Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDEKATAN KONSELING REALITAS EMOTIF

SEMANGAT AYANK AKOH


JANGAN DOWN
KALAU ADA MASALAH PASTI MAMAS BANTU
ENTAH TUGAS ATAU KEUANGAN INSYAALLAH TAK BANTU
PENTENG OJO PUTUS KULIAH EMAN-EMAN

i
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Konseling Rasional Emotif.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah keharibaan junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang
terang benderang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing mata kuliah ……………………… yang telah memberi kepercayaan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini, juga terima kasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam  proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang mana tak terlepas dari kekurangan penulis sendiri yang masih
perlu banyak belajar. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan makalah ini ke depan.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Metro, …………….

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 1
C. Tujuan................................................................................. 2
D. Metode Penelitian ………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 3

1. Pengantar Konseling Rasional Emotif................................ 3


2. Pandangan Tentang Manusia.............................................. 4
3. Teori Kepribadian .............................................................. 5
4. Teori A B C D E ................................................................ 6
5. Perkembangan Kepribadian Salah Suai ............................. 7
6. Tujuan Konseling ............................................................... 8
7. Karakteristik Konselor ....................................................... 9
8. Teknik Konseling ............................................................... 9
9. Kekuatan/Kelemahan Konseling Rasional Emotif ............ 12
10. Analisis Kasus Berdasarkan KOREM................................ 12
BAB III PENUTUP............................................................................. 16

A. Kesimpulan......................................................................... 16
B. Saran................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional.
Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang
rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk
berpikir tidak rasional atau tidak logis.
Konseling yang merupakan bentuk bantuan secara langsung antara dua
orang atau lebih sehingga masalah yang sedang dihadapi oleh konseli dapat
terselesaikan sehingga tidak menghalangi konseli dalam meraih kebahagiaan
dalam hidupnya. Di dalam proses konseling, konselor harus menggunakan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karakteristik masalah dari konseli.
Salah satu dari pendekatan konseling adalah rasional emotif terapi. Rasional
emotif terapi merupakan teknik yang dikembangkan oleh Albert Ellis sebagai
salah satu bentuk perubahan dari pendekatan-pendekatan yang sudah ada pada
saat itu. Pendekatan rasional emotif merupakan pendekatan yang berbeda,
dimana pendekatan ini menekankan kepada faktor kognisi, perilaku dan
perbuatan. Rasional emotif pada umumnya dipakai oleh konselor ketika
menghadapi jenis konseli yang mengalami masalah yang disebabkan oleh
pikiran irrasional. Pikiran-pikiran irrasional yang menyebabkan timbulnya
suatu perbuatan atau perasaan yang salah tersebut oleh rasional emotif akan
dilakukan perubahan yang mendasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas yaitu :
1. Bagaimana pandangan tentang manusia dalam teori konselig rasional
emotif ?
2. Bagaimana teori kepribadian dalam teori ini ?
3. Apa yang dimaksud teori A B C D E ?

1
4. Bagaimana perkembangan kepribadian salah suai dalam teori konseling
rasioanal emotif ?
5. Apa tujuan konseling rasional emotif ?
6. Apa karakteristik konselor dalam teori ini ?
7. Apa kekuatan dan kelemahan KOREM ?

C. Tujuan
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang masalah, rumusan
masalah, maka yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang konsep Konseling
Rasional Emotif.
2. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang teori A B C D E.
3. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang tujuan Konseling
Rasional Emotif.
4. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang karakteristik Konseling
Rasional Emotif.
5. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang kekuatan/kelemahan
Konseling Rasional Emotif.

D. Manfaat
Penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
teori Konseling Rasional Emotif baik bagi mahasiswa sebagai calon konselor
maupun bagi pembaca lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengantar Konseling Rasional Emotif


Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert
Ellis, menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional
emotif  berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis
(dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan bahwa RET merupakan terapi yang
sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah yang berhubungan
dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian
menetap di New York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau
telah sembilan kali dimasukkan ke hospital karena nephiritis dan seterusnya
mendapat penyakit renal glycosuria pada umur 19 tahun dan kencing manis
pada umur 40 tahun. Walaupun begitu beliau menikmati kehidupan yang aktif
karena beliau berfikiran positif terhadap masalah kesehatannya dan senantiasa
menjaganya. Menyadari beliau boleh mengkonseling orang dengan baik dan
gembira melakukannya, beliau mengambil keputusan untuk menjadi ahli
psikologi. Selepas delapan tahun tamat pengajian kolej, beliau memasuki
program psikologi klinikal di Maktab Perguruan Columbia. Beliau mulai
menjalankan konseling perkawinan, konseling keluarga dan terapi seks. Ellis
percaya psikoanalisis adalah membentuk psikoterapi yang mendalam. Beliau
telah dilatih dalam psikoterapi di Sekolah Karen Horney. Dari tahun 1947
hingga 1953 beliau memperaktikan analisis klasik dan psikoterapi
berorientasikan analisis.
Selepas membuat kesimpulan bahan psikoanalisis adalah bentuk rawatan
yang tidak saintifik dan superficikal, beliau coba mengkaji beberapa sistem
yang lain. Pada awal 1955 beliau mengabungkan terapi humanistik, falsafah
dan tingkah laku untuk membentuk terapi rasional-emotif (yang sekarang
dikenal sebagai terapi rasional emotif tingkahlaku). Ellis dikenal sebagai
bapak teori RET. Ellis telah membina teori berasaskan kepada kognitif tapi

3
selepas itu beliau telah meluaskan asas teorinya yang memasukkan konsep
tingkah laku dan emosi. Teori ini adalah satu usaha yang konsisten untuk
memperkenalkan pendekatan pemikiran logika dan proses kognitif di dalam
konseling. Ellis percaya bahwa manusia mempunyai pemikiran dan
kepercayaan yang tidak rasional perkara ini lah yang selalu menyebabkan
gangguan emosi.
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan
sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat
dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti
manusia bebas berpikir, bernafas, dan berkehendak. 

2. Pandangan Tentang Manusia


Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang diajukan oleh Albert
Ellis, yang mewarnai teori Rational Emotive ialah sebagai berikut:
1) Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional.
Pada hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang
rasional atau logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk
berpikir tidak rasional atau tidak logis. Kedua kecendrungan yang dimiliki
oleh manusia ini akan tampak jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah
lakunya yang nyata. Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa apabila
sesorang telah berpikir rasional atau logis yang dapat diterima dengan akal
sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis pula. Tetapi
sebaliknya apabila seseorang itu berpikir yang tidak rasional atau tidak
bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak
rasional. Pola berpikir semacam inilah oleh Ellis yang disebut sebagai
penyebab bahwa seseorang itu mengalami gangguan emosional.
2) Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses
yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. RET memandang
bahwa manusia itu tidak akan bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya.

4
Perasaan seseorang senantiasa melibatkan pikiran dan tindakannya.
Tindakan selalu melibatkan pikiran dan perasaan seseorang.
3) Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami
keterbatasannya, serta potensi mengubah pandangan dasar dannilai-nilai
yang diterimanya secara tidak kritis. Individu itu dilahirkan dengan
membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki berbagai kelebihan dan
kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat unik. RET memandang
bahwa individu itu memilikipotensi untuk memahami kelebihan-kelebihan
dan keterbatasan-keterbatasannya itu. Namun, di sela-sela kelebihan dan
keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang
rasional dan realistik, agar individu itu mampu melakukan adaptasi diri
dengan baik.

3. Teori Kepribadian
1) Perkembangan kepribadian :
a. Manusia tercipta dengan :
 Dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan
diri.
 Kemampuan untuk self-destructive (SD), hedonis buta, dan
menolak aktualisasi diri
b. Individu sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible). Keadaan
seperti ini terlebih – lebih lagi terjadi pada masa anak-anak.
2) Mekanisme tingkah laku:
a. Berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa  (A) yang diikuti
oleh perasaan tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan
(B) : berpikir rasional atau tidak rasional.
b. Ciri-ciri irrasional belief  (iB) :
 Tidak dapat dibuktikan
 Menimbulkan perasaan tidak enak ( seperti kecemasan ) yang
sebenarnya tidak perlu.

5
 Menghalangi individu kembali ke kejadian awal (A) dan
mengubahnya.

4. Teori A B C D E
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji
dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun
tingkah laku individu, yaitu  Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep
atau teori ABC.
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian,
tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan
bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan
antecendent event bagi seseorang.
2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu
terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu
keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak
rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan
cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan
kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan
keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan keran itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai
akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan
emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh
beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB
maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini.
Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu

6
agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis positif
dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia
keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal,
penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami
depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan
kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka
yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik
utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa
keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-
kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang
langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.

5. Perkembangan Kepribadian Salah Suai


Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir
yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan
perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya
tidak perlu; (c) menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan
sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a) individu
tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan
imajinasi; (b) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain;
(c) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang
diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah
untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang
dikerjakan; (b) banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik,
merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan

7
dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai
malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak
mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk
menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk
mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari seseorang
muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai
kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional
tersebut; (f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap
kehidupan individu dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada
saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan
untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan kekuatan
supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain
terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat
penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

6. Tujuan Konseling Rasional Emotif


Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan
yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan
sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan
afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was,
rasa marah.
Tiga tingkatan insight (wawasan) yang perlu dicapai klien dalam
konseling dengan pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku
penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang
sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang
diterima (antecedent event/kejadian sebelumnya) pada saat yang lalu.

8
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami
bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan
yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan
emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam
hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4)
toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7)
komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani
mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.

7. Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif


1) Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih
aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya.
2) Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus
pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang
rasional.
3) Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang
dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar
akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4) Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
klien.

8. Teknik Konseling Rasional Emotif


Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang
bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

9
1) Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya
dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan
lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang
dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas
mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah
laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah
lakunya sendiri yang negatif.
2) Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk
membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan
menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan
menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada
klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model
sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi,
dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma
dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah
disiapkan oleh konselor.

10
3) Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk
melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat
mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang
tidak rasional dan tidak logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang
ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru,
mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien
dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain
peran, latihan, atau meniru model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong
kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan
dengan emosinya; (b) membangkitkan kemampuan klien dalam
mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi
hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan
untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri
sendiri.

11
9. Kelebihan dan Kekurangan
Pendekatan rasional emotif yang dikembangkan oleh Albert Ellis
mempunyai Kelebihan sebagai berikut:
1. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klien
untuk meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta
nilai yang klien anut.
2. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan
pemahaman yang di dapat oleh klien sehingga klien akan langsung
mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
3. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang
komprehensif dan eklektik.
4. Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa
melakukanterapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1. Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam
proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan.
2. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara
klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi
cepat terapis.
3. Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang
terapis dengan menerima pandangan terapis tanpa benar-benar
menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
4. Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.

10. Contoh Kasus


Prabawa adalah seorang siswa suatu SMA di kota besar, kelas II, semester
kedua, program studi IPS. Dia tinggal bersama orang tuanya,yang mendukung
cita-citanya menjadi seorang guru akutansi. Prabawa berharap dapat diterima
di FKIP Negeri di kotanya sendiri, dan telah berusaha sejak kelas I supaya
nilai rata-rata dalam rapor setiap semester minimal 7. Dalam usaha ini dia

12
berhasil. Selain itu, sejak kelas II dia juga berhasil dalam mengikat hati
seorangsiswi yang duduk di kelas yang sama.
Mereka sudah biasa pergi rekreasi bersama, meskipun pihak putri terpaksa
main backstreet karena orang tuanya belum mengizinkan untuk berpacaran.
Pada awal semester kedua siswi mengatakan bahwa orang tuanya telah
mengetahui petualangannya dan memarahi dia; bahwa mereka mengancam ini
dan itu. Siswi itu merasa terpaksa memutuskan hubungan karena dia tidak
berani melawan orangtua. Prabawa jatuh dalam lembah depresi dan
berpikir:“Apa gunannya meneruskan hidup di dunia ini? Saya tidak rela
dicintai oleh gadis lain ataupun mencintai gadis lain. Hanya yang satu ini
menjadi idaman saya! Sumber semangat belajarku dan pendukung cita-citaku
sudah lenyap!”. Prabawa bolos sekolah selama satu minggu. Ketika masuk
kembali, dia dipanggil oleh konselor di sekolahnya. Langkah Langkah
Pelaksanaan Konseling :
1) Membangun hubungan pribadi dengan Prabawa. Di sini konselor
menjelaskan alasan Prabawa dipanggil, yaitu selama seminggu
tidak masuk sekolah tanpa ada kabar, dan bertanya apakah ada sesuatu
yang ingin dibicarakan berkaitan dengan hal tersebut.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian ungkapan pikiran dan perasaan
Prabawa. Dia mengutarakan bahwa semangat belajar telah hilang,
setelah mengalami pukulan yang berat, gara-gara pacarnya yang
tersayang memutuskan hubungan percintaan. Pacarnya adalah teman
siswi sekelas yang selama satu tahun sering mau diajak pergi
berdua,tetapi tiba-tiba mengundurkan duru setelah dimarahi oleh
orangtuanya. Padahal, katanya tidak ada gadis lain yang pantas dicintai.
Prabawa beranggapan bahwa masa depannya menjadi sangat suram dan
tidak ada sumber inspirasi lagi yang mendukung cita-citanya menjadi
guru akutansi di sekolah menengah (pikiran irrasional).
3) Mengadakan analisis kasus, yaitu mencari gambaran yang lengkap
mengenai kaitan antara A,B,C. Konselor akan menaruh perhatian
khusus pada pikiran-pikiran irrasional yang diduga mendasari rasa

13
kehilangan semangat, karena dia akan mengusahakan supaya Prabawa
berpikir rasional dalam menghadapi persoalannya.
a) Kejadian yang dialaminya adalah terputusnya hubungan
percintaan dengan gadis yang dikaguminya; yang memutuskan
hubunganya adalah pihak putri, dengan memberikan
alasan dilarang oleh orangtuanya. (A)
b) Kejadian ini ditanggapi dengan banyak pikiran irrasional
atau tidak masuk akal. Prabawa berpikir “Ini musibah besar,
karena cintaku yang pertama dan abadi dihancurkan begitu
saja”. “Tidak ada gadislain yang akan kucintai. Gadis lain juga
tidak akan mencintai diriku setulus teman siswi ini.” “Dunia
telah bertindak kejam terhadap diriku, apa gunanya
menyambung benang hidupku ini?” “Siapa lagi yang akan
memberikan inspirasi kepadaku untuk mengejar cita-citaku
kalau bukan dia?” (B irrasional)
c) Sebagai akibat dari cara berpikir demikian, Prabawa
mengalami gejolak emosional dan goncangan dalam alam
perasaannya, seperti merasa kehilangan semangat hidup dan
gairah untuk belajar, merasa putus asa dan merasa seperti orang
yang lukanya mengangalebar dan mengeluarkan darah terus
menerus. (C dalam perasaan). Akibat lebih lanjut adalah
Prabawa memutuskan untuk tidak masuk sekolah; ini tindakan
penyesuaian diri yang salah dan malah membahayakan sukses
dalam belajarnya (C dalam tindakan). Namun, karena teguran
orang tua dia terpaksa kembali ke sekolah setelah bolos selama
satu minggu.
4) Membantu Prabawa untuk menemukan jalan keluar dari persoalan ini.
Konselor dapat mulai dengan menjelaskan kepadanya hasil analisa
diatas, sehingga Prabawa sedikit banyak mengerti apa alasannya
sehingga keadaanya sekarang begini. Kemudian konselor mulai
menantang seluruh pikiran yang tidak masuk akal tadi, misalnya

14
dengan melontarkan pertanyaan “Apa alasanmu berpendapat telah
ditimpa musibah besar?”. Disamping itu, konselor memberikan
pandangan-pandangan baru kepada Prabawa, misalnya: “Anggaplah
pengalaman berpacaran ini sebagai pelajaran yang berguna, yaitu
Prabawa mengalami keindahan cinta, tetapi sekaligus lebih menyadari
harus melihat situasi dan kondisi siswi yang masih bersekolah seperti
Prabawa sendiri”. Efek dari diskusi ini adalah bahwa Prabawa mulai
berubah pikiran dan memandang pengalaman ini dengan cara yang
lebih masuk akal. Efek lebih lanjut adalah bahwa Prabawa menjadi
lebih tenang. Rasa kecewa masih ada, tetapi rasa kehilangan semangat
sudah jauh berkurang. Akhirnya Prabawa memutuskan untuk tidak lagi
mengajak teman siswi itu pergi berdua dan mengejar pelajaran
yangtertinggal.
5) Mengakhiri hubungan pribadi dengan Prabawa.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rasional Emotif terapi merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh
Albert Ellis sebagai sesuatu yang baru pada saat itu karena pendekatan ini
berorientasi pada faktor kognisi. Rasional emotif berpendapat bahwa perilaku
yang salah muncul karena pikiran-pikiran irrasional dari klien. Pikiran-pikiran
yang irrasional dapat membuat seorang individu bertindak tidak seperti yang
seharusnya. Bagi pendekatan ini pikiran-pikiran irrasional harus diubah
menjadi pikiran yang rasional untuk dapat memberikan perubahan kepada
seseorang. Pendekatan rasional emotif mempunyai pandangan bahwa
kepribadian seseorang terbentuk dari teori A-B-C. Dimana A ( Antecedent )
adalah segala sesuatu yang mendahului dari suatu peristiwa atau
kegiatan. Sedangkan  B ( Belief ) adalah segala kepercayaan yang dihasilkan
oleh peristiwa yang terjadi. Belief terbagi atas dua jenis yaitu rasional dan
irrasional. Terakhir adalah C ( Emotional Consequence) merupakan
konsekuensi emosional yang muncul sehubungan dengan peristiwa yang
mendahului tersebut. Pendekatan rasional emotif mempunyai tujuan
membentuk pribadi-pribadi yang terbebas dari masalah. Hal ini berarti
individu dapat berpikirsecara rasional, dan menghilangkan pikiran-pikiran
irrasional yang menurut Ellis merupakan penyebab timbulnya perilaku
bermasalah. Dalam penanganan masalah, hubungan antara terapis dan klien
sangat berbeda dengan pendekatan - pendekatan yang lain. Pada pendekatan
ini terapis menghindari terjadinya hubungan hangat dan pengertian yang
empatik karena menurut mereka hubungan yang demikian dapat menyebabkan
klien merasa tergantung kepada terapis. Walaupun demikian hubungan tetap
diciptakan dalam kondisi penerimaan tanpa syarat kepada klien.
Beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis dalam menangani klien
adalah bermain peran, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan latihan
menyerang masa lalu. Evaluasi keberhasilan dari teknik yang digunakan oleh

16
terapis adalah berubahnya pemikiran-pemikiran irrasional menjadi pikiran
yang rasional. Ketika seorang individu sudah mengalami perubahan dalam hal
kepercayaan maka dapat dikatakan bahwa proses penanganan masalah
individu tersebut selesai.

B. Saran
Adapun saran yang diharapkan dapat diterima adalah:
1. Kepada mahasiswa bimbingan dan konseling, diharapkan makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pemahaman dalam melakukan
pendekatan rasional emotif terapi kepada klien di kemudian hari.
2. Kepada penulis sendiri, diharapkan penulisan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman secara mendalam mengenai
pendekatan rasional emotif terapi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 2005. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP UNP


Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bk di Sekolah.
Jakarta :Rineka ipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1985.Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Winkel. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi

18

Anda mungkin juga menyukai