Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

KONSEP DIRI

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Dengan
Case Analyze Methode (CAM)

Disusun Oleh :

Mia Kusumah (032016002)

Ressa Oktaviani (032016003)

Sindy Erma Lestari (032016005)

Neni Nuraenah (032016022)

Nanda Abdurahman Fathir (032016026)

Retno Anesti (032016041)

Mayang Arlita Afandi (032016044)

Sintia Mustopa (032016050)

Astri Nurul Siti Patimah (032016056)

Alya Nurhaliza (032016059)

Anggy Agustina Rahayu (032016060)

Prodi Sarjana Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung
2017/2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep Diri” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Konsep Diri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat untuk di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat di pahami oleh siapa saja yang
membacanya, dan semoga dapat bermanfaat bagi kami dan bagi siapa saja yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan, dan kami
mohon adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki disaat yang akan datang.

Bandung, 06 April 2018

Penulis (Kelompok 1)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 3
A. Pengertian Konsep Diri ................................................................................................... 3
B. Teori Perkembangan ....................................................................................................... 3
C. Rentang Respon Konsep Diri.......................................................................................... 3
D. Proses Pengkajian ........................................................................................................... 4
E. Tanda dan Gejala Gangguan Konsep Diri ...................................................................... 7
F. Penatalaksanaan Medis ................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 12
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 12
A. Kasus ............................................................................................................................. 12
B. Pembahasan................................................................................................................... 12
Telaah Jurnal ............................................................................................................................ 30
BAB IV .................................................................................................................................... 31
PENUTUP................................................................................................................................ 31
C. Kesimpulan ................................................................................................................... 31
D. Saran ............................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri merupakan hal yang kompleks dan abstrak, tidak dapat diraba dan tidak
berwujud. Diri merupakan konsep seseorang sebagai orang yang berbeda dengan orang lain
dan objek di sekitarnya. Terpisah dari orang lain dan objek tetapi merupakan manusia yang
utuh.

Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk mengerti
perilaku dan pandangan klien tentang diri, masalah serta lingkungannya. Respons individu
terhadap stressor atau stimulus dapat dianalisis dari berbagai komponen konsep diri sehingga
perawat dapat merencanakan suatu asuhan yang lebih tajam dan berkualitas. Di dalam
perawatan kesehatan mental-psikiatri hal ini menjadi topik utama yang harus diperhatikan
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif dengan memandang
manusia secara utuh baik bio-psiko-sosial maupun spiritual.

Konsep diri merupakan konsep kritis yang perlu dimengerti oleh semua profesi yang
berhubungan dengan manusia (helping professional). Perawatan klien dengan gangguan
konsep diri diperlukan dalam merawat klien pada setiap tatanan pelayanan yaitu di
masyarakat, di rumah sakit umum, atau di rumah sakit jiwa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep diri?
2. Bagaimana teori perkembangan dari konsep diri?
3. Bagaimana rentang respon konsep diri?
4. Bagaimana proses pengkajian pada kasus gangguan konsep diri?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan konsep diri?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien dengan gangguan konsep diri?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari konsep diri.
2. Untuk mengetahui bagaimana teori perkembangan dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon konsep diri.
4. Untuk mengetahui proses pengkajian pada kasus gangguan konsep diri.

1
2

5. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari gangguan konsep diri.
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien dengan
gangguan konsep diri.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain
(Stuart&Sudden, 1991). Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek,
tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, William, dan Rawlin (1986), konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fiscal, emosional, intelektual, sosial
dan spiritual.

Konsep diri ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan
bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan orang lain, apa yang
kiranya reaksi orang terhadapnya. Konsep diri ideal ialah gambaran mengenai penampilan
dan kepribadian yang didambakannya (Hurlock, 1998).

B. Teori Perkembangan
Secara umum konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan tetapi konsep diri ini
berkembang secara bertahap. Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan perkembangan
bicara. Konsep diri dipelajari melalui kontak soial dan pengalaman berhungan dengan orang
lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya. Keluarga mempunyai peran penting dalam membantu
perkembangan konsep diri terutama pada pengalaman masa kanak-kanak.

C. Rentang Respon Konsep Diri


Respon individu terhadap konsep diri yang berfluktuasi sepanjang rentang respons
dari aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status depersonalisasi yang paling maladaptif.
Kerancuan identitas merupakan kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi di masa kanak-kanak ke dalam kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing terhadap diri
sendiri. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dengan orang lain, ia merasa
asing dan tidak nyata. Hal ini sering berhubungan dengan ansietas individu pada tingkat panic
dan kegagalan dalam uji realita.

3
4

Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (body image), ideal diri (self
ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role) dan identitas diri (self identity).

D. Proses Pengkajian
1. Faktor predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri :

a. Meliputi penolakan orangtua, harapan orangtua tidak realistis, kegagalan yang


berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang memengaruhi peran
Di masyarakat umumnya peran seseorang sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila
tidak sesuai maka akan menimbulkan konflik peran dan peran tidak sesuai muncul
dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang
berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.
c. Faktor yang memengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan structural
sosial. Orangtua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah
ketika akan melakukan sesuatu. Teman sebaya merupakan faktor lain yang
berpengaruh pada identitas.

2. Faktor Presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu
dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat memengaruhi komponen.
5

Stressor yang dapat memengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat memengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan dari diri orangtua yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat.

3. Respon Fisiologis

a. Sering napas pendek


b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Mulut kering
d. Anoreksia
e. Diare/konstipasi
f. Gelisah
g. Berkeringat
h. Tremor.
i. Sakit kepala
j. Sulit tidur

4. Respon Perilaku

a. Harga Diri Rendah


1) Mengkritik diri sendiri/orang lain
2) Produktivitas menurun
3) Gangguan berhubungan
4) Merasa diri paling penting
5) Destruktif pada orang lain
6) Merasa tidak mampu
7) Merasa bersalah dan khawatir
8) Mudah tersinggung/marah
9) Perasaan negatif terhadap tubuh
10) Ketegangan peran
11) Psimis menghadapi hidup
12) Keluhan fisik
13) Penolakan kemampuan diri
14) Pandangan hidup bertentangan
6

15) Destruktif terhadap diri


16) Menarik diri secara sosial
17) Penyalahgunaan zat
18) Menarik diri dari realitas

b. Kerancuan Identitas
1) Tidak ada kode moral
2) Kepribadian yang bertentangan
3) Hubungan interpersonal yang eksploitatif
4) Perasaan hampa
5) Persaan mengambang tentang diri
6) Kerancuan gender
7) Tingkat ansietas tinggi
8) Tidak mampu empati terhadap orang lain
9) Masalah estimasi

5. Respon Kognitif

Respon kognitif pada klien dengan gangguan konsep diri sebagai berikut:

a. Lapang persepsi menyempit


b. Tidak mampu menerima rangsang luar
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

6. Respon Afektif

a. Mengalami kehilangan identitas


b. Perasaan terpisah dari diri sendiri
b. Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
c. Perasaan tak realistis
d. Rasa terisolasi yang kuat
e. Kurang rasa kesinambungan dalam diri
f. Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan
7. Penilaian Stressor
Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sosiologis atau
fisiologis namun yang masih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
7

8. Sumber Koping

Individu mempunyai beberapa kemampuan yang dimiliki dengan memberikan


kesempatan dan menguatkan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri individu.

9. Mekanisme Koping

Penggunaan mekanisme koping untuk melindungi diri dalam menghadapi persepsi


yang menyakitkan meliputi pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang dan
pertahanan ego.

Pertahanan jangka pendek meliputi:

a. Aktivitas pelarian sementara dan krisis


b. Aktivitas sebagai pengganti identitas
c. Aktivita memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri/identitas diri yang kabur
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan

Pertahanan jangka panjang

Pertahanan jangka panjang mencakup penutupan identitas dan identitas negatif.


Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka panjang.
Penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego-identitas dan keunikan individu.
Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego

Mekanisme pertahanan ego yang sering dilakukan adalah fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi dan displacement.

E. Tanda dan Gejala Gangguan Konsep Diri


1. Gambaran diri (Body Image)

Gambaran diri adalah kumpulan sikap individu terhadap tubuhnya yang disadari atau
tidak disadari. Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran dan
bentuk, fungsi, penampilan dan potensi. Tanda dan gejala gangguan gambaran diri yaitu:

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah


b. Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi
8

c. Menolak penjelasan perubahan tubuh


d. Persepsi negatif tentang tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusaasaan dan ketakutan

2. Ideal diri (Self Ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar pribadi, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Tanda dan gejala
seseorang mengalami gangguan ideal diri:

a. Mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya, misal: saya tidak dapat


menjadi seorang model lagi karena bekas operasi di wajah.
b. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi, misalnya saya pasti bisa
sembuh padahal prognosis penyakitnya buruk.

3. Harga Diri (self Esteem)

Tanda dan gejala yang dapat dikaji:

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakti dan akibat tindakan
terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri.
c. Merendahkan martabat.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri.
e. Percaya diri kurang. klien sukar mengambil keputusan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

4. Peran (role)

Tanda dan gejala seseorang mengalami gangguan peran:

a. Mengungkapkan ketidakpuasan perannya atau kemampuan menampilkan


peran.
b. Mengingkari atau menghindari peran.
c. Kegagalan transisi peran.
d. Ketegangan peran.
9

e. Kemunduran pola tanggungjawab yang biasa dalam peran.


f. Proses berkabung yang tidak berfungsi.
g. Kejenuhan pekerjaan.

5. Identitas Diri (Identity)

a. Tidak ada percaya diri.


b. Sukar mengambil keputusan.
c. Ketergantungan.
d. Masalah dalam hubungan interpersonal.
e. Ragu/ tidak yakin terhadap keinginan.
f. Proyeksi (menyalahkan orang lain).

F. Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan, maka
jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:

1. Psikofarmako

Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain:

a. Anti Psikosis

1) Cloropromazin (Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari


Indikasi digunakan untuk mengendalikan mania, terapi schizofrenia, mengendalikan
mual dan muntah, menghilangkan kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi,
porforia intermiten akut.
2) Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr
Indikasi digunakan untuk pengobatan psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat
pada anak-anak yang berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak,
mengontrol mual dan muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi:
hiperaktif, galaukoma, hamil dan menyusui, efek samping yaitu anemia, mulut kering,
mual dan muntah, konstipasi, diare, hipotensi, aritmia cordis, takikardi,
eksrapiramidal, penglihatan berkabut.
10

b. Anti Parkinson

Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk parkinsonisme. Kontra
indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung, asma, ulserasi, duodenum. Efek
samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi, ortostatik, foto sensitivitas,
penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi, frekuensi/retansi urin.

2. Pengobatan Somatik

a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)


Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang
menghasilkan efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-
100 volt. Cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan
bahwa therapi convulsif dapat memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat
mempermudah kontak dengan orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan
bila therapi obat-obatan belum berhasil (gangguan berpolar), klien yang sangat
mania, hiperaktif, klien resiko tinggi bunuh diri, psikosis akut, skozoprenia.
b. Pengkajian Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi. Pengekangan mekanik dilakukan
dengan menggunakan manset untuk pergelangan tangan dan kaki serta seprei
pengekang.Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di rumah
sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain. Kontra
indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.

3. Psikoterapi

Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan tenang.
Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara
verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.

4. Terapi Modalitas

Terapi Okupasi: Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.
11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus
Ibu M adalah wanita 32 tahun sudah menikah berpenampilan menarik, telah
dirawat di rumah sakit umum karena histerektomi total. Riwayat penyakitnya
disajikan dalam konferensi keperawatan karena dia membuat banyak tuntutan dan
manajer perawat mencatat bahwa banyak anggota staf yang menghindar untuk
merawatnya. Ibu M telah menikah selama 2 tahun dan tidak memiliki anak. Hasil
observasi menunjukkan bapak M tidak pernah mengunjungi istrinya, meskipun ia
berbicara dengan ibu M melalui telepon. Ibu M mengeluh bahwa ia tidak bisa
tidur di malam hari dan sering memanggil perawat untuk perawat yang tampaknya
kecil. Ibu M telah membina hubungan dengan salah seorang perawat, dan mampu
menjelaskan beberapa keprihatinan ibu M.
Ibu M tampaknya memiliki tingkat ansietas berat terkait bisterektomi. Dia
takut efek operasi pada keinginan seksualnya, daya tarik, dan kemampuan untuk
melakukan hubungan intim dan melayani suaminya. Tanpa organ reproduksi, dia
mengatakan, dia akan merasa “tidak adekuat dan tidak lagi seperti seorang
wanita”. Dia mengatakan bahwa dia dan suaminya merencanakan untuk memiliki
anak, dan dia bertanya-tanya apakah suaminya akan meninggalkannya di masa
depan. Dia juga takut bahwa histerektomi akan menyebabkan dia kehilangan
kecantikan dan masa mudanya.

B. Pembahasan
1. Definisi, faktor predisposisi dan presipitasi, tanda dan gejala pada kasus.

a. Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart&Sudden, 1991).
b. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

12
13

Yang menjadi faktor presipitasi pada kasus yaitu histerektomi total,


klien kehilangan rahimnya sehingga klien memiliki tingkat ansietas
berat karena takut dengan efek operasinya.
c. Tanda dan Gejala
Yang menjadi tanda dan gejala pada kasus yaitu diantaranya klien
mengeluh tidak bisa tidur di malam hari, klien mengungkapkan
ketakutannya akan efek operasi terhadap keinginan seksualnya, daya
tarik dan kemampuan untuk melakukan hubungan intim dan melayani
suaminya, klien mengungkapkan perasaannya dimana ia sekarang
merasa tidak adekuat dan tidak lagi menjadi seorang wanita dan juga
klien mengungkapkan kekhawatirannya akan ditinggalkan suaminya di
masa depan karena tidak bisa memiliki anak serta klien mengungkapkan
ketakutan akan efek operasi, klien takut histerektomi akan menyebabkan
dia kehilangan kecantikan dan masa depannya.

2. Penatalaksanaan
Dari segi obat-obatannya, karena klien mengeluh tidak bisa tidur di malam
hari bisa diberikan obat insomnia, dan untuk mengatasi gangguan konsep dirinya
bisa dilakukan dengan penatalaksanaan Psikoterapi, dimana psikoterapi ini
merupakan bagian penting proses terapeutik. Upaya dalam psikoterapi yaitu
memberikan rasa aman dan tenang, menerima klien apa adanya, motivasi klien
untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan
dan jujur pada klien.

3. Aspek Etik legal


Pada kasus diatas terjadi pelanggaran aspek etik legal yaitu
a) Respect (hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/ klien dimana hak pasien yaitu
salah satunya mendapatkan perawatan namun di kasus disebutkan banyak
anggota staf perawat yang menghindar untuk merawat klien tersebut.
b) Beneficence (bertindak untuk keuntungan pasien)
Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan
bagi pasien dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan
kesejahteraan pasien sedangkan di kasus perawat tidak melakukan hal itu
14

tetapi malah banyak staf perawat menghindar untuk merawat klien


tersebut.

4. Data yang harus dikaji dari kasus


Data yang harus dikaji lagi dari kasus yaitu genogram atau riwayat keluarga
minimal 3 generasi, riwayat penyakit masa lalu apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa sebelumnya, riwayat pengalaman tidak
menyenangkan di masa lalu,
5. Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan dan rencana intervensi

PENGKAJIAN
RUANG RAWAT : Tidak terkaji.
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. M
Tanggal Pengkajian : 04-04-2018
Umur : 32 Tahun
RM No. : Tidak terkaji
Pendidikan terakhir : Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Status Marital : Menikah

IDENTITAS PENANGGUANG JAWAB (Informan)


Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Hubungan dengan klien : Tidak terkaji

II. ALASAN MASUK


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : ya
tidak

2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil Kurang Berhasil

Tidak berhasil
15

Penjelasan: Tidak terkaji.

FAKTOR PRESIPITASI FAKTOR PRESDIPOSISI


(Pelaku/ Korban/ Saksi) (Pelaku/ Korban / Saksi)
Aniaya fisik Tidak terkaji Tidak terkaji
Aniaya seksual Tidak terkaji Tidak terkaji
Penolakan Tidak terkaji Tidak terkaji

Kekerasan dalam Tidak terkaji Tidak terkaji


keluarga
Tindakan kriminal Tidak terkaji Tidak terkaji

Masalah keperawatan : tidak terkaji.

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :


ya tidak
Hubungan dengan klien : tidak terkaji.
Genogram: Tidak terkaji
Seharusnya dikaji tentang keluarganya minimal 3 generasi.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
a. Kehilangan :Tidak terkaji
b. Kegagalan :Tidak terkaji
c. Trauma selama tumbuh kembang
1. Masabayi
2. Masa kanak-kanak
3. Masa remaja
4. Masa dewas aawal
5. Masa dewasatua
6. Lansia
Penjelasan : Tidak terkaji.

Masalah keperawatan : tidak terkaji.


16

5. Riwayat Penyakit Fisik di masa lalu :Tidak terkaji

III. FISIK
1. Tanda Vital
TD : N: S: P:
2. Ukuran
TB : BB:
3. KeluhanFisik : ya tidak

Jelaskan : tidak terkaji.

4. Pemeriksaan Fisik
Tuliskan data fokus dan efek samping obat yang berhubungan dengan system
tubuh
a. System integumen :Tidak terkaji
b. System kardiovaskuler :Tidak terkaji
c. System respirasi :Tidak terkaji
d. System gastrointestinal :Tidak terkaji
e. Sistem urogenital :Tidak terkaji
f. System reproduksi : Telah dilakukan histerektomi total.
g. System persarafan :Tidak terkaji
h. System musculoskeletal :Tidak terkaji
i. System haemopoitik :Tidak terkaji
j. System endokrin :Tidak terkaji
k. System penginderaan : Tidak terkaji

Jelaskan, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh klien termasuk perilaku
Klien sudah dilakukan tindakan histerektomi total yang membuat klien ansietas berat dan
takut akan efek dari histerektomi tersebut.
17

5. Bagaimana pola aktivitas kehidupan sehari-hari sebelum di rs dan selama di


rawat.

No. ADL Sebelum di RS SelamaDirawat


1. Nutrisi (makan&minum) Tidak terkaji Tidak terkaji

2. Eliminasi Tidak terkaji Tidak terkaji

3. Istirahattidur Tidak terkaji Tidak bisa tidur


di malam hari.
4. Aktivitas Tidak terkaji Tidak terkaji

5. Personal Hygene Tidak terkaji Tidak terkaji

Masalah keperawatan : insomnia ( klien mengeluh tidak bisa


tidur di malam hari).

IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri :
a. Gambaran diri :
Klien merasa takut histerektomi akan menghilangkan kecantikannya dan
masa mudanya
b. Identitas :
Klien merasa tidak lagi seperti seorang wanita setelah dilakukan
histerektomi
c. Peran :
Klien merupakan seorang istri dan klien takut efek operasi akan
berpengaruh dalam keinginan seksualnya, kemampuan melakukan
hubungan intim dan melayani suaminya.
d. Ideal diri :
Klien dan suami memiliki rencana untuk memiliki anak, tapi sekarang
setelah dilakukan histerektomi ia takut suaminya akan meninggalkannya.
18

Klien takut histerektomi akan menyebabkan dia kehilangan masa


depannya.
e. Harga diri :
Klien takut suaminya akan meninggalkannya di masa depan.
Masalah keperawatan :
Risiko harga diri rendah b.d situasi terkini
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :Tidak terkaji.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :Tidak terkaji.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :Tidak terkaji.
Masalah keperawatan :Tidak terkaji.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :Tidak terkaji.
b. Kegiatan ibadah :Tidak terkaji.
Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan :

Tidak Rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai

Berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan : klien berpenampilan rapi.

2. Pembicaraan :

Cepat keras Gelisah Inkoheren

Apatis Lambat Membisu

Tidak mampu memulai pembicaraan


19

Untuk pembicaraan tidak terkaji.

3.Aktivitas Motorik :

Lesu keras Tegang

Gelisah Agitasi Apatis

Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

4.Alam perasaan :

Sedih Ketakutan PutusAsa

Khawatir √ Gembira Berlebihan

5. Afek

Datar Tumpul Labil

Tidak sesuai
Penjelasan: Tidak terkaji.

6. Interaksi selama wawancara :

Bermusuhan Tidak Kooperatif

Mudah tersinggung Kontak mata

Kurang defensive Curiga


20

Penjelasan: Tidak terkaji.


7.Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidung

Penjelasan: Tidak terkaji.

8.Proses pikir :

Sirkumtansial Tangensial

Kehilangan asosiasi Flight of idea

Blocking Pengulangan pembicaraan

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalahkeperawatan :Tidak terkaji.
9. Isi pikir :

Obsesi Fobia Hipokondria

Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham :

Agama Somatik Kebesaran

Curiga Nihilistic Siar pikir

Kontrol pikir Sisip pikir


Jelaskan :Tidak terkaji.
21

Masalah keperawatan :Tidak terkaji.


10. Tingkat kesadaran :

Bingung Sedasi Stuppor

Disorientasi waktu

Tempat Orang

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

11. Memori :
Gangguan daya ingat jangka panjang

Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan dayaingat saat ini

Konfabulasi
Jelaskan :Tidak terkaji.
Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Mudah Beralih Mampu Konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

13. KemampuanPenilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan :Tidak terkaji.


22

Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

14. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkanhal-haldiluardirinya

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.
4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.
23

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang, lama s/d

Tidur malam, lama s/d

Kegiatan sebelum/sesudah tidur


Jelaskan :Tidak terkaji.
Masalahkeperawatan :Tidak terkaji.

6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak

Perawatan pendukung Ya Tidak

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak

Jelaskan :Tidak terkaji.


24

Masalahkeperawatan :Tidak terkaji.

9. Kegiatan di luar rumah


Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Jelaskan :Tidak terkaji.


Masalahkeperawatan :Tidak terkaji.

VII. MEKANISME KOPING


Berbicara dengan orang lain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebihan


masalah

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas Kontruktif menghindar

Olah raga Mencederai diri

Lainnya : Lainnya :

Masalah keperawatan :Tidak terkaji.

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik


25

Masalah dengan pendidikan, spesifik

Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Masalah dengan perumahan, spesifik

Penjelasan: Tidak terkaji.

IX.. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Penyakit Jiwa system pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya :

Penjelasan: Tidak terkaji.

IX. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik :Tidak terkaji.
Terapi Medik :Tidak terkaji.
X. ANALISA DATA
No. Data Masalah
1. DS: Resiko harga diri rendah
1. Klien mengatakan dia menjadi
tidak adekuat lagi dan tidak lagi
seperti seorang wanita.
2. Klien dan suami merencanakan
26

untuk memiliki anak.


DO:
1. Klien telah dilakukan
histerektomi total.
2. Suami klien tidak mengunjungi
klien selama di rumah sakit,
hanya berbicara melalui telepon.
2. DS: Gangguan citra tubuh
1. Klien takut histerektomi akan
menyebabkan klien kehilangan
kecantikan dan masa mudanya.
2. Klien dan suami merencanakan
untuk memiliki anak.
DO: Klien dilakukan histerektomi total

3. DS: Ansietas
1. Klien mengatakan bahwa dirinya
tidak bisa tidur di malam hari
2. Klien mengatakan takut efek
operasi pada keinginan
seksualnya, daya tarik, dan
kemampuan untuk melakukan
hubungan intim dan melayani
suami menurun.
3. Klien bertanya “apakah
suaminya akan meninggalkan
suaminya di masa depan.
DO:
1. Tn. M tidak pernah mengunjungi
istrinya, hanya mengabari lewat
telepon.
2. Memiliki tingkat ansietas berat
terkait histerektomi.
27

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fungsional


2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
Intervensi

No. NOC NIC Rasional


Dx.
1. Harga diri Peningkatan harga diri 1. Sejauh mana klien berisiko mengalami
Kriteria hasil: Aktivitas: gangguanharga diri rendah
1. Verbalisasi penerimaan diri 1. Monitor pernyataan pasien 2. Memberi klien kekuatan untuk selalu
2. Penerimaan terhadap mengenai harga diri optimis dengan apa yang dialaminya
keterbatasan diri 2. Dukung pasien untuk 3. Agar hidup klien lebih terarah dengan
3. Komunikasi terbuka mengidentifikasi kekuatan adanya tujuan
4. Tingkat kepercayaan diri 3. Bantu untuk mengatur tujuan yang 4. Kepercayaan diri klien bertambah
5. Gambaran tentang bangga pada realistik dalam rangka mencapai 5. Memberikan klien semangat hidup
diri sendiri harga diri yang lebih tinggi 6. Seberapa sering klien mengatakan hal yang
6. Perasaan tentang nilai diri 4. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas negatif tentang dirinya
yang akan meningkatkan harga diri
5. Buat pernyataan positif terhadap
pasien
28

6. Monitor frekuensi komunikasi


verbal pasien yang negative
2. Citra tubuh Peningkatan citra tubuh 1. Agar klien dapat menerima kenyataan yang
Kriteria hasil: Aktivitas: terjadi padanya saat ini.
1. Gambaran internal diri 1. Bantu pasien untuk mendiskusikan 2. Untuk membantu klien mengatasi rasa
2. Deskripsi bagian tubuh yang perubahan-perubahan bagian tubuh cemasnya yang dapat berakibat stres.
terkena [dampak] disebabkan adanya pembedahan 3. Untuk mengetahui sejauh mana klien
3. Kepuasaan dengan fungsi tubuh dengan cara yang tepat menilai dirinya sendiri.
4. Penyesuaian terhadap 2. Bantu pasien untuk mendiskusikan 4. Untuk memastikan bahwa apakah
perubahan fungsi tubuh stressor yang mempengaruhi citra lingkungan sosial dapat menerima klien
5. Penyesuaian terhadap tubuh diri terkait dengan pembedahan dengan keadaannya yang sekarang.
akibat pembedahan 3. Monitor frekuensi dari pernyataan 5. Untuk meyakinkan klien bahwa keluarga selalu
mengkritisi diri mendukungnya.
4. Tentukan apakah perubahan citra
tubuh berkontribusi pada
peningkatan isolasi sosial
5. Identifikasi kelompok pendukung
(suami dan keluarga) yang tersedia
bagi pasien
3. Tingkat kecemasan Pengurangan kecemasan: 1. Untuk mendapatkan kepercayaan dari
Kriteria hasil: Aktivitas: klien.
29

1. Tidak dapat beristirahat 1. Gunakan pendekatan yang tenang 2. Agar klien memiliki tujuan hidup yang
2. Perasaan gelisah dan meyakinkan realistis.
3. Masalah perilaku 2. Berikan informasi faktual terkait 3. Untuk memberi dukungan dan kekuatan
4. Rasa takut yang disampaikan diagnosis, kepada klien.

secara lisan perawatan dan prognosis 4. Agar klien dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya.
5. Rasa cemas yang disampaikan 3. Dorong keluarga untuk
secara lisan mendampingi klien 5. Untuk mengetahui hal apa yang

6. Perhatian yang berlebihan dengan cara yang tepat (suami) membuat tingkat kecemasan klien

terhadap kejadian-kejadian 4. Dengarkan klien bertambah.


6. Untuk mengetahui seberapa sering klien
dalam kehidupan 5. Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan mengungkapakan kecemasannya.

6. Kaji untuk tanda verbal dan non-


verbal kecemasan
30

Telaah Jurnal
Judul :

Pengarang :

 P:
Sebanyak 35 klien dengan harga diri rendah kronis di ruang Yudistira Rumah Sakit
dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
 I:
20 klien diberikan tindakan keperawtan generalis, terapi kognitif, dan psiko edukasi
keluarga
 C:
15 klien diberikan tindakan generalis dan terapi kognitif.
 O:
Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis dan
terapi kognitf menunjukkan penurunan tanda dan gejala rata-rata 54,94% :
peningkatan kemampuan rata-rata 89,57% ; lama rawat rata-rata 37 hari.
 T:
Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis, terapi
kognitif, dan psikoedukasi keluarga menunjukkan penuranan tanda dan gejala, rata-
rata 71,2% ; peningkatan kemampuan klien rata-rata 100% ; peningkatan kemampuan
keluarga rata-rata 98%; ; lama rawat biasanya 26 hari.
31

BAB IV

PENUTUP

C. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart&Sudden, 1991). Termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Komponen
konsep diri yaitu gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self
esteem), peran diri (self role) dan identitas diri (self identity).

D. Saran
Konsep diri merupakan hal yang kompleks dan abstrak, tidak dapat diraba dan
tidak berwujud. Oleh karena itu konsep diri perlu diketahui perawat untuk mengerti
perilaku dan pandangan klien tentang diri, masalah serta lingkungannya. Selain
perawat, konsep diri juga perlu dimengerti oleh semua profesi yang berhubungan
dengan manusia (helping professional). Perawatan klien dengan gangguan konsep diri
diperlukan dalam merawat klien pada setiap tatanan pelayanan yaitu di masyarakat, di
rumah sakit umum, atau di rumah sakit jiwa.
32

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Ah dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2017-2018. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: Isfi
Penerbitan.

Purwanto, Teguh. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Heather, T. Herdman. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klarifikasi Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Bulechek. M. Gloria dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Indonesia:


Elsevier.

Stuart. W. Gail. 2015. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart Buku 1.
Indonesia: Elsevier.

Moorhead, Sue dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). Indonesia: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai