Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BUDAYA KESEHATAN DI SUKU SUNDA


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikososial & Budaya Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Wulan Novika Ambarsari., MAN

Disusun Oleh :
Agatha Sukmawati C.0105.20.001
Agus Winanjar C.0105.20.002
Aidatul Muzarokah C.0105.20.003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Budaya Kesehatan di Suku Sunda”
tepat waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis kita limpahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman
yang penuh ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Ibu Ns.
Wulan Novika Ambarsari.,MAN pada mata kuliah Psikososial dan Budaya Keperawatan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Budaya Kesehatan di Suku
Sunda bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Wulan Novika Ambarsari.,MAN selaku dosen
mata kuliah Psikososial dan Budaya Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang di tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, 01 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................3
2.1 Persepsi masyarakat suku sunda terhadap penyebab penyakit.............................................3
2.2 Kebiasaan masyarakat sunda yang bertentangan dengan Kesehatan...................................4
2.2 Contoh kasus pada pasien yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan..................................5
2.3 Peran perawat terhadap budaya suku sunda..........................................................................5
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................6
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................6
3.2 Saran...........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa
indonesia. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai, karena selain
merupakan ciri khas dari suatu daerah juga menjadi lambing dari kepribadian suatu bangsa
atau daerah.
Suku sunda Secara antropologi-budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut suku bangsa
Sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasaibu bahasa Sunda
serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempattinggal di daerah
Jawa Barat, daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau TatarSunda. Kebudayaan
Sunda Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII Pasal 32 dikatakan,
kebudayaan bangsa ialah yang timbul sebagai buah usaha budayarakyat Indonesia
seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak- puncak kebudayaan di
daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan
harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan,dengan tidak menolak bahan-
bahan baru dari kebudayaan bangsa sendiri, sertamempertinggi derajat kemanusiaan bangsa
Indonesia. Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh
para pembentuknya dan generasiselanjutnya yang diwarisi.
Masyarakat Sunda adalah salah satu suku di Indoneisa yang mayoritas beragamaIslam.
Sekitar 80% masyarakat Sunda beragama Islam dan sisanya beragama Katolik,Kristen,
Hindu dan Buddha. Dalam kehidupan masyarakat Baduy, meskipun mereka telah mengenal
agama Islam, namun dalam praktik kehidupan sehari-harinya mereka masih menjalankan
praktik-praktik sinkretisme dan mistik. Sunda merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia
yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam. Adat istiadat yang diwariskan
leluhurnya pada masyarakat sunda masih dipelihara dan dihormati. Tidak terkecuali adat
istiadat yang dilakukan berkaitan dalam periode reproduksi manusia, karena periode ini
dianggap sakral dan penting sebagai periode menyambut generasi penerus keturunan sebuah

1
keluarga dalam masyarakat. Adat istiadat selama periode reproduksi dikenal memiliki
upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti : upacara adat masa kehamilan, masa
kelahiran, masa nifas, masa bayi. Upacara adat tersebut dilakukan sebagai ungkapan rasa
syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir batin, dunia dan akhirat kepada
Tuhan YME. Disamping upacara adat, banyak juga tabu/larangan dari pendahulu masyarakat
sunda yang diwariskan untuk tidak dilakukann selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.
Berbagai upacara adat dan kebiasaan/ritual masyarakat sunda tersebut dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan anak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
merasa perlu membahas dalam makalah tinjauan aspek antropologi keschatan dalakı budaya
sunda yang berkaitan dengan kehamilan. persalinan dan nifas serta bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana persepsi masyarakat suku sunda terhadap penyebab penyakit ?
2. Bagaimana kebiasaan masyarakat sunda yang bertentangan dengan Kesehatan ?
3. Bagaimana contoh kasus pada pasien yang menjunjung tinggi nilai budaya ?
4. Bagaimana peran perawat terhadap budaya suku sunda ?

1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan persepsi masyarakat suku sunda terhadap penyebab penyakit.
2. Mendeskripsikan kebiasaan masyarakat sunda yang bertentangan dengan Kesehatan.
3. Mendeskripsikan contoh kasus pada pasien yang menjunjung tinggi nilai budaya.
4. Mendeskripsikan peran perawat terhadap budaya suku sunda.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persepsi masyarakat suku sunda terhadap penyebab penyakit


Dalam adat-istiadat masyarakat sunda lama dikenal beberapa kebiasaan. Misalnya, saat
bayi masih dalam kandungan ada berbagai macam upacara dan pantangan yang harus
dijalankan. Seorang ibu yang sedang hamil sering mempunyai keinginan atau perilaku yang
aneh-aneh. Hal ini dianggap sebagai “bawaan” bayi yang dikandungnya. Ada ungkapan nurut
buat, artinya yang dilakukan orang tua si bayi dapat berpengaruh pada bayi yang dikandung
sehingga ayah si bayi, misalnya, dilarang menyembelih atau menyabung ayam karena bisa
berpengaruh buruk kepada si bayi. Ketika usia kandungan sudah mencapai delapan bulan,
biasanya diadakan upacara selamatan bubur lolos agar si bayi dapat dilahirkan dengan lancar.
Contoh diatas yang berlaku dimasyarakat sunda dahulu, sebagiannya masih dilakukan oleh
masyarakat Sunda sekarang. Bila seorang bayi sakit panas, si ibu menyembur si bayi dengan
kunyahan panglay (semacam kunyit besar),dan membakar kemenyan. Di sini tampak, bahwa
penyembuhan dengan mengandalkan obat tradisional dibarengi dengan usaha yang lebih
bersifat adikodrati (supranatural). Bila seorang bayi menangis terus menerus, dibakarkan
kemenyan pada tempat tembuni dikubur atau tempat menghanyutkannya karena tembuni
dianggap sebagai saudara kembar si bayi. Adat kebiasaan tersebut menunjukkan, bahwa
masyarakat Sunda dahulu sebenarnya sudah mengenal budaya sehat yang berkaitan dengan
kehidupan seorang manusia saat masih dalam kandungan dan ketika baru lahir, meskipun
mereka menghubungkan gejala tentang sesuatu dengan hal-hal yang abstrak.
Dan sebagian diantaranya : tidak boleh bermain pada waktu matahari terbenam,bisa
diganggu setan,jangan makan makanan yang masam-masam pada saat matahari sudah
terbenam mengakibatkan ditinggal mati ibunya, dan tidak boleh melangkahi padi, akibatnya
mendapat penyakit yang disebabkan oleh setan.
Seperti yang diuraikan di atas, dialektika pamali (pantangan/larangan) yang diberikan
oleh orang tua tidak lebih untuk menasihati anak-anaknya agar mau memperhatikan dan
menghormati perkataan yang disampaikan kepadanya. Mereka ditakut-takuti, tujuannyaagar
ia dapat menyadari bahwa apabila ia melakukan kesalahan akibatnya akan iatanggung

3
sendiri. Sehingga kedepannya ia dapat menjadi manusia yang beragama,mengetahui baik dan
buruk, dan prilaku sopan.

2.2 Kebiasaan masyarakat sunda yang bertentangan dengan Kesehatan


Adapun mitos-mitos dan Fakta Budaya Jawa seputar masa Kehamilan, Persalinan dan
Nifas yangberkaitan dengan kesehatan ibu dan anak yang masih dipercaya oleh sebagian
masyarakat dipamoyanan kec. Kadipaten kab. Tasikmalaya, yaitu:
ibu hamil dilarang melilitkan handuk di leher agar anak yang dikandungnya tak terlilit tali
pusat.Fakta : Ini pun jelas mengada-ada karena tak ada kaitan antara handuk di leher dengan
bayi yangberada di rahim. Secara medis, hiperaktivitas gerakan bayi, diduga dapat
menyebabkan lilitan talipusat karena ibunya terlalu aktif.
- Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.Fakta:
Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet / kembar siam tidak
dipengaruhioleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini hanyalah
sebuah mitos.
- “Amit- amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"- nya orang
hamilketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, dan sebagainya dengan
harapan janin terhindar dari kejadian tersebut. Fakta : secara psikologis, perilaku tersebut
justru dapat berujung pada ketakutan yang tidak bermanfaat.
- Dipakaikan gurita agar tidak kembung. Fakta: Mitos ini tak benar, karena organ dalamtub
uh malah akan kekurangan ruangan. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan
untukpertumbuhan organ-organ seperti rongga dada dan perut serta organ lain akan
terhambat.Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas
dilonggarkan,sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang.
- Dibedong agar kaki tidak pengkor. Faktanya: Bedong bisa membuat peredaran darahbayi
terganggu lantaran kerja jantung memompa darah menjadi sangat berat. Yang
jelas,pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki.
- Timbulnya penyakit sebagai pertanda
- Demam atau diare yang terjadi pada bayi dianggap pertanda bahwa bayi tersebut
akanbertambah kepandaiannya, seperti sudah bisa untuk berjalan.

4
- Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin. Fakta: Pemberian vitamin yang
berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan.

2.2 Contoh kasus pada pasien yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan
Seorang pasien lansia dirawat di RS karena mengalami DM (Diabetes Militus), perawat
melihat pasien ini menggunakan jimat karena dibudayanya memang memiliki kebiasaan
menggunakan jimat yang diyakininya, biasa menjaganya dari gangguan makhluk gaib.
Sebagai seorang perawat, kita mesti menghargai kepercayaan dan tidak menyuruh untuk
melepasnya.

2.3 Peran perawat terhadap budaya suku sunda


Peran perawat dalam memperbaiki Kesehatan masyarakat yang beragam pada umumnya
mengacu pada berbagai prinsip seperti melakukan pengkajian kulturologis (ilmu budaya),
melakukan self assessment secara kebudayaan, mencari pengetahuan mengetahui budaya
lokal, mengenai aspek politik dari kelompok yang beragam beserta kebudayaan,
meningkatkan kepekaan dan menyediakan pelayanan yang kompoten secara cultural.
Peran perawat dalam restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatanya. Perawat berusaha merekontruksasikan gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suku sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di jawa. Suku sunda memiliki
kharakteristik yang unik yang membedakannya dengan masyarakat suku lain.
Kekharakteristikannya itu tercermin dari kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama,
Bahasa, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya.
Kebudayaan yang dimiliki suku sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat makalah suku
sunda ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku sunda
tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada kelanjutannya dapat
bermanfaat dalam dunia Pendidikan.

3.2 Saran
Sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga Kesehatan sebelum melakukan adat atau
budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak membahayakan bagi kondisinya.
Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk Kesehatan. Jika kita lihat dari
akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut tidak baik, maka tidak boleh diikuti
lagi.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/15673982/
ANTROPOLOGI_KESEHATAN_PADA_BUDAYA_SUNDA
https://id.scribd.com/document/410965146/antropologi-kes-ehatan-suku-sunda-docx
https://id.scribd.com/document/463619759/Kel-3-Reguler21B-TRANSCULTURAL-
NURSING-DALAM-SUKU-SUNDA-docx diakses pada tanggal 01 desember 2021, 16.49
http://widanurulwahidah.blogspot.com/2013/12/hubungan-budaya-dengan-kesehatan.html?
m=1 diakses pada tanggal 01 desember 2021, 19.50

Anda mungkin juga menyukai