Disusun Oleh :
Karin Ananditya Fazri
30101407217
Pembimbing :
dr. Luh Putu Endyah Santi Maryani, Sp.Rad
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas anugerah, hidayah dan rahmatNYA
sehingga penulis dapat mennyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Seorang
Laki-laki dengan Hidronefrosis dan Hidroureter e.c Vesicolitiasis” guna memenuhi
salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraann klinik bagian ilmu
radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang di RSUD
K.R.M.T Wonngsonegoro Kota Semarang periode 14 Agustus – 8 September 2018.
Penulis dangat bersyukur atas keberhasilan penyusunan laporan kasus ini.
Hal ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak . oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Luh Putu Endyah Santi Maryani, Sp.Rad
2. dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad
3. dr. Oktina Rachmi Dachliana, Sp.Rad
4. seluruh staff instalasi radiologi RSUD K.R.M.T Wonngsonegoro Kota
Semarang
5. Rekan – rekan anggota kepaniteraan klinik ilmu radiologi
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran sangat bersifat membangun dari berbagai pihak penulis.
Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun pembaca.
Penulis
3
Daftar Isi
Lembar pengesahan....................................................................................2
Kata pengantar............................................................................................3
Daftar isi.....................................................................................................4
BAB I Pendahuluan....................................................................................6
2.1 Ginjal...................................................................................... 8
2.2 Ureter......................................................................................12
2.4 Uretra......................................................................................14
2.5 Prostat.....................................................................................17
2.6.1 Definisi.......................................................................18
2.6.2 Epidemiologi..............................................................19
2.6.3 Patofisiologi................................................................20
2.6.7 Penatalaksanaan…………..........................................24
2.7 Vesikolitiasis.……...................................................................25
4
2.7.1.3 Batu Asam Urat……………………….…….27
3.1 Identitas…..................................................................................28
3.2 Anamnesis……………………………………………….…....28
3.5 Diagnosis...................................................................................35
3.7 Tatalaksana................................................................................35
3.8 Prognosis...................................................................................35
Daftar Pustaka...............................................................................................37
5
BAB I
PENDAHULUAN
Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal,
pelvis renal atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan,
hiperperitalsis, dan spasme otot polos pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter
dimana kaliks dan pelvis renalis mengalami dilatasi sebagai akibat adanya
penumpukan urine didalam kaliks atau pelvis renalis yang diakibatkan oleh adanya
fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, urin akan mengalir balik kesaluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan
yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan
struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif, dan jika mengalami
lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter),
perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka
6
prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Batu
ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat
utama pada pasien. Berbagai kelainan baik kongential maupun didapat dalam
sistem ini dapat diperiksa dengan bantuan radiologi melalui beberapa macam
diketahui adanya anomali ginjal, massa pada traktus urinarius, peradangan, dilatasi
traktus urinarius, sampai pada penilaian fungsi ekskresi dan kerusakan struktur
ginjal. 3
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ginjal
2.1.1 Anatomi
menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di dalamnya
terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal, seperti
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Dalam hal ini, ginjal
lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada perempuan. Pada orang yang
mempunyai ginjal tunggal yang didapat sejak usia anak, ukurannya lebih besar
daripada ginjal normal. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran rerata ginjal
orang dewasa adalah 11,5cm (panjang) x 6cm (lebar) x 3.5cm (tebal). Beratnya
bervariasi antara 120 – 170 gram, atau kurang lebih 0.4 % dari berat bedan
(Purnomo, 2011). Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan
pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak
bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal,
yang berbentuk seperti kerucut disebut piramid renal, dengan dasarnya menghadap
korteks dan puncaknya disebut apeks atau papilla renal. Di antara piramid terdapat
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut
kapsula fibrosa (true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal. Di luar
8
kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang di sebelah luarnya dibatasi oleh fasia
Gerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan kapsul Gerota terdapat rongga
perirenal. 1
Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal
atau disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal
bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota.
Fasia ini berfungsi sebagai barrier yang menghambat meluasnya perdarahan dari
parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma ginjal.
Selain itu, fasia Gerota dapat pula berfungsi sebagai barrier dalam menghambat
peritoneum ini disebut rongga pararenal, Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh
berbagai otot punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan di
sebelah anterior dilindungi oleh organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh
9
hepar, kolon, dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung,
Secara anatomis ginjal terbagi kepada 2 bagian, yaitu korteks dan medula
ginjal. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta –
juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medulla ginjal yang
terletak lebih profundus banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang
Henle, tubulus kontortus (TC) distalis, dan duktus kolegentes. Sistem pelvikalises
ginjal terdiri dari kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pielum/pelvis
renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan dindingnya
terdiri dari otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke
ureter. 7
2.1.2 Fisiologi
Ginjal berfungsi sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah, dan
lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif
melalui filtrasi plasma darah lewat glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat
terlarut dan air di tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar
10
4. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
tulang,
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat yang berbahaya dari darah, zat tersebut diubah menjadi urin.
11
Kemudian urin dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin ditampung
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi cairan
yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Zat dalam
plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat
glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan
difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di
2.2 Ureter
Ureter adalah Organ berbentuk tabung kecil untuk mengalirkan urine dari
Perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis renalis yang merentang
sampai vesika urinaria. Tiap ureter panjangnya ± 25-30 cm, diameter 4-6 mm.
Dinding ureter Terdiri atas 3 lapisan jaringan. Lapisan fibrosa (luar), muskularis
longitudinal dan otot polos sirkuler (bagian tengah), epitelium mukosa (bag dalam).
12
Ureter memiliki beberapa tempat penyempitan yang merupkan predileksi
tersangkutnya batu yang berasal dari ginjal/ureter yaitu, peralihan pelvis renalis
menjadi ureter, Menyilang di depan arteri iliaca communis, dan didalam otot vesical
urinaria. 3
yaitu, Ureter pars abdominalis yang berada dari pelvis renalis sampai menyilang
vasailiaka dan ureter pars pelvika, mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai
bagian yaitu, 1/3 proksimal dimulai dari pelvis renalis sampai batas atas sacrum,
1/3 medial yang dimulai dari batas atas sacrum sampai batas bawah sacrum, dan
1/3 distal yang dimulai dar batas bawah sacrum sampai masuk ke kandung kemih.
3
13
Vesica urinaria merupakan kantong musculomembranosa yang terbentuk
dari otot tempat urin mengalir dari ureter. Bentuk, ukuran, besar dan hubungan
atau terisi setengahnya VU tersebut terletak di dalam pelvis, ketika VU terisi lebih
dari setengahnya maka VU tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di
atas pubis. Dinding VU terdiri dari lapisan sebelah peritonium, Tunika muskularis
,Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa. Vesica Urinaria laki-laki dan wanita
berbeda dalam hal hubungan dengan bangunan sekitar, letak vesica urinaria laki-
laki berada pada dorsal symphysis pubis dan di sebelah ventral rectum, letak vesica
urinaria wanita berada di sebelah dorsal symphysis pubis dan di ventrocaudal uterus
2.4 Uretra
dengan luar tubuh. Uretra laki-laki berbeda dari uretra wanita, Uretra Laki-laki
membawa cairan semen dan urin, tetapi tidak pada waktu yang bersamaan, uretra
14
laki-laki panjangnya mencapai 20-25 cm dan melalui kelenjar prostat dan penis.
bagian ini kurang lebih 3 cm. Terdapat sejumlah ductus dari kelenjar prostat
yag bermuara langsung pada uretra pars prostatica. Selain itu uretra pars
terbentuk dari penyatuan ductus deferen dan ductus vesica seminalis. Pada
garis tengah yang disebut crista uretralis. Di tengah crista uretralis terdapat
bulbus penis, corpus spongiosum dan glans penis. Saluran ini merupakan
15
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm
menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra wanita terdiri dari
16
2.5 Prostat
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari buli-buli, di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri
dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Prostat memiliki
kapsula fibrosa yang padat dan dilapisi oleh jaringan ikat prostat sebagai bagian
fascia pelvis visceralis. Pada bagian superior dari prostat berhubungan dengan
Permukaan ventral prostat terpisah dari simpisis pubis oleh lemak retroperitoneal
dalam spatium retropubicum dan permukaan dorsal berbatas pada ampulla recti. 11
Kelenjar prostat terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai
menonjol pada masa pubertas. Biasanya kelenjar prostat dapat tumbuh seumur
hidup. Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan kandung kemih, uretra, vas
diafragma bila terjadi cedera. Prostat dapat diraba pada pemeriksaan colok dubur.
12
17
Selain mengandung jaringan kelenjar, kelenjar prostat mengandung cukup
banyak jaringan fibrosa dan jaringan otot polos. Kelenjar ini ditembus oleh uretra
dan kedua duktus ejakulatorius, dan dikelilingi oleh suatu pleksus vena. Kelenjar
Arteri-arteri untuk prostat terutama berasal dari arteria vesicalis inferior dan
membentuk plexus venosus prostaticus sekeliling sisi-sisi dan alas prostat. Plexus
venosus prostaticus yang terletak antara kapsula fibrosa dan sarung prostat,
ditampung oleh vena iliaka interna. Plexus venosus prostaticus juga berhubungan
dengan plexus venosus vesicalis dan plexus venosi vertebrales. Pembuluh limfe
terutama berakhir pada nodi lymphoidei iliaci interni dan nodi lymphoidei externi.
13
2.6.1 Definisi
gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif,
tetapi dalam beberapa kasus seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir,
bawah yang berkepanjangan akan obstruksi sebelah atas. Jika tidak diterapi dengan
18
tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur
ginjal yang permanen, yang dikenal dengan nefropati obstruktif, dan jika
2.6.2 Epidemiologi
kemih banyak dijumpai disaluran kemih bagian atas, sedang di negara berkembang
seperti India, Thailand, dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih.
Di daerah Semarang sejak tahun 1979 proporsi batu saluran kemih dijumpai relatif
pada saluran kemih bagian atas terjadi di abad-20, khususnya di daerah bersuhu
tinggi dan dari negara yang sudah berkembang. Epidemiologi batu saluran kemih
bagian atas di negara berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan
Di rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang tahun 1979 telah dirawat 166 pasien
batu saluran kemih atau 5/10.000 pasien rawat inap. Hampir keseluruhan pasien
(99%) datang dengan problem medis batu ginjal yang dilaporkan sebesar 35%. Pada
tahun 1981 – 1983 dilaporkan dari 634 pasien batu saluran kemih didapatkan 337
pasien batu ginjal (53%). Prevalensi penyakit batu saluran kemih berdasarkan
kelompok umur 55-64 tahun (1,3%) menurun sedikit pada kelompok umur 65-74
tahun (1,2%) dan umur di atas 75 tahun (1,1%). Prevalensi lebih tinggi pada lakilaki
bersekolah dan tidak tamat SD (0,8%) dan status ekonomi hampir sama kuintil
19
indeks kepemilikian menengah bawah sampai menengah atas (0,6%). Prevalensi di
2.6.3 Patofisiologi
secara anatomik ataupun fisiologik. Hambatan ini dapat terjadi dimana saja
perubahan dalam filtrasi glomerulus (GFR), fungsi tubulus, dan aliran darah ginjal.
GFR menurun dalam beberapa jam setelah terjadinya hambatan. Kondisi ini dapat
bertahan selama beberpa minggu. Fungsi tubulus juga terganggu. Berat dan durasi
kelainan ini tergantung pada berat dan durasi hambatan aliran. Hambatan aliran
tekanan ureter juga aliran balik pielovena dan pielolimfatik. Dalam duktus
kolektivus, dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal. Namun komponen diluar ginjal
2.6.4 Etiologi
terlalu tinggi.
jaringan fibrosa
20
arteri atau vena yang letaknya abnormal
tumor.
ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
atau pembedahan
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lai
nnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
menghalangi kontraksiureter.
21
lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yangsecara normal mengalirkan air
menetap.
akut dapat menimbulkan rasa nyeri hebat di daerah bawah costae dan tulang
panggul, nyeri tumpul (hidronefrosis kronik), rasa tidak nyaman pada perut atau
pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta
piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena
maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit), Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan
menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidakmampu membuang
hidronefrosi seperti USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih,
22
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal, Sistoskopi,
II. Grade 1 (mild): dilatasi pelvik renal tanpa dilatasi kaliks, tanpa atrofi
III. Grade 2 (mild): dilatasi dari pelvik renal dan kaliks, tapa atrofi parenkim
IV. Grade 3 (moderate): dilatasi sedang pelvik dan kaliks renal, penumpulan
V. Grade 4 (severe): dilatasi berat dari pelvik dan kaliks renal (tampak
Gambar : Hdronefrosis (a) grade 1, (b) grade 2, (c) grade3, (d) grade 4
23
2.6.7. Penatalaksanaan
menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis
24
Gambar : hidronefrosis pada pemeriksaan CT-Scan
2.7 Vesikolitiasis
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari system perkemihan
(ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di dalam ginjal.
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancer secara tiba-tba akan berhenti dan
menetes disertai dengan rasa nyeri. Batu yang ada di Vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat
meningkat atau ketika terdapat defisiensi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
halus dan 10% diserap di usus besar. Absorpsi kalsium bervariasi bergantung pada
konsumsi kalsium tersebut. Kalsium diserap pada fase ionik, dan penyerapan
kalsium tidak sempurna karena pembentukan kompleks kalsium pada lumen usus.
25
Substansi yang dapat menghasilkan kompleks kalsium adalah fosfat, sitrat, oksalat,
seluruh kejadian batu adalah batu kalsium. Batu kalsium sangat sering
terjadi akibat kenaikan kadar kalsium dalam urin, kenaikan kadar asam urat
dalam urin, naiknya kadar oksalat dan menurunnya sitrat dalam urin. 17
oleh Ulex, seorang geologis asal Swedia pada abad ke-18. Nama ‘struvite’
berasal dari diplomat dan ilmuwan Rusia H.C.G von Struve. Brown
dalam waktu singkat. Mikroorganisme lain yang memecah urea dan dapat
ion trivalent fosfat pada saat yang sama. Tubulus ginjal hanya menghasilkan
26
fosfat tidak tersedia pada saat urin bersifat asam, oleh karena itu batu
dan akan menghasilkan bikarbonat dan ion karbonat. Alkalinisasi urin oleh
reaksi urease tadi menghasilkan NH4, yang akan membentuk ion karbonat
dan ion trivalent fosfat. Inilah yang akan membentuk batu struvite. 17
Batu asam urat merupakan jenis batu yang lazim ditemukan pada
pria dan memiliki angka kejadian 5% dari seluruh kejadian batu. Pasien
dengan gout, penyakit proliferatif, penurunan berat badan yang cepat serta
batu asam urat. Tidak seluruh pasien dengan batu asam urat mengalami
hiperurisemia,. Naiknya kadar asam urat dalam urin dipicu oleh kurangnya
urin yang rendah, volume urin yang rendah dan hyperuricosuria. Faktor
dengan batu asam uran memiliki kadar eksresi asam urat yang normal. 17
27
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Penderita
Nama : Ny. N
Usia : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 13/11/1971
Alamat : Sinar Asih
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Rawat Inap dari IGD
Tanggal masuk : 17 Desember 2018
No.RM : 457***
3.2 Anamnesis
Anamnesis pada pasien dilakukan pada hari Selasa, 18 Desember 2018, di
Ruang Bangsal Bima 3 RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang dan
didukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama :
Chest pain dan Colic Abdomen
Riwayat penyakit sekarang:
28
- Riwayat kencing manis : Disangkal
- Riwayat sakit jantung : Disangkal
- Riwayat sakit ginjal : Disangkal
- Riwayat trauma : Disangkal
Riwayat penyakit keluarga:
- Riwayat keluhan serupa : Disangkal
- Riwayat hipertensi : Diakui
- Riwayat kencing manis : Diakui
- Riwayat sakit jantung : Disangkal
- Riwayat sakit ginjal : Disangkal
- Riwayat trauma : Disangkal
Riwayat sosioekonomi :
Pasien periksa menggunakan BPJS.
STATUS INTERNUS
29
- Kepala : Bentuk normocephale, tidak teraba benjolan.
- Rambut : Warna hitam dan putih, mudah dicabut, distribusimerata
- Mata :
- Bola mata : tidak terdapat eksoftalmus
- Konjungtiva : anemis -/-, perdarahan -/-,
- Sklera : ikterus -/-
- Palpebra : oedema -/-
- Pupil : bulat, isokor 3 mm/ 3mm, reflek cahaya +/+
- Lensa : Keruh
- Hidung :
- Deformitas (-)
- Nafas cuping hidung (-/-),
- Tidak tampak adanya sekret atau perdarahan
- Telinga :
- Bentuk : normal
- Lubang : normal, discharge (-/-)
- Pendengaran : menurun
- Perdarahan : tidak ada
- Mulut :
- Bibir : tidak ada kelainan kongenital, sianosis (-), oedem (-)
- Lidah : ukuran normal, tidak kotor, tidak tremor
- Gigi : perawatan gigi kurang
- Mukosa : hiperemi (-), stomatitis (-)
- Leher :
- Deviasi trakea : - (posisi trakea simetris)
- Kaku kuduk : - (negatif)
- Tiroid : tidak ada pembesaran
- JVP : tidak ada peningkatan JVP
- KGB : tidak ada pembesaran
30
- PF Thoraks:
a. Paru :
1. Inspeksi : laju nafas 20x/menit, pola nafas regular, simetris,
ketertinggalan gerak (-/-), retraksi (-/-), pergerakan otot bantu
pernafasan (-/-)
2. Palpasi : fremitus vokal normal,nyeri tekan (-), gerakan dada
simetris, tidak ada ketertinggalan gerak.
3. Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
4. Auskultasi : suara pernafasan vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)
b. Jantung :
1. Inspeksi : pulsasi ictus cordis tampak kuat angkat
2. Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V linea
mid clavicularis sinistra
3. Perkusi : kardiomegali (-)
4. Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur(-),
gallop (-)
- PF Abdomen :
1. Inspeksi : permukaan perut datar , pelebaran pembuluh darah(-),
sikatrik (-), massa (-), tanda peradangan (-), caput medusa (-),sikatrik
(-), striae (-),hiperpigmentasi (-)
2. Auskultasi: bunyi peristaltik usus normal, tidak ada bising usus, tidak
ada bising pembuluh darah.
3. Palpasi :
Superfisial Nyeri tekan abdomen regio suprapubik (-), Massa
(-), defence muscular (-)
Dalam Nyeri tekan dalam pada peut kanan (+)
Murphy’s Sign (-)
Tes undulasi (-)
4. Perkusi :
Perkusi 4 regio timpani
Hepar pekak (+), liver span dextra 12 cm, sinistra 6 cm
31
Lien traube space (+)
Ginjal nyeri ketok kostovertebra +/-
Pekak sisi dan pekak ahli (-)
- PF Ekstremitas :
- Superior : Akral hangat, Oedema -/-, capillary refill <2 detik
- Inferior : Akral hangat, Oedema -/-, capillary refill <2 detik
3.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 17 Desember 2018
32
b. Pemeriksaan USG Abdomen
33
Pembacaan Hasil USG Abdomen
- KESAN :
- Moderate hidronefrosis dan hidroureter kanan e.c batu ukuran 0,95 pada
muara ureter kanan vesikolithisis
- DIAGNOSIS KERJA :
34
Hidronefrosis dan Hidroureter e.c Vesikolithisis.
- DIAGNOSIS BANDING :
Nefrolithiasis
Ureterolithiasis
3.6 Penatalaksanaan
- Hidronefrosis
3.7 Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini secara anamnesis didapatkan seorang laki laki datang dengan
Nyeri hebat punggung bagian kanan, pasien merasakan nyeri saat buang air kecil,
Pasien pada tahun 2014 terdiagnosis penyakit nefrolitiasis dan sudah dilakukan
operasi pengeluaran batu pada tahun 2015, pada tahun 2017 terkena nefrolitiasis
kembali namun hanya diberikan pengobatan alternative. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis dan kadar kolesterol meningkat. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium didapatkan data yang sesuai
dengan pustaka yang menyebutkan bahwa gejala hidronefrosis dapat berupa nyeri
hebat pada perut sebelah kanan dan bagian pinggang. Pada pasien ini juga
didapatkan ginjal teraba dan nyeri ketok sudut kostofrenikus positif pada bagian
kanan. Prevalensi penyakit hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat 51,9 dari
10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di
Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1,
usia yang terkena hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun. Pada pemeriksaan
USG abdomen di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang didapatkan kesan
moderate hidronefrosis dan Hidroueter akibat bendungan muara akibat batu pada
Vesica Urinaria.
Menurut kepustakaan hidonefrosis paling banyak disebabkan oleh adanya
batu didalam ginjal maupun ureternya, pada pasien ini tidak didapatkan batu
didalam ginjal maupun ureternya namun terdapat pada vesical urinaria dengan
ukuran 0,95cm dan kemungkinan penyebab dari hidronefrosis pada pasien ini
adalah akibat nefrolitiais yang dulu pernah dioperasi atau kemungkinan lain yaitu
bisa karena adanya striktur pada junction atau ureternya
Mengingat pada pasien ini besar sudah terkena nefrolitiasis berulang jadi
perlu dilakukan evaluasi dan pengawasan lebih lanjut untuk mencegah komplikasi
yang lebih buruk yaitu gagal ginjal kronik namun pada pasien ini kemungkinan
sudah terjadi komplikasi yaitu ditandai adanya leukositosis pada pemeriksaan
36
penunjang dan dalam pustaka salah satu komplikasi dari hidronefrosis adalah
infeksi.
37
DAFTAR PUSTAKA
3. Partin AW, Peters CA, Kavoussi LR, Wein AJ. Urinary Lithiasis: Etiology,
https://emedicine.medscape.com/article/436259-overview#a6
5. Ahuja TA, Griffith FJ, Wong KT, Antonio EG, et al. Diagnostic Imaging
7. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed.
jakarta. 2006.
nnih.gov
38
10. Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
11. Ahuja TA, Griffith FJ, Wong KT, Antonio EG, et al. Diagnostic Imaging
2016.
http://www.radiologyassistant.nl/en/p4375bb8dc241d/anatomy-of-the-liver-
segments.html
15. Adams LA, Lindor KD. Nonalcoholic fatty liver disease. Ann Epidemiol. 2007;
17(11):863-9
16. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2013. p. 299-303.
17. Hall P. Nephrolithiasis. [Internet] 2017. [Cited Agustus 2010] Available at:
http://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/neph
rology/nephrolithiasis/#s0010
18. Partin AW, Peters CA, Kavoussi LR, Wein AJ. Urinary Lithiasis: Etiology,
39