Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HIV/AIDS dan PMS Lainnya

“HERPES GENITAL & HERPES B VIRUS”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5

Cintya Verani Tayuyung 18111101026

Grashela Monica Sondakh 18111101048

UNIVERSITAS SAM RATULAGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaanNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi kami penulis.Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Herpes Genital...............................................................................................3


2.1.1 Pengertian Herpes Genital....................................................................3
2.1.2 Gejala Herpes Genital..........................................................................5
2.1.3 Penyebab Herpes Genital.....................................................................6
2.1.4 Diagnosis Herpes Genital.....................................................................6
2.1.5 Patofiologis Herpes Genital.................................................................8
2.1.6 Pengobatan Herpes Genital..................................................................8
2.1.7 Pencegahan Herpes Genital..................................................................9

2.2 Herpes B Virus................................................................................................10

2.2.1 Pengertian Herpes B Virus.....................................................................10

2.2.2 Tanda dan Gejala....................................................................................11

2.2.3 Patofisiologi...........................................................................................11

2.2.4 Pencegahan............................................................................................12

2.2.5 Pengobatan............................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................14

3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah orolabial atau herpes
orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes genitalis, dengan gejala khas berupa adanya
vesikel berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu
Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering
berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau
asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk
menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes simpleks genitalis.

Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang hidup dengan
infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi
dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221 juta pria yang
terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia terbanyak pada 25-39 tahun.

Penegakan diagnosis penyakit ini dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium. Penting untuk dapat melakukan diagnosis dengan benar serta penatalaksanaan
yang tepat pada pasien herpes simpleks genitalis. Pengobatan secara dini dan tepat dapat memberikan
prognosis yang lebih baik, yaitu masa penyakit berlangsung lebih singkat dan angka kejadian rekurensi
menurun. Pemberian edukasi juga merupakan aspek penting dalam penanganan herpes simpleks genitalis.
Pasien harus disarankan untuk kontrol ulang, disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama
lesi dan gejala masih ada, pemakaian kondom serta memeriksakan pasangan seksualnya. Semua itu
adalah upaya untuk mencegah transmisi dari penyakit ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Herves Genital dan Herpes B Virus

2. Gejala Herpes Genital danHerpesBVirus

3. Penyebab Herpes Genital

4. Diagnosis Herpes Genital

5. Pengobatan Herpes Genital dan Herpes B Virus

6. Pencegahan Herpes Genital danHerpes B Virus

7. Patogisologi Herpes Genital

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi dari Herpes Genital dan Herpes B Virus

4
2. Untuk mengetahui Gejala Herpes Genital dan Herpes B Virus

3. Untuk mengetahui penyebab herpes genital dan Herpes B Virus

4. Untuk mengetahui diagnosis herpes genital

5. Untuk memgetahui pengobatan herpes genital

6. Umtuk mengetahui pencegahan herpes genital

7. Untuk memgetahui patofisiologi herpes genital

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Herpes Genital

2.1.1 Definisi

Herpes kelamin atau herpes genital adalah penyakit menular seksual pada pria dan wanita, yang
menyebabkan luka melepuh di area kelamin. Namun, penderita herpes genital juga bisa tanpa gejala.

Herpes kemaluan adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini disebabkan oleh Herpes Simplex
Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di
kemaluan. Kedua virus ini dapat menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.

HSV tipe 1, tipe yang umumnya menyebabkan luka atau lecet pada daerah sekitar mulut. Tipe ini
ditularkan melalui kontak kulit, walaupun juga dapat menyebar ke daerah genital saat melakukan oral
seks.

HSV tipe 2, tipe yang umumnya menyebabkan herpes genital. Tipe ini ditularkan melalui kontak
seksual maupun kontak kulit, meskipun seseorang tidak memiliki luka terbuka pada tubuhnya.

Karena herpes genital bisa tidak menimbulkan gejala, banyak penderita yang tidak sadar bahwa
dirinya terkena penyakit ini. Oleh karena itu, perilaku seksual yang aman perlu dilakukan untuk
mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) ini.

Herpes Genital merupakan salah satu penyakit IMS yang sering menjadi masalah karena sukar
disembuhkan, sering rekuren juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada wanita tanpa gejala
atau asimptomatis.

2.1.2 Gejala Herpes Genital

Herpes genital sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun jika muncul, gejala yang terlihat berupa
luka lepuh di area kelamin. Luka tersebut biasanya terasa sakit dan gatal. Gejala ini dapat kambuh
beberapa kali dalam setahun. Namun seiring terbentuknya sistem kekebalan tubuh terhadap virus herpes,
frekuensi kekambuhannya akan berkurang.

Gejala Herpes Genital yaitu :

 Nyeri
 Gatal
 Luka kecil (mucul lebih dulu)
 Membentuk Bisul dan Koreng

6
Dan setelah infeksi awal, herpes genital menjadi tidak aktif didalam tubuh. Gejala dapat kambuh
selama bertahun-tahun.

2.1.3 Penyebab Herpes Genital

Virus herpes simpleks (HSV) adalah penyebab dari penyakit herpes genital atau herpes kelamin.
Penyebaran HSV paling sering terjadi melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi virus ini.
Selain itu, herpes genital dari ibu hamil juga dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya. Herpes
pada bayi juga bisa terjadi ketika bayi dicium oleh orang yang memiliki luka lepuhan akibat herpes di
mulutnya.

Herpes genital atau herpes kelamin disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang menular
melalui hubungan intim, baik lewat vagina (vaginal), mulut (oral), maupun anus (anal).

Penyebaran herpes genital terjadi melalui kontak langsung dengan luka, ludah, atau cairan kelamin
orang yang terinfeksi oleh HSV. Meski tidak mengalami gejala, penderita . Oleh karena itu, seseorang
yang bergonta-ganti pasangan seksual memiliki risiko yang lebih besar tertular herpes genital atau herpes
kelamin.

Setelah menginfeksi, virus herpes akan bertahan di dalam tubuh penderitanya. Sewaktu-waktu,
misalnya ketika daya tahan tubuh sedang lemah, virus dapat kembali aktif dan menimbulkan kekambuhan
gejala. Sistem kekebalan tubuh yang menurun ini dapat dipicu oleh kelelahan, penyakit tertentu,
menstruasi, stres, atau cedera.

Perlu diketahui, virus penyebab HSV tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Oleh karena
itu, infeksi ini tidak ditularkan melalui kontak dengan benda yang digunakan bersama penderita, seperti
handuk atau kloset.

2.1.4 Diagnosis Herpes Genital

Diagnosis herpes genital ditetapkan melalui pemeriksaan fisik, terutama pada luka lepuh di area
kelamin. Selain pemeriksaan luka, pemeriksaan sampel cairan luka juga bisa dilakukan oleh dokter kulit
untuk mengetahui keberadaan virus herpes. Dokter juga dapat melaksanakan pemeriksaan darah guna
mendeteksi keberaadaan virus herpes dan antibodi terhadap virus ini. Diagnosis klinis infeksi herpes
genitalis bila ditemukan kelompok vesikel multipel berukuran sama, timbulnya lama dan sifatnya sama
dan nyeri.

Diagnosis herpes genital dapat ditegakkan secara anamnesis dan pemeriksaan klinik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan lesi eritema atau vesikel berair. Pemeriksaan penunjang direkomendasikan
untuk meningkatkan reliabilitas dan membantu menentukan prognosis yang lebih tepat. Pemeriksaan
baku emas herpes genital adalah deteksi keberadaan virus menggunakan polymerase chain reaction
(PCR).

2.1.5 Patofisiologi

Patofisiologi herpes genital dimulai dari infeksi virus HSV 1 dapat terjadi apabila tendapat kontak
langsung dengan cairan tubuh penderita, sedangkan HSV 2 terjadi melalui hubungan seksual. Virus dapat
menetap di system saraf tepi (infeksi laten) dan suatu waktu dapat menimbulkan reaktivasi.

7
 Infeksi Primer

Virus herpes masuk kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, sama seperti virus herpes pada
penderita herpes simpleks. Glikoprotein yang berasal dari membran virus akan mengikat reseptor pada sel
inang yang selanjutnya memulai fusi antara sel dan membran virus. Virus kemudian melepaskan kapsid
dan tegumen yang mengandung DNA ke dalam sitoplasma sel inang. Setelah masuk ke sitoplasma,
kapsid dibawa ke nukleus melalui interaksi dengan minus-end-directed microtubule motor protein dynein.
Selama masuk dan transit ke nukleus, banyak tegument terlepas dari kapsid. Kapsid yang sebagian
tegumennya telah terlepas mengikat kompleks pori nuklir inang kemudian melepaskan DNA melalui
proses uncoating. 

Replikasi HSV terjadi di dalam inti sel dan membentuk singular DNA. Pada fase transkripsi, virus
akan membentuk 2 jenis mRNA yaitu immediate-early dan latency-associated
transcript (LAT). Immediate-early ditranslasikan untuk membentuk protein yang mengawali infeksi litik
sedangkan LAT membentuk protein untuk infeksi laten. Hasil translasi dari immediate-early membentuk
protein-protein yang membentuk virus, seperti kapsid, tegument, serta glikoprotein. DNA yang
digandakan oleh replisome akan disusun lagi membentuk virus-virus baru dengan mengambil membrane
sel inang. Sementara hasil translasi LAT membentuk protein yang berfungsi menjaga DNA virus tetap
berada dalam sel inang.

Secara klinis pada fase awal, terjadi prodrom beberapa jam hingga beberapa hari. Jaringan epitel yang
rusak menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh kemudian terjadi transfer DNA melalui akson menuju
ganglion sensorik sumsum tulang belakang dan menetap di sana dalam keadaan dorman. Aktivasi
kembali terjadi ketika virus bermigrasi melalui akson menuju ke kulit dan mukosa dan dikenal dengan
sebutan viral shedding dan tidak jarang pasien asimptomatik dapat menginfeksi pasien oleh karena viral
shedding ini.

 Infeksi Laten

Interaksi antara virus dengan sistem imun inangnya sehingga secara efisien mampu menginfeksi dan
bersifat laten masih belum diketahui secara sempurna. Ketika terjadi infeksi, HSV
melakukan downregulation ekspresi CD1d di permukaan sel dan menekan fungsi dari sel
NKT. Downregulation ini dapat terjadi karena adanya serin/ threonine protein kinase US3 yang
dihasilkan oleh HSV. 

2.1.6 Pengobatan Herpes Genital

Penderita herpes genital perlu diberikan obat antivirus. Obat antivirus ini bermanfaat untuk
memperpendek durasi kemunculan gejala dan mencegah penularan penyakit kepada orang lain. Namun,
obat antivirus tidak bertujuan untuk menghilangkan virus herpes dari dalam tubuh, karena sampai saat ini,
belum ada obat yang dapat membunuh virus herpes.Penderita yang terinfeksi HSV disarankan untuk
memberitahu pasangannya, agar pasangannya juga memeriksakan diri ke dokter.

Pengobatan Herpes Kelamin atau Herpes Genital bertujuan untuk :

 Mempercepat kesembuhan saat timbul gejala pertama kali

8
 Mengurangi keparahan Gejala

 Mengurangi kekeambuhan Gejala

 Meminimalkan penyebaran infeksi ke orang lain

Rasa tidak nyaman, seperti gatal dan nyeri akibat herpes kelamin dapat diatasi secara mandiri dengan
sejumlah langkah berikut :

 Bersihkan area luka dengan air biasa

 Kompres luka dengan es batu yang dibalut handuk atau kain

 Gunakan pakaian yang longgar untuk mengurangi rasa sakit pada area kulit yang mengalami luka
lepuh

pengobatan yang dilakukan secara dini dapat mengurangi gejala sistemik dan memcegah perluasan ke
saluran genital atas.

2.1.7 Pencegahan Herpes Genital

Upaya untuk mencegah penularan herpes genital adalah senantiasa melakukan hubungan seksual
yang aman dengan tidak bergonta-ganti pasangan. Jika pernah mengalami herpes genital, sebaiknya
bicarakan kondisi ini kepada pasangan dan sarankan pasangan untuk melakukan pemeriksaan agar dapat
segera diobati jika tertular.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah herpes genital, antara lain:

 Menggunakan kondom saat melakukan hubungan intim dengan pasangan yang tidak jelas status
infeksi menular seksualnya.

 Memeriksa status infeksi menular seksual secara berkala bagi individu yang berhubungan intim
dengan lebih dari satu pasangan.

 Menghindari berciuman jika diri sendiri atau pasangan memiliki luka pada daerah sekitar mulut.

2.2 Herpes B Virus

2.2.1 Definisi Herpes B Virus

Virus herpes B secara alami menginfeksi monyet kera dan merupakan kerabat dekat virus herpes
simpleks. Infeksi virus herpes B (virus B) sering terjadi pada kera. Infeksi primer virus B pada primata
mirip dengan infeksi virus herpes simpleks 1 pada manusia, tetapi virus B umumnya hanya menghasilkan
lesi lokal ringan pada inang alaminya. Namun pada manusia, virus B dapat menyebabkan infeksi parah
yang dapat menyebabkan kematian akibat ensefalitis. Kontak dengan air liur monyet, jaringan, atau cairan
jaringan adalah rute penularan virus B yang paling sering dilaporkan; satu kasus penularan dari orang ke
orang telah dilaporkan. Penularan melalui udara diduga terjadi sebagai akibat dari keadaan klinis pada

9
dua kasus yang dilaporkan, tetapi tidak ada bukti kuat yang mendukung hipotesis infeksi aerosol. Karena
infeksi virus B pada manusia seringkali berakibat fatal, maka kewaspadaan akan risiko infeksi virus B
harus ditekankan.

Infeksi virus B sangat jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah atau
kematian jika Anda tidak segera mendapatkan pengobatan. Orang biasanya terinfeksi virus B jika mereka
digigit atau dicakar oleh monyet kera yang terinfeksi, atau melakukan kontak dengan mata, hidung, atau
mulut monyet. Hanya satu kasus yang telah didokumentasikan dari orang yang terinfeksi menyebarkan
virus B ke orang lain.

2.2.2 Tanda dan Gejala

Orang yang terinfeksi virus monkeypox akan mulai menunjukkan gejala pertamanya setelah 6-16
hari setelah paparan.Periode ketika virus belum aktif memperbanyak diri di dalam tubuh ini dikenal
dengan masa inkubasi. Masa inkubasi virus cacar monyet bisa berlangsung antara 5-21 hari. Namun,
selama tidak memunculkan gejala seseorang tetap bisa menularkan virus cacar monyet kepada orang lain.
Dikutip dari laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemunculan gejala cacar monyet terbagi dalam
dua periode infeksi, yaitu:

 Periode invasi

Periode invasi terjadi dalam 0-5 hari setelah terinfeksi virusnya pertama kali. Saat seseorang
berada dalam masa invasi, dirinya akan menunjukkan beberapa gejala cacar monyet, seperti:

- demam

- sakit kepala hebat

- limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening)

- sakit punggung

- nyeri otot

- lemas parah (asthenia)

- Pembengkakan kelenjar getah bening itulah yang menjadi ciri pembeda antara cacar monyet
dengan jenis cacar lainnya. Infeksi cacar non-variola, seperti cacar air dan cacar api, tidak
menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.

 Periode erupsi kulit

Periode ini terjadi pada 1-3 hari setelah demam muncul. Gejala utama dalam fase ini adalah
munculnya ruam kulit. Ruam pertama kali muncul di wajah dan kemudian menyebar ke seluruh
tubuh. Wajah dan telapak tangan serta kaki adalah area yang paling terdampak ruam
ini.Kemunculan ruam juga bisa ditemukan pada membran mukosa yang terletak di tenggorokan,
area alat kelamin, termasuk jaringan mata dan kornea. Ruam yang terbentuk biasanya diawali

10
dengan bintik-bintik hingga berubah menjadi vesikel atau lenting, yaitu lepuhan kulit yang berisi
cairan. Dalam waktu beberapa hari, ruam akan berubah mengering membentuk kerak (keropeng)
di kulit. Perkembangan ruam mulai dari bintik hingga menjadi keropeng di kulit umumnya terjadi
dalam waktu kurang lebih 10 hari. Butuh waktu sekitar tiga minggu hingga seluruh keropeng
pada kulit tubuh bisa mengelupas dengan sendirinya.

1 bulan setelah terpapar virus, walaupun gejalanya juga dapat terlihat dalam 3 hingga 7 hari.
Perkembangan penyakit mungkin tergantung pada tempat infeksi dan umlah partikel infeksi yang
ditularkan Gejala bervariasi, tetapi mungkin termasuk Lepuh di dekat tempat infeksi Nyeri, mati rasa, dan
gatal di dekat luka Nyeri dan nyeri seperti flu Demam dan menggigil Sakit kepala yang berlangsung lebih
dari 24 jam Kelelahan Otot tidak terkoordinasi serta Sesak napas

2.2.3 Patofisiologi

Virus Herpes B adalah adalah virus herpes alfa yang khususnya bersifat enzootic (endemik pada
hewan) pada anggota rhesus (Macaca mulatta) dan cynomolgus (Macaca fascicularis) dari genus kera,
Macaca (seperti terlihat pada gambar di bawah). Di antara virus herpes primata bukan manusia , hanya
virus herpes B yang jelas dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

2.2.4 Pencegahan

Pencegahan utama cacar monyet adalah menghindari kontak langsung dengan hewan primata dan
pengerat, seperti monyet dan tupai, atau orang-orang yang sedang terinfeksi. Selain itu, beberapa langkah
pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah:

Rajin cuci tangan dengan air dan sabun, atau pembersih tangan berbahan dasar alkohol, terutama
sebelum makan, menyentuh hidung atau mata, dan membersihkan luka.Hindari berbagi alat makan atau
menggunakan sprei yang sama dengan orang yang terinfeksi cacar monyet.

2.2.5 Pengobatan

Apa saja pilihan obat untuk cacar monyet?

Sejauh ini belum ditemukan pengobatan khusus untuk cacar monyet di Indonesia, mengingat kasus
penyakit ini memang belum ditemukan di IndonesiaMeski belum ada pengobatan khusus, penyakit ini
dapat ditangani dengan mencoba mengendalikan gejala-gejala yang muncul melalui perawatan yang
bersifat suportif dan pengobatan melalui antivirus

Perawatan suportif tidak dapat menghentikan infeksi virus yang berlangsung, melainkan bertujuan untuk
meningkatkan kekuatan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi Selama mengalami gejala, Anda
dianjurkan untuk memperbanyak waktu istirahat serta mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi dengan
menjalani diet sehat secara ketat. Hendaknya Anda juga melakukan karantina diri dengan berdiam di
rumah dan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Jenis
antivirus yang digunakan untuk mengobati cacar monyet sekaligus mengantisipasi dampak penyakit
komplikasinya sama dengan anti virus yang digunakan untuk cacar (smallpox), yaitu cidofovir atau
tecovirimat. Pada kasus gejala yang parah, penderita dianjurkan untuk menjalani rawat inap di rumah
sakit untuk mendapatkan pengobatan intensif Untuk mengontrol dampak kesehatan dari penyakit ini,
pencegahan melalui vaksin cacar dan vaksin immunoglobulin menjadi solusi penanganan cacar monyet
yang utama.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) merupakan salah satu virus penyebab difeksi penularan
seksual yang meluas di seluruh dunia. HVS sendiridibagi menjadi doa tipe yakni HVS tipe 1 dan HVS
tipe 2. Penyakit herpesalat kelamin yang disebabkan oleh HSV anggota keluargaherpesviridae. H
erpessimplek / herpes alat kelamin merupakan penyakit infeksi yang disebabkan olehvirus simplek tipe 2
di mukosa alat kelamin.Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan orangyang suka
bergonta ganti pasangan seksual. PADA wanita hamil, bayi sangat beresiko terkena virus herpes. Virus
dapat ditularkan dari ibu ke bayinyamelalui plasenta selama kehamilan atau secara persalinan secara
normal.Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina seorang ibu yang Berwarna virusherpes (Dewi
Fajar Wati, 2017).

Penularan virus cacar monyet terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan virus dari hewan, manusia,
atau bahan yang terkontaminasi virus tersebut. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang pecah
(meski tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut). Penularan dari
hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, persiapan daging semak, kontak langsung
dengan cairan tubuh atau bahan luka, atau kontak tidak langsung dengan bahan lesi, seperti melalui alas
tidur yang terkontaminasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

MurtiastutikD,LaissaB.2017.GambaranKlinisHerpesSimpleksGenitalis.Vol.29.No1

Dapat di akses lewat : https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/viewFile/4149/2797

Sauerbrei, A. (2016). Herpes Genitalis: Diagnosis, Treatment, and Prevention. Geburtshilfe und
Frauenheilkunde, 76 (12), pp. 1310-7
Sauerbrei, A. (2016). Optimal Management of Genital Herpes: Current Perspectives. Infection and Drug
Resistance. 9, pp. 129-141
Centers for Disease Control and Prevention (2017). Sexually Transmitted Disease. Genital Herpes
American Academy of Dermatology (2018). Herpes Simplex
The American College Obstetricians and Gynecologists (2016). Genital Herpes
Mayo Clinic (2017). Disease and Conditions. Genital Herpes
WebMD (2018). Common Symptoms of Genital Herpes
WebMD (2018). 10 Ways to Reduce the Risk for Genital Herpes

13

Anda mungkin juga menyukai