Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

KUNJUNGAN LAPANGAN
TIM KECAMATAN BINJAI KOTA
DALAM RANGKA PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING
DI INDONESIA

PEMERINTAH KOTA BINJAI


KECAMATAN BINJAI KOTA
KOTA BINJAI
A. PENDAHULUAN

Dasar hukum pelaksanaan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Angka


Stunting Di Indonesia sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan penurunan stunting.
Hal ini membuat kita selaku stakeholder terkait melaksanakan kegiatan
dalam rangka percepatan penurunan angka stunting, maka untuk itu perlu
diketahui makna stunting itu sendiri yang dijelaskan pada paragraph berikut.

Pertumbuhan anak tidak hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi.
Pasalnya, tinggi badan anak termasuk faktor yang menandai stunting dan
menjadi penanda apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum. Lalu, apa
itu stunting dan apa penyebabnya?

1. Apa itu stunting?

Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian


Kesehatan RI, stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau
tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya.

Mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan


pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang
teman-teman seusianya dan memiliki penyebab utama kekurangan nutrisi.
Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah
gizi kronis pada pertumbuhan tubuh si kecil. Hanya saja, perlu diingat bahwa
anak pendek belum tentu stunting, sedangkan anak stunting pasti terlihat
pendek.

Anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya
menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD). Terlebih lagi, jika
kondisi ini dialami anak yang masih di bawah usia 2 tahun dan harus
ditangani dengan segera dan tepat.

Penilaian status gizi dengan standar deviasi tersebut biasanya menggunakan


grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.

Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan
akibat dari kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama.
Hal tersebut yang kemudian membuat pertumbuhan tinggi badan anak
terhambat sehingga mengakibatkan dirinya tergolong stunting.

Namun, anak dengan tubuh pendek belum tentu serta merta mengalami
stunting. Kondisi ini hanya terjadi ketika asupan nutrisi harian anak kurang
sehingga memengaruhi perkembangan tinggi badannya.

2. Apa penyebab stunting pada anak?

Masalah kesehatan ini merupakan akibat dari berbagai faktor yang terjadi
pada masa lalu. Berbagai faktor tersebut antara lain asupan gizi yang buruk,
berkali-kali terserang penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan
lahir rendah (BBLR).

Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya tidak hanya terjadi
setelah ia lahir saja, melainkan bisa dimulai sejak ia masih di dalam
kandungan.

Di bawah ini dua poin utama yang menjadi faktor penyebab stunting pada
anak.

a. Kurang asupan gizi selama hamil


WHO atau badan kesehatan dunia menyatakan bahwa sekitar 20% kejadian
stunting sudah terjadi saat bayi masih berada di dalam kandungan.
Hal ini disebabkan oleh asupan ibu selama hamil yang kurang bergizi dan
berkualitas sehingga nutrisi yang diterima janin cenderung sedikit.
Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus
berlanjut setelah kelahiran. Oleh karena itu, penting untuk mencukupi
berbagai nutrisi penting selama hamil.
b. Kebutuhan gizi anak tidak tercukupi
Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi akibat makanan balita saat masih di
bawah usia 2 tahun yang tidak tercukupi, seperti posisi menyusui yang
kurang tepat, tidak diberikan ASI eksklusif, hingga MPASI (makanan
pendamping ASI) yang kurang berkualitas.
Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa
menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting. Khususnya asupan
makanan yang mengandung protein serta mineral zinc (seng) dan zat besi
ketika anak masih berusia balita.
Melansir buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya sudah mulai
berkembang saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan tersebut
lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun.
Setelah itu, grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus
bergerak mengikuti kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah.
Ada sedikit perbedaan kondisi stunting yang dialami oleh kelompok usia 2 –
3 tahun dan anak dengan usia lebih dari 3 tahun.
Pada anak yang berusia di bawah 2 – 3 tahun, rendahnya pengukuran grafik
tinggi badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses stunting yang
sedang berlangsung.
Sementara pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut
menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi
(stunted).
c. Faktor penyebab lainnya
Selain itu yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang
menyebabkan stunting pada anak, yaitu:
• Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan.
• Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan
dan postnatal (setelah melahirkan).
• Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
• Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Untuk mencegahnya, ibu hamil perlu menghindari faktor di atas.

3. Ciri-ciri stunting pada anak

Perlu dipahami bahwa tidak semua anak balita yang berperawakan pendek
mengalami stunting. Masalah kesehatan ini merupakan keadaan tubuh yang
sangat pendek dilihat dari standar baku pengukuran tinggi badan menurut
usia dari WHO.

Menurut Kemenkes RI, balita bisa diketahui stunting bila sudah diukur
panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil
pengukurannya ini berada pada kisaran di bawah normal.
Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak, tergantung dari hasil
pengukuran tersebut. Jadi tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja
tanpa pengukuran.

Selain tubuh yang berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-
ciri lainnya yakni:
• Pertumbuhan melambat
• Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
• Pertumbuhan gigi terlambat
• Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
• Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
kontak mata terhadap orang di sekitarnya
• Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
• Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi
pertama anak perempuan).
• Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Sementara untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Anda harus
secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Anda bisa
membawa si kecil ke dokter, bidan, posyandu, atau puskesmas setiap
bulannya.

4. Apa dampak masalah kesehatan ini pada anak?

Stunting adalah gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi yang
berlangsung lama dari kehamilan sampai usia 24 bulan.

Maka itu, kondisi ini bisa memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


anak secara keseluruhan.

Dampak jangka pendek stunting adalah terganggunya perkembangan otak,


kecerdasan, gangguan pada pertumbuhan fisiknya, serta gangguan
metabolisme.

Dampak jangka panjangnya, stunting yang tidak ditangani dengan baik sedini
mungkin berdampak:
• Menurunkan kemampuan perkembangan kognitif otak anak
• Kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit
• Risiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan
• Penyakit jantung
• Penyakit pembuluh darah
• Kesulitan belajar
Bahkan, ketika sudah dewasa nanti, anak dengan tubuh pendek akan
memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia
kerja.
Bagi anak perempuan yang mengalami stunting, ia berisiko untuk mengalami
masalah kesehatan dan perkembangan pada keturunannya saat sudah
dewasa.

Hal tersebut biasanya terjadi pada wanita dewasa dengan tinggi badan
kurang dari 145 cm karena mengalami stunting sejak kecil.

Ibu hamil yang bertubuh pendek di bawah rata-rata (maternal stunting) akan
mengalami perlambatan aliran darah ke janin serta pertumbuhan rahim dan
plasenta. Bukan tidak mungkin, kondisi tersebut berdampak pada kondisi
bayi yang dilahirkan.

Bayi yang lahir dari ibu dengan tinggi badan di bawah rata-rata berisiko
mengalami komplikasi medis yang serius, bahkan pertumbuhan yang
terhambat.

Perkembangan saraf dan kemampuan intelektual bayi tersebut bisa


terhambat disertai dengan tinggi badan anak tidak sesuai usia.

Selayaknya stunting yang berlangsung sejak kecil, bayi dengan kondisi


tersebut juga akan terus mengalami hal yang sama sampai ia beranjak
dewasa.

5. Bagaimana penanganan stunting pada bayi anak?

Meski stunting berdampak hingga dewasa, kondisi ini dapat ditangani.


Melansir Buletin Stunting milik Kemenkes RI, stunting dipengaruhi oleh pola
asuh, cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan, lingkungan, serta
ketahanan pangan.

Salah satu penanganan pertama yang bisa dilakukan untuk anak dengan
tinggi badan di bawah normal yang didiagnosis stunting, yaitu dengan
memberikannya pola asuh yang tepat.

Dalam hal ini meliputi inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif
sampai usia 6 bulan, serta pemberian ASI bersama dengan MP-ASI sampai
anak berusia 2 tahun.
World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund
(UNICEF) menganjurkan agar bayi usia 6-23 bulan untuk mendapatkan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang optimal.

Ketentuan pemberian makanan tersebut sebaiknya mengandung minimal 4


atau lebih dari 7 jenis makanan, meliputi serealia atau umbi-umbian, kacang-
kacangan, produk olahan susu, telur atau sumber protein lain, dan asupan
kaya vitamin A atau lainnya.

Di sisi lain, perhatikan juga batas ketentuan minimum meal frequency


(MMF), untuk bayi usia 6-23 bulan yang diberi dan tidak diberi ASI, dan sudah
mendapat MP-ASI.

Untuk bayi yang diberi ASI


• Umur 6 – 8 bulan: 2 kali per hari atau lebih
• Umur 9 – 23 bulan: 3 kali per hari atau lebih

Sementara itu untuk bayi yang tidak diberi ASI usia 6 – 23 bulan yaitu 4 kali
per hari atau lebih.

Bukan itu saja, ketersediaan pangan di masing-masing keluarga turut


berperan dalam mengatasi stunting. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan
meningkatkan kualitas makanan harian yang dikonsumsi.

6. Bagaimana cara mencegah stunting?

Kejadian anak dengan tinggi badan pendek bukan masalah baru di dunia
kesehatan dunia. Di Indonesia sendiri, stunting adalah masalah gizi pada
anak yang masih menjadi pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan dengan
baik.

Terbukti menurut data Pemantauan Status Gizi (PSG) dari Kementerian


Kesehatan RI, jumlah anak pendek terbilang cukup tinggi.

Kasus anak dengan kondisi ini memiliki jumlah tertinggi jika dibandingkan
dengan permasalahan gizi lainnya, seperti anak kurang gizi, kurus, dan
gemuk.

Pertanyaan selanjutnya adalah, bisakah stunting pada anak dicegah sejak


dini?
Jawabannya, bisa. Stunting pada anak merupakan satu dari beberapa
program prioritas yang dicanangkan oleh pemerintah agar angka kasusnya
diturunkan setiap tahun.

Ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016. Cara mencegah
stunting menurut Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga, yakni:

a. Cara mencegah stunting untuk ibu hamil dan bersalin

Beberapa cara mencegah stunting untuk ibu hamil dan bersalin yaitu:
• Pemantauan kesehatan secara optimal beserta penanganannya, pada 1.000
hari pertama kehidupan bayi.
• Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) secara rutin dan berkala.
• Melakukan proses persalinan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti dokter,
bidan, maupun puskesmas.
• Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien untuk bayi
(TKPM).
• Melakukan deteksi penyakit menular dan tidak menular sejak dini.
• Memberantas kemungkinan anak terserang cacingan.
• Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh.

Anda bisa berdiskusi dengan dokter kandungan untuk melakukan


pencegahan stunting yang sudah disarankan di atas.

b. Cara mencegah stunting untuk anak balita

Sementara itu cara mencegah stunting pada balita, yaitu:


• Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.
• Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
• Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
• Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.
Anda bisa berdiskusi dengan dokter anak untuk menyesuaikan dengan
kebiasaan si kecil, agar pencegahan stunting bisa dilakukan.

c. Cara mencegah stunting untuk anak usia sekolah

Anak sekolah juga perlu diberi pembekalan sebagai upaya pencegahan


stunting, seperti:
• Memberikan asupan gizi sesuai kebutuhan harian anak.
• Mengajarkan anak pengetahuan terkait gizi dan kesehatan.
Lakukan secara perlahan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-
anak.

d. Untuk remaja

Meski stunting pada remaja tidak bisa diobati, tapi masih bisa dilakukan
perawatan, di antaranya:
• Membiasakan anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba
• Mengajarkan anak mengenai kesehatan reproduksi

Anda bisa melakukannya pada anak yang sudah masuk usia remaja, yaitu 14-
17 tahun.

e. Untuk dewasa muda

Berikut cara mencegah kondisi ini pada usia dewasa muda:


• Memahami seputar keluarga berencana (KB)
• Melakukan deteksi dini terkait penyakit menular dan tidak menular
• Senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), pola gizi
seimbang, tidak merokok, dan tidak memakai narkoba.

Intinya, jika ingin mencegah stunting, asupan serta status gizi seorang calon
ibu harus baik. Hal ini kemudian diiringi dengan memberikan asupan
makanan yang berkualitas ketika anak telah lahir.

7. Apakah pertumbuhan anak stunting bisa kembali normal?

Sayangnya, stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak


bisa dikembalikan seperti semula. Artinya, ketika seorang anak sudah
stunting sejak masih balita, pertumbuhannya akan terus lambat hingga ia
dewasa.

Saat puber, ia tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal akibat sudah


terkena stunting di waktu kecil. Meski Anda telah memberikannya makanan
kaya gizi, tetap saja pertumbuhannya tidak dapat maksimal seperti anak
normal lainnya.

Namun, tetap penting bagi Anda memberikan berbagai makanan yang


bergizi tinggi agar mencegah kondisi si kecil semakin buruk dan gangguan
pertumbuhan yang ia alami semakin parah.
Oleh karena itu, sebenarnya hal ini dapat dicegah dengan cara memberikan
nutrisi yang maksimal saat awal-awal kehidupannya. Tepatnya selama 1.000
hari pertama kehidupan anak.

Jika mengetahui bahwa si kecil mengalami kondisi ini, sebaiknya segera


konsultasikan pada dokter anak agar cepat teratasi.
B. LAPORAN KUNJUNGAN KERJA TIM KECAMATAN BINJAI KOTA

Sesuai dengan laporan dari Dinas Kesehatan Kota Binjai, bahwa terdapat
jumlah kasus balita stunting di Kota Binjai sebanyak 168 Orang.

Dan di Kecamatan Binjai Kota tercatat status balita stunting sebanyak 9 orang
yang tersebar di 5 (lima) kelurahan se Kecamatan Binjai Kota yakni :
1. Kelurahan Satria sebanyak 3 (tiga) orang
2. Kelurahan Setia sebanyak 2 (dua) Orang
3. Kelurahan Binjai sebanyak 2 (dua) Orang
4. Kelurahan Tangsi sebanyak 1 (satu) Orang
5. Kelurahan Kartini sebanyak 1 (satu) Orang
Jumlah keseluruhan sebanyak 9 (Sembilan) Orang

Dengan rincian nama beserta alamat balita berstatus stunting sebagai


berikut:
Dengan data tersebut diatas, maka Tim Kecamatan Binjai Kota melakukan
kunjungan ke rumah-rumah balita status stunting yang terdata pada tabel
diatas.
Kunjungan ini dilakukan untuk mendapat informasi yang lebih dalam mengenai
keadaan balita status stunting beserta keterangan orang tua dan dokumentasi
keadaan rumah balita tersebut, dengan rincian sebagai berikut :
1. Fiqram Al Halif Sipayung
Tanggal Lahir 08 - 02 – 2019
Usia 39 Bulan
Jenis Kelamin Laki-laki
Nama Orang Tua Selamat Sipayung
Alamat Jalan T.Imam Bonjol Gg. Tikus Lingkungan II
Kelurahan Setia
Pekerjaan Orang Tua Jualan di Pasar Kaget Binjai
Status Rumah Kontrak
Bantuan yang diterima
a. BLT
b. PKH
c. BPJS Tidak Ada
Kondisi Anak :
Kondisi Depan Rumah :

Kondisi Ruang Tamu :

Kondisi Ruang Tengah :


Kondisi Dapur :

Kondisi Kamar Mandi :

2. Qinara Aisya Fanani


Tanggal Lahir 29 – 07 - 2018
Usia 45 Bulan
Jenis Kelamin Perempuan
Nama Orang Tua Fahri Ahmadi
Alamat Jalan T.Imam Bonjol Gg. Abdul Kadir Lingkungan IV
Kelurahan Setia
Pekerjaan Orang Tua Honorer Satpol PP Kota Binjai
Status Rumah Menumpang dengan kakek dan Nenek
Bantuan yang diterima
a. BPJS
b. BLT
Kondisi Anak :

Kondisi Depan Rumah :

Kondisi Ruang Tamu :


Kondisi Ruang tengah :

Kondisi Dapur :

Kondisi Kamar mandi :


Kondisi Belakang Rumah :

3. Sari Latifah
Tanggal Lahir 19 – 07 - 2017
Usia 57 Bulan
Jenis Kelamin Perempuan
Nama Orang Tua Julianti
Alamat Jalan Datuk Bakar No. 28 Lingkungan I
Kelurahan Binjai
Pekerjaan Orang Tua Kerja Pabrik di Luar Kota/Merantau
Status Rumah Menumpang dengan Nenek
Bantuan yang diterima :
a. Tidak ada menerima bantuan dalam bentuk apapun
Kondisi Anak :
Kondisi Depan Rumah :

Kondisi Ruang Tamu :

Kondisi Kamar :
Kondisi Dapur :

Kondisi Kamar mandi :

Kondisi Belakang Rumah :


4. Rafa Atalla Ramadhan
Tanggal Lahir 21 – 05 - 2019
Usia 38 Bulan
Jenis Kelamin Laki-laki
Nama Orang Tua Rifanda Suhanda
Alamat Jalan Jend. Sudirman Gg. T. Matsyeh Lingkungan III
Kelurahan Binjai
Pekerjaan Orang Tua Jualan Kerang di Pasar Kaget Binjai
Status Rumah Menumpang dengan Nenek
Bantuan yang diterima
a. Tidak ada menerima bantuan dalam bentuk apapun
Pada Saat kunjungan Balita status stunting tidak berada dirumah.
Kondisi Depan Rumah :

Kondisi Ruang Tamu :


Kondisi Dapur :

Kondisi Kamar mandi :

Kondisi Belakang Rumah :


5. Arumi
Tanggal Lahir 07 – 08 - 2020
Usia 21 Bulan
Jenis Kelamin Perempuan
Nama Orang Tua Zailani Muhammad Sidik
Alamat Jalan Kol. M. Haiyar Lingkungan III
Kelurahan Tangsi
Pekerjaan Ayah Supir Travel di Medan
Pekerjaan Ibu Perawat di Rs Dr. Nehru Binjai
Status Rumah Menumpang dengan kakek dan Nenek
Bantuan yang diterima
a. Tidak menerima bantuan dalam bentuk apapun
Kondisi Anak :

Kondisi Depan Rumah :


Kondisi Ruang Tamu :

Kondisi Dapur :

Kondisi Kamar Mandi :


6. Tengku Alzhea Khaira
Tanggal Lahir 15 – 09 - 2017
Usia 55 Bulan
Jenis Kelamin Perempuan
Nama Orang Tua T. Rizal Pahlevi
Alamat Jalan Jend. Ahmad Yani Gg. Karya Lingkungan V
Kelurahan Kartini
Pekerjaan Orang Tua Tukang Becak
Status Rumah sudah memiliki Rumah KPR di Kec. Binjai Barat
Bantuan yang diterima
a. BPJS
b. PKH
c. BPNT
Pada saat kunjungan rumah berdasarkan alamat diatas adalah rumah milik
kakek dan nenek balita tersebut dan balita tersebut tidak berada ditempat dan
rumah dalam keadaan terkunci. Informasi yang tim dapatkan melalui
sambungan telepon menyatakan bahwa orang tua dan balita sudah pindah serta
memiliki rumah KPR di Kecamatan Binjai Barat.
Kondisi Depan Rumah :
Kondisi Samping Rumah :

7. Ridhan Ramadhan
Tanggal Lahir 30 – 05 - 2019
Usia 35 Bulan
Jenis Kelamin Laki-laki
Nama Orang Tua M. Riduan
Alamat Jalan Bintara Lingkungan VI
Kelurahan Satria
Pekerjaan Orang Tua Wiraswasta
Status Rumah Kontrak
Bantuan yang diterima
a. Tidak menerima BPJS
b. Tidak Menerima PKH
c. Tidak Menerima BPNT
d. Menerima BLT
Kondisi Anak
Kondisi Depan Rumah

Kondisi Ruang Tamu

Kondisi Kamar
Kondisi Dapur

Kondisi kamar mandi

Kondisi Belakang Rumah


8. Putri Handini
Tanggal Lahir 12 – 12 - 2017
Usia 51 Bulan
Jenis Kelamin Perempuan
Nama Orang Tua Handoko
Alamat Jalan Bintara Lingkungan VI
Kelurahan Satria
Tidak Diketahui keberadaan Ayah Balita
Status Rumah Menumpang di Rumah Nenek
Bantuan yang diterima
a. Tidak Menerima Bantuan dalam bentuk apapun
Pada saat Tim melakukan kunjungan ke alamat tersebut diatas, bahwa balita
berstatus stunting dalam keadaan sakit Kerumut, dan balita tersebut diasuh
oleh neneknya, ayah balita hingga kini tidak diketahui keberadaannya, dan ibu
balita kerja diluar kota.
Kondisi Anak
Kondisi Depan Rumah

Kondisi Ruang Tamu

Kondisi Kamar
Kondisi Dapur

Kondisi Kamar Mandi

Kondisi Belakang Rumah


9. Aisyah Aqilah
Tanggal Lahir 06 – 12 - 2017
Usia 53 Bulan
Jenis Kelamin Perempuan
Nama Orang Tua Denni
Alamat Jalan Tamtama Lingkungan IV
Kelurahan Satria
Pekerjaan Ayah Tukang Parkir
Pekerjaan Ibu Tukang Parkir
Status Rumah Kontrak
Bantuan yang diterima
a. BPJS
Kondisi Anak
Kondisi Depan Rumah

Kondisi Ruang Tamu

Kondisi Dapur
Kondisi Kamar Mandi

Kondisi Belakang Rumah


C. UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING DI KECAMATAN
BINJAI KOTA

Dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan angka stunting di


Kecamatan Binjai Kota, perlu adanya sinergitas dan Kerjasama antar
instansi terkait yakni antara :
1. Kecamatan Binjai Kota
2. Puskesmas Binjai Kota
3. PLKB DPPKB Kota Binjai
4. Polsek, dan
5. Koramil
Adapun upaya yang dimaksud adalah dengan melakukan Pemberian
Makan Tambahan (PMT) kepada Balita berstatus stunting berupa :
1. Susu Tinggi Protein
2. Biskuit untuk cemilan sehat Balita
3. Telur
4. Unsur Hewani, dan
5. Unsur nabati
Kecamatan Binjai Kota berencana melakukan kegiatan dalam rangka
percepatan penurunan angka stunting di Kota Binjai terkhusus di
Kecamatan Binjai Kota, dengan memberian makanan tambahan selama 1
(satu) bulan penuh di Kantor Camat Binjai Kota kepada balita berstatus
stunting.
Kegiatan ini akan disesuaikan dengan masukan dari Tim Penilai Gizi (TPG)
Puskesmas Binjai Kota yang akan membuat menu makanan harian yang
bervariatif dan dimasak oleh kader PLKB Kelurahan dibantu oleh Tim
Penggerak (TP) PKK Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kecamatan
Binjai Kota.
Pada kegiatan ini mengusung Judul Kegiatan sebagai berikut :

BINJAI KOTA BOBOT BERTAMBAH


(BIKOBOBA)
D. PENUTUP
Demikian laporan ini kami perbuat, dengan harapan upaya rencana aksi
percepatan penurunan angka stunting di kota Binjai terkhusus di
kecamatan Binjai Kota dapat tercapai.

Semoga kegiatan ini dapat terlaksana dan berjalan baik sebagaimana


halnya kita harapkan.

Mudah-mudahan segala kegiatan ini dapat didukung dan Allah SWT


Tuhan Yang Maha Kuasa memberi ridho kepada kita sekalian.

CAMAT BINJAI KOTA

MUSYA MA’ARUF LUBIS, S.Sos


PENATA TK.I
19751129 199602 1 004

Anda mungkin juga menyukai