Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT

Oleh:
Muhammad Alfarizi Nasution, S.Ked 04084822225147

Pembimbing:
dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus
KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT

Oleh:
Muhammad Alfarizi Nasution, S.Ked 04084822225147

Dosen Pembimbing:
dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin
Palembang periode 27 Februari- 25 Maret 2023

Palembang, Maret 2023

dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Ketidakseimbangan
Elektrolit” sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di Departemen
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.
Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Aidyl Fitrisyah, Sp.An
selaku pembimbing laporan kasus ini yang telah memberikan bimbingan dan
nasihat dalam penyusunan telaah ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar laporan kasus ini menjadi lebih baik. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini bias membawa manfaat bagi semua orang dan dapat digunakan
dengan sebaik-baiknya.

Palembang, Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN.....................................................................................2
2.1 Identitas.....................................................................................................2
2.2 Anamnesis.................................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang............................................................................5
2.5 Diagnosis................................................................................................11
2.6 Tatalaksana.............................................................................................11
BAB III ANALISIS KASUS................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium RSMH.............................................................5
Tabel 2. Kriteria admisi ICU berdasarkan diagnosis.............................................16
Tabel 3. Kriteria admisi pasien berdasarkan parameter objektif............................17
Tabel 4. Kriteria masuk GICU (SOP RSMH)........................................................19
Tabel 5. APACHE II Score....................................................................................21

v
BAB I
PENDAHULUAN

Elektrolit merupakan molekul terionisasi yang terdapat di dalam darah,


jaringan, dan sel tubuh. Molekul tersebut, baik yang positif (kation) maupun yang
negatif (anion) menghantarkan arus listrik dan membantu mempertahankan pH
dan level asam basa dalam tubuh. Elektrolit juga memfasilitasi pergerakan cairan
antar dan dalam sel melalui suatu proses yang dikenal sebagai osmosis dan
memegang peranan dalam pengaturan fungsi neuromuskular, endokrin, dan sistem
ekskresi.1
Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum pada periode perioperatif.
Cairan intravena dengan jumlah yang besar sering diperlukan untuk memperbaiki
defisit cairan dan mengkompensasi kehilangan darah selama operasi. Cairan dan
elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.1
Gangguan keseimbangan elektrolit umumnya berhubungan dengan
ketidakseimbangan natrium dan kalium. Prinsip utama ketidakseimbangan
tersebut adalah:2
1. Ketidakseimbangan elektrolit umumnya disebabkan oleh pemasukan dan
pengeluaran natrium yang tidak seimbang. Kelebihan natrium dalam darah
akan meningkatkan tekanan osmotik dan menahan air lebih banyak sehingga
tekanan darah akan meningkat.
2. Ketidakseimbangan kalium jarang terjadi, namun jauh lebih berbahaya
dibanding dengan ketidakseimbangan natrium. Kelebihan ion kalium darah
akan menyebabkan gangguan berupa penurunan potensial trans–membran
sel. Pada pacemaker jantung menyebabkan peningkatan frekuensi dan pada
otot jantung menurunkan kontraktilitas bahkan ketidak–berdayaan otot
(flaccid) dan dilatasi. Kekurangan ion kalium ini menyebabkan frekuensi
denyut jantung melambat.
Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar
keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. Tiga gangguan besar dalam

1
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dengan cepat dapat membahayakan
sistem kardiovaskular, saraf, dan fungsi neuromuskular, dan penyedia anestesi
harus memiliki pemahaman yang jelas cairan normal dan fisiologi elektrolit.1

2
3

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas
Nama : Ny. SH
No RM : 0000906801
Usia : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lorong Manggis, RT001/RW005, Plaju, Palembang
MRS : 07 Maret 2023 Pukul 16.27 WIB
Masuk ICU : 20 Maret 2023 Pukul 19.23 WIB

2.2 Anamnesis
Alloanamnesis pada tanggal 21 Maret 2023
Keluhan Utama
Penurunan kesadaran ± 3 jam sebelum masuk ICU.
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien dirawat di bangsal penyakit dalam sejak tanggal 7 Maret 2023
dengan keluhan bab berdarah, lemas, pucat, dan mau cuci darah.
Sejak ± 4 hari yang lalu penderita mengalami penurunan kesadaran secara
perlahan-lahan, awalnya penderita sulit dibangunkan. Sejak ± 3 jam yang lalu
penurunan kesadaran dirasakan semakin memberat penderita semakin sulit
dibangunkan. sebelumnya sakit kepala tidak ada, muntah menyemprot tidak ada,
kejang ada, sebanyak 3 kali, durasi ± 3 menit, kejang berupa kekakuan diseluruh
tubuh, saat kejang mata mendelik ke atas ada, lidah tergigit tidak ada, mulut
berbusa tidak ada, mengompol tidak ada, sebelum kejang penderita tidak sadar
saat kejang tidak sadar setelah kejang tidak sadar, kelemahan kedua sisi tubuh
ada, mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada, gangguan sensibilitas berupa
rasa baa dan kesemutan BDD, kemampuan penderita untuk mengerti is pikiran
4

orang lain dan mengungkapkan isi pikiranya balk secara lisan, tulisan dan isyarat.
Pasien dibawa ke ICU RSMH.

Riwayat Coexisting Disease


- Pasien memiliki riwayat kanker serviks menjalar ke rektum sejak ± 1 tahun
yanq lalu, sudah dilakukan radioterapi dan dinyatakan selesai.
- Riwayat dikatakan sakit gagal ginjal ada sejak ± 1 tahun yang lalu, rutin cuci
darah terakhir bulan juli 2022 namun kemudian baru dilanjutkan kembiali
setiap selasa dan jumat,
- Riwayat kejang sebelumnya tidak ada, riwayat kejang saat anak anak tidak ada,
riwayat kejang saudara sekandung tidak ada.
- Riwayat hipertensi tidak ada
- Riwayat diabetes mellitus tidak ada
- Riwayat asma tidak ada
- Riwayat alergi tidak ada

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat diabetes mellitus disangkal
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat keganasan disangkal
- Riwayat alergi disangkal

Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok disangkal
- Riwayat mengonsumsi alkohol disangkal

2.3 Pemeriksaan Fisik (21/03/2023)


Status Generalisata
Sens : E1M2VT
TD : 116/56 mmHg
5

HR : 131 kali per menit


RR : 18 kali per menit
Suhu : 36,6℃
SpO2 : 98% on NRM
BB/TB : 40 kg/145cm
IMT : 19,02 kg/m2 (Normoweight)

Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
diameter 3mm/3mm, RC (+/+).
Hidung : Napas cuping hidung (-), Deviasi septum (-), plica nasolabialis
simetris, polyp (-), epistaksis (-).
Telinga : Sekret (-), nyeri tekan (-), nyeri tarik (-)
Mulut : Sianosis (-), pucat (+)
Leher : Simetris, benjolan (-), pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-)

Thorax
Paru-paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris kanan dan kiri, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) normal, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : batas jantung atas ICS II linea parasternalis sx
batas jantung kanan ICS IV linea sternalis dx
batas jantung kiri ICS V linea midsternalis sx
6

Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-), splitting (-), M1>M2,
T1>T2, A2>A1, P2>P1

Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, icterus (-), venektasi (-), caput medusa (-)
Auskultasi : BU (+) 5x normal,
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas: akral hangat, pucat (-), CRT <2”
Genitalia : tidak diperiksa
10

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium RSMH
Jenis Pemeriksaan Hasil 20/03/2023 Rujukan
Hemoglobin 7,4 13,48 – 17,40 g/dL
RBC 2,59 x 106 4,40 – 6,30 x 106/μL
WBC 7,07 x 103 4,73 – 10,89 x 103/μL
Hematokrit 22 41 – 51 %
PLT 257 x 103 170 – 396 x 103/μL
MCV 84,94 85 – 95 fL
MCH 28,57 28 – 32 pg
MCHC 33,63 33 – 35 g/L
RDW-CV 13,90 11 – 15 %
Hitung Jenis 0-1/1-6/50-70/20-40/2-
8%
INR 1,27
Faal Hati
Albumin 2,6 3,5-5,0 g/dL
AST/SGOT 9 0-38 U/L
ALT/SGPT 7 0-41 U/L
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 92 <200 mg/dL
Kalsium (Ca) 9,0 8,8-10,2
Faal Ginjal
Ureum 60 16,6 – 48,5 mg/dL
Kreatinin 3,65 0,50 – 0,90 mg/dL
Natrium (Na) 121 135 – 155 mEq/L
Kalium (K) 2,0 3,5 – 5,5 mEq/L
Klorida (Cl) 99 96-106
HBsAg Non-reaktif Non-reaktif
Anti-HCV Non-reaktif Non-reaktif
Analisis Gas Darah
Temperature 36,6
FiO2 498,6
pH 7,291 7,35-7,45
pCO2 27,5 35-45 mmHg
pO2 249,3 83-108 mmHg
SO2% 99,7 %
Hct 29 35-45%
Hb 9,6 11,7-15,5 g/dL28
Na+ 129,6 136-146 mmol/L
K+ 3,70 3,5-5,1 mmol/L
Cl- 113,6 98-106 mmol/L
11

Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks (6 Maret 2023)

Kesan:
Cor dan pulmo dalam batas

2.5 Diagnosis
Respiratory Failure on Mechanical Ventilation dengan Ca Cervix stadium V meta
recti + CKD Stage V + Anemia perdarahan + Hipoalbuminemia + Hiponatremia
+ Hematoschezia

2.6 Tatalaksana
Non Farmakologis :
- Intubasi endotracheal
12

- Mechanical ventilator
- Pasang NGT
- Rencana hemodialisis

Farmakologis :
- Meropenem 500 mg/12 jam/ IV
- Inj Omeprazole 40 mg/24 jam/IV
- Domperidone 3 x 10 mg
- Salofalk 3 x 500 mg PO
- Sucralfat 3 x15 mg PO
- Asam traneksamat 3 x 500 IV
- Vit. K 3x 20 mg IV
- Albumin 20% 1x1 fls
- Folic acid 1 gr/8 jam/PO
- Halloperidol 1 g /12 jam/IV
- Furosemid 10mg/jam
- KCL 25 ml dalam KAEN 3B

Rencana pemeriksaan:
Manajemen nyeri, Observasi TTV, observasi kejang.
13

BAB III
ANALISIS KASUS

Ny. SH, Perempuan, 66 tahun, datang ke IGD RSMH dengan keluhan utama
penurunan kesadaran sejak 3 jam SMRS. Pasien dirawat di bangsal penyakit
dalam sejak tanggal 7 Maret 2023 dengan keluhan bab berdarah, lemas, pucat, dan
mau cuci darah. Sejak ± 4 hari yang lalu penderita mengalami penurunan
kesadaran secara perlahan-lahan, awalnya penderita sulit dibangunkan. Sejak ± 3
jam yang lalu penurunan kesadaran dirasakan semakin memberat penderita
semakin sulit dibangunkan. sebelumnya sakit kepala tidak ada, muntah
menyemprot tidak ada, kejang ada, sebanyak 3 kali, durasi ± 3 menit, kejang
berupa kekakuan diseluruh tubuh, saat kejang mata mendelik ke atas ada, lidah
tergigit tidak ada, mulut berbusa tidak ada, mengompol tidak ada, sebelum kejang
penderita tidak sadar saat kejang tidak sadar setelah kejang tidak sadar, kelemahan
kedua sisi tubuh ada, mulut mengot tidak ada, bicara pelo tidak ada, gangguan
sensibilitas berupa rasa baa dan kesemutan BDD, kemampuan penderita untuk
mengerti is pikiran orang lain dan mengungkapkan isi pikiranya balk secara lisan,
tulisan dan isyarat. Pasien dibawa ke ICU RSMH
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran pasien GCS 3 on ventilator
(E1M2VT), tekanan darah 116/56 mmHg, nadi 131x/menit, suhu 36,6 oC dan
saturasi 98% dengan ETT. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan kongjungtiva
anemis, bibir pucat. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
laboratorium darah didapatkan penurunana hemoglobin (7,4), hematokrit (22%),
eritrosit (2,59 x 106) serta penurunan albumin (2,6 g/dL).Terdapat peningkatan
ureum (60 mg/dL) dan kreatinin (3,65 mgdL). Sedangkan dalam pemeriksaan
elektolit darah, ditemukan penurunan natrium 121 mEq/L (135-145 mEq/L) dan
kalium 2,0 mEq/L (3,5 -5,0 mEq/L).
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis sebagai Ca Cervix stadium V meta recti + CKD Stage V + Anemia
perdarahan + Hipoalbuminemia + Hiponatremia + Hipokalemia + Hematoschezia.
14

Elektrolit merupakan molekul terionisasi yang terdapat di dalam darah,


jaringan, dan sel tubuh. Molekul tersebut, baik yang positif (kation) maupun yang
negatif (anion) menghantarkan arus listrik dan membantu mempertahankan pH
dan level asam basa dalam tubuh. Elektrolit juga memfasilitasi pergerakan cairan
antar dan dalam sel melalui suatu proses yang dikenal sebagai osmosis dan
memegang peranan dalam pengaturan fungsi neuromuskular, endokrin, dan sistem
ekskresi.3
Fungsi dari masing-masing elektrolit, antara lain:1
1. Natrium, berperan dalam mengatur jumlah total air dalam tubuh
2. Kalium, berperan penting dalam menentukan potensial membran sel.
3. Kalsium, ion kalsium terlibat dalam hampir semua fungsi biologis penting,
termasuk kontraksi otot, pelepasan neurotransmiter dan hormon, pembekuan
darah, dan metabolisme tulang.
4. Magnesium, kation intraseluler yang berperan sebagai kofaktor dalam
banyak jalur enzim.
5. Fosfat, konstituen intraseluler dalam sintesis (1) fosfolipid dan fosfoprotein
dalam sel membran dan organel intraseluler, (2) fosfonukleotida yang
terlibat dalam sintesis protein dan reproduksi, dan (3) ATP yang digunakan
untuk penyimpanan energi.
Keseimbangan elektrolit sangat dibutuhkan dalam 3 Gangguan besar dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dengan cepat dapat membahyakan
kardiovaskular, saraf, dan fungsi neuromuskular, dan penyedia anestesi harus
memiliki pemahaman yang jelas cairan normal dan fisiologi elektrolit.
Pada pasien ini, terjadi ketidakseimbangan elektrolit yaitu berupa penurunan
natrium dan kalium. Kalium dibutuhkan tubuh dalam menentukan potensial
membran sel. Apabila terdapat gangguan dari kalium tersebut dapat menimbulkan
gangguan fungsi saraf dan kardiovaskular yang dapat mengancam jiwa. perubahan
hormon serta pH pada cairan ekstraseluler. Kadar normal kalium dalam serum
adalah 3,5-5,5 mEq/L. Sedangkan kebutuhan asupan kalium ialah 1-2
mEq/hari.1,3
15

Kalium yang meningkat atau disebut juga hiperkalemia terjadi saat kadar
kalium plasma melebihi 5,5 mEq/L. Hiperkalemia jarang terjadi pada individu
normal karena kapasitas ginjal yang luar biasa untuk mengekskresi kalium. Akan
tetapi terdapat penyebab yang dapat menyebabkan hiperkalemia diantaranya
1. Perpindahan kalium interkompartemen
2. Penurunan ekskresi kalium di urine, dan
3. Peningkatan intake kalium.
Peningkatan palsu konsentrasi kalium plasma dapat terjadi jika terdapat
hemolisis sel darah merah pada spesimen darah (kebanyakan disebabkan torniquet
yang lama ketika mengambil darah).
Dalam penurunan kalium pada pasien, diduga terjadi karena coexisting
disease berupa Ca serviks, perdarahan akut, dan gagal ginjal kronis yang dialami
pasien. Penggunaan obat kemoterapi seperti agen alkylating dapat menyebabkan
penurunan kadar kalium, obat-obatan seperti diuretik juga dapat menurunkan
kadar kalium.4
Manifestasi Klinis Hipokalemia ialah
1. Mual dan muntah
2. Hilang nafsu makan
3. Sembelit atau konstipasi
4. Tubuh terasa lemah
5. Kesemutan
6. Kram otot
7. Jantung berdebar
Kadar kalium dalam darah yang sangat rendah, yaitu kurang dari 2,5
mmol/L, dapat berakibat fatal. Kondisi ini tergolong hipokalemia berat. Beberapa
gejala hipokalemia berat yang dapat muncul adalah:
1. Ileus paralitik
2. Kelumpuhan
3. Gangguan irama jantung (aritmia)
4. Henti napas
16

Gambar 1 fisiologi hipokalemia5


Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi natrium dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah natrium
pada orang dewasa normal sekitar 135 – 145 mEq/L. Hiponatremia terjadi ketika
konsentrasi natrium dalam darah lebih rendah dari angka normal <135 mEq/L
Berikut ini beberapa penyebab yang mendasari,
1. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat, seperti pil diuretik, antidepresan,
dan obat nyeri, dapat mengganggu proses hormonal dan kinerja ginjal dalam
menjaga konsentrasi natrium dalam kisaran normal.
2. Masalah jantung, ginjal, dan hati. Gagal jantung kongestif dan penyakit
pada ginjal atau hati dapat menyebabkan cairan menumpuk di tubuh.
Kondisi tersebut dapat mengencerkan dan menurunkan kadar natrium dalam
tubuh.
3. Sindrom hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH). Dalam kondisi ini,
hormon antidiuretik (ADH) tingkat tinggi diproduksi, sehingga
17

menyebabkan tubuh menahan air dan tidak dapat mengeluarkannya dalam


bentuk urine.
4. Muntah, diare kronis, dan penyebab dehidrasi lainnya. Sejumlah kondisi
tersebut menyebabkan tubuh kehilangan elektrolit, seperti natrium dan juga
meningkatkan kadar ADH.
5. Minum air terlalu banyak. Minum air dalam jumlah berlebihan dapat
menyebabkan penurunan jumlah natrium karena peningkatan kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan air berlebihan.
6. Perubahan hormonal. Insufisiensi kelenjar adrenal (penyakit Addison)
mempengaruhi kemampuan kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon
yang membantu menjaga keseimbangan natrium, kalium, dan air.

Gambar 2 fisiologi hiponatremia5


Hiponatremia menunjukkan kelebihan air bebas. Kelebihan air bebas ini
dapat disebabkan oleh dua mekanisme.6
1. Peningkatan asupan air bebas: Pasien meminum volume air bebas yang
besar (lebih besar dari 18 L/hari atau lebih besar dari 750 mL/jam) yang
18

melebihi kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air bebas. Contohnya adalah


polidipsia psikogenik, pelari maraton, kompetisi minum air, dan ekstasi.
2. Penurunan ekskresi air bebas: Pasien minum air bebas dengan volume
normal, tetapi ginjal tidak dapat mengeluarkan air karena beberapa alasan.
Pada pasein ini laju filtrasi glomerulus (GFR) rendahyang disebabkan oleh
CKD: mengganggu kemampuan ginjal untuk membuang air.
Tatalaksana koreksi elektrolit natrium dan kalium mengikuti rumus.
Natrium
Laju cairan, mL/jam = (1000 x laju koreksi natrium, mmol/L/jam) /
perubahan natrium serum
Perubahan natrium serum = (natrium cairan, mmol/L - natrium serum,
mmol/L) / (total air tubuh + 1)
Air tubuh total = berat x % air tubuh
Koreksi natrium tidak lebih cepat dari 12 mmol/L/hari (0,5 mmol/L/jam)
untuk menghindari sindrom demielinasi osmotik (ODS), yang sebelumnya dikenal
sebagai mielinolisis pontin sentral (CPM), dan hanya menggunakan NaCl (3%).
Kalium
Setiap penurunan 1 mEq/L kalium serum, menunjukkan defisit kalium
sekitar 200-400 mEq. Namun, perhitungan ini bisa melebih-lebihkan atau
meremehkan defisit kalium yang sebenarnya. Pasien dengan kadar kalium 2,5–3,5
mEq/L (mewakili hipokalemia ringan hingga sedang), mungkin hanya
memerlukan penggantian kalium oral. Jika kadar kalium kurang dari 2,5 mEq/L,
kalium intravena (iv) harus diberikan, dengan tindak lanjut yang ketat,
pemantauan EKG terus menerus, dan pengukuran kadar kalium serial.7
19

Gambar 3. Tatalaksana hipokalemia berdasarkan derajat keparahan7


DAFTAR PUSTAKA

1. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with


Fluid & Electrolyte Disturbances. In: Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology. 5th ed. McGraw-Hill Education; 2013:1107-1139.
doi:10.4103/1658-354X.109819
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gangguan Keseimbangan Air-
Elektrolit Dan Asam-Basa Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis Dan
Tatalaksana. 3rd ed. Badan Penerbit FKUI; 2017.
3. Yaswir R, Ferawati I. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,
Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. J Kesehat Andalas.
2012;1(2):80-85. doi:10.25077/jka.v1i2.48
4. Berardi R, Torniai M, Lenci E, Pecci F, Morgese F, Rinaldi S. Electrolyte
disorders in cancer patients: a systematic review. J Cancer Metastasis Treat.
2019;2019. doi:10.20517/2394-4722.2019.008
5. Dolatabadi S, Zhang R, Dhillon M. Hypokalemia: physioloogy.
CalgaryGuide.
6. Rondon H, Badireddy M. Hyponatremia. StatPearls Publ. Published online
2023.
7. Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou
A. Hypokalemia: A clinical update. Endocr Connect. 2018;7(4):R135-R146.
doi:10.1530/EC-18-0109

20

Anda mungkin juga menyukai