Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI KONSELING CLIENT-CENTERED THERAPY INDIVIDUAL


Mata Kuliah: Psikologi Konseling
Dosen Pengampu : Dr. Nurwahyuni, S.S.,M.Si

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
Yofita Ni Putu Feiby A50121016
Della Adelia Sawitri A50121028
Tiara Putri Alisa A50121030
Elisa Juliana A50121046
Rizka A50121004
Rifanzi A50121064

KELAS B

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGATAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segalah limpahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyususan Makalah “TEORI KONSELING CLIENT-CENTERED
THERAPY INDIVIDUAL” ini dalam bentuk dan isi yang sederhana.

Dalam penulisan ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam penulisan maupun
materi, mengingat kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan
yang dimana dapat memberikan penyempurnaan laporan ini.

Dalam menulis makalah ini kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari media sosial karena
dapat mempermudah menyelesaian makalah ini.

Palu, 14 Mei 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3 Tujuan............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

2.1 Pengertian Client-Centered...........................................................................................

2.2 Apa saja prinsip dasar dan konsep dasar therapis client centered.................................

2.3 Bagaimana tujuan pendekatan psikoterapi client centered..........................................


2.4 Bagaimana hubungan therapis dengan klien dalam client centered.............................
2.5 Bagaimana proses konseling dan teknik-teknik dalam pendekatan clien centered......
2.6 Apa saja kelebihan dan kekurangan therapis client centered.......................................

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong
terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan
membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih
baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berfikir,
meningkatkan kernampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada saat ini.
Adapun dampak negatif dari globalisasi tersebut adalah (1) keresahan hidup di kalangan
masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress, kecemasan, dan
frustasi; (2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi, dan korupsi, makin sulit
diterapkannya ukuran baik-jahat serta benar-salah secara. lugas; (3) adanya ambisi
kelompok yang dapatmenimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis, tetapi juga konflik
fisik; dan (4) pelarian darimasalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara juga
adiktif, seperi penggunaan obat-obat terlarang.

Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa


yang disebutkannya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada
hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang
menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikutnya dunia subjektif dan
fenomenalnya. Terapis berfungsi terutarna sebagai penunjang pertumbuhan pribadi
kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan
kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client-centered manaruh
kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan
menemukan arahnya sendiri. Hubungan terapeutik antara terapis dan klien merupakan
katalisator bagi perubahan; klien menggunakan hubungan yang unik sebagai alat unuk
meningkatkan kesadaran dan untuk menernukan sumber-sumber terpendam yang bisa
digunakan secara konstruktif dalam pengubahan hidupnya.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian Client-Centered
1.2.2 Apa saja prinsip dasar dan konsep dasar therapis client centered
1.2.3 Bagaimana tujuan pendekatan psikoterapi client centered
1.2.4 Bagaimana hubungan therapis dengan klien dalam client centered
1.2.5 Bagaimana proses konseling dan teknik-teknik dalam pendekatan clien centered
1.2.6 Apa saja kelebihan dan kekurangan therapis client centered

1.3. Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami materi tentang therapis client centered
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Client-Centered


Client-centered konseling yang berpusat pada klien dikembangkan oleh carl ransom
rogers, salah seorang psikolog klinis yang sangat menekuni bidang konseling serta
psikoterapi ini. Roger dalam Mc. Loed mengatakan bahwa Client- Centered conseling
merupakan teknik konseling dimana didalamnya yang paling berperan dalam konseling
adalah klien nya sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi sendiri terhadap
persoalan hidup yang mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa peran
konselor dalam teknik konseling ini hanyalah sebatas mengarahkan, mempengaruhi serta
memberikan dorongan pada diri klien agar klien tersebut dapat memikirkan sendiri serta
mencari solusi permasalahannya sendiri.
Menurut Calr Roger menyebut bahwa Client-Centered sebagai konseling non-direktif,
menyatakan bahwa client centered counseling merupakan suatu teknik dalam bimbingan
dan konseling yang menjadi pusatnya adalah klien.
Jadi client-centered therapy adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang mana
seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat mendapatkan
pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar dari masalah yang
dihadapinya. Setiap individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri,
menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan seorang konselor
dapat menciptakan kondisi yang baik agar dapat mempermudah perkembangan individu
untuk aktualisasi diri.
Dengan melihat dari berbagai pendekatan client-centered sudah jelas bahwasannya
client-centered ini adalah salah satu teknik bimbingan dan konseling yang bertujuan
untuk membantu memberikan dorongan kepada diri klien agar dapat memikirkan sendiri
serta mencari solusi dari permasalahannya sendiri, serta menegaskan bahwa mampu
mengaktualisasikan dirinya, yang mana diofokuskan pada tanggung jawab serta kapasitas
klien untuk menemukan cara agar dapat menghadapi realitas, pada pribadi klien bukan
pada problema yang akan dikemukakan oleh klien serta konselor hanya berperan sebagai
partner didaalam membantu untuk merefleksikan sikap serta peran-perannya guna
mencari serta menemukan cara yang baik dalam memecahkan permasalah klien.

2.2 Apa Saja Prinsip Dasar Dan Konsep Dasar Therapis Client Centered
A. Prinsip Dasar
a. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai
bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk
berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa
perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini
berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan tanggung
jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas. Client
diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat keputusan.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk
menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep
pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri
(self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan. Menurut Roger
konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep
menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu
teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak
begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun
begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesifik. Beberapa teori dan
praktek pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik
terapi ini.
b. Latar Belakang Historis Terapi Client Centered
- Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa
yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasari dari psikoanalisis.
- Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi
Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif
dan fenomenalnya.
c. Beberapa Asumsi Dasar Terapi Client Centered
- Individu memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, dan
mengendalikan dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung
- Individu memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang
terkait dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan.
- Individu memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga
tidak hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
d. Prinsip-Prinsip dalam Terapi Client Centered
- Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal
ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami
bagaimana ia mempersepsikannya.
- Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk
mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya
dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam
terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap nondirektif.
- Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini
diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara terapis
dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan ketulusan dari
terapis.
- Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima
dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan
positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.

B. Karakteristik konseling berpusat pada klien


a. Fokus utama adalah kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya
masalah.
b. Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
c. Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu.
d. Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling.
e. Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan
dan pengalaman diri yang sesungguhnya.
f. Hubungan konselor dan klien merupakan situasi pengalaman terapeutik yang
berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri.

C. Konsep Dasar
a. Pandangan Menurut Rogers
Client Centered (Konseling Berpusat Klien) – Model konseling berpusat
pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan
cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling
person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap
konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian
diubah menjadi client-centered.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap
apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis
berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan
membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan
masalah-masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar
pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya
sendiri.

b. Ciri-Ciri Pendekatan Client Centered


Berikut ini uraian ciri-ciri pendektan Client Centered dari Rogers :
1. Client dapat bertanggung jawab, memiliki kesanggupan dalam memecahkan
masalah dan memilih perliku yang dianggap pantas bagi dirinya.
2. Menekankan dunia fenomenal client. Dengan empati dan pemahaman terhadap
client, terapis memfokuskan pada persepsi diri client dan persepsi client terhadap
dunia.
3. Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkana bahwa hasrat kematangan psikologis
manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif
dimana dampak psikoteraputik terjadi karena hubungan konselor dan client. Karena
hal ini tidak dapat dilakukan sendirian (client).
4. Efektifitas teraputik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan, kehangatan, penerimaan
nonposesif dan empati yang akurat.
5. Pendekatan ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma. Tetapi berakar
pada sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, terapis dan
client memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman
pertumbuhan.

2.3 Bagaimana Tujuan Pendekatan Psikoterapi Client Centered


Menurut Rogers (1961), pertanyan “Siapa Saya?” mengantarkan kebanyakan orang
kepada psikoterapi. Mereka tampaknya bertanya: Bagaimana saya bisa menemukan diri
nyata saya? Bagaimana saya bisa menjadi apa yang sangat saya inginkan? Bagaimana
saya bisa memahami apa yang ada dibalik dinding saya dan menjadi diri sendiri?.
Tujuan dasar terapi client-centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi
usaha membantu klien untuk menjadi pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai
terapeutik tersebut, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang
ada dibalik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepura-puraan dan
bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien
menghambatnya untuk tampil utuh dihadapan orang lain dan, dalam usahanya menipu
orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.
Apabila dinding itu runtuh selama proses terapeutik, orang macam apa yang muncul
dari balik kepura-puraan itu? Rogers menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak kearah
menjadi bertambah teraktualkan: keterbukaan kepada pengalaman, kepercayaan terhadap
organismenya sendiri, tempat evaluasi internal, dan kesediaan untuk menjadi suatu
proses.

 Terdapat beberapa tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai


berikut :
1.Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan
menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar
dirinya.
2. Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya
terhadap diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap
pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun
muali timbul.
3. Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih
banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah
keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada
mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan
universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan
standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat
putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
4. Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri
sebagai produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis
formula guna membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi
sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para
klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan
kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman
baru, bahkan beberapa revisi.

 Adapun Tujuan Konseling dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai


berikut:
• Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri
sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya .
• Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang
lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan
meningkatkan spontanitas hidupnya.
• menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling
sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk
self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
• Konseling cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri
lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg,
dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal
untuk apa ia perlu menjadi.

2.4 Bagaimana Hubungan Therapis Dengan Klien Dalam Client Centered


Konsep hubungan antara terapis dan client dalam pendekatan ini ditegaskan oleh
pernyataan Rogers (1961) “jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka orang
lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan hubungan itu
untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan pribadi pun akan terjadi.

Ada enam kondisi yang diperlukan dan memadahi bagi perubahan kepribadian :
1. Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
2. Orang pertama disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
3. Orang kedua disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam
berhubungan.
4. Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap client.
5. terapis merasakan pengertian yang empatik terhadap kerangka acuan internal client dan
berusaha mengkomunikasikan perasaannya ini kepada terapis.
6. Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis
kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.

Ada tiga ciri atau sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik :
1. Keselarasana/kesejatian.
Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah bagaimana terapis tampil nyata,
utuh, otentik dan tidak palsu serta terinytgrasi selama pertemuan terapi. Terapis bersikap
secara spontan dan terbuka menyatakan sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang
positif maupun negatif. Terapis tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi
perasaan-perasaan secara impulsive terhadap client. Hal ini dapat menghambat proses
terapi. Jelas bahwa pendekatan client centered berasumsi bahwa jika terapi
selaras/menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan client maka proses
teraputic bisa berlangsung.
2. Perhatian positif tak bersayarat.
Perhatian tak bersayarat itu tidak dicampuri oleh evaluasi atau penilaian terhadap
pemikiran-pemikiran dan tingkah laku client sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian
tak bersyarat bkan sikap “Saya mau menerima asalkan…..melainkan “Saya menerima
anda apa adanya”. Perhatian tak bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat
kesukaan, perhatian dan penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula
peluang untuk menunjung perubahan pada client.
3. Pengertian empatik yang akurat.
Pada bagian ini merupakan hal yang sangat krusial, dimana terapis benar-benar
dituntut untuk menggunakan kemampuan inderanya dalam berempati guna mengenali dan
menjelajahi pengalaman subjektif dari client. Konsep ini menyiratkan terapis memahami
perasaan-perasaan client yang seakan-akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit
adalah memahami perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas.
Tugas terapis adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-perasaan yang
dialami. Regers percaya bahwa apabila terapis mampu menjangkau dunia pribadi client
sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh client, tanpa kehilangan
identitas dirinya yang terpisah dari client, maka perubahan yang konstruktif akan terjadi.

2.5 Bagaimana Proses Konseling Dan Teknik-Teknik Dalam Pendekatan Clien


Centered
 Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan
Client-Centered adalah sebagai berikut :
1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
2. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan
serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan
potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas
dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan,
mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep
diri.
4. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan
menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan
hubungan timbal balik.
 Teknik-Teknik dalam Pendekatan Client-Centered
Rumusan-rumusan yang lebih dini dari pandangan Rogers tentang psikoterapi
memberi penekanan yang lebih besar pada tekhnik-tekhnik. Perkembangan
pendekatan Client-Centered disetai oleh peralihan dari penekanan pada teknik-
teknik terapeutik kepada penekanan pada kepribadian, keyakinan-keyakinan, dan
sikap-sikap terapis, serta pada hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik, yang
selanjutnya menjadi variabel yang sangat penting, tidak identik dengan apa yang
dikatakan atau yang dilakukan oleh terapis. Dalam kerangka Client-Centered,
tekhnik-tekniknya adalah pengungkapan dan pengomunikasian penerimaan,
respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien dalam mengembangkan
kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi.
Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknik-teknik
sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan
tidak bisa digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan
menjadi sejati. Konkritnya, menurut Corey wawancara merupakan tekhnik utama
dalam konseling. Bahkan penyembuhan diri konseling sendiri dilakukan melalui
akibat tidak langsung dari proses diskusi antara konselor dan konseling.

2.6 Apa Saja Kelebihan Dan Kekurangan Therapis Client Centered


Pendekatan Client-Centered merupakan corak yang dominan yang digunakan
dalam pendidikan konselor, beberapa alasannya adalah:
1) Terapi Client-Centered memiliki sifat keamanan.
2) Terapi Client-Centered menitikberatkan mendengar aktif, memberikan respek
kepada klien, memperhitungkan kerangka acuan internal klien, dan menjalin
kebersamaan dengan klien yang merupakan kebalikan dari menghadapi klien dengan
penafsiran-penafsiran.
3) Para terapis Client-Centered secara khas mereflesikan isi dan perasaan-perasaan,
menjelaskan pesan-pesan, membantu para klient untuk memeriksa sumber-sumbernya
sendiri, dan mendorong klien untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri.
Jadi, terapi Client-Centered jauh lebih aman dibanding dengan model-model terapi
lain yang menempatkan terapis pada posisi direktif, membuat penafsiran-penafsiran,
membentuk diagnosis, menggali ketaksadaran, menganalisis mimpi-mimpi, dan
bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal.

 Pendekatan Client-Centered memiliki beberapa kelebihan, antara lain:


1) Memberikan landasan humanistik bagi usaha memahami dunia subyektif klien,
memberikan peluang yang jarang kepada klien untuk sungguh-sungguh didengar
dan mendengar.
2) Mereka bisa menjadi diri sendiri, sebab mereka tahu bahwa mereka tidak akan
di evaluasi dan dihakimi.
3) Mereka akan merasa bebas untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
4) Mereka dapat diharapkan memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri,
dan merekalah yang memasang langkah dalam konseling.
5) Mereka yang menetapkan bidang-bidang apa yang mereka ingin
mengeksplorasinya di atas landasan tujuan-tujuan bagi perubahan.
6) Pendekatan Client-Centered menyajikan kepada klien umpan balik langsung
dan khas dari apa yang baru dikomunikasikannya.
7) Terapis bertindak sebagai cermin, mereflesikan perasaan-perasaan kliennya
yang lebih dalam.

 Adapun kelemahan pendekatan Client-Centered terletak pada beberapa hal berikut


ini:
1) Cara sejumlah pemratek menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap-sikap
sentral dari posisi Client-Centered.
2) Tidak semua konselor bisa mempraktekan terapi Client-Centered, sebab banyak
konselor yang tidak mempercayai filsafat yang melandasinya.
3) Membatasi lingkup tanggapan dan gaya konseling mereka sendiri pada refleksi-
refleksi dan mendengar secara empatik.
4) Adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pemraktek menjadi terlalu terpusat
pada klien sehingga mereka sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi yang unik.
.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Client-centered therapy adalah terapi yang berpusat pada diri klien, yang mana
seorang konselor hanya memberikan terapi serta mengawasi klien pada saat
mendapatkan pemberian terapi tersebut agar klien dapat berkembang atau keluar
dari masalah yang dihadapinya. Setiap individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah
psikisnya asalkan seorang konselor dapat menciptakan kondisi yang baik agar
dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Terapi client-centered memiliki tujuan-tujuan umumnya ialah: menjadi lebih
terbuka kapada pengalaman, mempercayai organismenya sendiri,
mengembangkan evaluasi ineternal, kesediaan untuk menjadi suatu proses, dan
dengan cara-cara lain bergerak menuju taraf-taraf yang lebih tinggi dari aktualisasi
diri. Terapis tidak mengajukan tujuan-tujuan dan nilai-nilai yang spesifik kepada
klien; klien sendirilan yang menetapkan tujuan-tujuan dan nilai-nilainya hidupnya
yang spesifik.
Terapi client-centered juga menitikberatkan hubungan pribadi antara klien dan
terapis. Sikap-sikap terapis lebih penting dari pada teknik-teknik, pengetahuanm
atau teori. Jika terapis menunjukkan dan mengomunikasikan kepada kliennya
bahwa terapis adalah pribadi yang selaras, secara hangat dan tak bersyarat
menerima perasaan-perasaan dan kepribadian klien, dan mampu mempersepsi
secara peka dan tepat dunian internal klien sebagaimana klien mempersepsi dunia
internalnya itu, maka klien bisa menggunakan hubungan terapeutik untuk
memperlancar pertumbuhan dan menjadi pribadi yang dipilihnya.
DAFTAR PUSTAKA

Indah Juwitasari,(2021).”Konseling Individu Dengan Pendekatan Client-Centered Dalam


Mengatasi Masalah Pada Peserta Didik”.radenintan.ac.id
Azizahzahra,(2014).”MAKALAH CLIENT CENTERED THERAPY”.
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:PT Refika
Aditama
Http://eko13.wordpress.com/2011/04/14/Pendekatan Konseling Client-Centered

Anda mungkin juga menyukai