Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PATOFISIOLOGI GANGGUAN SISTEM SYARAF


STROKE DAN BELLPALSY DALAM KEBIDANAN

Disusun oleh :

Novia Hernawati
1610104088

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

Latar Belakang ......................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3

Tujuan ..................................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4

Pengertian Sistem Saraf ........................................................................................................... 4

Anatomi Sistem Saraf .............................................................................................................. 5

Patofisiologi Sistem Saraf Stroke ............................................................................................. 12

Patofisiologi Sistem Saraf Ballpalsy ......................................................................................... 20

BAB III Contoh Kasus ............................................................................................................. 26

BAB IV ................................................................................................................................... 28

Kesimpulan.............................................................................................................................. 28

Saran ....................................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat ALLAH SWT.Tuhan semesta
alam, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah penulis
yang berjudul patofisiologi gangguan sistem saraf stroke dan ballpalsy , Tujuan
penyusunan makalah ini sebagai salah satu pemenuhan tugas matakuliah patofisiologi
dalam kebidanan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi mencapai
kesempurnaan makalah berikutnya.
Sekian kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing, keluarga dan
semua pihak yang telah membantu memberikan dorongan moral dan materi dalam
pembuatan makalah ini.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
kita.Aamiin

Yogyakarta, 07 Oktober 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nama sistem saraf berasal dari "saraf", yang mana merupakan bundel
silinder serat yang keluar dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk
menginervasi setiap bagian tubuh .Adapun sistem saraf terdiri dari dua macam
yakni sistem saraf pusat (terdiri dari semua sel saraf, otak dan urat saraf tulang
belakang) dan sistem saraf tepi (terdiri dari semua neuron yang menghubungkan
sistem saraf pusat dengan kelenjar- kelenjar, otot-otot dan reseptor sensorik).
Sistem saraf tepi juga dibagi dua yakni sistem somatik dan sistem otonom.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain
itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar
glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara
patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan
pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat
stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena
terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang
merusak jaringan otak (Rico dkk, 2010). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi penyakit stroke di Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur.
Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun
keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%.
Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) 2
dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi
stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan
(5,7%). Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013,
prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala
1
2

stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara


(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah
sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama
(Kemenkes, 2013).
Bell’s palsy adalah suatu kelumpuhan saraf fasialis perifer yang bersifat
unilateral, penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), akut dan tidak disertai oleh
gangguan pendengaran, kelainan neurologi lainnya atau kelainan lokal. Diagnosis
biasanya ditegakkan bila semua penyebab yang mungkin telah disingkirkan
(Munilson dkk., 2012) Insiden sindrom ini sekitar 23 kasus per 100.000 orang
setiap tahun. Manifestasi klinisnya terkadang dianggap sebagai suatu serangan
stroke atau gambaran tumor yang menyebabkan separuh tubuh lumpuh atau
tampilan distorsi wajah yang akan bersifat permanen (Lowis, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem syaraf ?
2. Bagaimana anatomi sistem saraf?
3. Bagaimana sistem saraf stroke?
4. Bagaimana sistem saraf ballpalsy?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah patofisiologi
kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang definisi sistem saraf
b. Mengetahui anatomi sistem saraf
c. Mengetahui sistem saraf stroke
d. Mengetahui sistem saraf ballpalsy
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf
ke susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan (Feriyawati, 2011). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu
bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling
kompleks. Susunan saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan
kecepatan pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls
saraf) (Bahrudin, 2012).

B. Anatomi Sistem Saraf


1. Bagian – Bagian Sel Saraf
Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
a) Neuron
Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
1) Badan sel atau perikarion
2) Dendrit
3) Akson
2. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut
adalah sebagai berikut.
a). Gerak sadar

3
4

Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b). Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan
tidak melewati otak..
3. Saraf Pusat Manusia
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi
pada tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang
menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang
belakang.
4. Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari
sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu,
maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan
kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Sumsum tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang terdiri
dari 7 pasang dari segmen servikal, 12 pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis an 1 pasang dari segmen koxigeus
5. Saraf Tepi Manusia
Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum
tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap
5

pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke hidung,
mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan
motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem
saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerjanya, yaitu sebagai berikut.
a) Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan
31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf
spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf
sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai
berikut.
1) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf
sensori.
2) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut
merupakan saraf motorik.
3) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
b) Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom)
Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah
kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Sistem saraf
otonom ini dibedakan menjadi dua.
1) Saraf Simpatik
Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat
kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung,
memperbesar pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat,
6

antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan


menghambat kontraksi kantung seni.
2) Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan
saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak
jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat
pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara
kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal.
C. Gangguan Sistem Saraf Stroke
1. Definisi Stroke

Definisi stroke menurut WHO adalah penyakit gangguan fungsional


otak vokal maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak
yang terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian; akibat gangguan aliran darah
ke otak karena perdarahan maupun non perdarahan. Dengan kata lain stroke
dapat didefinisikan sebagai gangguan suplai darah ke otak .

2. Etiologi Stroke

Pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih
sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia
yang lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun 9 predisposisi untuk
stroke termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC
(sickle cell), homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis.

Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:

a) Stroke Iskemik

Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi
akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi
7

serebrum. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas: 1.


Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam waktu
kurang dari 30 menit, 2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND):
defisit neurologis membaik kurang dari 1 minggu, 3. Stroke In Evolution
(SIE)/Progressing Stroke, 4. Completed Stroke.

b) Stroke Hemoragik Stroke hemoragik

yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan
otak. Beberapa penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum
hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura aneurisma sakular
(Berry), ruptura malformasi arteriovena 11 (MAV), trauma; penyalahgunaan
kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik; penyakit
perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price, 2005).

3. Penyebab stroke

Penyebab stroke dapat terjadi akibat:

a) Penyebab stroke iskemik: Kondisi ini terjadi ketika darah yang membeku
menyumbat pembuluh darah. Jenis ini merupakan jenis yang biasa terjadi
pada orang lanjut usia.
b) Penyebab stroke hemoragik: Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah di

dalam otak bocor atau pecah sehingga darah mengalir ke dalam otak atau ke
permukaan otak. Jenis stroke ini tidak seumum iskemik namun lebih
mematikan.
c) Penyebab stroke ringan: Kondisi ini terjadi ketika plak atau darah yang
beku pada pembuluh arteri menghambat pembuluh darah yang memasok
8

darah ke otak. Kondisi ini menyebabkan aliran darah ke otak menjadi


tersumbat dan menimbulkan kondisi ini terjadi.

4. Patofisiologi
a). Stroke Iskemik

Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian: vaskular


dan metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh oklusi vaskular. Oklusi
vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli,
thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia
dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi
menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang
muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada pada otak akan
mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung
pada onset stroke yang tiba-tiba.
Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa
kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium
dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan
berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik. Selain pompa
natrium-kalium, pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu.
Gangguan ini menyebabkan influks kalsium yang melepaskan berbagai
neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang memperparah iskemia serta
mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan sawar darah otak juga terjadi,
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses di atas, yang
menyebabkan masuknya air ke dalam rongga ekstraselular yang berujung
pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga tiga sampai 5 hari dan sembuh
beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk dan
terjadi inflamasi.
9

Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan


berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar
glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan glikolisis dalam
keadaan iskemia.
Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorrhagik.
Perdarahan yang terjadi tidak selalu menyebabkan defisit neurologis.
Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini
dapat disebabkan oleh rusaknya sawar darah otak, sehingga sel darah
merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.
b). Stroke hemorrhagik

Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral


dan perdarahan subaraknoid.
1). Perdarahan Intraserebral
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam
parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superficial dan berjalan tegak lurus
menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman
kapiler.Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan
terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti serebelum,
batang otak, dan thalamus. Darah mendorong struktur otak dan
merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau
ke rongga subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan
serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala
seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah proyektil.
2). Perdarahan Subaraknoid
Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia
basalis, pons, serebelum dan thalamus. Perdarahan pada ganglia
10

basalis sering meluas hingga mengenai kapsula interna dan kadang-


kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem
ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid. Adanya perluasan
intraventrikuler sering berakibat fatal.
5. Tanda dan gejala

Menurut Smeltzer & Bare (2010) dan Price & Wilson (2010) tanda
dan gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau
tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau
pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua
mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas,
bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang
tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan
terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
mati berhenti sementara atau tejadi beberapa perbaikan.
Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:
a) Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai
atau salah satu sisi tubuh
b) Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
c) Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
d) Penglihatan ganda
e) Pusing
f) Bicara tidak jelas (rero)
g) Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
h) Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
i) Pergerakan yang tidak biasa
6. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
11

a) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
c) Tanda-tanda vital diusahakan stabil
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &
Bare (2010) adalah:
a) . Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat
ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. b) Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah,
curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran
darah serebral.
c) Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral.
Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
trombus lokal
D. Gangguam Sistem Saraf Bellpalsy
1. Definisi Bellpalsy

Bell’s Palsy pertama sekali dideskripsikan pada tahun 1821 oleh


seorang anatomis dan dokter bedah bernama Sir Charles Bell (Lowis &
Gaharu 2012). Bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf
perifer wajah secara akut (acute onset) pada sisi sebelah wajah (de
Almeida et al., 2014).

2. Penyebab
12

Etiologi Bell’s palsy terbanyak diduga adalah infeksi virus.


Mekanisme pasti yang terjadi akibat infeksi ini yang menyebabkan
penyakit belum diketahui. Inflamasi dan edema diduga muncul akibat
infeksi. Nervus fasialis yang berjalan melewati terowongan sempit
menjadi terjepit karena edema ini dan menyebabkan kerusakan saraf
tersebut baik secara sementara maupun permanen (Baugh et al. 2013).
Virus yang menyebabkan infeksi ini diduga adalah herpes simpleks (de
Almeida et al. 2014).

3. Patofisiologi

Saraf fasialis keluar dari otak di angulus ponto-cerebelaris


memasuki meatus akustikus internus. Saraf selanjutnyaberada di dalam
kanalis fasialis memberikan cabang untukganglion pterygopalatina
sedangkan cabang kecilnya kemuskulus stapedius dan bergabung dengan
korda timpani.Pada bagian awal dari kanalis fasialis, segmen
labirinmerupakan bagian yang tersempit yang dilewati saraf fasialis.
Foramen meatal pada segmen ini hanya memiliki diametersebesar 0,66
mm(Lowis & Gaharu, 2012). Otot-otot wajah diinervasi saraf fasialis.
Kerusakan pada saraf fasialis di meatus akustikus internus (karena
tumor), di telinga tengah (karena infeksi atau operasi), di kanalis fasialis
(perineuritis, Bell’s palsy) atau di kelenjar parotis (karena tumor) akan
menyebabkan distorsi wajah, dengan penurunan kelopak mata bawah dan
sudut mulut pada sisi wajah yang terkena. Ini terjadi pada lesi lower
motor neuron (LMN). Lesi upper motor neuron (UMN) akan
menunjukkan bagian atas wajah tetap normal karena saraf yang
menginnervasi bagian ini menerima serat kortikobulbar dari kedua
korteks serebral (Snell, 2012). 2012).

4. Penatalaksanaan
13

Terapi yang diberikan dokter umum dapat berupa kombinasi non-


farmakologis dan farmakologis (de Almeida et al., 2014) Canadian
Society of Otolaryngology- Head and Neck Surgery dan Canadian
Neurological Sciences Federation melakukan review terhadap beberapa
modalitas terapi Bell’s palsy. Mereka membuat review tentang bukti
penanganan Bell’s palsy dengan kortikosteroid dan antiviral, latihan fasial,
elektrostimulasi, fisio terapi dan operasi dekompresi. Mereka juga
membahas terapi perlindungan mata, rujukan spesialis, dan investigasi
lebih jauh pada pasien yang memiliki kelemahan wajah yang persisten dan
progresif. Mereka memberikan beberapa hal berikut sebagai hasil review:

 Diagnosa awal pasien Bell’s palsy harus meliputi pemeriksaan fisik


untuk menyingkirkan penyebab lain kelemahan wajah dan
menentukan derajat kelemahan, untuk terapi lebih lanjut.
 Kortikosteroid harus digunakan kecuali ada kontraindikasi pada
pasien dengan Bell’s palsy. Antiviral mungkin bisa digunakan pada
pasien dengan parese komplit atau parah (de Almeida et al, 2014).
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang sering terjadi akibat Bell’s palsy, adalah sebagai
berikut:  Regenerasi motor inkomplit yaitu regenerasi suboptimalyang
menyebabkan paresis seluruh atau beberapa muskulus fasialis. 
Regenerasi sensorik inkomplit yang menyebabkandisgeusia (gangguan
pengecapan), ageusia (hilangpengecapan), dan disestesia (gangguan sensasi
atau sensasiyang tidak sama dengan stimuli normal)  Reinervasi yang
salah dari saraf fasialis (Lowis & Gaharu, 2012)
BAB III

CONTOH KASUS
A. Contoh kasus stroke
Penderita dirawat di bagian saraf RSMH karena tidak bisa berjalan yang disebabkan
kelemahan pada sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba.
Kurang lebih 3 jam SMRS, saat penderita sedang beraktivitas, tiba-tiba penderita
mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai sesisi tubuh sebelah kanan, tanpa
disertai penurunan kesadaran. Saat serangan, penderita mengalami sakit kepala, mual
muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Tidak terdapat gangguan rasa pada sesisi
tubuh yang mengalami kelemahan. Penderita sehari-hari menggunakan lengan kanan
untuk beraktivitas. Penderita tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan,
tulisan dan isyarat. Saat penderita berbicara, mulutnya mengot ke arah kanan dan
bicaranya pelo. Saat serangan penderita tidak mengalami jantung yang berdebar-debar
disertai sesak nafas.
penderita memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak
rutin minum obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak
ada. Riwayat trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada.
Penyakit seperti ini dialami untuk pertama kalinya.

14
15

Contoh kasus Bellpalsy

Tn. N umur 42 tahun agama islam datang dengan keluhan wajah sebelah
kanan terasa lemas dan merot kr sisi kiri. Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien sering
tidur malam saat bangun tidur pasien mengeluh wajah sebelah kanan terasa lemas.
Kemudian pasien datang ke RSUP Dr Sardjto untuk memeriksakan dirinya kedokter
saraf setelah dilakukan pemeriksaan pasien dirujuk ke Rehabilitasi medik untuk
diberikan tindakan fisioterapi lebih lanjut dengan kondisi wajah sebelah kanan lemas
dan merot kekanan.

Hasil pemeriksaan fisik Inpeksi Inpeksi Statis: wajah tampak asimetris, alis
pada sisi lesi kanan lebih rendah dari pada kiri, mulut merot sisi kiri 7 Inpeksi
Dinamis: Kedipan mata yang lesi lebih lambat dari kedipan mata yang sehat. Saat
bersiul dan tersenyum wajah sebelah kanan belum bisa simetri.

Pada pemeriksaan ini pasien diminta untuk menggerakan secara aktif.


Menutup mata sebelah kanan masih belum rapat. Bersiul Asimetris ke kiri.
Mengangkat alis belum simetris. Mengerutkan dahi belum simetris. Saat tersenyum
sudut bibir berdiviasi kesisi kiri
16

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sel saraf terdiri atas
milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia). Berdasarkan fungsinya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat
dibagi menjadi neuron unipolar, bipolar dan multipolar.
Penyakit stroke adalah penyakit pembuluh darah otak yang ditandai dengan rusaknya
jaringan otak. Ada 2 macam penyakit stroke, yaitu kerusakan jaringan otak akibat
penyumbatan / penyempitan ( infark) dan akibat perdarahan pembuluh darah otak (bleeding).
Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala-gejala menurunnya fungsi susunan saraf bisa
dibagi 2 jenis yaitu stroke iskemik (infark) dan stroke hemoragik. Dengan cara pola hidup
yang sehat dapat mencegah penyakit stroke tersebut.
Sedangkan bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer wajah
(nervus fasialis) secara akut pada sisi sebelah wajah. Penyakit ini bersifat sembuh sendiri
(self-limited). Bell’s Palsy biasanya terjadi secara mendadak. Penderita setelah bangun pagi
mendapati salah satu sisi wajahnya asimetris. Gejala awal yang ringan seperti kesemutan di
sekitar bibir atau mata kering biasanya cepat menjadi berat dalam waktu 48 jam atau kurang.

B. SARAN
Demikian makalah yang saya susun, jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah
ini saya mohon kritik maupun saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bias memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA

Baugh, RF. et al., (2013). Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy, Otolaryngology-Head and
Neck Surg. J., Vol.149,pp.S1–S27.

Dona, R. 2015. Laki-laki 45 tahun dengan Bells palsy. Jurnal ilmiah kesehatan.

Philadelphia W. Merritt’s Neurology. Neurology Asia. 2010;15(1):101.

Smeltzer & Bare,2010.patofisiologi: kosep klinis proses-proses penyakit.jakarta,EGC.

Price & Wilson,2010.patofisiologi: buku saku/elizabeth J.corwin,EGC.


Lowis, H., Gaharu, MN. (2012). Bell’s Palsy, Diagnosis dan Tata Laksana di Pelayanan
Primer. J of Indonesia Med. Ass.,Vol.62(1), pp.32

Snell, RS. (2012). Clinical Anatomy By Regions 9th Edition. Philadelphia, Lippincott
Williams & Wilkins.

De Almeida, JR. et al., (2014). Management Of Bell Palsy: Clinical Practice Guideline.
CMAJ : Canadian Med. Ass. J, Vol. 186(12), pp. 917– 922.

Geyer JD, Gomers CR. 2010. Stroke a practical approach. Lippincott Williams & Wilkins.
USA.

Bahrudin, M. (2012) Neuroanatomi dan Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. 1st edn. Edited by
J. Triwanto. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available at:
http://ummpress.umm.ac.id.

Feriyawati, L., 2011, Sistem Kardiovaskuler, Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran,


Universitas Sumatera Utara, Medan.

17

Anda mungkin juga menyukai