Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM KONSELING

“Pendekatan Konseling Rasional Emotive (KOREM)”

Dosen Pembimbing :

Lisa Putriani, M.Pd.,Kons

Oleh :

Giva Raudatul Jannah 21006118

DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
nikmat, dan petunjuk-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup kita. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan
tuntunan yang berharga bagi seluruh umat manusia.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi mata kuliah Pendekatan dalam Konseling dengan
topik yang begitu relevan dan penting, yaitu " Pendekatan Konseling Rasional Emotive
(KOREM)". Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun kami berharap dapat
memberikan kontribusi kecil dalam pemahaman kita semua tentang pentingnya pendekatan ini
dalam konseling. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi sumber
inspirasi untuk lebih mendalami bidang yang begitu penting ini.

Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat dan pemahaman
yang lebih mendalam tentang Pendekatan Konseling Rasional Emotive (KOREM). Kami juga
mengharapkan masukan dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa depan. Terima kasih
atas perhatian dan kesempatan yang diberikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan bagi usaha kita semua.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Padang, November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6

A. Pandangan Tentang Manusia ................................................................................................................ 6

B. Struktur Kepribadian............................................................................................................................. 8

C. Perkembangan kepribadian sehat dan tidak sehat ............................................................................... 10

D. Tujuan, Proses, dan teknik Konseling ................................................................................................. 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia, dalam hakikatnya, adalah makhluk yang kompleks dengan kemampuan


berpikir yang mencakup aspek rasional dan irrasional. Mereka memiliki kemampuan untuk
merasionalkan keputusan dan tindakan mereka, seiring dengan adanya kecenderungan untuk
melakukan tindakan dan pemikiran yang mungkin tidak selalu masuk akal atau logis.

Konseling, sebagai bentuk bantuan langsung antara individu atau kelompok, memiliki
tujuan utama untuk membantu individu yang menghadapi masalah tertentu agar dapat
menyelesaikan masalah tersebut dan memungkinkan mereka untuk mencapai tingkat
kebahagiaan dalam hidup mereka. Dalam proses konseling, konselor harus memilih pendekatan
yang paling sesuai dengan karakteristik masalah yang dihadapi oleh konseli.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling adalah Rasional Emotif
Terapi (RET). Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis dan merupakan evolusi dari
pendekatan-pendekatan sebelumnya. RET menonjolkan peran faktor kognisi, perilaku, dan
emosi dalam pengelolaan masalah. Khususnya, RET digunakan ketika konseli menghadapi
masalah yang muncul akibat pemikiran irrasional. Dalam kerangka RET, upaya dilakukan
untuk merombak pemikiran-pemikiran irrasional yang dapat memicu tindakan atau perasaan
yang tidak sesuai. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat perubahan mendasar dalam cara
konseli memandang dan merespons masalah yang mereka hadapi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pandangan tentang manusia menurut pendekatan konseling rasional


emotife?
2. Bagaimana struktur kepribadian konseling rasional emotive?
3. Bagaimana perkembangan kepribadian sehat dan tidak sehat konseling rasional emotife?
4. Bagaimana tujuan, proses, dan teknik konseling rasinal emotife?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami pandangan tentang manusia menurut pendekatan


konseling rasional emotife
2. Untuk mengetahui dan memahami struktur kepribadian konseling rasional emotive
3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan kepribadian sehat dan tidak sehat
konseling rasional emotife
4. Untuk mengetahui dan memahami tujuan, Proses, dan teknik konseling rasinal emotife

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Tentang Manusia

Pelopor dan sekaligus promotor utama corak konseling ini adalah Albert Ellis,
menurut pengakuan Ellis sendiri, corak konseling rasional emotif berasal dari aliran
pendekatan kognitif behavioristik. Menurut Ellis (dalam Latipun, 2001 : 92) berpandangan
bahwa RET merupakan terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah-masalah
yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku.
Albert Ellis dilahirkan pada tahun 1930 di Pittsburk dan kemudian menetap di New
York sejak umur empat tahun. Semasa kanak-kanak beliau telah sembilan kali dimasukkan
ke hospital karena nephiritis dan seterusnya mendapat penyakit renal glycosuria pada umur
19 tahun dan kencing manis pada umur 40 tahun. Walaupun begitu beliau menikmati
kehidupan yang aktif karena beliau berfikiran positif terhadap masalah kesehatannya dan
senantiasa menjaganya. Menyadari beliau boleh mengkonseling orang dengan baik dan
gembira melakukannya, beliau mengambil keputusan untuk menjadi ahli psikologi. Selepas
delapan tahun tamat pengajian kolej, beliau memasuki program psikologi klinikal di
Maktab Perguruan Columbia. Beliau mulai menjalankan konseling perkawinan, konseling
keluarga dan terapi seks. Ellis percaya psikoanalisis adalah membentuk psikoterapi yang
mendalam. Beliau telah dilatih dalam psikoterapi di Sekolah Karen Horney. Dari tahun
1947 hingga 1953 beliau memperaktikan analisis klasik dan psikoterapi berorientasikan
analisis.
Selepas membuat kesimpulan bahan psikoanalisis adalah bentuk rawatan yang tidak
saintifik dan superficikal, beliau coba mengkaji beberapa sistem yang lain. Pada awal 1955
beliau mengabungkan terapi humanistik, falsafah dan tingkah laku untuk membentuk terapi
rasional-emotif (yang sekarang dikenal sebagai terapi rasional emotif tingkahlaku). Ellis
dikenal sebagai bapak teori RET. Ellis telah membina teori berasaskan kepada kognitif tapi
selepas itu beliau telah meluaskan asas teorinya yang memasukkan konsep tingkah laku dan
emosi. Teori ini adalah satu usaha yang konsisten untuk memperkenalkan pendekatan
pemikiran logika dan proses kognitif di dalam konseling. Ellis percaya bahwa manusia

6
mempunyai pemikiran dan kepercayaan yang tidak rasional perkara ini lah yang selalu
menyebabkan gangguan emosi.
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia sebagaimana
adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang
dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu
dalam satu kesatuan yang berarti manusia bebas berpikir, bernafas, dan berkehendak.
Beberapa pandangan tentang hakikat manusia yang diajukan oleh Albert Ellis, yang
mewarnai teori Rational Emotive ialah sebagai berikut:
1. Manusia dipandang sebagai makhluk yang rasional dan juga tidak rasional. Pada
hakikatnya manusia itu memiliki kecendrungan untuk berpikir yang rasional atau
logis, disamping itu juga ia memiliki kecendrungan untuk berpikir tidak rasional
atau tidak logis. Kedua kecendrungan yang dimiliki oleh manusia ini akan tampak
jelas dan tergambar dalam bentuk tingkah lakunya yang nyata. Dengan kata lain,
dapat dijelaskan bahwa apabila sesorang telah berpikir rasional atau logis yang dapat
diterima dengan akal sehat, maka orang itu akan bertingkah laku rasional dan logis
pula. Tetapi sebaliknya apabila seseorang itu berpikir yang tidak rasional atau tidak
bisa diterima akal sehat maka ia menunjukkan tingkah laku yang tidak rasional. Pola
berpikir semacam inilah oleh Ellis yang disebut sebagai penyebab bahwa seseorang
itu mengalami gangguan emosional.
2. Pikiran, perasaan, dan tindakan manusia adalah merupakan suatu proses yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. RET memandang bahwa manusia itu
tidak akan bisa lepas dari perasaan dan perbuatannya. Perasaan seseorang senantiasa
melibatkan pikiran dan tindakannya. Tindakan selalu melibatkan pikiran dan
perasaan seseorang.
3. Individu bersifat unik dan memiliki potensi untuk memahami keterbatasannya, serta
potensi mengubah pandangan dasar dannilai-nilai yang diterimanya secara tidak
kritis. Individu itu dilahirkan dengan membawa potensi-potensi tertentu, ia memiliki
berbagai kelebihan dan kekurangannya serta keterbatasannya yang bersifat unik.
RET memandang bahwa individu itu memilikipotensi untuk memahami kelebihan-
kelebihan dan keterbatasan-keterbatasannya itu. Namun, di sela-sela kelebihan dan

7
keterbatasan itu individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional
dan realistik, agar individu itu mampu melakukan adaptasi diri dengan baik.

B. Struktur Kepribadian

1. Perkembangan kepribadian :
a. Manusia tercipta dengan :
 Dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri.
 Kemampuan untuk self-destructive (SD), hedonis buta, dan menolak aktualisasi
diri
b. Individu sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible). Keadaan seperti ini
terlebih – lebih lagi terjadi pada masa anak-anak.
2. Mekanisme tingkah laku:
a. Berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa (A) yang diikuti oleh perasaan
tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan (B) : berpikir rasional atau tidak
rasional.
b. Ciri-ciri irrasional belief (iB) :
 Tidak dapat dibuktikan
 Menimbulkan perasaan tidak enak ( seperti kecemasan ) yang sebenarnya tidak
perlu.
 Menghalangi individu kembali ke kejadian awal (A) dan mengubahnya.

Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-
konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu
Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang
kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.

1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain.

8
Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan
merupakan antecendent event bagi seseorang.
2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional
(rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat,
masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional
merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan keran itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau
reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat
langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.

Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis
harus me­lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa
menikmati dampak-dampak (effects; E) psi­kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang
rasional.

Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke­sepian karena dia keliru
berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang
depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis
bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan
me­nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri.

Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama
keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut
adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara
otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon
setelah mendengarnya berdering.

9
C. Perkembangan kepribadian sehat dan tidak sehat

Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah
merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional : (a) tidak dapat dibuktikan; (b) menimbulkan perasaan tidak
enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu; (c) menghalangi
individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Sebab-sebab individu tidak mampu berpikir secara rasional : (a) individu tidak berpikir
jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi; (b) individu
tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain; (c) orang tua atau masyarakat memiliki
kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah untuk
diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b) banyak orang
dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan kejam sehingga mereka patut
dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada
berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau
harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-
kesulitan hidup tertentu dari pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e)
penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya
mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut;
(f) pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan
menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk mencapai derajat
yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan memerlukan
kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia dan penerimaan orang lain terhadap
diri tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain
terhadap individu.

D. Tujuan, Proses, dan teknik Konseling

Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-
pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar

10
klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin
melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa
takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Tiga tingkatan insight (wawasan) yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan
pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri
yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan
keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event/kejadian
sebelumnya) pada saat yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa
yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari
dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman
ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan
mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal : (1) minat
kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5)
fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8)
penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.
Proses Konseling Rasional-Emotif
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek
kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga
memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan
emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari
gangguan tersebut.

11
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya
menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat
kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik
dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
a. Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk
secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-
latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b. Bermain peran
Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-
perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga klien
dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu
dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik-teknik Behavioristik
a. Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis
dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik
ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien
dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan
menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
b. Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini
dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara
imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan

12
norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh
konselor.
3. Teknik-teknik Kognitif
a. Home work assigments,
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih,
membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
tingkah laku yang diharapkan.
Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis,
mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek
kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang
diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien
dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor. Teknik ini dimaksudkan untuk
membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi
ketergantungannya kepada konselor.
b. Latihan assertive
Teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-
tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru
model-model sosial.
Maksud utama teknik latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien
mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan
kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau
memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan
dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-
tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Rasional Emotif terapi merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh Albert Ellis
sebagai sesuatu yang baru pada saat itu karena pendekatan ini berorientasi pada faktor kognisi.
Rasional emotif berpendapat bahwa perilaku yang salah muncul karena pikiran-pikiran
irrasional dari klien. Pikiran-pikiran yang irrasional dapat membuat seorang individu bertindak
tidak seperti yang seharusnya. Bagi pendekatan ini pikiran-pikiran irrasional harus diubah
menjadi pikiran yang rasional untuk dapat memberikan perubahan kepada seseorang.
Pendekatan rasional emotif mempunyai pandangan bahwa kepribadian seseorang terbentuk dari
teori A-B-C. Dimana A ( Antecedent ) adalah segala sesuatu yang mendahului dari suatu
peristiwa atau kegiatan. Sedangkan B ( Belief ) adalah segala kepercayaan yang dihasilkan oleh
peristiwa yang terjadi. Belief terbagi atas dua jenis yaitu rasional dan irrasional. Terakhir
adalah C ( Emotional Consequence) merupakan konsekuensi emosional yang muncul sehubungan
dengan peristiwa yang mendahului tersebut. Pendekatan rasional emotif mempunyai tujuan
membentuk pribadi-pribadi yang terbebas dari masalah. Hal ini berarti individu dapat
berpikirsecara rasional, dan menghilangkan pikiran-pikiran irrasional yang menurut Ellis
merupakan penyebab timbulnya perilaku bermasalah. Dalam penanganan masalah, hubungan
antara terapis dan klien sangat berbeda dengan pendekatan - pendekatan yang lain. Pada pendekatan
ini terapis menghindari terjadinya hubungan hangat dan pengertian yang empatik karena
menurut mereka hubungan yang demikian dapat menyebabkan klien merasa tergantung kepada
terapis. Walaupun demikian hubungan tetap diciptakan dalam kondisi penerimaan tanpa syarat
kepada klien.
Beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis dalam menangani klien adalah
bermain peran, permodelan, imajinasi rasional-emotif, dan latihan menyerang masa lalu.
Evaluasi keberhasilan dari teknik yang digunakan oleh terapis adalah berubahnya pemikiran-
pemikiran irrasional menjadi pikiran yang rasional. Ketika seorang individu sudah mengalami
perubahan dalam hal kepercayaan maka dapat dikatakan bahwa proses penanganan masalah
individu tersebut selesai.

14
B. Saran

Adapun saran yang diharapkan dapat diterima adalah Kepada mahasiswa bimbingan
dan konseling, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman dalam
melakukan pendekatan rasional emotif terapi kepada klien di kemudian hari.

Kepada penulis sendiri, diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pemahaman secara mendalam mengenai pendekatan rasional emotif terapi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. 2005. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP UNP


Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008.Pengantar Pelaksanaan Program Bk di Sekolah. Jakarta :Rineka ipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1985.Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkas). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Winkel. 2007. Bimbingan dan Konseling di Instituti Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi

16

Anda mungkin juga menyukai