Anda di halaman 1dari 13

A.bagaimana cara menghitung status gizi anak?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penilaian dan cara menghitung status gizi
anak dan orang dewasa tidaklah sama.

Indikator usia, berat, serta tinggi badan, saling berkaitan untuk menentukan status
gizi anak.

Ketiga indikator tersebut nantinya akan dimasukkan ke dalam grafik pertumbuhan


anak (GPA) yang juga dibedakan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Nah, grafik ini yang nantinya akan menunjukkan apakah status gizi anak baik atau
tidak.

GPA juga memudahkan Anda dan tim medis untuk memantau tumbuh kembang si
kecil.

Ini karena karena dengan adanya grafik pertumbuhannya, penambahan tinggi dan
berat badan anak akan lebih mudah terlihat.

Ada beberapa kategori yang digunakan untuk menilai status gizi anak menggunakan
GPA, meliputi:

Mengukur status gizi anak usia 0-5 tahun


Grafik yang digunakan untuk mengukur status gizi anak usia kurang dari 5 tahun
yaitu grafik WHO 2006 (cut off z score).
Penggunaan grafik WHO 2006 dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan:

1. Berat badan berdasarkan umur (BB/U)


Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur
berat badan sesuai dengan usia anak.

Penilaian BB/U dipakai untuk mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami
berat badan kurang, sangat kurang, atau lebih.

Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai jika umur anak tidak diketahui secara
pasti.

Status gizi anak berdasarkan BB/U yakni:

 Berat badan normal: -2 SD sampai +1 SD


 Berat badan kurang: -3 SD sampai <-2 SD
 Berat badan sangat kurang: <-3 SD
 Risiko berat badan lebih: >+1 SD
Anak yang tergolong ke dalam risiko berat badan lebih bisa saja punya masalah
pertumbuhan.

Usahakan untuk memeriksa ulang menggunakan indikator BB/TB atau IMT/U.


2. Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (TB/U)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur
tinggi badan sesuai dengan usia anak.

Penilaian TB/U dipakai untuk megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh
pendek.

Akan tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2-18 tahun dengan
posisi berdiri.

Sementara jika usianya masih di bawah 2 tahun, pengukurannya menggunakan


indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi berbaring.

Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara berbaring, nilai
TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).

Status gizi anak berdasarkan TB/U yakni:

 Tinggi: >+3 SD
 Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
 Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
 Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD

3. Berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)


Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk mengukur
berat badan sesuai dengan tinggi badan anak.

Pengukuran ini yang umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.

Status gizi anak berdasarkan BB/TB yakni:

 Gizi buruk (severely wasted): <-3 SD


 Gizi kurang (wasted): -3 SD sampai <-2 SD
 Gizi baik (normal): -2 SD sampai +1 SD
 Risiko gizi lebih: >+1 SD sampai +2 SD
 Gizi lebih (overweight): >+2 SD sampai +3 SD
 Obesitas: >+3 SD
Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak laki-laki. Sumber:

WHO Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak
perempuan. Sumber: WHO

Mengukur status gizi anak usia 5-18 tahun


Pengukuran status gizi anak usia di atas 5 tahun bisa menggunakan aturan CDC 2000
(ukuran persentil).
Persentil digunakan sebagai gambaran berapa nilai IMT anak.
Indeks massa tubuh digunakan pada usia ini karena pada masa tersebut anak-anak
mengalami pertambahan tinggi dan berat badan yang berbeda-beda meski umurnya
sama.
Jadi, perbandingan tinggi dan berat badan anak akan dilihat berdasarkan usianya.
Contoh grafik kategori penilaian IMT dengan persentil sesuai usia anak bisa dilihat
pada gambar berikut:
Contoh Grafik
Pertumbuhan Anak Laki-Laki untuk IMT. Sumber: Centers for Disease Control and Prevention
(CDC).Contoh Grafik Pertumbuhan Anak Perempuan untuk IMT. Sumber: Centers for Disease
Control and Prevention (CDC).

Sementara kategori penilaian IMT anak di atas usia 5 tahun yakni:

 Gizi kurang (thinness): -3 SD sampai <-2 SD


 Gizi baik (normal): -2 SD sd +1 SD
 Gizi lebih (overweight): +1 SD sd +2 SD
 Obesitas: >+2 SD
Pengukuran status gizi anak dengan metode GPA memang tidak semudah
penggunaan indeks massa tubuh (IMT) seperti pada orang dewasa.

Supaya lebih mudah dan akurat, Anda bisa mencari tahu perkembangan status gizi
anak dengan cara rutin melakukan pengukuran ke dokter, bidan, maupun posyandu.
Apa saja permasalahan status gizi pada anak?

Ada beberapa kategori yang digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak,
seperti:

1. Stunting
Stunting adalah gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
membuatnya tinggi badannya terhambat sehingga tidak sesuai dengan anak
seusianya.
Gejala anak yang mengalami stunting berupa:

 Postur anak lebih pendek dari teman-teman seusianya


 Proporsi tubuh mungkin tampak normal, tapi anak terlihat lebih muda atau kecil
untuk usianya
 Berat badan rendah untuk anak seusianya
 Pertumbuhan tulang terhambat

2. Marasmus
Marasmus adalah kekurangan gizi yang terjadi karena anak tidak mendapatkan
asupan energi dalam waktu yang cukup lama.
Gejala khas yang muncul pada anak dengan marasmus yakni:

 Berat badan anak yang merosot pesat


 Kulit keriput seperti orang tua
 Perut cekung
 Cenderung cengeng
Bila si kecil mengalami hal ini, segera konsultasikan ke dokter.

3. Kwashiorkor
Sedikit berbeda dengan marasmus, kwashiorkor adalah kekurangan gizi akibat dari
rendahnya asupan protein.
Padahal, protein berperan penting sebagai zat untuk membangun dan memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak.

Ciri khas dari kwashiorkor biasanya tidak membuat berat badan anak turun drastis.

Ini karena tubuh anak memiliki banyak cairan sehingga membuat berat badannya
tetap normal, meski sebenarnya anak tersebut kurus.

Gejala kwashiorkor lainnya seperti:

 Perubahan warna kulit


 Rambut rambut seperti jagung
 Bengkak (edema) di beberapa bagian, seperti kaki, tangan, dan perut
 Wajah bulat dan sembab (moon face)
 Penurunan masa otot
 Diare dan lemas
Segera konsultasi ke dokter bila anak Anda memiliki tanda di atas.

4. Marasmus-kwashiorkor
Marasimus-kwashiorkor adalah gabungan kondisi dan gejala dari marasmus serta
kwashiorkor.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh pola makan, khususnya karena tidak
tercukupinya asupan zat gizi tertentu seperti kalori dan protein.

Anak yang mengalami marasmus-kwashiorkor akan mengalami gejala seperti:

 Tubuh sangat kurus


 Muncul tanda-tanda tubuh kurus (wasting) di beberapa bagian tubuh. Misalnya
jaringan dan massa otot hilang, serta tulang yang langsung kentara pada kulit seolah
tidak terlapisi oleh daging.
 Mengalami penumpukan cairan di beberapa bagian tubuh (asites).
Konsultasikan ke dokter kalau si kecil memiliki gejala di atas.

5. Wasting (kurus)
Anak dikatakan bertubuh kurus (wasting) jika berat badannya jauh berada di bawah
normal atau tidak sesuai dengan tinggi badannya.

Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan wasting adalah berat badan
berbanding tinggi badan (BB/TB), untuk usia 0-60 bulan.

Wasting juga kerap disebut sebagai kekurangan gizi akut atau berat.

Kondisi ini biasanya disebabkan karena anak tidak memperoleh asupan zat gizi yang
cukup, atau mengalami penyakit yang mengakibatkan kehilangan berat badan,
seperti diare.

Gejala yang muncul ketika anak mengalami wasting yakni tubuh tampak sangat
kurus akibat berat badan rendah.

6. Underweight (berat badan kurang)


Underweight menandakan kondisi berat badan anak yang kurang jika dibandingkan
usianya.
Indikator yang biasanya dipakai untuk menentukan berat badan kurang adalah berat
badan berbanding usia (BB/U) untuk anak 0-60 bulan.

Sementara anak usia 5-18 tahun menggunakan indeks massa tubuh berbanding usia
(IMT/U).

Tanda paling kentara ketika anak mengalami berat badan kurang yakni tubuhnya
terlihat kurus dan berat badannya kurang jika dibandingkan dengan teman-teman
seusianya.

Hal ini terjadi karena jumlah asupan energi yang masuk tidak setara dengan energi
yang keluar.

Anak dengan underweight biasannya lebih rentan terserang penyakit infeksi, sulit
berkonsentrasi, mudah lelah, hingga tidak berenergi saat beraktivitas.
7. Overweight (kelebihan berat badan)
Anak dikatakan overweight (kegemukan) ketika berat badannya tidak sebanding
dengan tinggi badannya.
Kondisi ini tentu akan membuat tubuh anak tampak gemuk dan kurang ideal.

Selain memiliki tubuh yang gemuk, anak dengan berat badan berlebih juga memiliki
ciri ukuran lingkar pinggang dan pinggul di atas normal.

Kondisi ini juga kerap membuat anak mengalami kelelahan parah serta nyeri otot
dan sendi.

Lebih buruknya, overweight berisiko membuat anak terserang berbagai penyakit.


Penyakit yang mungkin muncul contohnya penyakit jantung, stroke, diabetes, hingga
gangguan muskuloskeletal seperti arthritis.

Usahakan selalu memberikan makanan sehat untuk anak, membawakan bekal anak
sekolah, dan camilan sehat untuk anak guna mengoptimalkan kebutuhan gizinya.
Bila anak susah makan, Anda bisa memberikan susu anak agar tetap ada asupan gizi.
8. Obesitas
Obesitas tidak sama dengan kegemukan karena berat badan yang dimiliki anak
obesitas berarti sudah berada jauh di atas rentang normal.

Hal ini bisa diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk
ke dalam tubuh (terlalu banyak) dengan yang dikeluarkan oleh tubuh (terlalu sedikit).
Dengan kata lain, obesitas bisa diartikan sebagai overweight di tingkat yang lebih
parah karena terjadi penumpukan jaringan lemak di seluruh tubuh.
Obesitas pada anak ditandai dengan postur tubuhnya yang sangat gemuk, bahkan
sampai membuatnya sulit bergerak dan beraktivitas banyak.
Anak yang mengalami obesitas juga biasanya gampang kelelahan meski baru
sebentar melakukan kegiatan.

Hal yang perlu dilakukan agar status gizi anak dalam kondisi baik
Pemeriksaan status gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan sebaiknya mulai
dilakukan setidaknya sejak anak berusia satu bulan.

Demi memastikan tumbuh kembangnya berjalan dengan baik, tidak ada salahnya
untuk rutin mendatangi dokter, bidan, maupun posyandu rutin bahkan sampai sang
anak tumbuh besar.

Jika Anda membawa si kecil diperiksa ke dokter dengan rutin, biasanya Anda
mendapatkan buku kesehatan ibu anak (KIA) atau kartu menuju sehat (KMS).
Buku dan kartu tersebut akan lebih memudahkan Anda dalam memantau tumbuh
kembang si kecil agar kondisi kesehatan anak bisa diperiksa seoptimal mungkin.

Jika terlihat adanya kelainan pada tumbuh kembang anak, bisa dilakukan
penanganan sedini mungkin.

Dengan rutin melakukan pemeriksaan, status gizi anak bisa berkembang lebih baik.

Status gizi anak tergolong baik ketika indikator grafik pertumbuhannya berada di
rentang normal.

Artinya, berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan, begitu pula dengan
tinggi badan yang sesuai dengan umur dan berat badan.

Anak juga tidak tampak kurus, sangat kurus, gemuk, atau bahkan obesitas.

Kondisi ini menandakan bahwa asupan gizi hariannya tercukupi dan sesuai dengan
aktivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai