Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Terapi Realitas
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Konseling dan Psikoterapi
Dosen Pengampu : Ibu Nur Fadhilah Al- Karimah, M.Psi

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Dea Nofia Sulistyawati 201141065


2. Nadya Vestiana Salsabilla 201141085
3. Rohana Sholikah 201141096
4. Indah Savitri 201141099

Kelas : Psikologi Islam – 5C

PSIKOLOGI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kenikmatan
berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang setia dan istiqamah dalam menjalankan
sunnahnya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Konseling
dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta.
Dalam menyusun makalah ini penulis tak luput dari kesalahan, untuk itu penulis
menyadari bahwa penulisan dan penyajian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karna itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun, demi
penyempurnaan karya tulis ini. Makalah ini tersusun sesuai dengan rencana dan tidak terlepas
dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karna itu, pada kesempatan ini penulis
tidak lupa menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang ikut
terlibat dalam penulisan makalah ini.
Terima kasih atas kasih sayang serta doa dan motivasi dari semua pihak, semoga
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kata kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran demi menyempurnakan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi penulis dan pembaca sekalian. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surakarta, 15 September 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Konsep Terapi Realitas.. .............................................................................................. 3
B. Proses Terapi Realitas ................................................................................................. 5
C. Teknik-Teknik dan Prosedur-Prosedur Terapi Realitas. ............................................. 5
D. Contoh Kasus Terapi Realitas. .................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua motivasi dan perilaku kita adalah dalam rangka memuaskan salah satu atau lebih
kebutuhan universal manusia, dan bahwa kita bertanggung jawab atas perilaku yang kita
lakukan atau pilih. Individu harus berani menghadapi realitas dan bersedia untuk tidak
mengulangi masa lalu. Hal penting yang harus dihadapi seseorang adalah mencoba
menggantikan dan melakukan intensi untuk masa depan.
Seorang terapis bertugas menolong individu membuat rencana yang spesifik bagi perilaku
mereka dan membuat sebuah komitmen untuk menjalankan rencana-rencana yang telah
dibuatnya. Dalam hal ini identitas diri merupakan satu hal penting kebutuhan sosial
manusia yang harus dikembangkan melalui interaksi dengan sesamanya, maupun dengan
dirinya sendiri.
Perubahan identitas biasanya diikuti dengan perubahan perilaku di mana individu harus
bersedia merubah apa yang dilakukannya dan mengenakan perilaku yang baru. Untuk itu,
dalam makalah ini akan membahas mengenai terapi realitas. Karena dalam hal ini terapi
realitas dipusatkan pada upaya menolong individu agar dapat memahami dan menerima
keterbatasan dan kemampuan dalam dirinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep dari Terapi Realitas?
2. Bagaimana proses Terapi Realitas?
3. Apa saja Teknik-teknik dan prosedur-prosedur Terapi Realitas?
4. Contoh kasus Terapi Realitas?
C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Secara teoritis, adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
serta memperluas wawasan.
2. Secara akademis, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan
serta sebagai referensi dan sumber bacaan mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
UIN Raden Mas Said Surakarta
3. Secara pragmatis, diharapkan adanya makalah ini dapat memberikan gambaran bagi
masyarakat secara umum mengenai konsep dari terapi tealitas, proses terapi realitas,
teknik-teknik dan prosedur terapi realitas serta contoh kasus dari terapi realitas,
sehingga diharapkan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait
dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan tersebut maupun masyarakat luas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Terapi Realitas


Konsep Utama
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada 1925 dan
menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio. Glasser
meninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. ia
memperoleh gelar sarjana muda dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi
klinis dan dokter dari Case Western Reserve University. Pada tahun 1961 Glasser
mempublikasikan konsep konseling realitas dalam bukunya yang pertama Mental
Health or Mental Ilness. konsep ini diperluas, diperbaiki, dan disusun pada
penerbitan tahun 1965, Reality Therapy: A New Approach to Psichiatry. Tidak
lama setelah penerbitan yang kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality
Therapy yang digunakan untuk melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan.
Pada dasarnya William Glasser menyebut konseling realitas ini sebagai
terapi realitas karena didasarkan pada asal usul William Glasser yang merupakan
seorang psikiater maka ia memakai nama teori ini dengan terapi realitas, namun
ketika banyak orang berbeda-beda dalam hal penyebutan antara konseling realitas
dan terapi realita maka akan menimbulkan pertanyaan apakah diantara keduanya
merupakan teori yang sama atau berbeda. Dilihat dari berbagai sumber buku
mengenai konseling realitas dan terapi realitas baik dari konsep utama, tujuan,
ciri-ciri, teknik-teknik, peran dan fungsi konselor maka pembahasanya sama saja
hanya saja setiap orang berbeda-beda dalam pemakaian nama antara konseling
realitas dengan terapi realitas.
Konseling realitas merupakan suatu bentuk teknik konseling yang
berorientasi pada tingkah laku sekarang dan konseling realitas merupakan suatu
proses yang rasional. Klien diarahkan untuk menumbuhkan tanggung jawab bagi
dirinya sendiri. Konseling realitas memandang konseling sebagai suatu proses
yang rasional. Dalam proses tersebut konselor harus menciptakan suasana yang
hangat dan penuh pengertian serta yang paling penting menumbuhkan pengertian
klien bahwa mereka harus bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
Konsep utama menurut pandangan Glasser yang dikemukakannya adalah
sebagai berikut:
a. Manusia adalah makhluk rasional
Manusia pada dasarnya adalah makhluk rasional, oleh karena itulah pola
tingkah laku individu lebih banyak dipengaruhi oleh pola pikir individu
tersebut.
b. Manusia memiliki dorongan untuk belajar dan tumbuh
Sebagai makhluk yang memiliki potensi dan kekuatan, manusia dipandang
mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri yang biasa disebut (self
determining)
c. Manusia memiliki kebutuhan dasar
Glasser lebih memusatkan perhatian pada kebutuhan psikologis dasar yang
penting, yaitu kebutuhan cinta mencintai, dan kebutuhan akan kebergunaan
diri, merasa dirinya berguna atau berharga
d. Manusia memerlukan hubungan dengan orang lain
Pemenuhan kebutuhan dasar memerlukan keterlibatan orang lain. Jika
individu mengasingkan diri dalam kehidupan sosialnya, maka kebutuhan
dasar individu tidak akan terpenuhi.
e. Manusia mempunyai motivasi dasar untuk mendapatkan identitas diri yang
sukses. Hal tersebut menunjukkan pada penentuan diri seseorang, yang mencakup
keunikan, keterpisahan, dan kebermaknaan diri
f. Manusia selalu menilai tingkah lakunya
Terkait dengan konsep sebelumnya bahwa manusia pada dasarnya selalu
mengadakan penilaian terhadap tingkah lakunya.
Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia terikat pada 3R (Responsibility,
reality, dan right)
g.Responsibility merupakann tanggung jawab atas perilaku dan pemenuhan
kebutuhan dirinya. Reality yakni perilaku yang tampak saat sekarang adalah
bagian dari realitas. Di mana realitas merupakan suatu fenomena yang dapat
diamati, fakta yang tersusun dalam kenyataan. Right yakni manusia
bertingkah laku sesuai dengan keputusan nilai yang dibuatnya tentang baik
buruk dan benar salah.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan konsep utama konseling
realitas adalah manusia merupakan makhluk rasional, memiliki kebutuhan dasar,
kemampuan untuk mengubah identitas kegagalan menjadi identitas kesuksesan,
selalu menilai tingkah lakunya, serta memiliki faktor tanggung jawab, realitas dan
kebenaran dalam memenuhi kebutuhannya.
B. Proses Terapi Realitas
Konselor berperan sebagai:
1. Motivator, yang mendorong konseli untuk: (a) menerima dan
memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan
yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang klien untuk mampu
mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup
selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.
2. Penyalur tanggung jawab, sehingga: (a) keputusan terakhir berada di
tangan konseli; (b) konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta
realistik dalam menilai perilakunya sendiri.
3. Moralist; yang memegang peranan untuk menetukan kedudukan nilai
dari tingkah laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi
pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya
akan memberi celaan bila tidak dapat bertanggung jawab terhadap
perilakunya.
4. Guru; yang berusaha mendidik konseli agar memperoleh berbagai
pengalaman dalam mencapai harapannya.
5. Pengikat janji (contractor); artinya peranan konselor punya batas-batas
kewenangan, baik berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan
konseli yang dapat dijajagi maupun akibat yang ditimbulkannya.

C. Teknik teknik dan prosedur-prosedur Terapi Realitas


1. Menggunakan role playing dengan konseli
2. Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks
3. Tidak menjanjikan kepada konseli maaf apapun, karena terlebih dahulu
diadakan perjanjian untuk melakukan perilaku tertentu yang sesuai
dengan keberadaan klien.
4. Menolong konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan
dilakukannya.
5. Membuat model-model peranan terapis sebagai guru yang lebih
bersifat mendidik.
6. Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
7. Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejekan yang pantas untuk
mengkonfrontasikan konseli dengan perilakunya yang tak pantas.
8. Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif.
D. Contoh kasus Terapi Realitas
Contoh : Terapi realitas memiliki implikasi-implikasi langsung bagi situasi-situasi
sekolah; Mawar (bukan nama yang sebenarnya) adalah seorang siswa SMA swasta di Jogja
kelas 3 yang sebentar lagi akan menghadapi UN. Seperti siswa pada umumnya, Mawar pun
menginginkan lulus dengan nilai terbaik dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Namun
perilaku Mawar tidak menunjukkan adanya usaha untuk meraih itu semua. Ia pun sering
mengikuti les yang diadakan disekolahnya dan sering keluar pada jam mata pelajaran ketika
seorang guru BK menanyai persiapannya untuk menghadapi UN tidak perlu persiapan,
asalkan kita punya relasi dengan siswa lain. Dengan relasi ini kita bisa saling bertukar
jawaban.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Konseling realitas merupakan suatu bentuk teknik konseling yang
berorientasi pada tingkah laku sekarang dan konseling realitas merupakan suatu
proses yang rasional. Dengan cara klien diarahkan untuk menumbuhkan tanggung
jawab bagi dirinya sendiri. Konseling realitas memandang konseling sebagai suatu
proses yang rasional. Dalam proses tersebut konselor harus menciptakan suasana yang
hangat dan penuh pengertian serta yang paling penting menumbuhkan pengertian
klien bahwa mereka harus bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Refika Aditama (2005) .Corey Gerald, Konseling & Psikoterapi Teori Dan Praktek :Bandung
Namora Lumongga Lubis Hasnida, (2016).Konseling Kelompok : Jakarta
http://femarahayu16.blogspot.com/2017/05/terapi-realitas.html

http://mickeystud.blogspot.com/2013/12/terapi-realitas.html

Anda mungkin juga menyukai