Anda di halaman 1dari 7

PERAN NILAI BUDAYA SUNDA DALAM POLA ASUH ORANG TUA

BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SOSIAL ANAK


(Studi Deskriptif di Desa Suntenjaya Kec. Lembang Kab. Bandung Barat)

Muhamad Aqros Syaiful Ridho Val Madjid*, Aim Abdulkarim, Muhamad Iqbal
Pendidikan IPS, FPIPS, Universitas Pendidikan Indonesia
aqros14@gmail.com

Abstrak--Tidak dapat dipungkiri saat ini budaya sunda PENDAHULUAN


tengah dilanda pergeseran akibat perkembangan
globalisasi. Banyak dari nilai-nilai kesuandaan yang
mengalami pergeseran atau bahkan melemah. Orang tua
Di Indonesia, Sunda merupakan etnis
memberikan pola asuh degan nilai kesundaan, maka terbesar kedua setelah Jawa. Dengan segala
karakter yang dimiliki oleh anak akan baik pula dan kebesarannya, Sunda – yang meliputi orangnya,
akan berpengaruh kepada perilaku sosial anak tersebut. wilayahnya, kulturnya – telah memberi kontribusi
Ekadjati menungkapkan bahwa Budaya Sunda besar bagi bangsa dan negara Indonesia. Seiring
merupakan budaya yang hidup, tumbuh dan
berkembang dikalangan orang sunda yang pada
dengan kencangnya laju globalisasi sebagai
umumnya berdomisili di Jawa Barat. Sedangkan pola konsekuensi lagis dari perkembangan ilmu
asuh itu sendiri seperti yang diungkapan oleh, Thoha pengetahuan dan teknologi, selain berpengaruh
menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah positif bagi kemajuan juga pada saat yang sama
merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh orang tua membawa dampak negatif. Bukan sekedar itu,
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa
tanggung jawab kepada anak. Selain Budaya Sunda dan
perubahan yang dikhawatirkan adalah perubahan
Pola Asuh adapun pembentukan karakter yang harus yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai
dilakukan oleh orang tua kepada anak pendidikan kultur kesundaan. Tentu saja kita tidak anti-
karakter merupakan pendidikan yang tidak saja perubahan karena perubahan itu sendiri adalah
membimbing, dan membina setiap anak didik untuk suatu keniscayaan sebagai konsekuensi logis dari
memiliki kompetensi intelektual, kompetensi
keterampilan mekanik, tetapi juga harus terfokus kepada
kehidupan yang dinamis dan interaktif. Akan
pencapaian pembangunan dan perkembangan karakter. tetapi, perubahan yang terjadi itu hendaknya
perubahan yang terkendali dan terarah sehingga
Kata Kunci: Nilai Budaya Sunda, Pola Asuh dan
berefek konstruktif secara moral dan material.
Pembentukan Karakter
Abstract--It is undeniable that at this point Sundanese Terhadap persoalan ini ada dua sisi yang
culture was being shifted due to the development of terlibat. Pertama, secara emik, masyarakat sebagai
globalization. Many sundanese values are displaced or pemilik dan pendukung kebudayaan secara
even weakened. Parents provide upbringing with alamiah melakukan proses seleksi mengenai unsur
sundanese value so that children will have decent
kebudayaan mana yang harus dipertahankan dan
characters and will have affected the social behavior in
them. Ekadjati stated that Sundanese culture is a culture mana yang harus diubah atau, bahkan,
which lives, grows and develops within Sundanese people ditinggalkan. Kedua, secara etik, pihak luar baik
who generally live in West Java. According to Thoha, lembaga-lembaga swadaya masyarakat maupun
parenting itself is a great way adopted by parents in negara, dalam batas-batas tertentu, perlu
teaching their child which is seen as an act of taking
melakukan upaya rekayasa (engeneering) yang
responsibility upon the children. Besides Sundanese
culture and Parenting, the character building which has mengarahkan pola gerak perubahan kebudayaan.
been done by parents to the favor of their children is not Upaya ke arah itu sesungguhnya sudah banyak
only to guide and foster the intellectual competence and dilakukan. Salah satunya melalui kegiatan-
mechanical skills of each child but also focused in kegiatan ilmiah seperti seminar, lokakarya,
achieving the character growth and development.
penerbitanpenerbitan, dan sebagainya.
Keywords: Sundanese cultural values, Parenting and
Character Building

* Penulis Utama 1
Budaya sunda (dalam Ekadjati. 1993, hlm. teknologi di dalam menampilkan budaya-budaya
8) merupakan budaya yang hidup, tumbuh dan asing kepada masyarakat mengakibatkan banyak
berkembang di kalangan orang sunda yang pada masyarakat sunda yang lebih memilih mengadopsi
umumnya berdomsili di jawa barat. Budaya ini budaya-budaya asing. Sebagai contoh adalah
tumbuh dan hidup melalui interaksi yang terjadi dalam hal penggunaan bahasa sunda yang saat ini
terus-menerus pada masyarakat sunda.dalam telah mulai tergeser dengan adanya bahsa asing
perkembangannya budaya sunda terdiri atas sistem seperti bahasa inggris, bahasa jepang, bahsa korea,
kepercayaan, mata pencaharian, kesenian, dan bahas asig lainnya. Sikap ramah dan kebiasaan
kekerabatan, bahasa, ilmu pengetahuan dan gotong-royong pun telah memudar seiring
teknologi, serta adat istiadat. Sistem-sistem tingginya sikap individual yang melanda
tersebut melahirkan sebah nilai-nilai yang dianut masyarakat sunda.
oleh masyarakat sunda secara turun-temurun.
Budaya sunda memiliki nilai-nilai yang dijungjung Generasi muda sunda sekarang tampak
tinggi oleh masyarakat sunda yang tercermin gelagapan dan tertatih-tatih mengenal dan
dalam pameo silih asih (saling mengasihi), silih memahami tata nilai keSundaan untuk
asah (saling memperbaiki diri), dan silih asah memperkuat pemahaman generasi muda kepada
(saling melindungi). Nilai lainnya yang juga budaya sunda, penting sekali mengintensifkan
melekat pada budaya sunda yaitu nilai kesopanan, pengajaran bahsa sunda kepada mereka..cara yang
rendah hati terhadap sesama, hormat kepada yang bisa ditempuh, misalnya selalu menggunakan
lebih tua, dan menyayang kepada yang lebih kecil, bahasa suda kepada anak-anaknya di rumah
kebersamaan, gotong royong, dan sebagianya. (Kurnia 2008, hlm. 2).
Nilai-nilai ini menjadikan budaya sunda sebagai Pola asuh merupakan sikap orang tua
suatu budaya yang memiliki ciri khasnya tersendiri dalam berhubungan dengan anaknya sikap ini
diantara budaya-budaya yang lain. dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari
Tidak dapat dipungkiri saat ini budaya cara orang tua memberikan pengaturan keapada
sunda tengah dilanda pergeseran akibat anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara
perkembangan globalisasi. Banyak dari nilai-nilai orang tua menunjukan otoritas dan ara orang tua
kesuandaan yang mengalami pergeseran atau memberikan perhatian, tanggapan terhadap
bahkan melemah. Berdasarkan pandangan di atas keinginan anak. Dengan demikian yang dimaksud
dapat dipahami bahwa budaa sunda saat ini sedang dengan pola asuh orang tua adalah bagaimana cara
berada pada pusaran globalisasi budaya. Globaisasi mendidik anak baik secara langsung maupun tidak
budaya merupakan serangkaian fenomena dimana langsung.
kultur dan budaya di seluruh dunia seakan melebur Berdasarkan pemaparan dan pengertiandi
menjadi satu kesatuan. Seorang antropolog india atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh
Arjun Appadurai (1991) (dalam Anastasya, 2011, orang tua adalah suatu proses interaksi antara
hlm. 12) mengelompokan ruang pergerakan orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti
globalisasi budaya ke dalm lima scape, yang terdiri mmelihara, mendidik, membimbing serta
dari ethnoscape, mediascape, technoscape, mendisiplikan dalam mencapai proses kedewasaan
finanscape, dan ideoscape. Ethnoscape baik secara langsung maupun tidak langsung.
merupakan ruang pergerakan manusia, terasuk
turis, imigran, pengungsi. Sedangkan mediascpae, Orang tua merupakan model figur utama
merupakan ruang pergerakan melalui berbagai bagi anak, sebab orang tua memiliki peluang yang
media, seperti interne, televisi, koran, majalah, dan cukup banyak untuk mensosialisaikan aturan, nilai,
sebagainya. Technoscape, yaitu ruang pergerakan dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu,
imaji melalui berbagai teknologi ke seluruh dunia. orang tua dalam keluarga juga merupakan sosok
Financescape, yaitu ruang pergerakan melintasi yang menjadi panutan dan perlakuan yang akan
batas-batas negara. Dan ideoscape, yaitu ruang diterapkannya kepada anak-anaknya, serta
pergerakan melalui ideologi politik yang mempunyai hak untuk mengasuh dan
mendunia. membesarkan anak-anaknya, karena orang tua
berperan sebagai guru, penuntun, dan pengajar.
Perkembangan globalisasi budaya yang Bagi orang tua, anak adalah dambaan, buah hati,
sangat pesat melalui sarana media massa dan pelipur lara, amanah sekaligus ujian yang
2
diberikan oleh Allah swt. Oleh karena itu, sudah membimbing, dan membina setiap anak didik
seharusnya jika mereka mengetahui dan untuk memiliki kompetensi intelektual,
memahami dengan benar apakah fungsi daripada kompetensi keterampilan mekanik, tetapi juga
anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana harus terfokus kepada pencapaian pembangunan
metode pendidikan yang seharusnya mereka dan perkembangan karakter. Jadi, manusia terdidik
terapkan dalam rangka membentuk pribadi anak harus memiliki kompetensi intelektual atau silih
yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. asuh, harus memiliki kompentensi keterampilan
Sehingga dari pendidikan keluarga tersebut mekanik atau silih asuh, dan mampu mencapai
diharapkan akan tercetak generasi-generasi umat pembangunan dan perkembangan karakter atau
yang tangguh di dalam maupun di luar. silih asih. Pendidikan berbasis keluarga adalah
pertama dan utama, karena pendidikan budaya
Pola asuh anak yang dilakukan oleh orang dalam keluarga sangat penting bagi anak-anak”.
tua akan berbeda-beda dengan pola asuh keluarga Dalam hal ini juga berlaku untuk penanaman
lainnya. hal ini dikarenakan masing-masing dari bahasa Sunda dalam keluarga, karena ia juga
orang tua mempunyai cara masing-masing sesuai menambahkan bahwa aspek budaya yang paling
dengan pemikiran maupun waktu yang dimiliki terlihat kasat mata adalah bagaimana ia berhujat
orang tua. Sehingga apabila pola asuh yang atau berbahasa. Hal ini menandakan bahwa bukti
dilakukan orang tua itu baik, maka karakter yang nyata bahwa seorang individu itu orang Sunda
dimiliki oleh anak akan baik pula dan akan adalah dengan menggunakan bahasa Sunda dalam
berpengaruh kepada perilaku sosial anak tersebut. kesehariannya. Ketika orang Sunda berbicara
Sebaliknya dengan pola asuh orang tua yang salah, dengan bahasa Sunda berarti dia sedang
maka karakter yang dimiliki oleh anak akan tidak membentuk karakter dan bahasa Sunda itu penuh
baik serta perilaku sosial anak cenderung dengan pendidikan karakter sehingga sangat
mengarah pada perilaku menyimpang dikarenakan ditekankan penanaman bahasa Sunda dalam
kurangnya pola asuh yang dilakukan orang tua, keluarga.
salah satunya kurang perhatian terhadap anak.
Fokus masalah yang diterapkan pada
Pengasuhan tidak hanya sebatas merawat penelitian ini pertama ialah bagaimanakah tingkat
seorang anak namun juga penanaman nilai-nilai pengetahuan orang tua mengenai Kebudayaan
kebudayaan di lingkunganya dengan mengasuh Sunda di Desa Suntenjaya, kedua, bagaimanakah
anak bukan berarti hanya merawat atau mengawasi langkah-langkah, proses pola penanaman dan nilai-
anak saja, melainkan lebih dari itu, yakni meliputi: nilai Budaya Sunda di Desa Suntenjaya, ketiga,
pendidikan, sopan santun, disiplin kebersihan, bagaimana keberhasilan orang tua dalam
membentuk latihan-latihan tanggung jawab, membentuk karakter sosial anak yang “Nyunda” di
pengetahuan pergaulan dan sebagainya, yang Desa Suntenjaya.
bersumber pada pengetahuan kebudayaan yang
dimiliki orang tuanya (Supanto 1990, hlm. 2). METODE
Karakter, menurut pengamatan seorang Mencapai keberhasilan penelitian
filsuf kontemporer bernama Michael Novak diperlukan adanya pendekatan dan metode yang
(dalam Lickona, 1991. hlm. 81) merupakan menunjang. Pada penelitian ini menggunakan
“campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang
diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena
kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat atau situasi sosial dalam ruang lingkup tertentu
yang ada dalam sejarah.” Sebagaimana yang yang hasil analisisnya berupa pemaparan atau
ditunjukan Novak, tidak ada seorang pun yang gambaran dalam bentuk uraian naratif. Hal ini
memiliki semua kebaikan itu, dan setiap orang sesuai dengan definisi yang diungkapkan oleh
memiliki beberapa kelemahan. Orang-orang Syaodih (2012, hlm. 60) bahwa “Penelitian
dengan karakter yang sering dipuji bisa jadi sangat kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan
berbeda antara satu dengan yang lainnya. untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial sikap,
Pendidikan karakter menurut pendapat kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
Khan (2010, hlm. 14) bahwa pendidikan karakter individual maupun kelompok”. Sejalan dengan
merupakan pendidikan yang tidak saja
3
pendapat diatas, menurut Creswell, hlm 4 yang didapat dari proses penelitian yang dilakukan
menjelaskan bahwa “Penelitian kualitatif sebagai peneliti. Menurut Milesdan Huberman dalam
sebuah proses penyelidikan untuk memahami (Sugiyono, 2009, hlm.91) mengemukakan bahwa
masalah sosial atau masalah manusia berdasarkan
pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
ilmiah”. datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data,yaitu data reduction, data display, dan
Berdasarkan pengertian yang diungkapkan conclusion drawing/verification.
oleh para ahli diatas mengenai penelitian kualitatif,
dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian Berdasarkan penjelasan diatas, maka
kualitatif merupakan suatu penelitian yang analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
meneliti permasalahan sosial yang terjadi dalam beberapa komponen yaitu data reduction, data
masyarakat dimana untuk mencari informasi display, dan conclusion drawing/verification.
peneliti dijadikan sebagai alat utama, setelah data HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh kemudian disusun secara terperinci
dalam bentuk kata-kata atau uraian naratif. Pertama, tingkat pengetahuan orang tua
mengenai Kebudayaan Sunda di Desa Suntenjaya,
Metode penelitian adalah cara yang dari hasil penelitian didapatakan bahwa tingkap
digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian pengetahuan orang tua dalam budaya sunda itu
dengan menggunakan teknik dan alat tertentu, sendiri sudah masuk dalam kriteria bagus dalam
dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengetahuan tentang budaya itu sendiri dimana
deskriptif karena menggambarkan kondisi yang orang tua sudah menerapkan dan memberikan
sekarang atau sudah dilakukan, dan bertujuan pembelajaran kepada anak-anak mereka untuk bisa
untuk memecahkan masalah yang ada di masa mempelajari dan memahami budaya sunda itu
sekarang, berdasarkan hal tersebut Nazir (2005, sendiri, orang tua juga menerapkan budaya sunda
hlm. 54) mengemukan bahwa “Metode deskriptif dalam keseharian anak-anaknya di dalam keluarga
adalah suatu metode data meneliti status karena menurut orang tua budaya sunda sangatlah
sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, penting untuk membentuk karakter anak-anak
suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa mereka sehingga orang tua mengaggap budaya
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini sunda sangatlah penting untuk diterapkan kepada
adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai anak-anak mereka.
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang terjadi”.Pendapat lain Kemudian, orang tua memberikan
dikemukakan oleh Hadari Nawawi (1991, hlm. 63) pengetahuan kepada anak Orang tua dalam hal ini
mengungkapkan mengenai metode deskriptif yaitu memegang peran penting dalam memberika
“Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan pengetahuan kepada anak mengenai nilai-nilai
masalah yang diselidiki dengan budaya sunda, ayah dan ibu harus memiliki
mengambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek pengetahuan yang lebih dan luas mengenai budaya
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan sunda itu sendiri karena ayah dan ibu merupakan
lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta sarana pertama dalam memberikan pembelajaran
yang tampak atau sebagai mana mestinya”. Maka setelah sekolah orang tua harus memberikan
dari itu, dapat disimpulkan bahwa metode contoh-contoh yang bisa ditiru oleh anaknya itu
deskriptif ini menjadi fokus penelitian yaitu sendiri dengan memberi contoh anak-anak akan
mengenai peranan program Adiwiyata dalam terbiasa dengan hal-hal yang sering dilakukan
meningkatkan ecoliteracy siswadi sekolah dengan dirumah itu bisa membuat anak menjadi terbiasa
melihat fakta-fakta yang ada dalam lingkungan dengan perilaku yang diajarkan oleh orang tua
sekolah. kriteria memiliki pengetahuan yang mumpuni
dalam memberikan pengetahuan kepada anak-anak
Teknis Analisis data merupakan langkah meraka dalam keluarga, tingkat pengetahuan ayah
penting dalam penelitian, karena dapat dan ibu memang sudah ada karena orang tua sudah
memberikan makna terhadap data atau informasi mendapatkan pengetahuan nilai-nilai budaya sunda
4
sejak mereka kecil dan kemudian diterapkan lagi masyarakat sekitar pun ikut terlibat dalam
kepada anak-anak mereka sehingga budaya sunda menanamkan budaya sunda itu sendiri.
memang diteruskan hingga turun temurun. Sebagaimana yang dilihat oleh peneliti orang tua
mengajarkan kesenian, ayah disini mengajarkan
Cara orang tua dalam memberikan anak-anaknya alat-alat musik tradisional
pengetahuan, dengan memberikan pengetahuan contohnya mengajarkan alat musik karinding.
mengenai budaya sunda dengan memberikan Dimana karinding adalah salah satu alat musik
contoh hal-hal yang kecil untuk membuat anak- yang ditinggalkan oleh nenek moyang orang sunda
anak bisa memahami apa yag dilakukan oleh orang dan menjadi alat musik yang digunakan oleh nenek
tua. Sikap orang tua dalam memberikan moyang saat berada disawah untuk mengusir hama
pengetahuan budaya sunda dengan memberikan yang menganggu tanaman yang ada di sawah, hal
sikap yang mengayomi dalam memberikan ini semua diberikan dan diperkenalkan kepada
pengertian kepada anak-anak agar mereka bisa anak sejak anak masih dini. Terdapat nilai-nilai
menerima semua yang orang tua lakukan kepada budaya Sunda yang memang menjadi ciri khas dari
anak-anak. Karena orang tua merupan figur yang masyarakat Sunda atau orang Sunda yang
utama bagi anak, sebab orang memiliki peluang tercermin dalam pameo silih asih, silih asah, dan
yang cukup banyak untuk mensosialisasikan silih asuh. Nilai-nilai budaya Sunda tersebut
aturan, nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup yang memiliki makna yakni saling mengasihi, saling
diterapkan oleh orang tua khususnya tentang nilai- memperbaiki diri (melalui pendidikan dan ilmu),
nilai budaya sunda itu sendiri. serta saling melindungi. Dan berdasarkan hasil
Kedua, langkah-langkah, proses, penelitian, nilai-nilai tersebut tercermin dalam
penanaman dan nilai-nilai budaya sunda di Desa beberapa aktivitas dan interaksi masing-masing
Suntenjaya. Cara yang dilakukan dalam keluarga yaitu pada sikap saling menyayangi,
menanamkan nilai budaya sunda yang Kemudian saling tolong-menolong, gotong-royong keluarga
sikap orang tua membentuk karakter anak yang baik dalam keluarga maupun dengan lingkungan
nyunda sudah diterapkan oleh orang tua dengan sekitar, dan di dalam sikap keluarga untuk meraih
selalu menekankan ketika mereka berada diluar pendidikan yang lebih baik untuk anak-anaknya,
rumah harus bisa membawa dan menunjukan serta sikap saling melindungi antar anggota
bahwa sunda adalah budaya yang indah dan tidak keluarga. Seperti yang tercermin dalam ketiga
perlu malu dengan membawa nama sunda, akan keluarga, nilai silih asih terwujud dalam sikap
tetapi orang tua berpesan bahwa menjadi orang saling menyayangi satu sama lain seperti sang
sunda harus bisa memposisikan budaya sunda itu kakak yang selalu menyayangi dan memberikan
sendiri seperti apa dan bagaimana. Dalam contoh yang baik kepada sang adik, serta orang tua
prosesnya orang tua juga mengajarkan kepada yang selalu melimpahkan kasih sayang kepada
anak-anak mereka dengan membiasakan anak-anaknya dengan tulus.
berbudaya sunda yang santun agar menjadi Ketiga, keberhasilan orang tua dalam
kebanggaan bagi orang sunda dan tidak pernah membentuk karakter sosial anak yang nyunda
malu untuk menjadi orang sunda yang nyunda. dengan orang tua selalu menjadi contoh kepada
Orang tua selalu menanamkan nilai budaya sunda anak-anak, Orang tua hal ini menjadi figur yang
karena keluarga juga di dalam menanamkan nilai- sangat penting dalam membentuk karakter anak
nilai kesundaan berfungsi untuk memberikan filter yang Nyunda dengan memberikan aturan, nilai dan
(penyaring) pengaruh-pengaruh buruk yang kebiasaan serta sikap hidup. Karena orang tua
diakibatkan globalisasi, denganadanya filter maka dalam pembentukan karakter berperan sebagai
budaya asing yang masuk tidak seutuhnya ditelan guru, penuntun, dan pengajar. Fungsi daripada
mentah-mentah oleh generasi muda, melainkan ada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana
proses peralihan mana yang baik untuk diterapkan metode pendidikan yang seharusnya mereka
dan mana yang sebaiknya tidak diserap. terapkan dalam usaha membentuk pribadi anak
Kemudian, orang tua memberikan yang berakhlak, berkulaitas, kompenten, dan yang
penanaman nilai budaya dalam keseharian dengan paling penting adalah karakter nyunda. Sehingga
mengajarkan anak-anak mereka budaya sunda, orang tua mengaharapkan anak-anak mereka
bahkan tidak hanya anak-anak mereka namun menjadi generasi-generasi yang tangguh dan tidak

5
malu menjungjung tinggi nilai-nilai kebudayaan berkenaan mengenai nilai-nilai budaya sunda. Cara
sunda nantinya. orang tua memberikan pengetahuan budaya sunda
adalah dengan membiasakan menggunakan nilai-
Sikap orang tua dalam membentuk karakter nilai budaya sunda yang sudah diperkenalkan
nilai-nilai budaya yang senantiasa masih kepada anak-anaknya, dengan sehari-hari orang tua
dicontohkan oleh masing-masing keluarga bersosialisasi dengan bahasa sunda. dari sikap
meliputi nilai-nilai keagamaan Islam, nilai-nilai orang tua terhadap anak dalam memberikan
sopan santun dan tata krama, serta nilai-nilai pengetahuan budaya sunda, dengan menggunakan
keSundaan dalam pameo silih asih, silih asah, dan kedekatan antara orang tua dan anak sehingga
silih asuh yang masing-masing tercermin dalam menciptakan anak senang dalam memahami
aktivitas dan interaksi sehari-hari anggota pembelajaran dari nilai-nilai budaya. Kemudian
keluarga. Terdapat nilai-nilai budaya Sunda yang ada peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh
memang menjadi ciri khas dari masyarakat Sunda anak-anak.
atau orang Sunda yang tercermin dalam pameo
silih asih, silih asah, dan silih asuh. Nilai-nilai Kedua, Pola penanaman nilai Budaya
budaya Sunda tersebut memiliki makna yakni Sunda oleh orang tua di Desa Suntenjaya, dimana
saling mengasihi, saling memperbaiki diri (melalui orang tua memberikan nilai-nilai kesundaan sejak
pendidikan dan ilmu), serta saling melindungi. anak usia dini dengan memperkenalkan alat-alat
Dan berdasarkan hasil penelitian, nilai-nilai musik seperti karinding, kesenian, adat istiadat,
tersebut tercermin dalam beberapa aktivitas dan selain itu orang tua mengajarkan kepada anak
interaksi masing-masing keluarga yaitu pada sikap dengan menanamkan nilai kesopanan, dan tata
saling menyayangi, saling tolong-menolong, krama yang ditanamkan oleh orang tua dari
gotong-royong keluarga baik dalam keluarga lingkup keluarga adalah salah satu untuk menjadi
maupun dengan lingkungan sekitar, dan di dalam sarana pewarisan budaya itu sendiri. Orang tua
sikap keluarga untuk meraih pendidikan yang lebih mengharapkan agar anak-anaknya bisa
baik untuk anak-anaknya, serta sikap saling menerapkan nilai-nilai yang sudah diberikan
melindungi antar anggota keluarga. kepada anak-ankanya agar bisa di berikan dan
diaplikasikan di masyarakat. Orang tua
KESIMPULAN mengajarkan hal seperti itu karena sunda bukan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian hanya sebuah budaya tapi sudah menjadi pedoman
Peran Nilai Budaya Sunda dalam pola asuh orang hidup.
tua bagi pembentukan karakter anak di Desa Ketiga, Pola penanaman nilai budaya sunda
Suntenjaya, karena dalam mewariskan Budaya dalam membetuk karakter yang “nyunda” di Desa
Sunda haruslah membutuhkan seluruh elemen Suntenjaya, orang tua sudah menanamkan nilai-
yang ada lebih khususnya orang tua sebagai nilai dari Budaya Sunda dan dikembangkan sejak
pembelajaran pertama bagi anak, tidak hanya dini. Hal ini merupakan salah satu upaya
dalam keluarga saja dalam mengenalkan akan membentuk kembali identitas kesundaan yang
budaya-budaya sunda bisa juga dalam lingkup sekarang ini kecenderungan masyarakat sunda
sekolah. telah melupakannya. Jadi, untuk membentuk
Pertama, Tingakat pengetahuan orang tua pribadi anak-anak yang “nyunda/berkarakter
mengenai Kebudayaan Sunda di Desa Suntenjaya sunda, maka nilai-nilai budaya sunda selalu
dilakukan oleh Keluarga Sunda memberikan diberikan oleh orang tua. Apa yang orang tua
pengetahuan akan nilai-nilai Budaya Sunda yang berikan dari nilai budaya sunda adalah upaya
dilakukan oleh Ayah dan Ibu kepada anak-anak melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
untuk tetap bisa menjadikan budaya sunda sebagai budaya sunda. pandangan orang tua dalam hal ini
pedoman hidup mereka dan tetap melesetarikan menyatakan bahwa mengembangkan nilai-nilai
Budaya Sunda agar tidak tergerus zaman. budaya sunda sangat penting, dengan tujuan untuk
Kemudian orang tua memberikan pengetehuan dari membelajarkan karakter-karater kesundaan. Dan
nilai-nilai budaya sunda kepada anak-anaknya dalam hal ini apa yang sudah dilakukan oleh orang
dengan mendidik anak dengan memberikan contoh tua sudah Berhasil.
kepada anak-anaknya agar bisa ditiru sehingga
anak-anak akan terbiasa dengan semua yang
6
PUSTAKA ACUAN Waridah, S.Q, dkk. (2000). Antropologi untuk
SMU Kelas 3 Sesuai Kurikulum GBPP 1994.
Ekadjati, E. (1993). Kebudayaan Sunda. Suatu Jakarta : Bumi Aksara
Pendekatan Sejarah Jilid I
Jakarta : Pustaka Jaya. Jurnal Online
Anastasya, M. (2011). Globalisasi dan kawaii J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. Sosiologi:
guzzu : analisis teori Globalisasi appadurai dalam Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
studi kasus karakter Hello Kitty. (SKRIPSI). Edisi 2, Cetakan ketiga. 2007. hal. 57 [10 Oktober
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas 2016]
Indonesia. Depok
Sofiah, Rostiasih, S, H (2012). Pola Komunikasi
Moleong, J.X (2010). Metodologi Penelitian Keluarga Dalam Mengenalkan dan Menanamkan
Kualitatif. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Nilai Budaya Kepada Anak. Dalam Jurnal Program
Kebudayaan. Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret
Surakarta [Online]. Tersedia :
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: http://www.jurnalkommas.com/docs/JURNAL%2
Ghalia Indonesia. 0KOMUNIKASI.%20HAFIZAH%20SIDI%20R.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, %20(D1212037).pdf [10 Oktober 2016]
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta Kurnia. A. (2008). Pewarisan Budaya Sunda.
Lickona, T. (2013). Mendidik Untuk Membentuk Tersedia:http://malamtadi.wordpress.com/pewarisa
Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Memberikan n_budaya_sunda/
Pendidikan Tentang Sikap Hormat dan
Bertanggung Jawab. Jakarta : Bumi Aksara Wahyudin, D. (2010). Budaya Sunda ditengah
Modernisasi dan Postmodernisasi.
Supanto, et al. (1990). Pola Pengasuhan Anak Tersedia:http://dedenmyger.blogspot.com/2010/12
Secara Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. /budaya_sunda_ditengah_modernisasi_dan_postm
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. odernisasi
Koentjraningrat, (1985). Kebudayaan, Mentalitet,
dan Pembanggunan. Jakarta : P.T. Gramedia
Ghofur, Abdul, dkk. (2009). Edukatif Blog.
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Perkembangan Anak.

Anda mungkin juga menyukai