Dosen Pengampu:
Dr.Netrawati,M.Pd., Kons
Dr.Yeni Karneli,
M.Pd.,Kons
1. Dr. Netrawati, M.Pd., Kons dan Dr.Yeni Karneli, M.Pd., Kons sebagai dosen
pengampu mata kuliah pendekatan kelompok dalam konseling
Mengetahui
Pemakalah Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Sejarah Reality Therapy..................................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
SOAL...................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Reality Therapy yang diperkenalkan oleh William Glasser menjelaskan
pendekatan yang menekankan pada dasarnya didaktik pemecahan masalah,
tanggung jawab pribadi, dan kebutuhan untuk mengatasi dengan tuntutan realitas
"seseorang." Teori Realitas ini didasarkan pada asumsi bahwa semua individu
perlu mengembangkan identitas, yang dapat baik" sukses" identitas atau "
Identitas kegagalan." Konseling Realitas telah menikmati kebangkitan
kepentingan dalam beberapa tahun terakhir karena sebagian fokus baru pada
peran tanggung jawab pribadi dalam kehidupan.
1
B. Rumusan masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas dapat ditarik beberapa
rumusan masalah, di antaranya :
1. Bagaimana Sejarah Reality Therapy?
2. Bagaimana pandangan Reality Therapy terhadap manusia ?
3. Apa saja tujuan dari Reality Therapy?
4. Apa saja pendekatan yang digunakan Reality Therapy?
5. Bagaimana tingkah laku bermasalah dalam Reality Theraphy?
6. Bagaimana Reality Therapy dalam Konseling kelompok ?
7. Apa saja tahapan pendekatan Reality Therapy dalam kelompok?
8. Apa saja teknik pendekatan Reality Therapy dalam kelompok?
9. Bagaimana peran dan fungsi pemimpin kelompok ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Mengetahui Sejarah Reality Therapy
2. Mengetahui pandangan Reality Therapy terhadap manusia
3. Mengetahui Tujuan Reality Therapy
4. Mengetahui pendekatan yang digunakan Reality Therapy
5. Mengetahui tingkah laku bermasalah dalam Reality Theraphy
6. Mengetahui Reality Therapy dalam Konseling kelompok
7. Mengetahui tahapan pendekatan Reality Therapy dalam kelompok
8. Mengetahui teknik pendekatan Reality Therapy dalam kelompok
9. Mengetahui peran dan fungsi pemimpin kelompok
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Reality
Therapy
4
C. Tujuan Konseling Kelompok dalam Pendekatan Reality Therapy
Konseling realitas menitikberatkan pada realitas individu secara
rasional, Dalam kehidupan sehari-hari, konsep realitas bertujuan untuk
menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri dan dapat menentukan
perilaku dalam bentuk nyata mendorong klien agar berani bertanggung jawab
serta memikul segala risiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan
keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya, mengembangkan
rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian
kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya
keinginan individu untuk mengubahnya sendiri, terapi ditekankan pada
disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri Lumongga (2017:176).
5
kegagalan, sebaliknya jika dia berhasil maka akan mengembangkan
identitas keberhasilan
c) Individu pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mengubah
identitasnya dari identitas kegagalan ke idetitas keberhasilan.
d) Faktor tanggung jawab adalah sangat penting pada manusia
e) Faktor penilaian individu tentang dirinya sangat penting untuk menentukan
apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau identitas
kegagalan.
E. Tingkah Laku Bermasalah dalam Reality Therapy
6
serta beberapa kali berfikiran untuk mengakhiri hidup. Akibat pemikirannya
tersebut membuat subjek menjadi tidak nafsu makan, seringkali menangis,
kurang bisa mengontrol emosi, dan malas melakukan aktivitas di lapas
mengingat masa hukuman subjek sendiri yang sangat lama yaitu 14 tahun
sementara dirinya baru menjalani hanya 2 tahun.
8
Sesi 3: Mendiskusikan perilaku total (Doing) Pada sesi ini subjek
mendiskusikan perilakunya, bagaimana pikiran perasaan,respon fisik ketika
adanya perilaku yang tidak ia sukai dari orang lain. Dalam sesi ini, subjek
menceritakan bagaimana dan apa saja yang telah dilakukan dan rasakan selama
ini. Kesimpulan pada sesi ini bahwa subjek memiliki respon yang seringkali
meresahkan dirinya dalam menghadapi rasa ketidaknyamanannya yakni
dengan, tidak makan, tidak bisa tidur, sering menangis atau diam, serta malas
beraktivitas.
Sesi 4: Penilaian dan tindakan (Evaluasi). Pada sesi ini subjek memeriksa
keinginan dan mengevaluasi perilakunya selama ini. Terapis dalam sesi ini
memiliki peran sebagai pengarah dan pendorong bagi subjek untuk
mengevaluasi perilakunya supaya memiliki sisi postif di dalam dirinya, apakah
evaluasi pikiran sekarang dapat merugikan atau tidak dan apakah yang subjek
lakukan dapat membantu dirinya mencapai yang diinginkan. Hasil pada sesi ini
subjek dapat mengevaluasi dirinya dengan perilaku yang ia lakukan atas
perilaku orang lain.
Sesi 5: Menyusun keinginan dan komitmen bersama (Plan) Terapis dan
subjek berupaya menyusun perencanaan terkait dengan bagaimana atau apa
saja upaya yang dapat diusahakan untuk mendapatkan apa yang diinginkan
(wants) yaitu supaya nantinya lebih siap menghadapi kehidupan lapas sehingga
dengan rencana yang matang dapat meningkatkan penyesuaian dirinya saat ini
dan percaya atas kemampuan dalam dirinya. Target pada sesi ini ialah subjek
dapat membuat strategi dengan membuat rencana dan menentukan tindakan
yang realistis. Subjek diharapkan memiliki tujuan yaitu dapat menyesuaikan
diri dan menerima bahwa dirinya harus menjalani hukuman.
Sesi 6: Evaluasi dan Terminasi Terapis melakukan evaluasi terhadap
planning yang telah subjek rencanakan dengan menanyakan kesulitan dan
hambatan yang dialami. Kemudian subjek diminta untuk mengungkapkan
perasaannya setelah menjalankan sesi terapi dan diakhiri dengan pemberian
post-test adjustment scale untuk mengukur adanya perubahan tingkat
penyesuaian diri dari subjek setelah melakukan seluruh rangkaian terapi.
Sesi 7: Follow Up Follow Up dilakukan dua minggu setelah terminasi
9
untuk mengetahui apakah terjadi perbaikan kondisi dan penurunan simtom
penyesuaian diri dari subjek. Follow Up dilakukan dengan pertemuan dan
perbincangan langsung dengan subjek. Subjek beserta terapis membicarakan
tentang perasaan yang dirasakan setelah sesi terapi selesai. Apakah subjek
mengalami peningkatan penyesuaian dan apakah subjek merasa lebih baik
dibandingkan kondisi sebelumnya. Pemberian adjustmen scale juga dilakukan
pada sesi ini untuk melihat apakah hasil dari intervensi yang dilakukan dapat
efektif untuk jangka panjang dan apakah ada faktor penghambat yang dialami
oleh subjek. Hasil dari sesi ini ialah Subjek merasa dirinya sudah lebih tenang
dan memiliki bayangan yang terarah tentang apa yang harus dilakukan. Selain
itu subjek juga mengaku bahwa ketidaknyamanannya lebih bisa terkontrol
karena subjek menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya memang salah
dan perlu untuk menerima konsekuensinya
1
F. Reality Therapy dalam Konseling kelompok
Konseling kelompok realita adalah upaya bantuan kepada individu
dalam suasana kelompok dimana dapat diperoleh dukungan dan empati yang
diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka yaitu perilaku yang
tidak produktif dan merusak diri sendiri dan orang lain pada saat sekarang.
Seperti tingkah laku membolos merupakan perilaku yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain serta merupakan perilaku yang tidak bertanggung
jawab. Penggunaan konseling kelompok realita membantu klien berperilaku
yang lebih bertanggung jawab dengan cara mengajak klien menilai perilaku
mereka serta menyusun rencana atau kontrak perilaku yang harus mereka
laksanakan dalam upaya untuk mengurangi tingkah laku membolos.
Konseling kelompok realita mengajarkan realita kepada klien mengenai cara-
cara yang baik untuk memenuhi kebutuhannya secara bertanggung jawab
Lumongga (2017:134).
Terapi realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan
psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas
mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan,
ketersendirian, kebutuhan akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika
tingkah laku dipandang universal pada semua kebudayaan.
Menurut terapi realitas akan sangat berguna apabila menganggap
identitas dalam pengertian “identitas dalam keberhasilan” lawan “identitas
kegagalan”. Dalam pembentukan identitas masing-masing dari kita
mengembangkan keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri,
yang dengannya kita merasa relatif berhasil atau tidak berhasil. Orang lain
memainkan peranan yang berarti dalam membantu menjelaskan dan
memahami identitas kita sendiri. Terapi realitas adalah suatu sistem yang
difokuskan kepada tingkah laku sekarang, konselor berfungsi sebagai guru
dan model serta mengonfrontasikan konseli dengan cara-cara yang bisa
membantu menghadapi kenyataan dan kebutuhan dasar tanpa merugikan
dirinya sendiri ataupun orang lain.
Terapi realitas bertumpu pada ide sentral bahwa anggota kelompok
bebas memilih perilaku dan harus bertanggung jawab tidak hanya atas apa
1
yang kelompok lakukan tetapi juga atas bagaimana anggota kelompok
berfikir da
1
merasakan. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang berokus pada
saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi dan pada dasarnya merupakan
jalan agar para anggota kelompok bisa belajar tingkah laku dan lebih
realistik . pemimpin kelompok reality therapy group memegang peranan
secara verbal yang aktif dan direktif dalam kelompok. Dan dalam
menjalankan fungsinya pemimpin berfokus pada kekuatan dan potensi para
anggota serta bukan pada penderitaan anggota atau mempunyai asumsi
anggota berada pada berbagai keterbatasan, permasalahan dan kegagalan
Rasimin & Hamdi (2018:112-113).
G. Tahapan Konseling Reality Therapy
Tahapan kegiatan konseling kelompok realitas (Wubbolding, 2011)
menggunakan akronim WDEP (Want, Doing, Evaluation dan Planning) untuk
menggambarkan prosedur kunci yang dapat diterapkan dalam praktek
konseling kelompok realitas. Secara praktis, Thompson, (2004:115-120)
mengemukakan delapan tahap dalam Konseling Realita.
1
apa saja yang dilakukan konseli, cara pandang dalam Konseling Realita,
akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya (doing), bukan
pada perasaannya.
4) Tahap keempat: Konseli Menilai Diri Sendiri atau Melakukan Evaluasi
Memasuki tahap keempat, konselor menanyakan kepada konseli apakah
pilihan perilakunya tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli,
tetapi membimbing konseli untuk menilai perilakunya saat ini. Beri
kesempatan kepada konseli untuk mengevaluasi (Evaluating), apakah ia
cukup terbantu dengan pilihannya tersebut.
1
H. Teknik-Teknik yang Digunakan dalam Konseling Reality Therapy
Lumongga (2017:138) Tehnik yang digunakan dalam konseling
kelompok realitas adalah sebagai berikut:
1) Menggunakan role playing (sebuah permainan yang para pemainnya
memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut
sebuah cerita bersama dengan konseli
2) Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
3) Tidak menjajikan kepada anggota maaf apapun, karena terlebih dahulu
diadakan perjanjian untuk melalukan perilaku tertentu yang sesuai
keadaan klien
1
pada penderitaan
1
anggota atau mempunyai asumsi anggota berada pada berbagai
keterbatasan, permasalahan dan kegagalan.
Pemimpin hendaknya dapat memperkuat anggota yang memiliki harga
diri rendah dan konrol yang kurang efektif pemimpin juga dapat menantang
anggota untuk melihat potensi yang tidak terpakai serta selanjutnya
menemukan cara untuk bekerja kearah pilihan dan kontrol yang lebih
efektif Rasimin & Hamdi (2018:120).
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling realitas dicetuskan oleh william Glasser yang lahir pada
tahun 1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di civeland,
obio. Konseling realita menurut william Glasser merupakan bentuk terapi
yang berorientasi pada tingkah laku sekarang dan konseling realitas
merupakan suatu proses yang rasional. Klien diarahkan untuk menumbuhkan
tanggung jawab bagi dirinya sendiri. Reality therapi memandang sebagai
suatu proses yang rasional dimana proses tersebut harus menciptakan suasana
yang hangat dan penuh pengertian serta yang paling penting menumbuhkan
pengertian klien bahwa mereka harus bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Konseling realita memandang manusia atas dasar tingkah lakunya, hal
ini bukan berarti tingkah laku yang berdasar stimulus-respon yang ada pada
behaviorisme, atau tingkah laku secara fenomenologis seperti person centered.
Tetapi memandang tingkah laku berdasarkan pengukuran objektif yang
disebut relaitas, yaitu realitas praktis dan moral. Dan terapi realitas ini
bertujuan menitikberatkan pada realitas individu secara rasional, Dalam
kehidupan sehari-hari, konsep realitas bertujuan untuk menolong individu
agar mampu mengurus diri sendiri dan dapat menentukan perilaku dalam
bentuk nyata mendorong klien agar berani bertanggung jawab.
B. Saran
Uraian makalah di atas masih terdapat banyak kekurangannya, untuk
itu penulis berharap kepada pembaca untuk dapat memberikan saran atau
kritikan yang dapat membangun, supaya kita sama dapat menyempurnakan
pembuatan makalah ini.
1
KEPUSTAKAAN
Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Habsy. B. A. 2022. Panorama Teori-Teori Konseling Modern dan Post Modern.
Malang: Media Nusa Creative
Lumongga. 2017. Konseling Kelompok. Jakarta Kencana
Rasimin & Hamdi. 2018. Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Bumi
Aksara
Wubbolding. 2011. Reality Therapy for the 21 st century. Brunner/Routledge:
Philadelphia
2
SOAL
2
c. Want, Doing, Evaluation, Plans
d. Wish, Discuss, Evaluation, Progress
8. Berikut ini merupakan tugas pimpinan kelompok dalam pelalsanaan
konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan terapi realitas adalah
a. Menentukan waktu bicara setiap anggota kelompok agat mendapt
porsi bicara yang sama
b. Memastikan anggota kelompok adalah orang-orang yang
memiliki permasalahan yang sama
c. Menyruh untuk salaing memberi penilaian antar anggota kelompok
d. Membantiu angguta kelompok mengevaluasi perilaku mereka saat ini
9. Yang bukkan merupakan kelebihan dari terapi realitas adalah?
a. Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi dua arah
b. Terapi realitas ini fleksibel, dapat diterapkan dalam konseling
individu dan kelompok
c. Terapi realitas tepat diterapkan dalam perawatan penyimpangan
perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian
d. Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam
diri individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik seluruh
kepribadiannya
10. Berikut yang merupakan kelemahan dari terapi realitas adalah?
a. Tidak cocok diterapkan pada orang- orang pecandu obat-obatan terlarang
b. Terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini sehingga terkadang
mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah sadar dan riwayat
pribadi.
c. Sulit diterapkan pada anak remaja karena berfokus kepada orang
dewasa dengan tuntutan keja yang tinggi
d. Sifatnya tidak fleksibel