Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Kajian-kajian mengenai hubungan seks yang baik mulai banyak diperbincangkan
dimana-mana, karena seks bisa dibilang sebagai salah satu pilar terpenting dari rumah
tangga. Seks sekarang bukan hanya saja sebagai ajang pelampiasan hasrat biologis, namun
juga sebagai ajang pembuktian dalam berbagai hal, seks juga dianggap sebagai aplikasi
dari perasaan cinta tertinggi seseorang kepada orang lain, maka dari itu seks harus diatur
sedemikian rupa sehingga mampu memberi kepuasan bagi pasangan yang melakukannya.
Aturan-aturan mengenai hubungan seks yang selama ini dibuat khusus untuk mengatur
suatu hubungan seks banyak terdapat di dunia medis atau kedokteran (ginekologi dan
seksiologi), namun jangan salah dulu, ada beberapa kitab dari masa lalu yang mengatur
tentang hubungan seks yang baik, seperti misalnya Kama Sutra dan Kama Tantra dari India
atau serat Centani dari Jawa. Kitab-kitab tersebut mewakili pemikiran-pemikiran kuno
(local wisdom) mengenai bagaimana cara berhubungan seks yang baik. Lalu bagaimana
dengan agama? Selama ini kajian seks mempunyai porsi yang relatif sedikit untuk
dibicarakan di dalam forum agama. Kama Sutra dan Kama Tantra sendiri bisa dibilang
merupakan perwakilan dari agama Hindu, walau memang pengaruh hindunya tidak begitu
kental. Di kalangan Islam sendiri tedapat berbagai macam kitab yang membicarakan
masalah hubungan seks yang baik baik secara general maupun detail, seperti misal kitab
Uqudullujain dan Qurratul Uyyun, sangat menarik memahami isi kedua
Ilmu tentang kandungan dan Ilmu yang mengkaji tentang hubungan seks.
kitab tersebut, karena selama ini kita tahu bahwa Islam adalah agama yang paling
disiplin menerapkan aturan mengenai hal-hal yang berhubungan tentang seks, pornoaksi,
dan pornografi. Kitab Qurratul Uyyun berisi mengenai penjelasan tentang hubungan seks
secara detail dan bukan sebagai konsumsi umum, melainkan lebih sering diajarkan di
pondok-pondok pesantren. Sedangkan kitab uqdullujen biasanya dipelajari di kajian-kajian

1
umum Islam, bahkan sekarang masyarakat bisa membaca dan memelajarinya sendiri
karena sudah tersedia kitab terjemahannya dalam bahasa Indonesia di toko-toko buku.
Mengacu pada sang pembawa ajaran tersebut. Tak terkecuali dalam ajaran Islam,
salah satu pedoman yang digunakan dalam pembelajarannya adalah dengan memahami
kitab-kitab karangan para ulama terdahulu, yang merupakan pencerminan dari sang Nabi,
Muhammad. Konsep mengenai budaya seksualitas diatas itulah yang dapat digunakan
sebagai alat atau kacamata untuk mendatang dan mengkaji serta memahami seksualitas
yang berdasar pada dogma agama. Bila seksualitas dilihat dengan menggunakan kacamata
agama, maka agama diperlakukan sebagai kebudayaan; yaitu: sebagai sebuah pedoman
bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh para warga masyarakat
tersebut. Agama dilihat dan diperlakukan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang
dipunyai oleh sebuah masyarakat; yaitu, pengetahuan dan keyakinan yang kudus dan sakral
yang dapat dibedakan dari pengetahuan dan keyakinan sakral dan yang profan yang
menjadi ciri dari kebudayaan.
Pada waktu seorang ahli antropologi melihat dan memperlakukan perilaku seks
yang benar menurut agama sebagai kebudayaan, maka yang dilihatnya adalah perilaku
seks sebagai keyakinan yang hidup yang ada dalam masyarakat manusia, dan bukan agama
yang ada dalam teks suci, yaitu dalam kitab suci Al Qur'an dan Hadits Nabi. Sebagai sebuah
keyakinan yang hidup dalam masyarakat, maka agama menjadi bercorak lokal; yaitu, lokal
sesuai dengan kebudayaan dari masyarakat tersebut. Mengapa demikian? untuk dapat
menjadi pengetahuan dan keyakinan dari masyarakat yang bersangkutan, maka agama
harus melakukan berbagai proses perjuangan dalam meniadakan nilai-nilai budaya yang
bertentangan dengan keyakinan hakiki dari agama tersebut dan untuk itu juga harus dapat
mensesuaikan nilai-nilai hakikinya dengan nilai-nilai budaya serta unsurunsur kebudayaan
yang ada, sehingga agama tersebut dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
berbagai unsur dan nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut. Dengan demikian maka
agama akan dapat menjadi nilai-nilai budaya dari kebudayaan tersebut.
Untuk itu dalam pembuatan makalah ini mudah-mudahan bisa memberikan
pemikiran yang positif mengenai seksualitas menurut konsep yang benar.

2
2. Perumusan masalah
Dengan realitas yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, untuk
mempermudah dan memperjelas arah makalah ini, akan dibagi menjadi beberapa
pertanyaan, yaitu : Bagaimana pola, peran dan eksistensi pembelajaran seksualitas yang
dipercaya berdasarkan konsep seksualitas?

3. Tujuan
Selain memang untuk memenuhi tuntutan akademis dari dosen pengajar mata
kuliah psikososial,dan juga rasa keingintahuan penulis untuk menelusuri bagaimana proses
pembelajaran hubungan seks sebelum menikah melalui konsep teori seksualitas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi. (Stevens: 1999). Sedangkan menurut WHO dalam
Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan
meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan,
kemesraan dan reproduksi.
Seksualitas adalah komponen identitas personal individu yang tidak terpisahkan
dan berkembang dan semakin matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak
sama dengan seks. Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal,
dan lingkungan. Fungsi biologis mengacu pada kemampuan individu untuk memberi dan
menerima kenikmatan dan untuk bereproduksi. Identitas dan konsep diri seksual psikologis
mengacu pada pemahaman dalam diri individu tentang seksualitas seperti citra diri,
identifikasi sebagai pria atau wanita, dan pembelajaran peran-peran maskulin atau feminin.
Nilai atau aturan sosio budaya membantu dalam membentuk individu berhubungan dengan
dunia dan bagaimana mereka memilih berhubungan seksual dengan orang lain. (Bobak:
2004)
2 aspek seksualitas:
1. Seksualitas dalam arti sempit
Dalam arti sempit seks berarti kelamin. Yang termasuk dalam kelamin adalah sebagai
berikut:
a. Alat kelamin itu sendiri
b. Kelenjar dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin
c. Anggota tubuh dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan laki-laki dan perempuan
d. Hubungan kelamin
2. Seksualitas dalam arti luas
Segala hal yang terjadi akibat dari adanya perbedaan jenis kelamin antara lain:
a) Perbedaan tingkah laku: lembut, kasar, genit, dll

4
b) Perbedaan atribut: pakaian, nama, dll
c) Perbedaan peran. (Mardiana: 2012)

B. Fungsi Seksualitas
1. Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya keinginan
yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum
menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang
secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan
kesuburannya.
2. Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan atau
kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan kenikmatan
khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
3. Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-sama
hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi dari keintiman
seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut berakar dari risiko
psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak, ditertawakan, mendapati bahwa
dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali dapat memadamkan gairah pasangan.
4. Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena sebab lain
(mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan), kita mungkin
menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
5. Meningkatkan harga diri
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum
dapat meningkatkan harga diri.
6. Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek maskulinitas,
dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada dalam posisi
dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan baik oleh pria dan

5
wanita dan karenanya sering merupakan aspek penting dalam dinamika hubungan.
Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke interaksi seksual,
menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah proses menimbulkan
efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus menjadi faktor dalam suatu
hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek yang penting dan menarik
dalam perilaku awal masa berpacaran.
7. Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah dominasi pada interaksi seksual pria-wanita adalah
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau terhadap
wanita itu sebagai pengganti wanita lain.
8. Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
9. Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan, misalnya
ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya resiko
tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi HIV dan
AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan respon
seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi beberapa
individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan respons
seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu bentuk
kesenangan yang dicari.
10. Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.( Glasier: 2005 )

6
C. Kesehatan Seksualitas
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang
bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam
menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma
dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau
gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan
laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

D. Pertumbuhan Dan Perkembangan Seks Manusia


Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Terdiri dari beberapa
tahap yaitu:
1. Tahap oral: Sampai mencapai umur sekitar 1-2 tahun, tingkat kepuasan seks dengan
menghisap puting susu ibu, dot botol, menghisap jari tangan, Dengan bayi baru dapat tidur
setelah disusui ibu, menghisap botol atau tidur sambil menghisap jarinya. Oleh karena itu
perilaku demikian tidak perlu dilarang.
2. Tahap anal: Kepuasan seks anak didapat melalui rangsangan anus saat buang air besar,
antara umur 3-4 tahun sering duduk lama ditoilet, sehingga kepuasannya tercapai.
3. Tahap falik: Terjadi sekitar umur 4-5 tahun, dengan jalan mempermainkan alat
kelaminnya.
4. Tahap laten: Terjadi sekitar umur 6-12 tahun. Tingkah laku seksual seolah-olah terbenam,
karena mungkin lebih banyak bermain, mulai masuk sekolah, dan adanya pekerjaan rumah
dari sekolah, Sehingga anak-anak cepat lelah dan lekas tertidur, untuk siap bangun pagi
dan pergi ke sekolah.
5. Tahap genital: Umur anak sekaitar 12-15 tahun. Tanda seks sekunder mulai berkembang
dan keinginan seks dalam bentuk libido mulia tampak dan terus berlangsung sampai
mencapai usia lanjut. Suara mulai berubah, keinginan dipuja dan memuja mulai muncul,
keingian dicumbu dan mencumbu pun mulai tampak. Saat ini masa yang sangat berbahaya,
sehingga memerlukan perhatian orang tua. Pada wanita telah mulai dating bulan
(menstruasi) dan pria mulai mimpi basah sehingga dapat menyebabkan kehamilan atau

7
hamil bila mereka melakukan hubungan seksual. Karena kematangan jiwa dan jasmani
belum mencapai tingkat dewasa, sehingga bila terjadi kehamilan yang tidak dihendaki,
memberikan dampak kejiwaan yang sangat menyedihkan. (chandranita :2009)
Berkembangnya seksualitas dan pertalian seksual
1. Remaja
Pada awal masa remaja, sebagian besar seksualitas berkaitan dengan penegasan identitas
gender dan harga diri. Pada saat awitan pubertas terjadi perubahan-perubahan di tubuh
yang berlangsung tanpa dapat diduga sementara perubahan-perubahan hormon
menimbulkan dampak pada reaktivitas emosi.
2. Pasangan dan awal perkawinan
Setelah perkawinan dimulai, tantangannya adalah membangun rasa aman dalam pertalian
seksual yang juga mulai kehilangan pengaruh pengalaman barunya. Pada tahap inilah
membangun komunikasi yang baik menjadi sangat penting untuk kelanjutan
perkembangan pertalian seksual. Apabila pasangan tidak mengembangkan cara-cara yang
memungkinkan pasangannya mengetahui apa yang mereka nikmati dan apa yang tidak
menyenangkan maka akan muncul masalah yang seharusnya dapat dihadapi dan
dipecahkan.
3. Awal menjadi orang tua
Kehamilan, dan beberapa bulan setelah kelahiran, menimbulkan kebutuhan lebih lanjut
akan penyesuaian seksual. Wanita besar kemungkinannya mengalami penurunan
keinginan seksual dan kapasitas untuk menikmati seks menjelang akhir kehamilnya karena
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan mekanis. Periode pascanatal, karena berbagai
alasan merupakan salah satu periode saat munculnya kesulitan-kesulitan seksual yang
apabila pasangan obesitas belum mengembangkan metode-metode yang sesuai untuk
mengatasinya, dapat menimbulkan kesulitan berkepanjangan. Masalah jangka panjang
yang paling sering dalam hali ini adalah hilangnya gairah seksual pihak wanita.
4. Usia paruh baya
Seksualitas pada hubungan yang sudah terjalin lama biasanya menghadapi hambatan yang
berbeda-beda. Pada tahap ini sesuatu yang baru dalam hubungan seksual telah lama hilang.
Bagi banyakorang halini tidak menimbulkan masalah. Mereka telah mengembangkan
bentuk kenyamanan intimasiseksual lain yang tetap menjadi bagian integral dari hubungan

8
mereka. Tetapi bagi yang lain, kualitas hubungan seksual yang rutin ini akan memakan
korban. Pada keadaan seperti ini stress di tempat kerja misalnya akan mudah menyebabkan
kelelahan dan memadamkan semua antusiasme spontan untuk melakukan aktivitas seksual.
Hubungan intim menjadi jarang dilakukan dan sebagai konsekuensinya dapat timbul
ketegangan dalam hubungan pasangan tersebut.
Pada kelompok yang lebih tua lagi masalah seksual yang kita hadapi terutama adalah
masalah ereksi pada pria dan hilangnya minat seksual pada wanita. Proses penuaan
memang menimbulkan dampak pada seksualitas tetapi tentu tidak selalu negatif. Pasangan
pada usia ini lebih kecil kemungkinannya meminta pertolongan dalam konteks keluarga
berencana atau kesehatan reproduksi.
(Glasier: 2005)

E. Respon Seksualitas
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut-turut. Normal
pada umumnya mengacu pada panjang siklus masing-masing fase, dan hasil bercinta yang
memuaskan. Empat tahapan siklus respon seksual :
1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit
sampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang
terjadi dalam fase ini meliputi:
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah

9
f. Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek,
hanya berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a. Kontraksi otot tak sadar
b. Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c. Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
d. Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e. Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke
tingkat fisiologis normal. Fase resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan seringkali
kelelahan. Sering kali perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke
aktivitas seksual dan kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu
pemulihan sebelum orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari
fase refraktori akan sering meningkat.

F. Dimensi Seksualitas
Seksualitas memiliki dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi Seksualitas seperti sosiokultural,
dimensi agama dan etik, dimensi psikologis dan dimensi biologis (Perry & Potter, 2005).
Masing-masing dimensi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan apakah
perilaku yang diterima di dalam kultur. Keragaman kultural secara global menciptakan
variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan menghadapi spectrum tentang
keyakinan dan nilai yang luas. Misalnya termasuk cara dan perilaku yang
diperbolehkan selama berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas
seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah
dan siapa yang diizinkan untuk menikah.
Setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam membentuk nilai dan
sikap seksual, juga dalam membentuk atau menghambat perkembangan dan ekspresi
seksual anggotanya. Setiap kelompok sosial mempunyai aturan dan norma sendiri yang
memandu perilaku anggotanya.

10
Peraturan ini menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan menggarisbawahi
perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana seseorang menemukan pasangan
hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan seks, dan apa yang mereka
lakukan ketika mereka melakukan hubungan seks.
2) Dimensi Agama dan etik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide tentang
pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas membentuk
dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang ditunjukan pada
seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang hubungan seks yang hanya
dalam perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan apa yang
benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat
mengakibatkan konflik internal.
3) Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa yang sesuai dan
dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan mengamati perilaku orangtua.
Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya.

Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus dan
nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual berhubungan
dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan kepada mereka tentang tubuh dan
tindakan mereka. Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara
berbeda berdasarkan jender.
4) Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan perempuan yang
ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur yang telah dibuahi
terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan seksual. Ketika hormone
seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia membentuk karakteristik laki-laki
dan perempuan. Hormon mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak
perempuan mengalami menstruasi dan perkembangan karakteristik seks sekunder, dan
anak laki-laki mengalami pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan
perkembangan karakteristik seks sekunder.

11
G. Permasalahan Seksualitas
Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:

a) Ketidaktahuan mengenai seks

Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak
orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal
dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak
memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas
informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks
di sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya
dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan pendidikan soal seks
kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan anak-anaknya tidur
dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-sama perempuan atau
laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya mandi bersama keluarga
atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-
jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak.
Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 15
tahun pada pria dan 12 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa pubertas
yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula, mereka mulai
tertarik kepada lawan jenisnya.

b) Kelelahan

Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalam
melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita
harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada waktu suami
istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarang
merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur.
Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskan

12
kebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal yang akhirnya bisa
memadamkan gairah seks.

c) Konflik

Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perang
terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendala
hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapat
mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan
negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan
pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa menyebabkan
sejumlah masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau sengaja menahan
diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya biasanya tidak baik dan
tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan. Kemarahan,
ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah seks.

d) Kebosanan

Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti
kerja malam. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai
ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yang
disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita oleh
kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yang
sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran
kenikmatan yang datang ketika melakukan hubungan seks dengan pasangan yang baru.
Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan bila bersenggama dengan mitra
baru.

H. Membantu Kesulitan Seksual


Kemampuan yang dapat sangat membantu tidak hanya memfasilitasi pasien dalam
mengekspresikan kekhawatiran mereka mengenai kesulitan seksual, tetapi juga dengan
mendengarkan secara empati. Tidak jarang, ini merupakan pertama kali pasien benar-benar
mengutarakan masalah mereka dan mampu melakukannya, makamasalah dan
kemungkinan-kemungkinan penyebabnya lebih mudah dibawa ke dalam perspektif. Pada

13
banyak kasus, mungkin tidak tersedia informasi mengenai respons seksual normal dan apa
yang dapat diharapkan. Hal ini dapat dengan mudah diperbaiki. Contoh-contoh umum
adalah asumsi bahwa pasangan harus mencapai orgasme bersama-sama atau bahwa pihak
wanita harus mengalami orgasme hanya melalui hubungan per vaginam.
Dengan cara berbicara dengan pasangan,kita dapat membantu mereka untuk lebih
memahami satu sama lain dan mengetahui arti pengalaman seksual bagi masing-masing.
Mendorong pasangan untuk berbicara secara lebih terbuka dan nyaman mengenai
perasaan-perasaan seksual mereka sering merupakan hal yang sangat penting, karena cara
tersebut dapat membuka jalan bagi pasangan untuk menyelesaikan sendiri masalahnya.
( Glasier: 2005 )

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesiimpulan
Sedangkan menurut WHO dalam Mardiana (2012) seksualitas adalah suatu aspek
inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender,
orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. Fungsi dari seksualitas
itu sendiri yaitu sebagai Kesuburan, Kenikmatan, Mempererat ikatan dan meningkatkan
keintiman pasangan, Menegaskan maskulinitas atau feminitas, Meningkatkan harga diri,
Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan, Mengungkapkan permusuhan,
Mengurangi ansietas atau ketegangan, Pengambilan resiko, Keuntungan materi.
Seksualitas dipengaruhi oleh beberapa dimensi yakni dimensi sosiokultural, dimensi
agama dan etik, dimensi psikologis, dan dimensi biologis. Ada banyak permasalahan
seksualitas yang antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan mengenai seks, kelelahan,
konflik, dan kebosanan.
Mudah-mudahan dengan makalah ini bisa memberikan pandangan yang benar
mengenai konsep seksualitas khususnya bagi remaja.

B. Saran
Masalah seksual merupakan masalah subyektif dan karena diagnosis sering kali
bergantung pada kesadaran orang untuk memeriksakan diri, masalah/gangguan seksual
sulit sekali untuk diidentifikasi, ditangani dan dipantau, terutama jika masalahnya bersifat
psikoseksual, untuk itu sebagai seorang perawat perlu adanya promosi kesehatan seksual
kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dengan benar konsep seksualitas untuk
meningkatkan kontrol dan meningkatkan kesehatan seksual mereka. Apalagi kepada
remaja yang rentan terlibat dalam perilaku seksual yang beresiko yang menyebabkan
infeksi menular seksual, kehamilan tidak diharapkan, dan kesehatan seksual yang buruk.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Chandranita, Ida Ayu dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
Glasier, Anna dan Ailsa Gebbie diterjemahkan oleh Brahm U. 2005. Keluarga Berencana Dan
Kesehatan Reproduksi, E/4. Jakarta: EGC
Mardiana. Aktifitas Seksual Pra Lansia dan Lansia yang Berkunjung ke Poliklinik Geriatric RS
Pusat Angkatan Udara dr. Esanawati Antariksa Jakarta Timur tahun 2011. Skripsi.
Depok. FKM UI
Reeder, Sharon J dkk diterjemahkan oleh Yati Afiyanti dkk. 2011. Keperawatan Maternitas:
Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga. Jakarta: EGC
Stevens, PJM. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid 2 Edisi 2. Jakarta: EGC
Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

16
MAKALAH
KONSEP DASAR SEKSUALITAS

DISUSUN OLEH :
DEDE MUSAMA JUNAEDI

MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI


2017

17
DAFTAR ISI

BAB I : Pendahuluan ..hal 1


A. Latar belakang ....hal 1
B. Perumusan masalah ....hal 3
C. Tujuan ......hal 3
BAB II : Pembahasan ...hal 4
A. Pengertian .....hal 4
B. Fungsi seksualitas ..hal 5
C. Kesehatan seksualitas .hal 7
D. Pertumbuhan dan perkembangan sek manusia ..hal 7
E. Respon seksualitas ...hal 9
F. Dimensi seksualitas ..hal 10
G. Permasalahan seksualitas .....hal 12
H. Membantu kesehatan seksualitas hal 13
BAB III : Penutup ,.....hal 15
A. Kesimpulan ..hal 15
B. Saran ....hal 15
DAFTAR PUSTAKA ..hal 16

18
19

Anda mungkin juga menyukai