SGD - 05
STEP 1
STEP 2
1. Apa kondisi yang dialami oleh anak tersebut dengan umur 5 tahun ,
berat 32 kg, tinggi 110 cm ?
2. Apa kaitannya anak dengan tidak mau melakukan aktifitas dengan
kondisi tersebut ?
3. Apa hubungan suka makan coklat, eskrim, dan juga jajanan yang
manis pada kasus tersebut ?
4. Apa hubungan si anak menonton tv dengan suka mngemil coklat dll ?
5. Apa hubungan kebiasaan dengan minum susu 5 gelas setiap hari
dengan keadaan si anak tersebut ?
6. Bagaimana untuk memantau asupan gizi dan aktifitas dari anak ?
7. Apa akibat buruk saat dewasa jika tidak dipantau ?
STEP 3
Kurang = <18,5
Obes 1 = 30 – 34,9
Obes 2 = 35 – 39,9
Obes 3 = >40
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
18,5-25 = Normal
Jika aktifitas dan latian fisik dapat meningkatkan massa otot massa
lemak di tubuh menjadi berkurang
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Leptin pada anak tsb kurang sensitive shg dpt memperburuk keadaan
dari si anak obes
- Diet
** Farmakoterapi :
STEP 4
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
STEP 7
Kurang = <18,5
Obes 1 = 30 – 34,9
Obes 2 = 35 – 39,9
Obes 3 = >40
18,5-25 = Normal
b. Obes Perifer :
Sumber : Source: Adapted from WHO, 1995, WHO, 2000 and WHO
2004.
http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi dengan simpangan baku populasi
referensi.
Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi (WHO/NCHS), yang dijelaskan dengan nilai
seseorang sama atau lebih besar daripada nilai persentase kelompok populasi.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Z-skor paling sering digunakan. Secara teoritis, Z-skor dapat dihitung dengan cara berikut :
Nilai IMT yang diukur – Median Nilai IMT (referensi)
Z-Skor = -------------------------------------------------------------
Standar Deviasi dari standar/referensi
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Siti Nurul Hidayati, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat,Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak ,FK Unair / RS.dr.Soetomo Surabaya
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Cerika%20Rismayanthi,%20S.Or./BAHAN%20AJAR%2
0IMT.pdf
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Jika aktifitas dan latian fisik dapat meningkatkan massa otot massa
lemak di tubuh menjadi berkurang
Aktivitas fisik dan latihan fisik (teratur) meningkatkan massa otot dan
mengurangi massa lemak tubuh.
Sumber : Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. EGC
erat hubungannya dengan ketrampilan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh anak-anak
sebagai dasar untuk melakukan aktivitas yang lebih rumit dan kompleks.
Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004: 26-28), gerak dasar utama merupakan
pola gerak yang inherent yang membentuk dasar untuk gerak-gerak terampil yang
kompleks dan khas.
Gerak dasar inherent tersebut mencakup tiga hal yaitu:
1. Keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu perilaku gerak yang mengubah atau
berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contoh gerak dasar lokomotor tersebut meliputi:
merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat, meloncat, berguling, dan
memanjat.
2. Ketrampilan gerak dasar nonlokomotor, yaitu perilaku gerak yang melibatkan anggota
badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi atau poros tetapi posisi badan
tetap berada satu tempat dan melakukan pola gerak yang dinamis. Contoh gerak dasar
nonlokomotor tersebut meliputi: menarik, mendorong, mengayun, menghentikan,
mengulur, menekuk, meliuk, dan memutar.
3. Ketrampilan gerak dasar manipulatif, yaitu perilaku gerak yang digambarkan dan
mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan kaki, serta kadang-kadang
dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan secara terkoordinir. Contoh
gerak dasar manipulatif tersebut meliputi: menendang , menangkap, mengeblok, memukul,
dan menggenggam. Aktivitas jasmani adalah segala bentuk gerak yang dilakukan oleh
manusia yang menggunakan atau melibatkan sekelompok otot tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu, J. Matakupan, (1995: 32). Melalui aktivitas jasmani yang dilakukan oleh
seorang anak, anak akan mendapatkan banyak pengalaman gerak, kebugaran jasmani,
mengenal jati diri dan lingkungannya. Selain itu melalui gerak atau aktivitas jasmani yang
dilakukan oleh anak juga dapat memberikan manfaat lain, yaitu untuk mencegah terjadinya
kegemukan (obesitas). Anak yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan cenderung
lebih cepat mengalam kegemukan. Bermain atau beraktivitas jasmani selain untuk rekreasi
dan menyalurkan hobi, beraktivitas jasmani juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
menyalurkan kelebihan energi, meningkatkan pengalaman gerak dan memperhalus
keterampilan atau teknik selain itu juga dapaT membakar timbunan lemak dalam tubuh.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling krusial dalam proses tumbuh kembangnya,
baik secara fisik, psikis maupun sosial. Anak harus dilatih dan berikan banyak pengalaman
dan penguasaan gerak dasar yang bermanfaat bagi dirinya di masa yang akan datang.
Pengalaman dan penguasaan gerak yang dikuasai oleh anak sejak masa kanak-kanak akan
dibawanya ketahap selanjutnya untuk berkompetisi dan mempertahankan hidup.
Pengalaman atau penguasaan gerak dapat diperoleh anak melaluI orangtua, guru, pelatih,
teman atau lingkungan (secara otodidak). Orangtua atau keluarga merupakan pelaku awal
yang terbaik yang memberikan, mengajarkan dan melatihkan banyak pengalaman dan
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
penguasaan gerak sebagai pondasi atau dasar gerak selanjutnya. Seorang anak yang malas
bergerak atau beraktivitas jasmani akan beresiko/rentan terhadap kegemukan begitu juga
sebaliknya anak yang mengalami kegemukan juga cenderung malas bergerak/beraktivitas
jasmani. Anak yang mengalami kegemukan akan cenderung malas beraktivitas
Jasmani/bergerak (manja) sehingga dapat berakibat pada kurangnya pengalaman gerak,
tingkat penguasaan keterampilan gerak dasarnya menjadi terhambat dan juga tingkat
kebugaran jasmaninya akan relatif kurang baik. Gerak atau aktivitas jasmani yang
disarankan untuk menjaga kebugaran jasmani bagi anak adalah minimal tiga kali dalam
satu Minggu dengan durasi waktu 60-90 menit dengan intensitas sedang. Melalui aktivitas
jasmani yang terukur ini diharapkan dapat membantu menjaga kebugaran jasmani dan
membantu penyaluran tenaga serta pembakaran lemak sehingga dapat mencegah terjadinya
kegemukan,
sumber : Djoko Pekik Irianto. (2000). Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan
Aman. Yogyakarta: Lukman Offset
Genetik
Kegemukan dapat diturunkan dan generasi sebelumnya pada generasi berikutnya didalam sebuah
keluarga. Itulah sebabnya kita seringkali menjumpai orangtua yang gemuk cenderung memiliki anak-anak
yang gemuk pula. Dalam hal ini nampaknya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah
unsur sel lemak dalam tubuh. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ibu yang obesitas sedang hamil maka
unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
kepada sang bayi selama dalam kandungan. Maka tidak heranlah bila bayi yang lahirpun memiliki unsur
lemak tubuh yang relatif sama besar.
Sistern pengontrol yang mengatur perilaku makan terletak pada suatu bagian otak yang disebut
hipotalamus sebuah kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain
dan otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dan daerah
lain pada otak, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dan darah. Dua bagian hipotalamus
yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu makan
(awal atau pusat makan); hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan
(pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur maka
individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila dipaksa diberi makan dan minum
(diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan
kegemukan.
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap
syarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk
cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah
yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dan kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri
dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.
Kurang Gerak/Olahraga
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran
energi tergantung dan dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga secara umum; 2) angka metabolisme
basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dan kedua faktor
tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dan pengeluaran energi orang normal.
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan
berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang
sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak
kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang
duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas
gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan mempengaruhi
turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga sangat penting dalam penurunan berat
badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur
berfungsinya metabolis normal.
1. Metabolisme Basal
Metabolisme basal atau sering disebut Energi Pengeluaran Basal (Basal Energy Expenditure [BEE]) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan
kehidupan atau energi yang mendukung proses dasar kehidupan, contohnya : mempertahankan temperature tubuh, kerja paru-paru, pembuatan sel
darah merah, detak jantung, filtrasi ginjal, dan lain sebagainya. Untuk menentukan nilai dari BEE ini harus dalam kondisi basal. Kondisi basal tersebut
meliputi : 12-16 jam setelah makan, posisi berbaring, tidak ada aktivitas fisik satu jam sebelum pemeriksaan, kondisi rileks, temperature tubuh
normal, temperature ruangan harus 21-250C, dan dalam kondisi yang kelembapannya normal.
Dalam menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) ini, Harris dan Benedict menemukan sebuah metoda dengan cara perhitungan :
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Pengaruh Emosional
Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dan masalah emosional yang tidak
teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan dianggap sebagai simbol
kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak
tercapai dalam kehidupannya. Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian
orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang
yang memiliki berat badan normal. Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa orang gemuk biasanya
tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan/tekanan batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari
kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan
kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung main dengan penampilannya dan kesulitannya
mengendalikan diri terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.
Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila
mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih
banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan berat badan yang normal makan dalam
situasi yang kurang mencekam (McKenna, 1999). Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada
kèlompok orang dengan berat badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang,
dengan menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang
mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah
ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan
kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang membosankan.
Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film
yang tegang maupun film yang membosankan.
Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseroang
dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka
orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh
faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis
sehubungan dengan kegemukan.
Faktor Sosial
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Di Negara-negara maju obesitas banyak di temukan pada golongan ekonomi rendah, sedangkan di
Negara-negara berkembang banyak diketemukan pada golongan ekomoni menengah ke atas. Hal tersebut
dimungkinkan adanya pandangan sosial di Negara berkembang bahwa ke suksesan dan karier suami dinilai
dari gizi dengan memandang ukuran tubuh istri dan anak-anaknya, jika mereka gemuk berarti suami
sukses dan sebaliknya. Di tambah pula adanya anggapan bahwa gemuk adalah kemakmuran.
Faktor kompensasi
Problema sosial umumnya sangat dirasakan oleh wanita terutama ibu-ibu rumah tangga. Misalnya
banyak tugas rumah tangga yang harus diselesaikan, rutinitas sehari-hari yang membosankan ditambah
lagi jika anak-anaknya bandel. Kondisi tersebut diatas biasanya dilampiaskan oleh ibu-ibu dengan makan
berlebih (compensation eating) rasa kenyang diidentikan dengan rasa puas, rasa aman (security feeling).
Salah satu dampak negatif kemajuan teknologi adalah terjadinya pergeseran gaya hidup dan
dinamis aktif menjadi malas-malasan (sedentary). Kondisi tersebut disebabkan oleh peran mesin-mesin
serba otomatis yang rnenggantikan hampir semua pekerjaan manusia, contoh : dahulu seorang Ibu rumah
tangga harus menimba air untuk keperluan mencuci pakaian, kini tinggal tekan menekan tombol mesin
cuci. Semuanya menjadi bersih, tanpa banyak mengeluarkan tenaga.
Keadaan tersebut menjadi tubuh surplus energi artinya nilai kalori dan asupan makan besar
dibanding nilai kalori untuk aktivitas fisik, hal tersebut menyebabkan terjadinya obesitas.
Faktor-Faktor Penyebab Kegemukan Sebagian besar penyebab kegemukan adalah tingginya konsumsi
kalori tanpa dibarengi oleh aktifitas fisik yang memadai (Anonim, 2009). Beberapa faktor utama
penyebab kegemukan adalah genetik, psikologis, makanan, dan perilaku/ gaya hidup (Rimbawan &
Albiner, 2004).
Faktor Konsumsi
Penyebab utama terjadinya kegemukan adalah konsumsi energi yang berlebihan. Contoh makanan yang
mengandung energi tinggi adalah makanan pokok dan makanan berlemak. Beberapa makanan jajanan
yang dikenal dengan istilah fast food juga memiliki komposisi gizi yang tidak seimbang, yakni tinggi
lemak, rendah serat (Lisdiana, 1998). Konsumsi makanan yang berlebihan terutama yang mengandung
karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang
dengan kebutuhan energi. Kelebihan energi ini di dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan
lemak yang lama kelamaan akan mengakibatkan obesitas. Ditambah kebiasaan yang tidak benar
sehingga memacu seseorang dapat menjadi gemuk. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi
makanan kecil yang tinggi kalori atau sering diberi istilah “ngemil”.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Faktor Genetik
Selain faktor konsumsi, kegemukan dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Faktor genetik (faktor
keturunan) adalah faktor bawaan yang berasal dari orang tua. Faktor genetik dapat mempengaruhi
terjadinya kegemukan. Bila bapak dan ibu tidak gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 9%.
Bila bapak atau ibu gemuk (salah satu orang tua gemuk), kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 41 –
50%, sedangkan bila bapak dan ibu gemuk, kemungkinan anak menjadi gemuk adalah 66 – 80%
(Lisdiana, 1998). Menurut William Bennet dan Joel Gurin (1982) yang dikutip dari Katahn (1995), orang
yang mempunyai bawaan gemuk, secara alami ia akan menjadi gemuk. Sedangkan orang yang
mempunyai bawaan kurus maka secara alami ia akan menjadi kurus. Dan keadaan ini tidak akan
berubah bila tidak ada upaya-upaya kontinu untuk mengubah keadaan tersebut. Bennet dan Gurin
menyarankan bahwa satu-satunya cara untuk mengubah faktor genetik yaitu dengan aktivitas fisik.
Faktor Psikologis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang
memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah
persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta
rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab
obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan
pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan
bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini
tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang
dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan
di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari (Anonim,
2009).
Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa, dan
informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat, terutama di perkotaan. Melalui
rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi
bersifat lokal, tetapi menjadi global (Khomsan,dkk, 2004).
Beberapa perilaku / gaya hidup yang kurang tepat dapat menimbulkan kegemukan, seperti (Purwati,
dkk, 2007):
1. Makan Berlebihan Mempunyai nafsu makan yang berlebihan merupakan kebiasaan yang buruk, baik
dilakukan di rumah, restoran, pertemuan-pertemuan, maupun pesta. Apabila sudah kenyang, jangan
sekali-kali menambah porsi makanan meskipun makanan yang tersedia sangat lezat dan merupakan
makanan favorit.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
2. Makan terburu-buru Kebiasaan makan secara terburu-buru (tergesa-gesa) akan menyebabkan efek
kurang menguntungkan bagi pencernaan dan dapat mengakibatkan cepat merasa lapar kembali.
Padahal jika makan dikunyah lebih lama selain kelezatan makanan dapat dinikmati, juga dapat membuat
lama waktu makan. Dengan demikian tanpa disadari makanan yang masuk ke mulut relatif lebih sedikit,
tetapi rasa kenyang dapat terpenuhi.
3. Menghindari Makan Pagi Banyak orang yang menggantikan makan pagi dengan makan siang yang
berlebih atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah yang relatif banyak.
Dengan kondisi ini, jika dihitung jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak jika
dibandingkan kalau makan pagi.
4. Waktu Makan Tidak Teratur Jika jarak antara dua waktu makan terlalu panjang, ada kecenderungan
untuk mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Jika keadaan tersebut berlangsung relatif lama maka
akan mengakibatkan kegemukan.
5. Salah Memilih dan Mengolah Makanan Ada berbagai sebab atau karena ketidaktahuan dimana
seseorang salah memilih makanan. Sementara itu banyak juga orang memilih makanan hanya karena
prestise atau gengsi semata. Makanan cepat saji yang banyak ditawarkan sekarang banyak mengandung
lemak, kalori, dan gula berlebih.
6. Kebiasaan Mengemil Makanan Ringan Mengemil merupakan kegiatan makan diluar waktu makan.
Biasanya makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil (makanan ringan) yang rasanya gurih, manis,
dan digoreng. Bila tidak dikontrol, hal ini akan mengakibatkan kegemukan karena jenis makanan
tersebut adalah makanan tinggi kalori.
Selain faktor diatas, masih ada faktor lain yang berhubungan dengan kegemukan, yaitu: a. Ras b. Berat
badan saat anak-anak c. Hormon
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21087/4/Chapter%20II.pdf
Faktor Psikogenik
dalam keadaan yang tertekan seperti stres / depresi jiwa yang menyebabkan beberapa
orang mengalami kenaikan BB karena dengan makan seringkali merupakan alat
pelepas ketegangan.
Kelainan neurogenik
pada penderita tumor hipofisis yang menekan hipotalamus menjadi gemuk secara
bertahap, sehingga menggambarkan bahwa obesitas pada manusia juga dapat
dengan pasti dihasilkan karena kerusakan hipotalamus. abnormalitas neurotransmitter
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
atau meknisme reseptor lain dapat dijumpai di jaras saraf hipotalamus yg mnegatur
prilaku makan.
Faktor genetic
20-25% kasus obes disebabkan genetic. Gen dapat berperan dlm obese dg
menyebakan kelianan (satu atau lebih jaras yang mnegatur pusat makan, dan
pengeluaran energy dan penyimpanan lemak, penyebab monogenic (gen tunggal) dr
obese adalah mutasi MCR 4, defisiensi leptin congenital diakibatkan mutasi gen,
mutasi reseptor leptin –jarang dijumpai. Penyebab monigenik kecil presentasenya.
Banyak variasi gen berinteraksi dengan factor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah
n distribusi lemak. – NEURO ARKUATUS ADA 2 AKSON POCM & NPY H.
GREYLING UTK LAPAR SINYAL KE NPY KASI TAU BAHQWA KITA LAPAR
KASIH SINYAL KE NEUORO ARKUATUS JIKA UDA KENYANG , NPY KASI
SINYAL KE POCM (ALFA MSH) SINYAL BAHWA KENYANG KASI TAU NPY
UNTK BERHENTIIN MAKAN JG KE N. ARKUATUS OLH RESEPTOR MCR 4
NPY OLH MCR 3 __ TERDAPAT MUTASI MCR 4 MENYEBABKAN MAKAN
TERUS (KRN TDK BISA NANGKEP ALFA MSH YG MRUPAKAN SINYAL POCM)
Kelebihan nutrisi pada masa kanak – kanak
Adanya suatu kepercayaan bahwa prilaku kana itu harus 3x1 dan mengenyangkan dan
anak tsb , kecepatan pembentukan sel-sel lemak baru trutama meningkat pada tahun-
tahun pertama kehidupan dan makin besar kecepatan penyimpanan lemak makin
besar pula jumlah sel lemak. oleh Karen itu dianggap bahwa nutrisi yang berlebih pada
anak terutama bayi dan lebih jarang pd masa kanak-kanak berikutnya dapat
menimbulkan obes dikemudian hari.
(sumber : FISIOLOGI KEDOKTERAN,GUYTON & HALL. Ed. 11)
mengorbankan jaringan otot. Walaupun ini efek yang diinginkan dalam situasi melawan /
kabur, pada kondisi kronis, ini dapat mengakibatkan resistensi insulin dan perubahan
susunan tubuh karena jaringan lemak menjadi lebih banyak dari jaringan insulin. Sebagai
tambahan, penelitian menunjukkan bahwa kadar kortisol yang tinggi cenderung
meningkatkan nafsu makan, karena hubungannya dengan hormon leptin. Ilmuwan
berpendapat bahwa hormon kortisol adalah faktor utama yang menghalangi kerja hormon
leptin untuk menekan nafsu makan, meningkatkan metabolisme, dan mengurangi lemak
tubuh (D'Adamo & Whitney, 2004).
Leptin pada anak tsb kurang sensitive shg dpt memperburuk keadaan
dari si anak obes
Nukleus VMH merupakan satiety center / anorexigenic center . Stimulasi pada nukleus
VMH akan menghambat asupan makanan dan kerusakan nukleus ini akan menyebabkan makan
yang berlebihan (hiperfagia) dan obesitas. Sedang nukleus area lateral hipotalamus (LHA)
merupakan feeding center / orexigenic center dan memberikan pengaruh yang berlawanan.
Leptin dan insulin yang bekerja pada nukleus arcuatus (ARC), merangsang neuron
proopimelanocortin / cocain and amphetamine-regulated transcript (POMC/ CART) dan
menimbulkan efek katabolik (menghambat nafsu makan, meningkatkan pengeluaran energi) dan pada
saat yang sama menghambat neuron NPY/AGRP (agouti related peptide) dan
menimbulkan efek anabolik (merangsang nafsu makan, menurunkan pengeluaran energi).
Pelepasan neuropeptida-neuropeptida NPY/AGRP dan POMC/CART oleh neuron-neuron
tersebut kedalam nukleus PVN dan LHA, yang selanjutnya akan memediasi efek insulin dan
leptin dengan cara mengatur respon neuron-neuron dalam nukleus traktus solitarius (NTS) di
otak belakang terhadap sinyal rasa kenyang (oleh kolesistokinin dan distensi lambung) yang
timbul setelah makan. Sinyal rasa kenyang ini menuju NTS terutama melalui nervus vagus. Jalur
descending anabolik dan katabolik diduga mempengaruhi respon neuron di NTS yang mengatur
penghentian makan. Jalur katabolik meningkatkan dan jalur anabolik menurunkan efek sinyal
kenyang jalur pendek, sehingga menyebabkan penyesuaian porsi makan yang mempunyai efek
jangka panjang pada perubahan asupan makan dan berat badan.
Siti Nurul Hidayati, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat,Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak ,FK Unair / RS.dr.Soetomo Surabaya
LEMAK PALING ENAK RASANYA MERUSAK LEPTIN TIDAK AKAN MENIMBULKAN RASA
KENYANG
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan enetgi melaui kerja leptin (suatu
hormone peptide yg dilepaskan dr sel-sel lemak). bila jumlah jaringan leamk meningkat,
adiposity akan menghasilkan leptin lebih banyak lagi yg akan dilepaskan kedalam
darah. Jadi leptin berperan dg cara mengirim sinyal dr jaringan lemak ke otak bahwa
energy telah disimpan dlm jumlah cukup dan asupan makanan tidak lagi diperlukan saat
itu. Pada manusia dg mutasi yg membuat sel lemak tdk mampu memproduksi leptin ato
defek reseptor di hipotalamus akan muncul hiperfagia berat atau obesitas. Akan tetapi,
pd sebagian bbesar orang obes defisiensi prod leptin tdk ditemukan karena kdar leptin
dlm plasma meningkat sebanding dg penambhan sel adipose. Ahli fisiologi- mungkin
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
ada resistensi leptin yaitu reseptor leptin pasca reseptor yg normalnya diaktivasi oleh
leptn mengalami gangguan .
Tesis
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
dan memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak
MS Anam
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER ILMU BIOMEDIK DAN PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1
ILMU KESEHATAN ANAK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
32. Williams C, Hayman LL, Daniels SR, Robinson TN, Steinberger J, Paridon S, Bazzarre
T. A statement for health professionals from the committee on atherosclerosis,
hypertension, and obesity in the young (AHOY) of the council on cardiovascular
disease in the young, AHA. Circulation 2002;106:143-60
Gaya hidup
Perubahan perilaku dan pengaturan makan. Prinsipnya mengurangi asupan kalori
dan meningkatkan keaktifan fisik, dikombinasikan dengan perubahan perilaku. Kata
pepatah Cina kuno “makan malam sedikit akan membuat Anda hidup sampai sembilan
puluh sembilan tahun”. Pertama usahakan mencapai dan mempertahankan BB yang
sehat. Konsumsi kalori kurang adalah faktor penting untuk keberhasilan penurunan BB.
Pengaturan makan disesuaikan dengan banyak faktor antara lain usia, keaktifan fisik.
Makan jumlah sedang makanan kaya nutrien, lemak rendah dan kalori rendah. Pilih jenis
makanan dengan kepadatan energi rendah seperti sayur-sayuran dan buah-buahan, jenis
makanan sehat, jenis karbohidrat yang berserat tinggi, hindari manis-manisan, kurangi
lemak. Awasi ukuran porsi, dan hitung kalori misalnya makanan yang diproses
mengandung lebih banyak kalori daripada yang segar. Perbanyak kerja fisik, olahraga
teratur, dan kurangi waktu nonton TV.
Sumber : http://journal.ui.ac.id/health/article/download/796/758
- kebiasaan makan bersama sekeluarga juga membantu ibu mengawasi asupan nutrisi
yang dikonsumsi si Kecil.
- Biasakan juga si Kecil untuk selalu aktif dan memiliki jadwal istirahat yang cukup.
Anda mungkin berpikir bahwa tidur terlalu banyak dapat meningkatkan risiko obesitas
pada anak, tetapi ternyata riset membuktikan bahwa tidak cukup tidur malah dapat
meningkatkan risiko obesitas. Kurang istirahat dapat mengganggu metabolisme dan
membuat anak lebih suka untuk nyemil.
- Ajak juga si Kecil untuk bermain bersama teman-temannya sehingga ia tetap aktif
bergerak
- kurangi waktu di depan TV atau bermain games elektronik/komputer karena membuat
anak malas untuk aktif bergerak.
- Anak usia 1-5 tahun dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama total 3 jam
sepanjang hari, setiap harinya. Lakukan aktivitas ini secara bertahap sepanjang hari,
jangan langsung selama 3 jam. Lalu, apa saja aktivitas fisik yang dianjurkan untuk anak
usia 1-5 tahun
Anak usia 1-3 tahun
Anak dianjurkan untuk aktif bergerak lewat permainan-permainan yang aktif, yang
didalamnya termasuk gerakan berlari, melompat, dan memanjat. Mereka juga mulai
dapat dilatih untuk melakukan gerakan motorik seperti menendang, menangkap,
melempar, memukul, dan berguling-guling. Anda juga dapat mengajak anak untuk
menari bersama agar dia tidak bosan.
Anak usia 3-5 tahun
Di usia ini, anak sudah bisa melakukan banyak aktivitas. Selain aktivitas-aktivitas
seperti anak usia 1-3 tahun di atas, Anda sudah mulai bisa mengajarinya beraktivitas
fisik yang melatih kestabilan dan kemampuan mengontrol gerakan seperti naik sepeda.
Ajak si Kecil ke taman bermain agar dia bisa beraktivitas fisik sekaligus belajar
bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Sumber : http://www.nutriclub.co.id/my_toddler/toddlers_nutrition/article/baby_obesity
- Diet
** Farmakoterapi :
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Terapi diet : pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan
berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan ke dalam status pasien
overweight. Hal ini bertujuan untuk membuat deficit 500 hingga 1000 kcal/hari menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari program penurunan berat badan apapun.
Aktivitas fisik : peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen penting dari program
penurunan berat badan, walau aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan berat
badan lebih banyak dalam jangka waktu 6 bulan.Kebanyakan penurunan berat badan
terjadi karena penurunan asupan kalori. Aktivitas fisik yang lama, sangat membantu
pada pencegahan peningkatan berat badan. Keuntungan tambahan aktivitas fisik adalah
terjadi pengurangan risiko kardiovaskular dan diabetes lebih banyak diabndingkan
dengan pengurangan berat badan tanpoa aktivitas fisik saja. Untuk pasien obese, terapi
harus dimulai perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara bertahap.
Terapi perilaku : untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya,
diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet
dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah,
contingency management, cognitive restructuring dan dukungan social.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
1. Diet Perampingan Pengaturan makan (diet) untuk merampingkan tubuh yang aman adalah dengan cara mengurangi asupan makan 25
% dan kebutuhan energi seharihari ( calori expenditure). Besarnya kebutuhan energi/hari dapat dihitung dengan menambahkan
BMR(Basal Metalik Rate) dengan faktor aktivitas. BMR adalah energi minimal yang diperlukan seseorang/hari, untuk orang dewasa
besarnya BMR = Bearat badan (KG) X 1 Kalori X 24 Jam.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
2. Olahraga Olahraga merupakan latihan yang paling efektif untuk mengurangi obesitas yang berfungsi membakar lemak tubuh, untuk
itu ciri-ciri, takaran, jenis dan model latihan olahraganya adalah sebagai berikut :
a. Ciri-ciri gerak melibatkan otot besar, dilakukan secara kontinyu dengan gerakan ritmis.
b. Takaran latihan : intensitasnya 65 % - 75 % detak jantung maksimal, durasi 20-60 menit, Frekuensi 3-5 kali/minggu. Dengan
intensitas 65%-75% akan terjadi penurunan berat badan secara optimal, sebab lebih dan 50 energi yang diperlukan untuk aktivitas
berasal dan pembakaran lemak tubuh dan setiap berlatih pembakaran lemak yang aman adalah 500-1000 kalori.
d. Model Iatihannya dapat dipilih antara lain jalan, jogging, bersepeda, renang, dan semam aerobic. Berbagai model latihan tersebut
dapat di kerjakan di alam terbuka atau di pusat-pusat kebugaran. Agar Penurunan berat badan untuk mengatasi obesitas dapat optimal,
selain latihan diatas perlu dilengkapi dengan latihan beban untuk mengencangkan otot-otot tubuh dengan takaran 15 repetisi, di
kerjakan sebanyjak 2-3 set untuk setiap otot recovery 30 detik antar set.
3. Terapi Psikologis
a. Dengan menggunakan CBT ( Cognitif Behavioral Treatment) terapi ini dapat digunakan
seperti halnya dalam mengatasi bulimia nervosa. Terapi kognitif-perilaku (CBT)
merupakan terapi yang mendasarkan pada teori kognitif perilaku yang menekankan pada
kesaling terkaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku, Menurut teori ini psikopatologi
terjadi bila terdapat ketidak sesuaian antara tuntutan-tuntutan lingkungan dengan
kapasitas adaptif individu. Teoari ini sangat efektif karena penderita telah memiliki
kesadaran bahwa mereka memiliki berat badan yang berlebih, pola makan yang tidak
normal. Namun mereka tidak berdaya untuk mengendalikan dorongan makan pada saat
perut terasa lapar sehingga diperlukan penyadaran pikiran dan perasaan agar subjek
mampu mengenali dan kemudian mengevaluasi atau rnengubah cara berfikir, keyakinan
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
dan perasaannya (mengenali diri sendiri dan lingkungan) yang salah, dapat mengubah
perilaku maladaptive dengan cara mempelajari ketrampilan pengendalian diri dan staregi
pemecahan masalah yang efektif (Okun, 1990). Misalnya subjek diminta untuk melakukan
latihan-latihan menantang pikiran yang negative seperti membandingkan gambar-gambar
wanita atau pria yang mempunyai tubuh gemuk dan yang mempunyai tubuh ramping
dengan tujuan mernbangkitkán persepsi yang berhubungan dengan body image-nya.
- derajat obesitas
2. Pengaturan diet
Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai
penyakit penyerta, diberikan diet dgn kalori sangat rendah (very low
calorie diet ).
Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan
penghitungan dosis menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5)
gram per hari.
6. Terapi intensif
Terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB
Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800
kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan
suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari.
Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan
dokter.
- obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena
aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan
berat badan.3
Daftar pustaka
1. Hossain P, Kawar B. Obesity and Diabetes in developing world: a growing challenge. In: N Engl J Med;
2007; 356:213-15
2. Ogden CL, Carroll MD, Curtin LR, et.al. Prevalence of overweight and obesity in the United Stated, 1999-
2004. JAMA; 2006; 295: 1549-1555.
3. Sugondo S. Obesitas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk (Eds).
Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2007; 4;3:1919-25.
4. Bray. Medical Consequence of Obesity. In: J Clin Endocrinol Metab; 2004;89(6):2583-9.
5. Gatot S Lawrence, Peran Adiponektin Pada Gangguan Vaskuler Sindrom Metabolik. In: J Med Nus. 2006;26
: 112-117.
6. Susan A. Phillips, Theodore P. Ciaraldi, Alice P.S. Kong. Modulation of Circulatingn and Adipose Tissue
Adiponectin Levels by Antidiabetic Therapy. Diabetes;2003;52,667-674
7. Desilet RA, Karki SD, Dunican KC. Role of Metformin for weight management in Patients without type 2
diabetes mellitus. In: The Annual of Pharmacotherapy; 2008; 42:817-27.
8. Alrasyid H. Pengaruh Modifikasi Diet Rendah Kalori Terhadap Berat Badan dan Lingkar Pinggang Wanita
Obesitas Dewasa. Dalam : Majalah Kedokteran Nusantara.The Journal of Medical School University of
Sumatera Utara. Medan; 2007; 40;4:267-73.
9. Lengkap Forum Diabetes Nasional 4. Padang : PB PERKENI & PERKENI cab.Padang ; 2007: 1-11.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
10. Campbell IW, Ritz P. Understanding the Glocuse-Lowering Actions of Metformin. In: Metformin The Gold
Standart .A Scientific Handbook. Bailey Cj, et.al (eds). Wiley Ltd USA; 2007.77-88.
11. Schuster D, Gaillard T, Rhinesmith S at al. Impact of Metformin on Glucose Metabolism in Non Diabetic ,
Obese African Americans. Diabetes Care 2004 ; 27 : 2768-69.
12. Tina L, Dumbar JA, Chapman A, et.al.Prevention of Type 2 Diabetes by Lifestyle Intervention in an
Australian Primary Health Care Setting: Greater Green Triagle. In : BMC Public Health 2007, 7:249.
13. Manaf A. Aggressive Treatment on Type 2 Diabetes Mellitus Earlier with Combination Therapy . Dalam :
Naskah lengkap Pertemuan Ilmiah Berkala IX Ilmu Penyakit Dalam . Padang : Bagian IPD FK Unand ; 2008 :
7-18.
14. Diabetes Prevention Programs Research Group. Reduction Incidence of Type 2 Diabetes with Lifestyle
Intervention or Metformin.NEJM ; 2002; 346;6:393-403
15. Ramachandran A, Shenelata C, Mary S, et.al. The Indian Diabetes Prevention Programme Shows that
Lifestyle Modification and Metformin Prevent Type 2 Diabetes in Asian Indian Subjects with Impaired
Glucose Tolerance (IDPP-1). Diabetologia (2006) 49: 289–97
16. Manaf.A. Effect of Metformin Therapy on Plasma Adiponectin in Obesity with Prediabetes Patient;
Laporan Penelitian; 2008.
17. Donelly JE , Jacobsen DJ, Heelen KS et al. The effect of 18 months Intermitten vs Continue Exercise on
Aerobic Capacity, Body Weight and Composition. Int Obes 2000 ; 24 : 566-72.
18. Must A, Spadano J, Coakley EH, Field AE, Colditz G , Dietz WH (1999). The disease burden associated with
overweight and obesitasity. JAMA 282, 1523–1529
19. NCEP ATP II (1993). National Cholesterol Education Program (NCEP) ExpertPanel on Detection, Evaluation, and
Treatment of High BloodCholesterol in Adults (Adult Treatment Panel II). Summary of the second report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel II). J Am Med Assoc 269, 3015
20. Valca´rcel G, Venta R (2010). New cardiovascular risk factors and physicalactivity Nicola´sTerradosa.Apunts
MedEsport 45(167), 201–208
21. Peter Huypens, Erik Quartier, Daniel Pipeleers. Metformin reduces adiponectin protein expression and
release in 3T3-L1 adipocytes involving activation of AMP activated protein kinase. European Journal of
Pharmacology Volume 518, Issues 2-3, 22 August 2005, 90-95.
22. C. Antoniades, A.S. Antonopoulos, D. Tousoulis. Adiponectin: from obesity to cardiovascular disease.
Journal compilation obesity reviews ;2009;10,269-279
23. Zhang JL, Zheng X, Zou DJ, et.al. Effect of Metformin on Weight Gain During Antihypertensive Treatment
with a Beta Blocker in Chinese patients. Hypertension; 2009:23:4:236-42
24. Adamia N, Virsaladze D, Charkviani N. Effect of metformin therapy on plasma adiponectin and leptin
levels in obese and insulin resistant postmenopausal emales with type 2 diabetes. Georgian Med
News.2007 Apr;(145):52-5
25. Susan A. Phillips, Theodore P. Ciaraldi, Alice P.S. Kong. Modulation of Circulatingn and Adipose Tissue
Adiponectin Levels by Antidiabetic Therapy. Diabetes;2003;52,667-674.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Jantung koroner
LDL yang mengikuti aliran darah akan menempel pada endotel
pembuluh darah organ tertentu, pada saat pembuluh darah
menyempit, alirannya akan terhambat. (Pada jantung)
Stroke
LDL yang mengikuti aliran darah akan menempel pada endotel
pembuluh darah organ tertentu, pada saat pembuluh darah
menyempit, alirannya akan terhambat. (Pada otak)
Dislipidemia
Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (lemak) yang
ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,
kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam
darah. Dislipidemia Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Koroner & Stroke
Diabetes Melitus
Adanya penebalan dari sel lemak, dan menghalangi reseptor
insulin. Insulin terganggu, dan glukosa tidak masuk.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
IPD Jilid 3 Ed 6
a) Hipertensi
usia 20 – 39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar
Badan normal
b) Jantung koroner
bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 % mendapat resiko terserang penyakit
jantung koroner. Meningkatnya factor resiko penyakit jantung koroner sejalan dengan
terjadinya penambahan berat
badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40
tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan
yang terjadi pada usia yang lebih tua
c) Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul
jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe
serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai
kadar lemak yang abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin
menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan makanan
sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih serius
jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita obesitas yang juga
menderita gout harus menurunkan berat badannya secara perlahan-lahan
e) Batu Empedu
Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih tinggi karena ketika tubuh
mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak tubuh, cairan empedu lebih banyak
diproduksi didalam hati dan disimpan dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu lebih
sering terjadi pada penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan
mengobati penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam pencegahannya. Sedangkan
untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar ultrasonic maupun melalui
pembedahan
f) Kanker
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko terkena
kanker usus besar, rectum, dan kelenjar prostate.
Sedangkan pada wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan kanker payudara.
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05
Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak
dalam makanan sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan pencegahan terhadap resiko
penyakit kanker payudara
Misnadierly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Berbagai penyakit. Jakarta : Pustaka Obor Populer.
4. Gangguan ortopedik
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang
disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang
menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul.
Siti Nurul Hidayati, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat,Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak ,FK Unair / RS.dr.Soetomo Surabaya
18 MEI 2015 MODUL 8 – LBM 3 – ANAKKU KOK GEMUK ? SGD - 05