Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


KATARAK
Dosen pemampu :

Disusun oleh :
Ajeng Allya N C.0105.20.068
Cepi Aria C.0105.20.042
Heriawati C.0105.20.049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
KATARAK
A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah
terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa. Umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Thalia,2019).
Ada beberapa jenis kataran menurut (WebMD 2018), yaitu katarak
nuclear, katarak kortikal, katarak subscapular posterior, katarak traumatic, katarak
sekunder, katarak radiasi, katarak lumelar atau zonular, katarak polar posterior,
katarak polar anterior, katarak pohon natal, katarak brunescant, dan katarak
diebetik, yang tampak seperti kepingan salju.
Menurut data terakhir dari (WHO 2018), Katarak menyebabkan 51% dari
kebutaan penduduk dunia yang mewakili sekitar 20 juta orang. Jumlah orang yang
mengidap katarak diperkirakan semakin bertumbuh dari waktu kewaktu. Katarak
merupakan penyebab penting dari lemahnya penglihatan baik dinegara maju
maupun berkembang. Diindonesia seperti dilansir dalam situs departemen
kesehatan, diperkirakan setiap kasus katarak bertambah sekitar 250.000 orang
pertahun.
B. Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi
pada usia lanjut dan bisa di turunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok, atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkn
oleh cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) maupun obat- obatan
tertentu (misalnya kortikosteroid) (Nurarif, 2015).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir.
Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara
autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
a. Infeksi kongenital, seperti campak jerman
b. Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
a. Penyakit metabolik yang diturunkan
b. Riwayat katarak dalam keluarga
c. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan (Nurarif, 2015).
C. Klasifikasi
Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.
Katarak pada orang dewasa di kelompokkan menjadi:
a. Katarak immatur: lensa masih memiliki bagian yang jernih.
b. Katarak matur: lensa sudah seluruhnya keruh.
c. Katarak hpermatur: bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui
kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnnya
(Nurarif, 2015).
D. Manifestasi klinis
a. Penglihatan kabur seperti melihat kabut atau asap
b. Pupil mengecil akibat kekeruhan pada lensa
c. Merasa silau atau melihat cahaya yang terlalu terang
d. Pada pupil terdapat bercak putih/leukokoria
e. Mata sering berair
E. Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa karena adanya keseimbangan
antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam
membrane semipermeable. Apabila terjadi penignkatan jumlah protein dalam
lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga embentuk massa
transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan disintegrasi pada serabut tersebut
mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan (Thalia, 2019).
F. Pathway
G. Komplikasi
a. Glaucoma
b. Uveitis
c. Kerusakan endotel kornea
d. Seumbatan pupil
e. Edema macula sistosoid
f. Endoftalmitis
g. Fistula luka operasi
h. Pelepasan koroid
i. Bleeding
H. Penatalaksaan
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula posterior
dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru pada ekstrasi
ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan
lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason
frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel
yang kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung
pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada
kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat
secara lembut. Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang
dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa kristalina
bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal
yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik,
namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami
relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan
mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu
penyesuaian yang lama sampai pasien dapat mengkoordinasikan
gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan
pandang yang terbatas.
2. Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka
yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat
lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi
sulit, karena kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan,
sehingga pasien memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan
pembersihan lensa.
3. Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan
ukuran normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa
apakia. Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di
kamera anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang
menjalani ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture
tanpa sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.
I. pemeriksaan penujang
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
J. Konsep dasar keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile
terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi
pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi
pada usia > 40 tahun.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko katarak.
b. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Katarak terlihat tampak hitam terhadap reflex fundus ketika mata
diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak di daerah nucleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan
lain yang menandakan penyebab ocular katarak dapat di temukan, antara
lain deposisi pigmen pada lensa menunjukan inflamasi sebelumnya atau
kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

c. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 Tanda dan gejala mayor Trauma, degeneratif, Gangguan
Subjektif penyakit lain persepsi sensori
1. Mendengar suara bisikan | visual
atau melihat bayangan Perubahan serabut,
2. Merasakan sesuatu melalui kompresi central,
indra perabaan, penciuman, jumlah protein
atau pengecapan. meningkat
Objektif |
1. Distorsi sensori Densitas, keruh
2. Respons tidak sesuai |
3. Bersikap seolah melihat, Katarak
mendengar, mengecap, |
meraba, atau mencium Menghambat jalan
sesuatu cahaya
Tanda dan gejala minor |
Subjektif Penurunan ketajaman
1. Menyatakan kesal penglihatan
Objektif |
1. Menyendiri Penglihatan
2. Melamun berkurang/buta
3. Konsentrasi buruk |
4. Disorientasi waktu, tempat, Gangguan persepsi
orang atau situasi sensori visual
5. Curiga
6. melihat ke satu arah
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendir
2 Tanda dan gejala mayor Trauma, degeneratif, Resiko cedera
Subjektif (tidak tersedia) penyakit lain
Objektif (tidak tersedia) |
Tanda dan gejala minor Perubahan serabut,
Subjektif (tidak tersedia) kompresi central,
Objektif (tidak tersedia) jumlah protein
meningkat
|
Densitas, keruh
|
Katarak
|
Menghambat jalan
cahaya
|
Penurunan ketajaman
penglihatan
|
Penglihatan
berkurang/buta
|
Resiko cedera
3 Tanda dan gejala mayor Trauma, degeneratif, Ansietas
Subjektif penyakit lain
1. Merasa bingung. |
2. Merasa khawatir dengan Perubahan serabut,
akibat. kompresi central,
3. Sulit berkonsenstrasi. jumlah protein
Objektif meningkat
1. Tampak gelisah. |
2. Tampak tegang. Densitas, keruh
3. Sulit tidur |
Tanda dan gejala minor Katarak
Subjektif |
1. Mengeluh pusing. Menghambat jalan
2. Anoreksia. cahaya
3. Palpitasi. |
4. Merasa tidak berdaya. Penurunan ketajaman
Objektif penglihatan
1. Frekuensi napas meningkat. |
2. Frekuensi nadi meningkat. Pembedahan
3. Tekanan darah meningkat. |
4. Diaforesis. Ansietas
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu
.
4 Tanda dan gejala mayor Trauma, degeneratif, Gangguan rasa
Subjektif penyakit lain nyaman (nyeri)
1. mengeluh tidak nyaman |
Objektif Perubahan serabut,
1. gelisah kompresi central,
Tanda dan gejala minor jumlah protein
Subjektif meningkat
1. Mengeluh sulit tidur |
2. Tidak mampu rileks Densitas, keruh
3. Mengeluh |
kedinginan/kepanasan Katarak
4. Merasa gatal |
5. Mengeluh mual Menghambat jalan
6. Mengeluh lelah cahaya
Objektif |
1. Menunjukan gejala distres Penurunan ketajaman
2. Tampak merintih/menangis penglihatan
3. Pola eliminasi berubah |
4. Postur tubuh berubah Pembedahan
5. Iritabilitas |
Pos op
|
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
d. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori visual b.d penurunan ketajaman penglihatan
2. Resiko cedera b.d penglihatan berkurang
3. Ansietas b.d khawatir mengalami kegagalan
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d agen pencedera fisik
e. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Daftar pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakart
a : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan  Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendi
dikan Keperawatan Pajajaran 
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta: 
EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit  Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih 
bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai