PSIKOLOGI KONSELING
Dosen:
Gusmilizar
Disusun Oleh:
Ezzaty (13514710)
KELAS 3PA10
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2017
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pendekatan Konseling Realitas” ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan
didalamnya. Saya juga berterima kasih pada Ibu Gusmilizar dosen Psikologi Konselig
Universitas Gunadarma yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan tentang penjelasan Konseling Realitas ini yang sangat penting untuk
mahasiswa psikologi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan…..........................................................................................4
C. Hakekat Manusia.............................................................................................5
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tiada seorang pun hidup di dunia
ini tanpa suatu masalah, baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Manusia yang baik
adalah manusia yang mampu keluar dari setiap permasalahan hidupnya. Manusia yang
mampu menyesuaikan diri dengan realitas yang ada dan memiliki identitas adalah manusia
yang dapat berkembang dengan baik dan sehat. Untuk membantu manusia keluar dari
masalahnya dan memperoleh identitas diperlukan suatu terapi.
Di balik semua itu, banyak manusia yang masih belum mencapai identitas
keberhasilannya. Mereka masih belum dapat mencapai kebutuhan dasar psikologisnya, yaitu
kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa ia berguna
bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pada dewasa ini, banyak sekali pendekatan-pendekatan terapi yang dipelajari oleh
konselor. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain : Pendekatan Client-Centered, Terapi
Gestalt, Terapi Tingkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi Realitas, dan lain-lain. Diantara
berbagai pendekatan-pendekatan dan terapi tersebut, pendekatan dengan Terapi Realitas
menunjukkan perbedaan yang besar dengan sebagian besar pendekatan konseling dan
psikoterapi yang ada. Terapi Realitas juga telah meraih popularitas di kalangan konselor
sekolah, para guru dan pimpinan sekolah dasar dan sekolah menengah, dan para pekerja
rehabilitasi. Selain itu, Terapi Realitas menyajikan banyak masalah dasar dalam konseling
yang menjadi dasar pernyataan-pernyataan. Sistem teori realitas difokuskan pada tingkah
laku sekarang. Oleh karena itu, seorang konselor maupun calon konselor wajib mempelajari
teori realitas.
B. Rumusan Masalah
3
2. Apa itu Hakikat Manusia Konseling Realitas ?
3. Bagaimana Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas ?
4. Apa itu Tujuan Konseling Realitas ?
5. Apa saja teknik-teknik dalam konseling realitas ?
6. Apa peranan konselor dalam konseling kelompok realitas?
7. Apa saja kelemahan dan kelebihan konseling realitas ?
C. Tujuan pembelajaran :
BAB II
PEMBAHASAN
4
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan
menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio. Pertumbuhannya relatif
tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser
meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar
sarjana muda dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari Case
Western Reserve University.
Pada tahun 1961 Glasser mempublikasikan konsep konseling realitas dalam bukunya
yang pertama Mental Health or Mental Illness. Konsep ini diperluas, diperbaiki dan disusun
pada penerbitan tahun 1965: Reality Therapy : A New Approach to Psichiatry. Tidak lama
setelah penerbitan yang kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality Therapy yang
digunakan untuk melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan. Sebagai kata sambung atas
suksesnya, sekolah-sekolah membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia dapat menyesuaikan
dengan prosedur-prosedunya dengan setting sekolah. Ia mempublikasikan ide ini dalam
School Without Failure (1969) dan mendirikan Educatinal Training Centre yang di dalamnya
guru-guru mendapat latihan konseling realitas.
B. Hakekat Manusia
Konseling Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli dalam suatu kelompok, yang dapat
dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina
kepribadian ataupun kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung
jawab kepada konseli yang bersangkutan. Adalah William Glasser sebagai tokoh yang
mengembangkan bentuk terapi ini.
5
kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari
kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia
adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi
konflik yang selalu muncul di antara mereka. Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, yaitu:
Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil
struktur yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak
tuanya untuk melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang
mendukung kesehatan dan reproduksi.(kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan,
udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan fisik)
6
pada organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan
apa, bergerak, dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
5. Kesenangan (Fun)
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat
dalam aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus
berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan,
bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.
a. Struktur kepribadian
Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah
mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu
keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan
menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking),
perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu
realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
1. Tanggungjawab (Responsibility)
2. Kenyataan (Reality)
7
Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka
harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang
dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
3. Kebenaran (Right)
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku
dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri
bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu
bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.
1. Pribadi Sehat
2. Pribadi bermasalah
8
D. Tujuan Konseling Realitas
9
3. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan-perasaan dan
sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu tidak
penting, tetapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang.
8. Terapi realitas menekankan tanggng jawab, yang oleh Glasser(1965, hlm 13) didefinisikan
sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuha sendiri dan melakukannya
dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
mereka”. Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup.
10
F. Teknik – Teknik Konseling Realitas
1. Metapor
Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk
memberi konseli suatu pesan penting dalam cara yang efekitif. Konselor juga
mendengarkan dan menggunakan metapor yang ditampilkan diri konseli.
2. Hubungan
3. Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus berasal dari
konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus dilakukan koseli, tetapi
menggunakan pertanyaan yang terstruktur dengan baik untuk membantu konseli
menilai hidupnya dan kemudian merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak
perlu di ubah.
11
dikontrol (controled), konsisten (consistent), dan menekankan pada komitmen
(committed).
5. Renegosiasi
Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana perilaku pilihanya. Jika ini terjadi,
maka konselor mengajak konseli untuk membuat rencana ulang dan menemukan
pilihan perilaku lain yang lebih mudah.
6. Intervebsi paradoks
7. Pengembangan ketrampilan
8. Adiksi positif
12
10. Konsekuensi natural
Konselor harus memiliki keyakinan bvahwa konseli dapat bertanggung jawab dan
karena itu dapat menerima konsekuensi dari perilakunya. Koselor tidak perlu
menerima permintaan maaf ketika konseli membuat kesalahan, tetapi juga tidak
memberikan sangsi. Alih-alih koselor lebih memusatkan pada perilaku salah atau
perilaku lain yang bisa membuat perbedaan sehingga konseli tidak perlu mengalami
kosekuensi negatif dari perilakunya yang tidak bertanggung jawab.
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Dalam
membantu klien dalam menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut :
Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh
pendekatan-pendekatan terapi lain. Pempraktek terapi realitas berusaha membangun
kerja sama dengan para klien untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan-
tujuannya. Teknik-teknik diagnostik tidak menjadi bagian dari terapi realitas. Teknik-
teknik lain yang tidak digunakan adalah penafsiran, pemahaman, wawancara-
wawancara non direktif, sikap diam yang berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis
transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi.
a. Kelebihan :
14
Langsung lebih cepat menyadarkan klien karena menggunakan secara
langsung mengajak klien berbuat. f. Bersifat praktis, luwes dan efektif.
Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis.
b. Kelemahan:
15
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
16
Sebagai seorang calon konselor kita seharusnya mengetahui dan memahami mengenai apa
itu teknik konseling realitas, karena dapat kita pakai sebagai model serta mengonfrontasikan
klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Corey. 2003.Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Semarang Press.Semarang Latipun.
2003. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Enik Nur Kholidah. 2013. Bahan Ajar Layanan Konseling Traumatik.Yogyakarta: Komalasari
17