan tidak dapat dibedakan dari orang dengan skizofrenia.
Gangguan persepsi. Delusi terjadi pada 75 persen dari semua pasien manik. Khayalan manik
yang kongruen seringkali berkaitan dengan kekayaan besar, kemampuan luar biasa, atau
kekuasaan. Delusi aneh dan mood yang tidak selaras dan halusinasi juga muncul dalam mania.
Pikiran. Konten yang dipikirkan pasien manic meliputi tema kepercayaan diri dan peningkatan
diri. Pasien manik sering mudah terganggu, dan fungsi kognitif mereka dalam keadaan manik
ditandai oleh aliran ide yang tidak terkendali dan dipercepat.
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

Sensorium dan kesadaran.Meskipun defisit kognitif pasien dengan skizofrenia telah banyak
dibahas, sedikit yang telah ditulis tentang defisit serupa pada pasien dengan gangguan bipolar
I. Defisit ini dapat diartikan sebagai mencerminkan disfungsi kortikal difus; pekerjaan berikut
dapat melokalisasi area abnormal. Secara kasar, orientasi dan daya ingat masih utuh, meskipun
beberapa pasien manik mungkin sangat gembira sehingga mereka menjawab pertanyaan yang
menguji orientasi dengan salah. Emil Kraepelin menyebut gejala itu "delirious mania."
Kontrol impuls.Sekitar 75 persen dari semua pasien manik manik menyerang atau
mengancam. Pasien manik memang mencoba bunuh diri dan bunuh diri, tetapi kejadian
perilaku ini tidak diketahui.
Penilaian dan pengetahuan. Gangguan penilaian adalah ciri khas pasien manik. Mereka
mungkin melanggar undang-undang tentang kartu kredit, kegiatan seksual, dan keuangan dan
kadang-kadang melibatkan keluarga mereka dalam kehancuran finansial. Pasien manik juga
memiliki sedikit wawasan tentang gangguan mereka.
Keandalan. Pasien manik sangat tidak dapat diandalkan dalam informasi mereka. Karena
berbohong dan menipu sering terjadi pada mania, dokter klinis yang tidak berpengalaman dapat
mengobati pasien manik dengan penghinaan yang tidak pantas.

DIAGNOSA BANDING
Gangguan Bipolar I
Jika pasien gangguan bipolar I mempunyai episode depresif, diagnosis bandingnya akan sama
seperti pasien dengan gangguan depresif mayor. Jika pasien menglamai manik, maka diagnosis
bandingnya meliputi gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimik, gangguan
mood akibat kondisi medis umum, dan gangguan mood akibat pengaruh zat kimia (substance-
induced mood disorder)
PERJALANAN PENYAKIT & PROGNOSIS
Studi tentang prognosis gangguan mood umumnya menyimpulkan bahwa gangguan mood
berlangsung dalam jangka waktu panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan.
Meskipun gangguan mood sering dianggap lebih ringan, berbeda dengan skizofrenia, nyatanya
gangguan mood menimbulkan banyak kerugian pada pasien yang terkena.

Gangguan Bipolar I
Perjalanan Penyakit. Riwayat gangguan bipolar I berguna untuk membuat grafik gangguan
pasien dan tetap mengikuti perkembangan pengobatan (Gbr. 8.1-6). Meskipun gangguan
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

siklotimik kadang-kadang didiagnosis secara retrospektif pada pasien dengan gangguan bipolar
I, tidak ada ciri kepribadian yang diidentifikasi secara khusus terkait dengan gangguan bipolar
I.

Gangguan bipolar I sangat sering diawali dengan depresi (75 % pada wanita, 67% pada pria)
dan merupakan gangguan berulang. Kebanyakan pasien mengalami episode depresif dan
manik, meskipun 10-20 % hanya mengalami episode mania. Episode manik biasanya memiliki
onset cepat (berjam-jam atau berhari-hari) tetapi dapat berkembang selama beberapa minggu.
Episode manik yang tidak diobati berlangsung sekitar 3 bulan; Oleh karena itu, dokter tidak
boleh menghentikan pemberian obat sebelum waktu itu. Dari orang yang memiliki episode
manik tunggal, 90% cenderung memiliki episode manik lainnya. Ketika gangguan berlanjut,
waktu antar episode sering berkurang. Namun, setelah sekitar 5 episode, interval interepisode
sering menjadi stabil pada 6-9 bulan. Dari orang-orang dengan gangguan bipolar, 5-15%
memiliki 4 atau lebih episode per tahun.

GANGGUAN BIPOLAR I PADA ANAK DAN ORANG TUA. Gangguan bipolar I dapat
mempengaruhi orang yang sangat muda dan lebih tua. Insiden gangguan bipolar I pada anak-
anak dan remaja adalah sekitar 1%, dan onsetnya dapat terjadi sejak usia 8 tahun. Kesalahan
diagnosis yang umum adalah skizofrenia dan gangguan oposisi. Gangguan bipolar I dengan
onset dini tersebut dikaitkan dengan prognosis yang buruk. Gejala manik adalah umum pada
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

orang tua, meskipun kisaran penyebabnya luas dan termasuk kondisi medis nonpsikiatri,
demensia, dan delirium, serta gangguan bipolar I. Onset gangguan bipolar I sejatinya pada
orang tua relatif jarang terjadi.
Prognosis.
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan depresi mayor. Sekitar 40-50% pasien dengan gangguan bipolar I mungkin memiliki
episode manik kedua dalam 2 tahun dari episode pertama. Walaupun profilaksis litium
memperbaiki perjalanan dan prognosis gangguan bipolar I, mungkin hanya 50-60 % pasien
mencapai kontrol signifikan dari gejala mereka dengan penggunaan litium. Satu studi tindak
lanjut (follow up) 4 tahun pada pasien dengan gangguan bipolar I menemukan bahwa status
pekerjaan yang buruk, ketergantungan alkohol, fitur psikotik, fitur depresi, fitur depresi antar
episode, dan jenis kelamin laki-laki adalah semua faktor yang berkontribusi terhadap prognosis
buruk. Durasi pendek episode manik, usia onset yang lanjut, beberapa pemikiran untuk bunuh
diri, dan beberapa masalah psikiatrik atau medis yang berdampingan memprediksi hasil yang
lebih baik.
Sekitar 7% pasien dengan gangguan bipolar I tidak memiliki gejala yang akmbuh; 45%
memiliki lebih dari 1 episode, dan 40% memiliki gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki
2-30 episode manik, meskipun jumlah rata-rata sekitar 9. Sekitar 40% dari semua pasien
memiliki lebih dari 10 episode. Pada tindak lanjut jangka panjang, 15% dari semua pasien
dengan gangguan bipolar I baik-baik saja, 45 % baik-baik saja tetapi memiliki banyak
kekambuhan, 30% dalam remisi parsial, dan 10% sakit kronis. 1/3 dari semua pasien dengan
gangguan bipolar I memiliki gejala kronis dan bukti penurunan sosial yang signifikan.

PENGOBATAN
Perawatan pasien dengan gangguan mood harus diarahkan ke beberapa tujuan. Pertama,
keselamatan pasien harus dijamin. Kedua, evaluasi diagnostik lengkap dari pasien diperlukan.
Ketiga, rencana perawatan yang tidak hanya mengatasi gejala langsung tetapi juga
kesejahteraan prospektif pasien harus dimulai. Meskipun pengobatan saat ini menekankan
farmakoterapi dan psikoterapi yang ditujukan kepada masing-masing pasien, peristiwa
kehidupan yang penuh stres juga terkait dengan peningkatan tingkat kekambuhan. Dengan
demikian, pengobatan harus membahas jumlah dan tingkat keparahan stresor dalam kehidupan
pasien. Secara keseluruhan, pengobatan gangguan suasana hati bermanfaat bagi psikiater.
Perawatan spesifik sekarang tersedia untuk episode manik dan depresi, dan data menunjukkan
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

bahwa pengobatan profilaksis juga efektif. Karena prognosis untuk setiap episode baik,
optimisme selalu dibenarkan dan disambut baik oleh pasien dan keluarga pasien. Gangguan
suasana hati bersifat kronis, dan psikiater harus mendidik pasien dan keluarga tentang strategi
perawatan di masa depan.

Rawat inap
Keputusan pertama dan paling kritis yang harus diambil oleh dokter adalah apakah harus rawat
inap atau mencoba rawat jalan. Indikasi yang jelas untuk rawat inap adalah risiko bunuh diri
atau pembunuhan, kemampuan pasien yang sangat berkurang untuk mendapatkan makanan
dan tempat tinggal, dan perlunya prosedur diagnostik. Riwayat gejala yang berkembang cepat
dan pecahnya sistem pendukung yang biasa dilakukan pasien juga merupakan indikasi untuk
rawat inap. Seorang dokter dapat dengan aman mengobati depresi ringan atau hypomania di
kantor jika ia sering mengevaluasi pasien. Tanda-tanda klinis dari gangguan penilaian,
penurunan berat badan, atau insomnia harus minimal. Sistem pendukung pasien harus kuat,
tidak terlibat atau menarik diri dari pasien. Setiap perubahan yang merugikan pada gejala atau
perilaku pasien atau sikap sistem pendukung pasien mungkin cukup untuk menjamin rawat
inap. Pasien dengan gangguan mood sering tidak mau masuk rumah sakit secara sukarela dan
mungkin harus dilakukan tanpa sadar. Pasien-pasien ini sering tidak dapat membuat keputusan
karena pemikiran mereka yang lambat, Weltanschauung negatif (pandangan dunia), dan
keputusasaan. Pasien yang manik sering kurang memiliki wawasan tentang gangguan mereka
sehingga rawat inap tampaknya benar-benar tidak masuk akal bagi mereka.

Terapi Psikososial
Meskipun sebagian besar penelitian menunjukkan — dan sebagian besar dokter dan peneliti
percaya — bahwa kombinasi psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan paling efektif
untuk gangguan depresi mayor, beberapa data menyarankan pandangan lain: Baik
farmakoterapi atau psikoterapi saja efektif, setidaknya pada pasien dengan mayor ringan
episode depresi, dan penggunaan terapi kombinasi secara teratur menambah biaya perawatan
dan menghadapkan pasien pada efek samping yang tidak perlu. Tiga jenis psikoterapi jangka
pendek — terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku — telah dipelajari untuk
menentukan kemanjurannya dalam pengobatan gangguan depresi mayor. Meskipun
kemanjurannya dalam mengobati gangguan depresi mayor tidak diteliti dengan baik seperti
ketiga terapi ini, psikoterapi yang berorientasi psikoanalisis telah lama digunakan untuk
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

gangguan depresi, dan banyak dokter menggunakan teknik ini sebagai metode utama mereka.
Apa yang membedakan tiga metode psikoterapi jangka pendek dari pendekatan berorientasi
psikoanalitik adalah peran aktif dan arahan terapis, tujuan yang dapat dikenali secara langsung,
dan titik akhir untuk terapi jangka pendek. Mengumpulkan bukti mendorong keberhasilan
terapi dinamis. Dalam uji coba terkontrol acak yang membandingkan terapi psikodinamik
dengan terapi perilaku kognitif, hasil dari pasien yang mengalami depresi adalah sama pada
kedua perawatan.
Institut Nasional Kesehatan Mental (NIMH) Perawatan Program Penelitian Kolaborasi Depresi
menemukan prediktor berikut respons terhadap berbagai perawatan: disfungsi sosial yang
rendah menyarankan respons yang baik terhadap terapi interpersonal, disfungsi kognitif rendah
menyarankan respons yang baik terhadap terapi kognitif-perilaku dan farmakoterapi Disfungsi
kerja yang tinggi menunjukkan respons yang baik terhadap farmakoterapi, dan tingkat
keparahan depresi yang tinggi menyarankan respons yang baik terhadap terapi interpersonal
dan farmakoterapi.
Terapi kognitif. Terapi kognitif, awalnya dikembangkan oleh Aaron Beck, berfokus pada
distorsi kognitif yang didalilkan hadir pada gangguan depresi mayor. Distorsi semacam itu
mencakup perhatian selektif terhadap aspek negatif dari keadaan dan kesimpulan yang tidak
realistis tentang konsekuensi. Misalnya, apatis dan energi yang rendah dihasilkan dari
ekspektasi kegagalan pasien di semua bidang. Tujuan terapi kognitif adalah untuk mengurangi
episode depresi dan mencegah kekambuhannya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan
menguji kognisi negatif; mengembangkan cara berpikir alternatif, fleksibel, dan positif; dan
latih respons kognitif dan perilaku baru.
Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif efektif dalam pengobatan gangguan
depresi mayor. Sebagian besar penelitian menemukan bahwa terapi kognitif memiliki
kemanjuran yang sama dengan farmakoterapi dan dikaitkan dengan efek samping yang lebih
sedikit dan tindak lanjut yang lebih baik daripada farmakoterapi. Beberapa studi terkontrol
terbaik telah menunjukkan bahwa kombinasi terapi kognitif dan farmakoterapi lebih manjur
daripada kedua terapi itu saja, meskipun penelitian lain belum menemukan efek aditif.
Setidaknya satu studi, Program Penelitian NIMH Pengobatan Depresi Kolaboratif, menemukan
bahwa farmakoterapi, baik sendiri atau dengan psikoterapi, dapat menjadi pengobatan pilihan
untuk pasien dengan episode depresi mayor berat yang parah.
Interpersonal Therapy. Terapi interpersonal, yang dikembangkan oleh Gerald Klerman,
berfokus pada satu atau dua masalah interpersonal pasien saat ini. Terapi ini didasarkan pada
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

dua asumsi. Pertama, masalah interpersonal saat ini cenderung berakar pada hubungan
disfungsional awal. Kedua, masalah interpersonal saat ini cenderung terlibat dalam
mengendapkan atau mengabadikan gejala depresi saat ini. Uji coba terkontrol telah
menunjukkan bahwa terapi interpersonal efektif dalam pengobatan gangguan depresi mayor
dan, tidak mengherankan, mungkin secara khusus membantu dalam mengatasi masalah
interpersonal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi interpersonal mungkin
merupakan metode yang paling efektif untuk episode depresi mayor berat ketika pilihan
perawatannya adalah psikoterapi saja.
Program terapi interpersonal biasanya terdiri dari 12 hingga 16 sesi mingguan dan ditandai
dengan pendekatan terapi aktif. Fenomena intrapsikis, seperti mekanisme pertahanan dan
konflik internal, tidak dibahas. Perilaku diskrit — seperti kurangnya ketegasan, gangguan
keterampilan sosial, dan pemikiran yang terdistorsi — dapat diatasi tetapi hanya dalam konteks
maknanya, atau pengaruhnya terhadap, hubungan antarpribadi.
Terapi Perilaku. Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif
mengakibatkan seseorang menerima sedikit umpan balik positif dan mungkin penolakan
langsung dari masyarakat. Dengan mengatasi perilaku maladaptif dalam terapi, pasien belajar
untuk berfungsi di dunia sedemikian rupa sehingga mereka menerima penguatan positif. Terapi
perilaku untuk gangguan depresi mayor belum menjadi subjek dari banyak penelitian
terkontrol. Data yang terbatas menunjukkan bahwa itu adalah pengobatan yang efektif untuk
gangguan depresi mayor.
Psychoanalytically Oriented Therapy. Pendekatan psikoanalitik terhadap gangguan mood
didasarkan pada teori psikoanalitik tentang depresi dan mania. Tujuan dari psikoterapi
psikoanalitik adalah untuk mempengaruhi perubahan struktur kepribadian atau karakter pasien,
tidak hanya untuk meringankan gejala. Peningkatan dalam kepercayaan interpersonal,
kapasitas untuk keintiman, mekanisme koping, kapasitas untuk berduka, dan kemampuan
untuk mengalami berbagai macam emosi adalah beberapa tujuan dari terapi psikoanalitik.
Perawatan seringkali membuat pasienmengalami periode kecemasan dan kesulitan yang
meningkat selama terapi, yang dapat berlanjut selama beberapa tahun.
Terapi keluarga. Terapi keluarga umumnya tidak dipandang sebagai terapi utama untuk
pengobatan gangguan depresi mayor, tetapi semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
membantu pasien dengan gangguan mood untuk mengurangi dan mengatasi stres dapat
mengurangi kemungkinan kekambuhan. Terapi keluarga diindikasikan jika gangguan
membahayakan pernikahan pasien atau fungsi keluarga atau jika gangguan suasana hati
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

dipromosikan atau dipertahankan oleh situasi keluarga. Terapi keluarga meneliti peran anggota
gangguan mood dalam kesejahteraan psikologis keseluruhan keluarga; itu juga meneliti peran
seluruh keluarga dalam pemeliharaan gejala pasien. Pasien dengan gangguan mood memiliki
tingkat perceraian yang tinggi, dan sekitar 50 persen dari semua pasangan melaporkan bahwa
mereka tidak akan menikah atau memiliki anak jika mereka tahu bahwa pasien tersebut akan
mengembangkan gangguan mood.

Stimulasi saraf Vagal


Stimulasi eksperimental saraf vagus dalam beberapa penelitian yang dirancang untuk
pengobatan epilepsi menemukan bahwa pasien menunjukkan peningkatan suasana hati.
Pengamatan ini menyebabkan penggunaan stimulasi saraf vagal kiri (VNS) menggunakan
perangkat elektronik yang ditanamkan di kulit, mirip dengan alat pacu jantung. Studi
pendahuluan telah menunjukkan bahwa sejumlah pasien dengan gangguan depresi mayor
kronis dan berulang mengalami remisi ketika dirawat dengan VNS. Mekanisme aksi VNS
untuk memperhitungkan peningkatan tidak diketahui. Saraf vagus terhubung ke sistem saraf
enterik dan, ketika distimulasi, dapat menyebabkan pelepasan peptida yang bertindak sebagai
neurotransmiter. Uji klinis ekstensif sedang dilakukan untuk menentukan kemanjuran VNS.

Transcranial Magnetic Stimulation


Stimulasi magnetik transkranial (TMS) menunjukkan harapan sebagai pengobatan untuk
depresi. Ini melibatkan penggunaan energi magnetik yang sangat singkat untuk merangsang
sel-sel saraf di otak. Ini secara khusus diindikasikan untuk pengobatan depresi pada pasien
dewasa yang gagal mencapai peningkatan yang memuaskan dari satu obat antidepresan
sebelumnya pada atau di atas dosis efektif minimum dan durasi dalam episode saat ini.
Stimulasi magnetik transkranial berulang (RTM) menghasilkan stimulasi listrik sekunder fokus
dari daerah kortikal yang ditargetkan. Ini tidak konvensional, tidak memerlukan anestesi,
memiliki profil efek samping yang aman, dan tidak terkait dengan efek samping kognitif.
Pasien tidak memerlukan anestesi atau sedasi dan tetap terjaga dan waspada. Ini adalah
prosedur rawat jalan 40 menit yang diresepkan oleh psikiater dan dilakukan di kantor psikiater.
Perawatan biasanya diberikan setiap hari selama 4 hingga 6 minggu. Efek samping paling
umum yang terkait dengan pengobatan adalah sakit kepala atautidak nyaman. Terapi TMS
dikontraindikasikan pada pasien dengan alat logam implan atau benda logam yang tidak dapat
dilepas di dalam atau di sekitar kepala.
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

Kurang tidur
Gangguan mood ditandai oleh gangguan tidur. Mania cenderung ditandai oleh penurunan
kebutuhan untuk tidur, tetapi depresi dapat dikaitkan dengan hipersomnia atau insomnia.
Kurang tidur dapat memicu mania pada pasien dengan gangguan bipolar I dan untuk sementara
meredakan depresi pada mereka yang memiliki depresi unipolar. Sekitar 60 persen pasien
dengan gangguan depresi menunjukkan manfaat signifikan tetapi sementara dari kurang tidur
total. Hasil positif biasanya dibalikkan pada malam berikutnya tidur. Beberapa strategi telah
digunakan dalam upaya untuk mencapai respons yang lebih berkelanjutan terhadap kurang
tidur. Salah satu metode menggunakan total kurang tidur serial dengan satu atau dua hari dari
tidur normal di antaranya. Metode ini tidak mencapai respons antidepresan berkelanjutan
karena depresi cenderung kembali dengan siklus tidur normal. Pendekatan lain menggunakan
penundaan fase dalam waktu pasien tidur setiap malam, atau kurang tidur sebagian. Dalam
metode ini, pasien dapat tetap terjaga dari jam 2 pagi hingga jam 10 malam setiap hari. Hingga
50 persen pasien mendapatkan efek antidepresan pada hari yang sama dari kurang tidur
sebagian, tetapi manfaat ini juga cenderung hilang pada waktunya. Dalam beberapa laporan,
bagaimanapun, kurang tidur seri parsial telah berhasil digunakan untuk mengobati insomnia
yang berhubungan dengan depresi. Strategi ketiga, dan mungkin paling efektif,
menggabungkan kurang tidur dengan pengobatan farmakologis depresi. Sejumlah penelitian
telah menyarankan bahwa kurang tidur total dan parsial diikuti dengan perawatan segera
dengan antidepresan atau lithium (Eskalith) menopang efek antidepresan dari kurang tidur.
Demikian juga, beberapa laporan menyatakan bahwa kurang tidur mempercepat respon
terhadap antidepresan, termasuk fluoxetine (Prozac) dan nortriptyline (Aventyl, Pamelor).
Kurang tidur juga telah dicatat untuk meningkatkan dysphoria pramenstruasi. (Gangguan
dysphoric pramenstruasi, yang diklasifikasikan sebagai gangguan depresi pada DSM-5,
dibahas secara rinci dalam Bagian 26.1, Psikiatri dan Kedokteran Reproduksi.)

Fototerapi
Fototerapi (terapi cahaya) diperkenalkan pada tahun 1984 sebagai pengobatan untuk SAD
(gangguan mood dengan pola musiman). Pada kelainan ini, pasien biasanya mengalami depresi
ketika fotoperiode pada hari itu berkurang seiring dengan meningkatnya musim dingin. Wanita
mewakili setidaknya 75 persen dari semua pasien dengan depresi musiman, dan usia rata-rata
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

presentasi adalah 40 tahun. Pasien jarang hadir lebih tua dari usia 55 tahun dengan gangguan
afektif musiman. Fototerapi biasanya melibatkan pemaparan pasien yang terkena cahaya terang
dalam kisaran 1.500 hingga 10.000 lux atau lebih, biasanya dengan kotak cahaya yang duduk
di atas meja atau meja. Pasien duduk di depan kotak selama kira-kira 1 hingga 2 jam sebelum
fajar setiap hari, meskipun beberapa pasien juga mendapat manfaat dari paparan setelah senja.
Atau, beberapa produsen telah mengembangkan pelindung cahaya, dengan sumber cahaya
yang dibangun di pinggiran topi. Visor cahaya ini memungkinkan mobilitas, tetapi studi
terkontrol baru-baru ini telah mempertanyakan penggunaan jenis paparan cahaya ini.
Percobaan biasanya berlangsung 1 minggu, tetapi durasi perawatan yang lebih lama mungkin
terkait dengan respons yang lebih besar. Fototerapi cenderung ditoleransi dengan baik. Sumber
cahaya yang lebih baru cenderung menggunakan intensitas cahaya yang lebih rendah dan
dilengkapi dengan filter; pasien diperintahkan untuk tidak melihat langsung ke sumber cahaya.
Seperti halnya antidepresan yang efektif, fototerapi, pada kesempatan yang jarang, telah
terjaditerlibat dalam mengalihkan beberapa pasien depresi menjadi mania atau hipomania.
Selain depresi musiman, indikasi utama lainnya untuk fototerapi mungkin pada gangguan tidur.
Fototerapi telah digunakan untuk mengurangi iritabilitas dan penurunan fungsi yang terkait
dengan pekerjaan shift. Gangguan tidur pada pasien geriatri telah dilaporkan membaik dengan
paparan cahaya terang pada siang hari. Demikian juga, beberapa bukti menunjukkan bahwa jet
lag mungkin merespons terapi cahaya. Data awal menunjukkan bahwa fototerapi dapat
menguntungkan beberapa pasien dengan OCD yang memiliki variasi musiman.

Farmakoterapi
Setelah diagnosis ditegakkan, strategi perawatan farmakologis dapat dirumuskan. Diagnosis
yang akurat sangat penting karena gangguan spektrum unipolar dan bipolar memerlukan
rejimen pengobatan yang berbeda.
Tujuan dari pengobatan farmakologis adalah remisi gejala, bukan hanya pengurangan gejala.
Pasien dengan gejala residual, sebagai lawan dari remisi penuh, lebih cenderung mengalami
kekambuhan atau kambuhnya episode suasana hati dan mengalami penurunan fungsi harian
yang berkelanjutan.
Gangguan bipolar. Pengobatan farmakologis gangguan bipolar dibagi menjadi fase akut dan
fase pemeliharaan. Namun, perawatan bipolar juga melibatkan formulasi berbagai strategi
untuk pasien yang mengalami mania atau hipomania atau depresi. Lithium dan penambahannya
dengan antidepresan, antipsikotik, dan benzodiazepin telah menjadi pendekatan utama untuk
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

penyakit ini, tetapi tiga penstabil mood antikonvulsan — karbamazepin (Tegretol), valproate
(Depakene), dan lamotrigin (Lamictal) — telah ditambahkan lebih baru-baru ini, juga sebagai
serangkaian antipsikotik atipikal, yang sebagian besar disetujui untuk pengobatan mania akut,
satu juga untuk monoterapi depresi akut, dan tiga untuk pengobatan profilaksis (Tabel 8.1-11).
Masing-masing obat ini dikaitkan dengan efek samping yang unik dan profil keamanan, dan
tidak ada satu obat yang diprediksi efektif untuk semua pasien. Seringkali, perlu untuk
mencoba berbagai obat sebelum pengobatan yang optimal ditemukan.
Tabel 8,1-11
Kelas Mekanik Obat yang Digunakan pada Penyakit Bipolar: Bukti Awal Spektrum
Khasiat pada Mania atau Depresi
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

PENGOBATAN MANIA AKUT. Perawatan mania akut, atau hipomania, biasanya


merupakan fase gangguan bipolar yang paling mudah untuk diobati. Agen dapat digunakan
sendiri atau dalam kombinasi untuk membawa pasien turun dari ketinggian. Pasien dengan
mania parah sebaiknya dirawat di rumah sakit di mana dosis agresif dimungkinkan dan respons
yang memadai dapat dicapai dalam beberapa hari atau minggu. Namun, kepatuhan terhadap
pengobatan sering kali menjadi masalah karena pasien mania sering kurang memahami
penyakitnya dan menolak minum obat. Karena gangguan penilaian, impulsif, dan agresivitas
bergabung untuk menempatkan pasien atau orang lain dalam risiko, banyak pasien dalam fase
manik diobati untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari bahaya.
Lithium Carbonate. Lithium karbonat dianggap sebagai "penstabil suasana hati" prototipikal.
Namun karena onset aksi antimanik dengan lithium bisa lambat, biasanya ditambahkan dalam
fase awal pengobatan oleh antipsikotik atipikal, antikonvulsan penstabil suasana hati, atau
benzodiazepin berpotensi tinggi. Kadar litium terapi antara 0,6 dan 1,2 mEq / L. Penggunaan
akut lithium telah dibatasi dalam beberapa tahun terakhir oleh kemanjurannya yang tidak dapat
diprediksi, efek samping yang bermasalah, dan perlunya uji laboratorium yang sering.
Pengenalan obat-obatan baru dengan efek samping yang lebih menguntungkan, toksisitas yang
lebih rendah, dan lebih sedikit kebutuhan untuk pengujian laboratorium yang sering telah
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

mengakibatkan penurunan penggunaan lithium. Namun, bagi banyak pasien, manfaat klinisnya
bisa luar biasa.
Valproate. Valproate (asam valproat [Depakene] atau divalproex sodium [Depakote]) telah
melampaui lithium yang digunakan untuk mania akut. Tidak seperti lithium, valproate hanya
diindikasikan untuk mania akut, meskipun sebagian besar ahli setuju bahwa itu juga memiliki
efek profilaksis. Tingkat dosis khas asam valproat adalah 750 hingga 2.500 mg per hari,
mencapai tingkat darah antara 50 dan 120 μg / mL. Pemuatan oral yang cepat dengan 15 hingga
20 mg / kg natrium divalproex dari hari pertama pengobatan telah ditoleransi dengan baik dan
dikaitkan dengan timbulnya respons yang cepat. Sejumlah laboratorium
tes diperlukan selama perawatan valproate.
Carbamazepine dan Oxcarbazepine. Carbamazepine telah digunakan di seluruh dunia
selama beberapa dekade sebagai pengobatan lini pertama untuk mania akut tetapi hanya
mendapat persetujuan di Amerika Serikat pada tahun 2004. Dosis khas carbamazepine untuk
mengobati kisaran mania akut antara 600 dan 1.800 mg per hari terkait dengan tingkat darah
antara 4 dan 12 ug / mL. Congener keto dari carbamazepine, oxcarbazepine, mungkin memiliki
sifat antimanik yang serupa. Dosis yang lebih tinggi daripada carbamazepine diperlukan karena
1.500 mg oxcarbazepine mendekati 1.000 mg carbamazepine.
Clonazepam dan Lorazepam. Antikonvulsan benzodiazepine potensi tinggi yang digunakan
dalam mania akut termasuk clonazepam (Klonopin) dan lorazepam (Ativan). Keduanya
mungkin efektif dan banyak digunakan untuk pengobatan tambahan agitasi manik akut,
insomnia, agresi, dan disforia, serta panik. Keamanan dan profil efek samping jinak dari agen-
agen ini membuat mereka tambahan yang ideal untuk lithium, carbamazepine, atau valproate.
Antipsikotik atipikal dan Khas. Semua antipsikotik atipikal —olanzapine, risperidone,
quetiapine, ziprasidone, dan aripiprazole — telah menunjukkan kemanjuran antimanik dan
disetujui oleh Food and Drug Administration untuk indikasi ini. Dibandingkan dengan agen
yang lebih tua, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine), antipsikotik
atipikal memiliki tanggung jawab yang lebih rendah untuk potensi postsinaptik rangsang dan
tardive dyskinesia; banyak yang tidak meningkatkan prolaktin. Namun, mereka memiliki
berbagai macam substansial hingga tidak ada risiko kenaikan berat badan dengan masalah
terkait resistensi insulin, diabetes, hiperlipidemia, hiperkolesteremia, dan gangguan
kardiovaskular. Namun, beberapa pasien memerlukan perawatan pemeliharaan dengan obat
antipsikotik.
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

PENGOBATAN DEPRESI BIPOLAR AKUT. Kegunaan relatif dari antidepresan standar


dalam penyakit bipolar, secara umum, dan dalam siklus cepat dan keadaan campuran,
khususnya, masih kontroversial karena kecenderungan mereka untuk mendorong siklus,
mania, atau hipomania. Dengan demikian, obat-obatan antidepresan sering ditingkatkan oleh
penstabil suasana hati dalam pengobatan lini pertama untuk episode pertama atau terisolasi dari
depresi bipolar. Kombinasi tetap olanzapine dan fluoxetine (Symbyax) telah terbukti efektif
dalam mengobati depresi bipolar akut selama periode 8 minggu tanpa mendorong beralih ke
mania atau hipomania.
Paradoksnya, banyak pasien yang bipolar pada fase depresi tidak menanggapi pengobatan
dengan antidepresan standar. Dalam hal ini, lamotrigin atau ziprasidon dosis rendah (20 hingga
80 mg per hari) mungkin terbukti efektif. Terapi electroconvulsive mungkin juga berguna
untuk pasien dengan depresi bipolar yang tidak menanggapi lithium atau penstabil suasana hati
lainnya dan tambahannya, terutama dalam kasus di mana kecenderungan bunuh diri yang
intens muncul sebagai keadaan darurat medis.
Agen lainnya. Ketika perawatan standar gagal, jenis senyawa lain mungkin terbukti efektif.
Verapamil saluran kalsium antagonis (Calan, Isoptin) memiliki khasiat antimanik akut.
Gabapentin, topiramate, zonisamide, levetiracetam, dan tiagabine belum terbukti memiliki efek
antimania akut, meskipun beberapa pasien mungkin mendapat manfaat dari uji coba agen ini
ketika terapi standar gagal. Lamotrigin tidak memiliki sifat antimanik akut tetapi membantu
mencegah terulangnya episode manik. Studi kecil menunjukkan potensi antimanik akut dan
profilaksis fenitoin.
ECT efektif pada mania akut. Perawatan bilateral diperlukan karena perawatan unilateral, tidak
dominan telah dilaporkan tidak efektif atau bahkan memperburuk gejala manik. ECT
dicadangkan untuk pasien dengan mania refrakter yang jarang dan untuk pasien dengan
komplikasi medis, serta kelelahan ekstrem (hipertermia maligna atau katatonia mematikan).
PERAWATAN PEMELIHARAAN GANGGUAN BIPOLAR. Mencegah kekambuhan
episode mood adalah tantangan terbesar yang dihadapi dokter. Tidak hanya rejimen yang
dipilih harus mencapai tujuan utamanya — euthymia berkelanjutan — tetapi obat-obatan tidak
boleh menghasilkan efek samping yang tidak diinginkan yang mempengaruhi fungsi. Sedasi,
gangguan kognitif, tremor, kenaikan berat badan, dan ruam adalah beberapa efek samping yang
menyebabkan penghentian pengobatan.
Lithium, carbamazepine, dan asam valproat, sendirian atau dalam kombinasi, adalah agen yang
paling banyak digunakan dalam pengobatan jangka panjang pasien dengan gangguan bipolar.
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

Lamotrigin memiliki sifat antidepresan profilaksis dan berpotensi menstabilkan suasana hati.
Pasien dengan gangguan bipolar I yang menggunakan lamotrigin menunjukkan tingkat beralih
menjadi mania yang sama dengan laju dengan plasebo. Lamotrigin tampaknya memiliki sifat
antidepresan akut dan profilaksis superior dibandingkan dengan sifat antimanik. Mengingat
bahwa depresi terobosan adalah masalah yang sulit selama profilaksis, lamotrigin memiliki
peran terapi yang unik. Peningkatan lamotrigin yang sangat lambat membantu menghindari
efek samping yang jarang dari ruam yang mematikan. Dosis 200 mg per hari tampaknya
menjadi rata-rata dalam banyak penelitian. Insiden ruam parah (mis., Sindrom Stevens-
Johnson, nekrolisis epidermal toksik) sekarang diperkirakan sekitar dua dari 10.000 orang
dewasa dan empat dari 10.000 anak-anak.
Suplementasi tiroid sering diperlukan selama pengobatan jangka panjang. Banyak pasien yang
diobati dengan litium mengembangkan hipotiroidisme, dan banyak pasien dengan gangguan
bipolar mengalami disfungsi tiroid idiopatik. T3 (25 hingga 50 μg per hari), karena waktu paruh
yang pendek, sering direkomendasikan untuk strategi augmentasi akut, tetapi T4 sering
digunakan untuk pemeliharaan jangka panjang. Di beberapa pusat, dosis hormon tiroid
hipermetabolik digunakan. Data menunjukkan peningkatan fase mania dan depresi dengan
strategi peningkatan-T4 hipermetabolik. Tabel 8.1-12 merangkum prinsip-prinsip pengobatan
gangguan bipolar.
Tabel 8.1-12
Prinsip dalam Terapi Gangguan Bipolar
 Menjaga fokus dual treatment: 1) akut jangka pendek dan 2) profilaksis
 Grafik kesakitan baik retrospektif dan prospektif
 Mania sebagai gawat darurat: terapi dulu, chemistry kemudian
 Beri dosis loading valproate dan lithium (Eskalith); titrasi lamotrigine (Lamictal)
perlahan
 Kombinasi terapi dengan hati-hati dapat menurunkan efek samping
 Lebih baik menambah daripada substitusi pada pasien resisten obat
 Menahan litium pada regimen untuk efek anti-bunuh diri dan neuroprotektif
 Tappering litium perlahan, jika semuanya
 Edukasi pasien dan keluarga tentang kesakitan dan rasio risiko:keuntungan dari terapi
akut dan profilaksis
 Beri statistik (sekitar 50% akan relaps dalam 5 bulan penghentian litium)
 Nilai compliance dan keinginan bunuh diri secara regular
Muhamad Ferry Kamaruzaman
04011281722065

 Mengembangkan sistem peringatan awal untuk identifikasi dan terapi gejala gawat
darurat
 Kontrak dengan pasien jika perlu untuk menghindari bunuh diri dan penyalahgunaan
obat
 Visit regular, monitor perjalanan penyakit dan efek samping
 Menyusun untuk kontak handphone interval jika dibutuhkan
 Mengembangkan fire drill untuk reemergensi mania
 Selidiki tentang dan komorbid alkohol dan penggunaan substansi
 Psikoterapi bertarget, gunakan medikalisasi untuk kesakitan
 Terapi pasien sebagai koinvestigator dalam perkembangan efektivitas pendekatan
klinis terhadap kesakitan
 Jika terapi berhasil, jadilah konservatif dalam membuat perubahan, menjaga perjalanan
penyakit, dan melanjutkan farmakoprofilaksis dosis penuh jika tidak ada efek samping
 Jika respon terapi inadekuat, lebih agresif dalam mencari alternatif lain

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Ganggunag Jiwa di Indonesia III, Departemen


Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, 1993, hal. 257-270.
Sadock, Benjamin James Sadock, Virginia Alcott: Kaplan dan Sadock’s Concise Testbook of
Clinical Psychiatry 3rd; Wolters Kluer, Lippincott Williams Wilkins, 2008, hal. 375-
392.

Anda mungkin juga menyukai