Disusun Oleh :
Kelompok 7
2023
PEMBAHASAN
A. Pengertian Obesitas
Tidak semua anak yang kelebihan berat badan disebut obesitas. Lemak
yang mengumpul di tubuh anak tetap memengaruhi baik dan buruknya proses
tumbuh kembang si kecil. Bagi anak yang berusia kurang dari 5 tahun, berat
badan ideal diukur lewat kurva yang dirancang oleh Kementerian Kesehatan
Indonesia seperti tabel di bawah ini. Berat badan si kecil yang lebih dari rentang
tersebut menandakan anak kelebihan berat badan atau obesitas.
Kemudian, melansir dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
anak bisa disebut obesitas ketika berat badannya lebih dari +3 SD grafik
pertumbuhan.
Sementara itu, anak dikatakan kelebihan berat badan atau oveweight
adalah ketika berat badan anak lebih dari +2 SD grafik pertumbuhan yang dibuat
2
oleh WHO. SD adalah satuan internasional untuk standar deviasi dalam
pengukuran status gizi anak. Untuk anak di atas 5 tahun, tanda ia mengalami
obesitas bisa dilihat pada tabel di bawah ini, berdasarkan tolok ukur Center for
Disease Control and Prevention (CDC).
3
● Obesitas: 95 persen atau lebih tinggi
4
● Wajah bulat, pipi tembem, dan bahu rangkap
● Perut buncit
● Pada Anak laki-laki dada membusung dan payudara sedikit membesar, serta
penis mengecil (tidak terlihat secara utuh karena tertutup oleh timbunan
lemak)
● Pada Anak perempuan datangnya pubertas lebih dini yaitu usia kurang dari 9
tahun sudah mengalami menstruasi.
F. Gejala Obesitas Pada Anak
Gejala obesitas anak lainnya bisa seperti nyeri sendi, pinggul terkilir, ruam
kulit, iritasi, sembelit, jaringan lemak di area payudara, refluks gastroesofagus,
serta stretch mark di pinggul, perut, dan punggung.
5
Gaya hidup seperti asupan kalori anak yang melebihi Angka Kecukupan
Gizi dan malas bergerak adalah penyebab utama obesitas pada si kecil. Akan
tetapi, beberapa faktor berikut ini turut meningkatkan risiko kenaikan berat badan.
2. Kurang gerak
Anak yang jarang bergerak lebih mungkin mengalami kenaikan berat badan
karena mereka tidak membakar banyak kalori. Si kecil mungkin lebih memilih
menghabiskan waktunya untuk nonton televisi atau bermain game.
3. Genetika
Anak yang memiliki anggota keluarga dengan kondisi obesitas, lebih mungkin
mengembangkannya di kemudian hari. Risiko obesitas akan semakin bertambah
besar jika memang gaya hidup anak juga tidak sehat. Jadi, anak lebih mungkin
mengalami kenaikan berat badan.
4. Faktor psikologi
Stres pribadi, orang tua, dan keluarga dapat meningkatkan risiko obesitas pada
anak. Beberapa anak makan berlebihan untuk mengatasi masalah atau untuk
mengatasi emosi, seperti stres atau untuk melawan kebosanan.
6
Anak-anak dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah lebih mungkin
mengonsumsi makanan tidak sehat, contohnya makanan siap saji. Orangtua
mereka cenderung sibuk bekerja memenuhi kebutuhan ekonomi, sehingga tidak
punya cukup waktu untuk menyiapkan makanan bergizi seimbang. Kesibukan
orangtua juga bisa membuat asupan kalori anak tidak diawasi dengan baik.
Dampak yang terjadi jika balita mengalami obesitas antara lain yaitu
cenderug dapat mengakibatkan terkena:
7
- Meningkatnya nilai kolestrol sehingga mengakibatakan tekanan drarah
meningkat dan dapat menyebakan penyakit jantung,
- Gangguan ortopedi,
Dari berbagai penyakit yang muncul di atas bila di lihat dari riwatnya
diawali adanya obesitas pada anak-anak.
8
Penanganan obesitas pada sang buah hati akan mengacu kepada pilar
pencegahan obesitas, yaitu perubahan pola hidup, peningkatan aktivitas fisik,
penggunaan obat dan tindakan khusus bila diperlukan. Seberapa berat keadaan
yang mencetuskan obesitas anak tersebut juga mempengaruhi tindakan medis
yang dapat diambil oleh dokter. Pada umumnya, semua anak yang mengalami
obesitas akan diminta menjalani terapi perubahan gaya hidup, yaitu:
- Menerapkan pola makan gizi seimbang, yaitu dengan memperhatikan
jumlah kalori yang cukup tiap hari, dengan bentuk dan komposisi nutrisi
yang sesuai.
- Mengubah gaya hidup menjadi lebih aktif, yaitu dengan bermain aktif
bersama teman sebaya, berolahraga dengan olahraga permainan, ataupun
dengan melakukan aktivitas fisik keluarga sebagai acara rutin.
- Berkonsultasi dengan dokter spesialis anak dan spesialis gizi untuk
mendapatkan keadaan dan kecukupan nutrisi anak yang menyeluruh.
- Mengikuti terapi individu atau berkelompok untuk membantu mengubah
perilaku dan menghadapi gangguan psikologis
- Mengikuti program terapi latihan fisik bagi yang membutuhkan
- Operasi penurunan berat badan pada keadaan sangat khusus pada remaja
9
Anak rentan mengalami obesitas ketika orang tua kurang memperhatikan
kebiasaannya sehari-hari. Khususnya kebiasaan makan dan aktivitas fisik buah
hati. Orang tua diharapkan juga memegang peran utama dalam pencegahan
obesitas pada si kecil. Hal yang bisa dilakukan antara lain:
- Berfokus pada keluarga sebagai keseluruhan. Terapkan kebiasaan makan
dan gaya hidup sehat untuk semua anggota keluarga, bukan cuma anak
sehingga orangtua dapat menjadi contoh dan panutan anak dalam
menjalani hidup sehat.
- Jadilah teladan untuk anak dengan rajin berolahraga serta mengurangi
makanan yang tidak sehat. Sebab, anak cenderung meniru kebiasaan orang
tua.
- Dorong anak melakukan aktivitas fisik. Misalnya dengan mengajak
bersepeda bersama pada sore hari atau akhir pekan. Bisa juga dengan
menawari anak mengikuti kegiatan klub olahraga atau bela diri.
- Batasi penggunaan gadget dan mengurangi screen time maksimal dua jam
per hari (menonton Televisi, Smartphone, Tablet).
- Sediakan makanan ringan rendah kalori di lemari dan kulkas. Perbanyak
stok buah dan jus alami. Pastikan anak makan buah setiap hari.
- Ingatkan anak untuk minum air putih yang cukup setiap hari.
- Pastikan anak tidur pada jam yang sesuai dan cukup pada malam hari.
Akan jauh lebih baik apabila kita mencegah terjadinya obesitas pada anak
daripada mengobati karena saat anak didiagnosis mengalami obesitas, dibutuhkan
upaya ekstra untuk penanganannya. Karena itu, peran orang tua sangat diperlukan
untuk mengupayakan pencegahan dan deteksi dini agar buah hati terbebas dari
berbagai masalah kesehatan akibat berat badan berlebih.
K. Data-data Obesitas
Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi
terutama gizi kurang atau stunting dan gizi lebih atau obesitas. Ada beberapa
upaya yang harus dilakukan oleh seorang ibu baik sebelum maupun setelah bayi
10
lahir dalam mencegah stunting dan obesitas. Direktur Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI Dr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA mengatakan
permasalahan gizi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di dunia. Bahkan
permasalahan ini menjadi fokus secara global.
11
Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof Dr. Hardiansyah mengatakan untuk
bisa mencegah secara dini baik itu stunting maupun obesitas perlu memahami
bahwa kedua masalah tersebut harus segera dicegah. Dalam hal ini ibu memiliki
peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi
serta pola asuh pada anak setelah lahir. Untuk obesitas, pahami penyebab obesitas
atau kegemukan. Obesitas bukan hanya disebabkan karena kurang aktivitas fisik
dan makanan, tapi banyak penyebabnya. Pada orang dewasa atau remaja obesitas
bisa bisa karena stres yang menimbulkan inflamasi, inflamasi menimbulkan
penumpukan lemak. Selain itu kurang tidur atau kelebihan tidur yang
meningkatkan hormon ghrelin jadi pembawaannya lapar. Oleh karena itu,
mulailah dengan mengelola faktor penyebab utama seperti stres, terus jangan
sampai stres, harus perbanyak aktivitas fisik dan mengatur waktu tidur, pantau
berat badan dan lingkar pinggang.
12
DAFTAR PUSTAKA
kompetensi ibu, aktivitas fisi, dan konsumsi junk food dengan kejadian obesitas
Pratiwi, W. R., & Sapriyani. (2018). Pengetahuan dan sikap ibu tentang
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKI/article/download/53/42
Aprinda Puji. 2022. Seputar Obesitas Anak yang Perlu Orangtua Ketahui.
https://hellosehat.com/nutrisi/obesitas/obesitas-pada-anak/ Diakses 7 Febuari 2022
13
dan Pencegahan. https://primayahospital.com/gizi/obesitas-pada-anak/ Diakses 5
Febuari 2023.
14