Disusun oleh :
Novia Hernawati
1610104088
Tujuan ..................................................................................................................................... 3
BAB IV ................................................................................................................................... 28
Kesimpulan.............................................................................................................................. 28
Saran ....................................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat ALLAH SWT.Tuhan semesta
alam, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah penulis
yang berjudul patofisiologi gangguan sistem saraf stroke dan ballpalsy , Tujuan
penyusunan makalah ini sebagai salah satu pemenuhan tugas matakuliah patofisiologi
dalam kebidanan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi mencapai
kesempurnaan makalah berikutnya.
Sekian kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing, keluarga dan
semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan moral dan materi dalam
pembuatan makalah ini.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita.Aamiin
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nama sistem saraf berasal dari "saraf", yang mana merupakan bundel
silinder serat yang keluar dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk
menginervasi setiap bagian tubuh .Adapun sistem saraf terdiri dari dua macam
yakni sistem saraf pusat (terdiri dari semua sel saraf, otak dan urat saraf tulang
belakang) dan sistem saraf tepi (terdiri dari semua neuron yang menghubungkan
sistem saraf pusat dengan kelenjar- kelenjar, otot-otot dan reseptor sensorik).
Sistem saraf tepi juga dibagi dua yakni sistem somatik dan sistem otonom.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain
itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar
glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara
patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan
pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat
stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang
merusak jaringan otak (Rico dkk, 2010). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur.
Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun
keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%.
Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) 2
dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi
stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan
(5,7%). Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013,
prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem syaraf ?
2. Bagaimana anatomi sistem saraf?
3. Bagaimana sistem saraf stroke?
4. Bagaimana sistem saraf ballpalsy?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi
kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi sistem saraf
b. Mengetahui anatomi sistem saraf
c. Mengetahui sistem saraf stroke
d. Mengetahui sistem saraf ballpalsy
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf
ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan (Feriyawati, 2011). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu
bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling
kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan
kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls
saraf) (Bahrudin, 2012).
3
4
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b). Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak..
3. Saraf Pusat Manusia
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi
pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang
menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang
belakang.
4. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari
sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,
maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan
kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri
dari 7 pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis an 1 pasang dari segmen koxigeus
5. Saraf Tepi Manusia
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap
5
pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung,
mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan
motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem
saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.
a) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan
31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf
spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf
sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai
berikut.
1) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori.
2) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
3) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
b) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Sistem saraf
otonom ini dibedakan menjadi dua.
1) Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,
6
2. Etiologi Stroke
Pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih
sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia
yang lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun 9 predisposisi untuk
stroke termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC
(sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis.
a) Stroke Iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
7
yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum
hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
(Berry), ruptura malformasi arteriovena 11 (MAV), trauma; penyalahgunaan
kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik; penyakit
perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price, 2005).
3. Penyebab stroke
a) Penyebab stroke iskemik: Kondisi ini terjadi ketika darah yang membeku
menyumbat pembuluh darah. Jenis ini merupakan jenis yang biasa terjadi
pada orang lanjut usia.
b) Penyebab stroke hemoragik: Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di
dalam otak bocor atau pecah sehingga darah mengalir ke dalam otak atau ke
permukaan otak. Jenis stroke ini tidak seumum iskemik namun lebih
mematikan.
c) Penyebab stroke ringan: Kondisi ini terjadi ketika plak atau darah yang
beku pada pembuluh arteri menghambat pembuluh darah yang memasok
8
4. Patofisiologi
a). Stroke Iskemik
Menurut Smeltzer & Bare (2010) dan Price & Wilson (2010) tanda
dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau
tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau
pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua
mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan
terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
mati berhenti sementara atau tejadi beberapa perbaikan.
Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:
a) Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai
atau salah satu sisi tubuh
b) Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
c) Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
d) Penglihatan ganda
e) Pusing
f) Bicara tidak jelas (rero)
g) Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
h) Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
i) Pergerakan yang tidak biasa
6. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
11
a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
c) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &
Bare (2010) adalah:
a) . Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat
ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. b) Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah,
curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran
darah serebral.
c) Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral.
Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus lokal
D. Gangguam Sistem Saraf Bellpalsy
1. Definisi Bellpalsy
2. Penyebab
12
3. Patofisiologi
4. Penatalaksanaan
13
CONTOH KASUS
A. Contoh kasus stroke
Penderita dirawat di bagian saraf RSMH karena tidak bisa berjalan yang disebabkan
kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba.
Kurang lebih 3 jam SMRS, saat penderita sedang beraktivitas, tiba-tiba penderita
mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa
disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, penderita mengalami sakit kepala, mual
muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi
tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan
untuk beraktivitas. Penderita tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan,
tulisan dan isyarat. Saat penderita berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan
bicaranya pelo. Saat serangan penderita tidak mengalami jantung yang berdebar-debar
disertai sesak nafas.
penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak
rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak
ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada.
Penyakit seperti ini dialami untuk pertama kalinya.
14
15
Tn. N umur 42 tahun agama islam datang dengan keluhan wajah sebelah
kanan terasa lemas dan merot kr sisi kiri. Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien sering
tidur malam saat bangun tidur pasien mengeluh wajah sebelah kanan terasa lemas.
Kemudian pasien datang ke RSUP Dr Sardjto untuk memeriksakan dirinya kedokter
saraf setelah dilakukan pemeriksaan pasien dirujuk ke Rehabilitasi medik untuk
diberikan tindakan fisioterapi lebih lanjut dengan kondisi wajah sebelah kanan lemas
dan merot kekanan.
Hasil pemeriksaan fisik Inpeksi Inpeksi Statis: wajah tampak asimetris, alis
pada sisi lesi kanan lebih rendah dari pada kiri, mulut merot sisi kiri 7 Inpeksi
Dinamis: Kedipan mata yang lesi lebih lambat dari kedipan mata yang sehat. Saat
bersiul dan tersenyum wajah sebelah kanan belum bisa simetri.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sel saraf terdiri atas
milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia). Berdasarkan fungsinya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar.
Penyakit stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan rusaknya
jaringan otak. Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak akibat
penyumbatan / penyempitan ( infark) dan akibat perdarahan pembuluh darah otak (bleeding).
Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala-gejala menurunnya fungsi susunan saraf bisa
dibagi 2 jenis yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke hemoragik. Dengan cara pola hidup
yang sehat dapat mencegah penyakit stroke tersebut.
Sedangkan bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer wajah
(nervus fasialis) secara akut pada sisi sebelah wajah. Penyakit ini bersifat sembuh sendiri
(self-limited). Bell’s Palsy biasanya terjadi secara mendadak. Penderita setelah bangun pagi
mendapati salah satu sisi wajahnya asimetris. Gejala awal yang ringan seperti kesemutan di
sekitar bibir atau mata kering biasanya cepat menjadi berat dalam waktu 48 jam atau kurang.
B. SARAN
Demikian makalah yang saya susun, jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah
ini saya mohon kritik maupun saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bias memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA
Baugh, RF. et al., (2013). Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy, Otolaryngology-Head and
Neck Surg. J., Vol.149,pp.S1–S27.
Dona, R. 2015. Laki-laki 45 tahun dengan Bells palsy. Jurnal ilmiah kesehatan.
Snell, RS. (2012). Clinical Anatomy By Regions 9th Edition. Philadelphia, Lippincott
Williams & Wilkins.
De Almeida, JR. et al., (2014). Management Of Bell Palsy: Clinical Practice Guideline.
CMAJ : Canadian Med. Ass. J, Vol. 186(12), pp. 917– 922.
Geyer JD, Gomers CR. 2010. Stroke a practical approach. Lippincott Williams & Wilkins.
USA.
Bahrudin, M. (2012) Neuroanatomi dan Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. 1st edn. Edited by
J. Triwanto. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available at:
http://ummpress.umm.ac.id.
17