Disusun Oleh:
Kelompok 9B
Dosy Ungsiana Tumangger (032017061)
Filipus Waruwu (032017041)
Melina Cecilia Tarigan (032017065)
Nurtalenta Lafau (032017042)
Yofita Telaumbanua (032017043)
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul
“Konsep Psikososial dalam Praktik Keperawatan yang Mencakup Konsep Diri
dan Kesehatan Spiritual”. Dalam pembelajaran kali ini, mahasiswa dituntut untuk
mampu memahami bagaimana konsep psikososial dalam praktik keperawatan
yang mancakup konsep diri dan kesehatan spiritual.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai konsep psikososial dalam praktik
keperawatan yang mencakup konsep diri dan kesehatan spiritual. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata kesempurna.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………….……………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………...2
2.2.2 Karakteristik…………………………………………………10
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….14
3.2 Saran…………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan serta
pengetahuan masyarakat pada umumnya serta mahasiswa STIKes Santa
Elisabeth Medan pada khususnya tentang Konsep Psikososial dalam Praktik
Keperawatan yang Mencakup Konsep Diri dan Kesehatan Spiritual.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari makalah ini antara lain :
a) Mengetahui konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang
mencakup konsep diri.
b) Mencakup konsep psikososial dalam praktik keperawatan yang
mencakup kesehatan spiritual.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
a. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang
secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan
dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki
batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui
kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan
interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi
potensi yang nyata.
b. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman
dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu
dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan
orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat,
remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya,
pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup,
pengaruh budaya dan sosialisasi.
Menurut Stuart dan Sudden, Rentang konsep diri mulai dari respon
Adaptif sampai dengan respon Maladaptif yang terdiri dari :
a. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman yang nyata yang sukses dan
diterima.
b. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif apabila individu memiliki pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri.
c. Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri
adaptif dengan respon konsep diri maladaptif.
d. Kekacauan Identitas
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu
mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam
kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang
harmonis.
e. Depersonalisasi
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
2. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan,
tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara
emosional. Klien menjadi tergantung, pasif, tidak ada motivasi dan
keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
2.2.2 Karakteristik
2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan
fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan
atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan
mungkin saja sedang menderita distress spiritual. Untuk jelasnya
berikut terdapat tabel ekspresi kebutuhan spiritual.
Pasien yang membutuhkan dukungan spiritual, diantaranya:
1. Pasien Kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan karena mereka merasakan tidak ada kekuatan
selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya kecuali Tuhan.
b) Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari
keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut
memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum
pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang
juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
d) Sumber konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan
agama dengan praktik kesehatan, misalnya ada orang yang memandang
penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah berdosa.Ada agama
tertentu yang menganggap manusia sebagai makhluk yg tidak berdaya
dalam mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu penyakit diterima
sebagai nasib bukan sebagai sesuatu yg harus disembuhkan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik
fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Beck, Willian dan Rawlin,
1986). Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi melalui mengenal
dan membedakan dirinya dengan orang lain.
Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan
tergantung pada budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-
ide tentang kehidupan seseorang (Potter & Perry, 1999). Keterkaitan Spiritual,
Kesehatan dan Sakit sangat berkaitan erat, Keyakinan spiritual sangat penting
karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien.
Perkembangan spiritual pada manusia terjadi beberapa tahap,
diantaranya:Bayi dan todler (1-3 tahun), Prasekolah, Usia sekolah, Dewasa, dan
Usia pertengahan. Masalah Kebutuhan Spiritual yang muncul kita mengenalnya
dengan Distress Spiritual, dimana suatu keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercyaan atau sistem nilai
yg memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A, Y., 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya
medika: Jakarta.
Potter, P. A., Perry, A. G., 1999, Fundamental Keperawatan, Salemba medika:
Jakarta.
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999.
Perry & Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Volume 1,Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Stuart, Gail Wiscarz, Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta .EGC, 1998.