Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian dan cara menghitung status gizi
anak dan orang dewasa tidaklah sama.
Indikator usia, berat, serta tinggi badan, saling berkaitan untuk menentukan status
gizi anak.
GPA juga memudahkan Anda dan tim medis untuk memantau tumbuh kembang si
kecil.
Ini karena karena dengan adanya grafik pertumbuhannya, penambahan tinggi dan
berat badan anak akan lebih mudah terlihat.
Ada beberapa kategori yang digunakan untuk menilai status gizi anak menggunakan
GPA, meliputi:
Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami
berat badan kurang, sangat kurang, atau lebih.
Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai jika umur anak tidak diketahui secara
pasti.
Penilaian TB/U dipakai untuk megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh
pendek.
Akan tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2-18 tahun dengan
posisi berdiri.
Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara berbaring, nilai
TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).
Tinggi: >+3 SD
Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD
Pengukuran ini yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.
WHO Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak
perempuan. Sumber: WHO
Supaya lebih mudah dan akurat, Anda bisa mencari tahu perkembangan status gizi
anak dengan cara rutin melakukan pengukuran ke dokter, bidan, maupun posyandu.
Apa saja permasalahan status gizi pada anak?
Ada beberapa kategori yang digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak,
seperti:
1. Stunting
Stunting adalah gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
membuatnya tinggi badannya terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak
seusianya.
Gejala anak yang mengalami stunting berupa:
2. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan gizi yang terjadi karena anak tidak mendapatkan
asupan energi dalam waktu yang cukup lama.
Gejala khas yang muncul pada anak dengan marasmus yakni:
3. Kwashiorkor
Sedikit berbeda dengan marasmus, kwashiorkor adalah kekurangan gizi akibat dari
rendahnya asupan protein.
Padahal, protein berperan penting sebagai zat untuk membangun dan memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak.
Ciri khas dari kwashiorkor biasanya tidak membuat berat badan anak turun drastis.
Ini karena tubuh anak memiliki banyak cairan sehingga membuat berat badannya
tetap normal, meski sebenarnya anak tersebut kurus.
4. Marasmus-kwashiorkor
Marasimus-kwashiorkor adalah gabungan kondisi dan gejala dari marasmus serta
kwashiorkor.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pola makan, khususnya karena tidak
tercukupinya asupan zat gizi tertentu seperti kalori dan protein.
5. Wasting (kurus)
Anak dikatakan bertubuh kurus (wasting) jika berat badannya jauh berada di bawah
normal atau tidak sesuai dengan tinggi badannya.
Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan wasting adalah berat badan
berbanding tinggi badan (BB/TB), untuk usia 0-60 bulan.
Wasting juga kerap disebut sebagai kekurangan gizi akut atau berat.
Kondisi ini biasanya disebabkan karena anak tidak memperoleh asupan zat gizi yang
cukup, atau mengalami penyakit yang mengakibatkan kehilangan berat badan,
seperti diare.
Gejala yang muncul ketika anak mengalami wasting yakni tubuh tampak sangat
kurus akibat berat badan rendah.
Sementara anak usia 5-18 tahun menggunakan indeks massa tubuh berbanding usia
(IMT/U).
Tanda paling kentara ketika anak mengalami berat badan kurang yakni tubuhnya
terlihat kurus dan berat badannya kurang jika dibandingkan dengan teman-teman
seusianya.
Hal ini terjadi karena jumlah asupan energi yang masuk tidak setara dengan energi
yang keluar.
Anak dengan underweight biasannya lebih rentan terserang penyakit infeksi, sulit
berkonsentrasi, mudah lelah, hingga tidak berenergi saat beraktivitas.
7. Overweight (kelebihan berat badan)
Anak dikatakan overweight (kegemukan) ketika berat badannya tidak sebanding
dengan tinggi badannya.
Kondisi ini tentu akan membuat tubuh anak tampak gemuk dan kurang ideal.
Selain memiliki tubuh yang gemuk, anak dengan berat badan berlebih juga memiliki
ciri ukuran lingkar pinggang dan pinggul di atas normal.
Kondisi ini juga kerap membuat anak mengalami kelelahan parah serta nyeri otot
dan sendi.
Usahakan selalu memberikan makanan sehat untuk anak, membawakan bekal anak
sekolah, dan camilan sehat untuk anak guna mengoptimalkan kebutuhan gizinya.
Bila anak susah makan, Anda bisa memberikan susu anak agar tetap ada asupan gizi.
8. Obesitas
Obesitas tidak sama dengan kegemukan karena berat badan yang dimiliki anak
obesitas berarti sudah berada jauh di atas rentang normal.
Hal ini bisa diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk
ke dalam tubuh (terlalu banyak) dengan yang dikeluarkan oleh tubuh (terlalu sedikit).
Dengan kata lain, obesitas bisa diartikan sebagai overweight di tingkat yang lebih
parah karena terjadi penumpukan jaringan lemak di seluruh tubuh.
Obesitas pada anak ditandai dengan postur tubuhnya yang sangat gemuk, bahkan
sampai membuatnya sulit bergerak dan beraktivitas banyak.
Anak yang mengalami obesitas juga biasanya gampang kelelahan meski baru
sebentar melakukan kegiatan.
Hal yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya mulai
dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan.
Demi memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada salahnya
untuk rutin mendatangi dokter, bidan, maupun posyandu rutin bahkan sampai sang
anak tumbuh besar.
Jika Anda membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya Anda
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS).
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan Anda dalam memantau tumbuh
kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa seoptimal mungkin.
Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa dilakukan
penanganan sedini mungkin.
Dengan rutin melakukan pemeriksaan, status gizi anak bisa berkembang lebih baik.
Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik pertumbuhannya berada di
rentang normal.
Artinya, berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan, begitu pula dengan
tinggi badan yang sesuai dengan umur dan berat badan.
Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.
Kondisi ini menandakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai dengan
aktivitasnya.