Bab I
Pendahuluan
1
Ilmu tentang kandungan
2
Ilmu yang mengkaji tentang hubungan seks
1
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
kitab tersebut, karena selama ini kita tahu bahwa Islam adalah agama yang
paling disiplin menerapkan aturan mengenai hal-hal yang berhubungan
tentang seks, pornoaksi, dan pornografi. Kitab Qurratul Uyyun berisi
mengenai penjelasan tentang hubungan seks secara detail dan bukan
sebagai konsumsi umum, melainkan lebih sering diajarkan di pondok-pondok
pesantren. Sedangkan kitab uqdullujen biasanya dipelajari di kajian-kajian
umum Islam, bahkan sekarang masyarakat bisa membaca dan
memelajarinya sendiri karena sudah tersedia kitab terjemahannya dalam
bahasa Indonesia di toko-toko buku.
Dalam kasus ini, kampung Kejawan Lor yang kami teliti adalah sebuah
kampung nelayan yang sebagian besar memeluk agama Islam dan memiliki
tradisi Islam yang fundamental kaum Nahdiyin. Kajian-kajian Islam sering
diadakan secara rutin di masjid-masjid atau Musholla, tak terkecuali kajian
mengenai kitab uqudullujain yang memang mendapat porsi tersendiri untuk
diajarkan ke pada para pemuda maupun pemudi disana.
Seks, gender dan seksualitas adalah isu-isu yang sangat dekat
dengan ranah power atau kekuasaan. Hal ini yang mendorong kaum
perempuan untuk bisa melepaskan diri dari jeratan kultural kaum laki-laki
telah memasuki tahapan sangat menentukan. Tuntutan tradisional yang
sebelumnya hanya sebatas menuntut kesetaraan dalam status sosial
ekonomi, telah berubah menjadi tuntutan yang lebih modern. Dalam
kehidupan rumah tangga, tuntutan modern ini dimanifestasikan ke dalam
bentuk kesetaraan dalam hal pengambilan keputusan yang bersifat strategis
dalam pola hubungan suami-istri. Hal inilah yang merupakan salah satu
dasar atas ketertarikan kaum perempuan untuk aktif dalam pembelajaran
budaya seksualitas yang ”benar”. Secara implisit, hal ini memiliki makna
bahwa perempuan harus merubah tatanan kehidupan rumah tangga yang
cenderung mendeskreditkan perempuan melalui partisipasi aktif dalam
pembuatan kebijakan ”kepala keluarga”.
2
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
3
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
4
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
agama Islam yang faktanya adalah agama terbesar yang dipeluk oleh
penduduk Kejawan Lor. Kelompok kami melihat bahwa pembelajaran
mengenai hubungan seks yang baik lewat jalur agama sudah cukup lama
ada di Indonesia, namun belum ada penelitian yang khusus meneliti
mengenai hal tersebut, mengingat hal tersebut sangatlah unik karena masih
ada beberapa golongan yang menganggap berbicara masalah hubungan
seks dalam suatu forum agama adalah suatu hal yang tabu. Sehingga kami
berpikir bahwa perlu adanya suatu penelitian yang membahas detail
mengenai hal tersebut, dan disitulah kami memulainya. Kelompok kami
berharap bahwa hasil dari penelitian kami ini bisa dijadikan kerangka acuan
dalam memeperdalam kajian mengenai seks yang didasarkan oleh agama.
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yang diantaranya adalah:
secara ilmiah bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada
perumusan masalah di atas secara sistematis. Dengan penelitian yang
sistematis diharapkan masalah yang sudah terurai dapat digambarkan
jawabannya.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah meramaikan kembali wacana
dalam bentuk karya tulis bertajuk budaya seksualitas, khususnya pokok
masalah perilaku seks dalam kajian antropologi sosial yang dibahas secara
holistik3.
Sedang tujuan khusus dari penelitian ini adalah memberikan sebuah
thick description dalam fenomena tentang: pola, peran dan eksistensi
pembelajaran seksualitas yang dipercaya sebagai cara “benar” berdasarkan
ajaran agama. Dengan demikian penelitian deskriptif ini selain menjelaskan
pola-pola keteraturan, juga berusaha memberikan gambaran pola pikir dan
perilaku masyarakat dalam kehidupan keseharian, terkait dengan sistem
3 Holistik merupakan pendekatan dalam ilmu antropologi untuk melukiskan (suatu) kebudayaan sebagai suatu
kesatuan yang terintegrasi. Atau jaringan yang terkait untuk unsur-unsur kebudayaan itu secara fungsional
(Sudikan, 2001:56).
5
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
6
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
7
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
budaya seks (baik masyarakat agamis ataupun tidak), perlu kiranya dipahami
paradigma di balik gerakan dan teori feminisme. Dalam arti luas, kesadaran
feminis berkaitan dengan pemahaman bahwa perempuan telah mengalami
diskriminasi atas dasar seksualitas, maka perubahan sosial yang mendasar
kemudian diperlukan agar kepentingan-kepentingan perempuan dan
“kebutuhan”-nya terpenuhi.
Rosemarie Tong (1989 dalam Fakih 1999) dalam feminist thought,
menjelaskan ragam feminisme ke berbagai aliran feminisme, seperti:
feminisme liberal, feminisme radikal, feminisme Marxis, dan feminisme
sosialis. Sedangkan Linda L. Lindsey membagi feminisme ke dalam tiga
kelompok, yaitu feminisme liberal, feminisme sosialis, dan feminisme radikal.
Dari pembagian tersebut dimaksudkan untuk mempermudah analisis, bahwa
pola budaya pembelajaran seksualitas yang ”benar” bagi kaum hawa dalam
kepercayaan suatu masyarakat akan menunjukkan kecenderungan pada
salah satu aliran feminisme (lihat Fakih, 1999:10-12).
Teori-teori tentang strukturasi:
Fenomena atau keberadaan antara guru ngaji dan santri (pemuda-
pemudi kampung) dapat dikiaskan sebagai bentuk strukturasi yang berada di
dalam lembaga. Sebagai awal pemaparan dari teori strukturasi, Anthony
Giddens (2003) memulai pembahasan tentang pembagian-pembagian yang
telah memisahkan fungsionalisme (termasuk teori sistem) dan strkturalisme di
satu sisi dengan hermeneutika dengan berbagai bentuk ‘sosiologi
interpretatif’. Fungsionalisme dan strukturalisme memiliki beberapa kemiripan
yang jelas terlihat, meski ada pertentangan yang mencolok di antara kedua
faham itu. Strukturalisme dan fungsionalisme benar-benar menekankan
keunggukan keutuhan sosial atas bagian-bagian individualnya.
Jika sosio-interpretatif didasarkan pada imperialisme subyek,
fungsionalime dan strukturalisme mengusulkan digunakannya imperialisme
obyek sosial. Salah satu tujuan utama dalam merumuskan teori strukturasi
8
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
9
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
10
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
11
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
hal ini maka dalam sebuah laporan penelitian etnografi dapat dikatakan
sebuah “fiksi antropologis” (meminjam istilah Pendit, 2003) yang berupaya
keras mengungkapkan sebuah obyek penelitian dari sisi pandang peneliti.
Dalam hal ini dapat dikategorikan pula sebagai penelitian eksplorasi yang
bersifat emic. Jadi bukan menurut konsep dan tafsir peneliti.
Salah satu kritik terhadap etnometodologi (yang ditulis kembali oleh Pendit
2003:284-285) adalah pada keengganan peneliti menggunakan banyak
analisis teori dengan alasan ingin mengungkapkan sisi pandang obyek
penelitian sebagaimana adanya. Dengan kata lain etnometodologi lebih
mengutamakan bukti-bukti empiris daripada teori. Perdebatan tentang hal ini
sampai menimbulkan tuduhan bahwa karya etnografi adalah empirisme gaya
baru saja dan memicu perdebatan baru tentang hubungan atau pertentangan
antara pengetahuan berdasarkan teori dan pengalaman.
Terlepas dari kritik-kritik di atas, etnometodologi telah berkembang
dan diterima sebagai salah satu upaya untuk mengurangi “pengaruh ilmu
eksak” terhadap ilmu sosial. Sebagai sebuah pendekatan dalam metode
penelitian ilmiah, etnometodologi dianggap sudah dapat membantu para
ilmuwan sosial-budaya dalam memahami fenomena di masyarakat, --
khususnya dalam hal ini fenomena pola budaya pembelajaran seksualitas--
bukan sebagai benda-benda mati yang tidak berjiwa.
12
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
13
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
Dalam kondisi ini jika seorang peneliti mempelajari suatu budaya tertentu,
dimana budaya tersebut tidak dikenalnya, maka seorang peneliti diharuskan
menciptakan sebuah hubungan yang sinergis dan produktif dengan informan.
Sementra itu seorang peneliti juga diharuskan mempunyai sensitifitas yang
tinggi terhadap kemampuan membaca fenomena sosial yang sedang ia
amati.
4. Cukup waktu
Dalam pemilihan seorang informan, maka hal – hal yang harus mendapat
perhatian khusus adalah informan – informan yang mempunyai cukup waktu
luang dan bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian ini. Kemudian
dalam melakukan wawancara dengan informan, idealnya waktu-waktu yang
dipilih adalah siang dan sore hari atau waktu-waktu lain yang telah disepakati
antara peneliti dengan informan.
5. Non analitik
Informan yang bagus adalah ketika ia dapat memberikan sebuah respon
yang cukup positif terhadap setiap pertanyaan–pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti, tanpa ia harus memberikan sebuah analisa yang rumit terhadap
pertanyaan tersebut. Sehingga informasi yang didapat bersifat polos apa
adanya. Dan akhirnya informan – informan yang dipilih adalah informan yang
memenuhi kriteria – kriteria di atas.
I.8. Strategi pengumpulan data
Agar memperoleh informasi yang akurat mengenai terapi pola pembelajaran
hubungan seks, penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung
dan wawancara yang disertai dengan catatan lapangan. Dimana dengan
teknik tersebut dapat menghasilkan data ilmiah yang autentik dan
validitasnya dapat dipertanggung jawabkan.
14
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
15
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
1. Nama : Ani
Pekerjaan : Ibu rumah tangga dan Ketua RT
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Wanita
2. Nama : Maisaroh
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
3. Nama : Thariq Hamdan Fawaid
Pekerjaan : pelajar
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Nama : Ghanim
Pekerjaan : guru les privat
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
5. Nama : Siti Arifah
Pekerjaan : Guru fisika MTS
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
16
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
17
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
18
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
19
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
BAB II
Sejarah desa
20
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
21
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
22
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
1) senin
2) rabu
3) dan jum’at.
Dalam “mengajak”pun pria maupun wanita haruslah saling pengertian satu
sama lainnya, tidak bolah ada dominasi dari satu pihak saja, namun seperti
dalam kajian Islam lainnya Istri ditempatkan di pihak yang harus menurut apa
kemauan suami, termasuk saat meminta jatah berhubungan seks. Bahkan
menurut ajaran agama Islam, Istri yang menolak diajak untuk berhubungan
seks (selain pada saat menstruasi) mereka akan mendapat laknat Allah
sampai si suami memaafkannya. Hadistnya adalah:
“wanita mana saja yang diajak suaminya ke tempat tidurnya lalu ia
menunda-nunda hingga suaminya tidur, maka ia dilaknat Allah “ ( H.R.
Karena tingkat ke-religiusitas-an mereka tergolong tinggi, maka aturan-aturan
tersebut sangat efektif untuk diterapkan kepada mereka, sehingga di
kampung ini media pembelajaran seks melalui agama masih eksis dan
sangat digemari.
23
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
Bab III
Analisa Data
24
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
25
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
26
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
menular akan sangat medah menulari pasangannya. Apalagi anus tidak bisa
mengalami lubrikasi, sehingga sangat mudah pada dua alat kelamin baik itu
penis atau dinding anus terjadi luka akibat gesekan denga penis, dan bila
terjadi luka, maka penyakit akan cepat menular. Kedua dalam anus banyak
sekali terdapat bakteri yang merugikan sehingga bila kulit penis bergesekan
timbul luka lalu terkena bakteri dalam anus, maka akan beresiko terkena
penyakit akibat infeksi bakteri.
Agama Islam juga melarang umatnya untuk berhubungan seks saat
sang istri mengalami menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa saat sel-sel
telur yang tidak terbuahi keluar dalam bentuk gumpalan-gumpalan darah. Bila
dalam keadaan ini wanita dipaksa untuk berhubungan seks, maka
kemungkinan akan terkena kanker rahim. Mandi junub atau disebut mandi
besar adalah mandi…. Saat berhubungan seks manusia membakar kalori
sebanyak mungkin untuk menghasilkan tenaga, sehingga suhu tubuhpun
meningkat dan tubuh mengeluarkan keringat. Bila keringat ini bercampur
dengan bakteri, maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap serta
endapan keringat pada tubuh akan terasa lengket dan tidak nyaman ketika
akan beranjak tidur. Sehingga alangkah baiknya bila sesudah melakukan
hubungan seks, pasangan suami istri mandi junub.
Islam memang menempatkan posisi wanita dibawah lelaki dalam hal
seksualitas. Dengan adanya ayat-ayat yang kami tuliskan diatas bahwa,
wanita seakan diarahkan olah Islam agar menjadi individu yang penurut
disertai dengan “ancaman-ancaman” bila tidak melakukan apa yang suami
linginkan. Dalam seksualitas Islam, istri hanya diberi dua kesempatan
menolak suami saat mengajak berhubungan seks, yaitu: pada saat istri
sedang menstruasi dan pada saat suami mengajak istri untuk berhubungan
seks lewat anus. Hal ini sebenarnya cukup berbahaya, bila istri melakukan
hubungan seks tidak atas dasar ketulusikhlasan, maka akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan seperti yang kami tulis diatas. Bila terus menerus suami
27
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
yang aktif meminta, maka istri akan cenderung menunggu terus tanpa mau
berinisiatif terlebih dahulu, karena memang sudah terbiasa “dimintai”,
bukannya “meminta”. Hal ini akan membuat perempuan terus menerus
impulsif dan pasif dalam berhubungan seks. Karena istri sudah terbiasa
sebagai posisi penerima, dan ditempatkan pada posisi penurut.
28
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
Bab IV
Kesimpulan
. Hal-hal yang seperti kami ungkap di bab analisa data membuat kami
sedikit berpikir bagaimana agama bisa menjalankan perannya hingga begitu
detail, sampai ke mengatur hubungan seks yang baik pasangan suami istri.
Mungkin jawabannya terletak pada fungsi agama bagi manusia itu sendiri.
Agama sebagai pattern for behaviour mengatur tingkah laku manusia dan
berusaha mengarahkan manusia ke arah yang baik. Karena pada dasarnya
agama adalah media bagi umat manusia yang ingin hidup damai di bumi dan
di alam lainnya nanti. Aturan-aturan yang mengatur tingkah laku manusia ini
terkadang dianggap tidak bisa sejalan dengan ilmu pengetahuan modern.
Namun disini kami bisa membuktikan bahwa sebenarnya, dalam masalah
hubungan seks, agama dan ilmu pengetahuan modern bisa berjalan
beriringan dan mempunyai korelasi satu sama lain. Banyak aturan-aturan
agama mengenai hubungan seks yang ternyata bisa dijelaskan dan benar
menurut seksiologi modern. Mungkin bila kita lihat sepintas lalu, aturan-
aturan agama yang berkaitan dengan berhubungan seks tersebut hanya
menyentuh sisi luar,yang artinya hanya menyentuh pada sisi norma-norma,
filosofi, dan religinya saja. Namun bila kita selidiki lebih dalam lagi
sebenarnya aturan-aturan tersebut juga ikut menyangkut kesehatan alat
reproduksi, dan juga kesehatan tubuh kita sendiri. Kajian-kajian mengenai
kesehatan alat reproduksi ini tidaklah nampak diluaran, karena memang tidak
pernah dibahas dalam pengajarannya. Namun karena emosi keagamaan
yang kuat dari masyarakat Kejawan Lor, maka hal tersebut tidak pernah
dipertanyakan secara mendetail, Di kampung Kejawan lor mungkin sosialisasi
seksiologi tidak akan efektif, bila dibandingkan dengan sosialisasi hubungan
seks yang baik melalui media agama seperti misalnya di pengajian-pengajian
29
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
30
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
Daftar Pustaka
Abdullah, Irwan
1997 Sangkan Paran Gender, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bungin, Burhan.
2001 ‘Strategi Multi Farious-Method di Dalam Penelitian Media
Massa’ dalam Burhan Bungin, ed. Metode Penelitian Kualitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 199-214.
Dyson, L.
2001 ‘Peran Etnometodologi dalam Penelitian Sosial’ dalam Burhan
Bungin, ed. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, hlm. 117-121.
Fakih, Mansour
1999 Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Giddens, Anthony
2003 Teori Strukturasi Untuk Analisis Sosial, Pasuruan: Penerbit
Pedati
Lindsey, Linda L.
31
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
Moleong, Lexy J.
1988 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sevilla, Consuello G.
1992 Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia
Press
Soedjendro, J. Kartini
2005 Pilkada Berperspektif Gender, dalam http://www.suara-
merdeka.com/artikel/17Juni2005
Spreadley, James P.
1995 Metode Penelitian Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacara
32
Laporan PKL Mata Kuliah
Seksualitas
33