Anda di halaman 1dari 32

PENGUKURAN STATUS GIZI

ANTROPOMETRI

MAZARINA DEVI
Untuk mengukur status gizi disarankan
menggunakan 3 pengukuran yang
meliputi:

•Umur (bulan/tahun)
•Berat (kg)
•Tinggi /panjang (cm)

Panjang badan untuk anak


umur kurang dari 2 tahun
Tinggi dadan untuk anak umur
2 tahun ke atas
Tiga ukuran tersebut
dikombinasikan membentuk tiga
indikator Status Gizi:

- Berat badan menurut umur (BB/U)


- Tinggi badan menurut umur (TB/U)
- Berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB)
Indeks Berat Badan menurut
Umur (BB/U):

Berat badan (BB) merupakan salah


satu ukuran antropometri yang
memberi gambaran tentang massa
tubuh (otot dan lemak).
Kelebihan indeks ini adalah :
a) Dapat lebih mudah dan lebih cepat
dimengerti oleh masyarakat umum.
b) Sensitif untuk melihat perubahan
status gizi jangka pendek.
c) Dapat mendeteksi kelebihan berat
badan (overweight}
d) Pengukuran objektif, dan kalau
diulang memberikan hasil yang sama.
e) Peralatan dapat dibawa kemana-
mana, dan relatif murah.
f) Pengukuran mudah dilaksanakan dan
teliti.
g) Pengukuran tidak memakan waktu
banyak.
Kekurangan indeks BB/U adalah :
a) Dapat mengakibatkan kekeliruan
interpretasi status gizi bila terdapat oedema.
b) Memerlukan data umur yang akurat,
terutama untuk kelompok umur dibawah lima
tahun (balita).
c) Sering terjadi kesalahan dalam
pengukuran, misalnya pengaruh pakaian
atau gerakan anak saat penimbangan.
d) Secara operasional sering mengalami
hambatan karena masalah sosial budaya
setempat (misal orang tuanya tidak mau
menimbangkan anaknya).
Indeks Berat Badan menurut
Panjang/Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan mempunyai hubungan linear


dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal perkembangan berat badan akan
searah dengan pertambahan tinggi badan
dengan kecepatan tertentu. Indeks
tunggal BB/TB merupakan indikator yang
baik untuk menyatakan status gizi masa
kini, dan biasanya digunakan bila data
umur yang akurat sulit diperoleh.
Kelebihan indeks BB/TB :

Hampir independen terhadap pengaruh


umur dan ras.
Dapat membedakan keadaan anak
dalam penilaian BB relatif terhadap TB
: kurus, cukup, gemuk, dan keadaan
marasmus atau bentuk KEP berat
lainnya.
Kelemahan indeks BB/TB :
1. Tidak dapat memberi gambaran apakah
anak tersebut pendek, cukup tinggi badan
atau kelebihan TB, karena faktor umur
tidak diperhatikan.
2. Dalam praktek sering dialami kesulitan
ketika mengukur panjang badan anak
baduta atau tinggi badan anak baiita.
3. Sering terjadi kesalahan membaca angka
hasil pengukuran, terutama bila
pembacaan dilakukari oleh tenaga yang
kurang profesional.
Indeks Panjang/Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U atau PB/U).

Tinggi badan merupakan ukuran


antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam
keadaan normal, tinggi badan tumbuh
bersamaan dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tinggi badan, tidak seperti
berat badan, relatif kurang sensitif
terhadap defisiensi gizi dalam jangka
pendek.
Kelebihan Indeks TB/U :

1. Merupakan indikator yang baik


untuk mengetahui kurang gizi pada
masa lampau.
2. Alat mudah dibawa-bawa ke
lapangan dan dapat dibuat secara
lokal.
3. Jarang orangtua keberatan diukur
anaknya.
4. Pengukuran objektif
Kelemahan Indeks TB/U :

1. Dalam menilai intervensi, harus disertai


dengan indeks lain (seperti BB/U), karena
perubahan TB tidak banyak terjadi dalam
waktu singkat.
2. Membutuhkan beberapa teknik
pengukuran seperti : alat ukur panjang
badan untuk anak umur kurang 2 tahun,
dan alat ukur tinggi badan untuk anak
lebih 2 tahun.
3. Lebih sulit melakukan pengukuran
secara teliti bagi tenaga yang
kurang lerlatih seperti kader atau
petugas yang beluin
berpengaiaman.
4. Memerlukan tenaga 2 orang untuk
mengukur panjang badan anak.
5. Umur yang tepat kadang-kadang
sulit diperoleh.
Sistem pelaporan indeks ini dapat
dinyatakan dengan tiga cara,
yaitu :
• Cara persen terhadap median
• Z-skor dan
• Persentil
Cara persen terhadap median
Cara mengukurnya, pertama-tama diukur
tinggi badannya dengan menggunakan
alat ukur tinggi badan atau panjang
badan, dan dicatat umurnya dengan tepat.
Kemudian data tinggi badan aktual
tersebut dibandingkan data median tinggi
badan referensi NCHS/WHO pada umur
yang sama dan dikalikan dengan 100
persen.
Hasilnya (dalam persen) dibandingkan
dengan kriteria penggolongan status gizi
menggunakan indikator TB/U, sehingga
dtdapatkan status gizinya.
Kriteria penggolongan tersebut
adalah
(a) status gizi baik jika nilainya lebih
besar 95 persen
(b) status gizi sedang jika nilainya berada

antara 90 - 95 persen
(c) status gizi kurang (stunting) bila
nilainya berada antara 85 - 90 persen
(d) status gizi buruk (stunting berat) bila
nilainya lebih rendah daripada 85
persen.
Seorang anak laki-laki berumur lima tahun
mempunyai tinggi badan 92,0 cm Bagaimanakah
status gizinya ?.
Pada anak laki-laki berumur lima tahuh
tersebut, median tinggi badan
referensinya adalah 109,9 cm. Jadi,
perhitungannya adalah tinggi badan
aktual (92,0 cm) dibagi dengan median
tinggi badan referensi (109,9 cm) dikali
100 persen adalah 83,7 persen. Kemudian
nilai tersebut dibandingkan dengan
kriteria status gizi di atas. Hasilnya, anak
tersebut tergolong status gizi buruk
(wasting berat).
Cara Z-skor

Contoh anak sama dengan contoh


anak di atas, yaitu anak laki-laki umur
5 tahui dengan tinggi badan 92,0 cm.
Median tinggi badan referensi adalah
109,9 cm, dan nilai -1 SD adalah 105,3
cm. Kriteria status gizi (WHO, 1995)
berdasarkan Z-skor ini adalah (a) Z-
skor < - 1 SD tergolong stunting, (b) Z-
skor < - 3 SD tergolong stunting berat.
WHO (1995) juga mengklasifikasikan
prevalensi stunting anak balita
(prevalensi anak balita dengan Z-skor
< -2 SD) pada suatu wilayah, yaitu
revalensi stunting: (a) < 20 persen
dikatakan rendah; (b) 20 - 29 persen
dikatakan sedang; (c) 30 - 39 persen
dikatakan tinggi, dan (d) > 40 persen
tergolong tinggi).
Interpretasinya :
Karena nilainya lebih rendah dari - 2 SD,
maka anak tersebut digolongkan
stunted. Tetapi, karena nilainya lebih
rendah dari -3 SD maka anak tersebut
menderita stunting berat.
Masing-masing ketiga indikator ini
secara umum memungkinkan
dikelompokkan dengan perbandingan
referensi populasi :
Normal
Di atas normal atau tinggi
Di bawah normal atau rendah
Cara persentil tidak dirinci disini
karena nilai berat badan yang diukur
langsung diplotkan menurut umurnya
pada kurva persentil dari kurva
referensi.
Kalau nilai aktualnya < persentil ke-
3 atau ke-5 maka anak tergolong gizi
kurang, sedangkan nilainya lebih
dari persentil ke-95 atau ke-97
tergolong gizi lebih.
Indeks Gabungan (BB/U; BB/TB; TB/U)
Indeks gabungan ini merupakan indikator yang
baik untuk digunakan dalam evaluasi program
pemberian makanan tambahan (PMT).

Program pemberian makanan tambahan


biasanya dilakukan pada kclompok sasaran
tertentu. Kelompok sasaran yang dianggap
penting dalam program pemberian makanan
tambahan adalah :
a) Bayi (umur kurang dari 1 tahun).
b) Anak yang berumur 1 - 2 tahun.
c) Anak pra-sekolah yang berumur 2-6 tahun.
d) Anak sekolah dasar yang berumur 6-10
tahun.
Pada golongan ibu hamil dan ibu
menyusui, pengukuran ini tidak
dianjurkan untuk mengukur perubahan
status gizinya.
Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
indikator antropometri yang tajam
untuk golongan ini masih belum
diperoleh, sehingga hasil pengukuran
antropometri ibu hamil dan ibu
menyusui masih sulit diinterpretasikan.
Beberapa keberatannya adalah:
a) Selama hamil, pertambahan BB
dipengaruhi oleh banyak faktor selain
konsumsi makanan dan zat gizi. Pada
beberapa suku, misalnya, ibu-ibu selama
hamil dan menyusui dirawat dengan baik
dan mendapatkan makanan ekstra.
b) Selama menyusui, terdapat variasi besar
jumlah susu yang diproduksi dan
kecepatan penurunan produksi susu
antar individu; sehingga sulit menilai
gangguan metabolik produksi susu.
c) Dalam berbagai masyarakat, hanya
sebagian kecil ibu-ibu saja yang
menyusui bayinya sampai umur lebih dan
12 bulan.
Tiga indeks yang digabungkan
membentuk indikator penilaian ini,
yaitu :

a) Berat badan menurut umur (BB/U)


b) Berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB)
c) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Kriteria klasifikasi dan interpretasi data.
Data yang diperoleh dari pengukuran
ketiga indeks dan perhitungan Z-skor
dengan menggunakan referensi
NCHS/WHO dikelompokkan kedalam 3
kelompok, yaitu :

a)Normal, bila nilai Z-skornya antara -2


SD sampai +2 SD.
b)Tinggi (di atas normal), bila nilai Z-
skornya > +2 SD.
c)Rendah (di bawah normal), bila nilai Z-
skornya < -2 SD.
Interpretasi dari hasil pengukuran
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Interpretasi Status Gizii Anak Dari
Indikator Gabungan (WHO, 1983)
Indikator* Interpretasi Status Gizi
Kategori
1 BB/TB + BB/U + TB/U Tampak normal, mengalami
Rendah normal rendah malnutrisi pada masa lalu

2 BB/TB + BB/U + TB/U Normal


normal normal normal
3 BB/TB + BB/U + TB/U Tubuh tinggi, gizi baik
tinggi normal tinggi
4. BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini malnutrisi berat
tinggi rendah rendah
5 BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini malnutrisi sedang
normal rendah rendah
6 BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini malnutrisi ringan
tinggi rendah normal
7 BB^TB + BB/U + TB/U Obes ++
rendah tinggi tinggi
8 BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini gizi lebih, menga­lami
rendah tinggi normal malnutrisi pada masa lalu

9 BB/TB + BB/U + TB/U Gizi lebih, tapi tidak obes


normal tinggi tinggi
* Beberapa penyesuaian lihat tabel 4
Tabel 4. Penyesuaian Interpretasi Status Gizi dan
Indikator Gabungan
Indikator Interpretasi Status Gizi
Kategori*
1 BB/TB + BB/U + TB/U Tampak normal, mengalami
normal normal rendah malnutrisi pada masa lalu
2 BB/TB + BB/U + TB/U Normal, tinggi normal
normal rendah normal
3 BB/TB + BB/U + TB/U Normal, tinggi
normal normal tinggi
5 BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini malnutrisi sedang
rendah rendah rendah
6 BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini malnutrisi ringan
rendah normal
normal
6 BB/TB + BB/U + TB/U Saat ini malnutrisi ringan
rendah normal
rendah
9 BB/TB + BB/U + TB/U Gizi lebih, tidak obes
tinggi normal
normal
*Kategori yang sesuai dengan kategori pada Tabel 3.
Contoh Cara Penilaian:
Contoh anak yang diukur adalah anak
laki-laki, umur 4 tahun, berat badan
(BB) 12 kg, dan tinggi badan (TB)
92,0 cm.
Berdasarkan data tersebut, kemudian
dihitung Z-skornya dengan
menggunakan indeks BB/TB, BB/U,
dan TB/U.
Cara menghitungnya sama dengan
cara menghitung Z-skor yang sudah
dijelaskan di atas, yaitu:
12,0 - 13,6  1,6
Z - skor BB/TB    1,3 atau normal
13,6 - 12,4 1,2
12,0 - 16,7  4,7
Z - skor BB/U    2,5 atau rendah
16,7 - 14,8 1,9
92,0 - 102,9  10,9
Z - skor TB/U    2,6 atau rendah
102,9 - 98,7 4,2
Hasil perhitungan tersebut adalah
BB/TB normal, BB/U rendah, dan TB/U
rendah.
Kalau data hasil ini dibandingkan
dengan kriteria pada Tabel 4, maka
interpretasinya adalah anak tersebut
tampak normal, tetapi mengalami
malnutrisi pada masa lalu.

Anda mungkin juga menyukai