Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ( KATARAK)

OLEH :

NAMA : NUR AZIZAH HIDAYAH YUSUF

NIM : 14420202179

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…………….) (………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah
terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa. Umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
[ CITATION Fit17 \l 1033 ].
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak)
yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul
pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2012)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2015)
Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan
seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan
lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2012)
2. ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2017):
a. Usia lanjut dan proses penuaan 
b. Congenital atau bisa diturunkan. 
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok 
atau bahan beracun lainnya.  
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya dia
betes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). 

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

a) Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
b) Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gang
guan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
c) Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d) Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat- obatan jangka panjang, 
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e) Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Maria,2019).
3. KLASIFIKASI
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1) Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata.
4) Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a) Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b) Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah
usia 40 tahun
c) Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d) Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau
gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung
dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang
sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat
membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas
sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata
yang lainya.
4. PATOFISOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
a) Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b) Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

a) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b) Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c) Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

a) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b) Gangguan penglihatan bisa berupa:
a. Peka terhadap sinar atau cahaya.
b. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
6. KOMPLIKASI
a. Glaucoma
b. Uveitis
c. Kerusakan endotel kornea
d. Sumbatan pupil
e. Edema macula sistosoid
f. Endoftalmitis
g. Fistula luka operasi
h. Pelepasan koroid
i. Bleeding
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
8. PENATALAKSANAAN
1) Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit. C ,vit. B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan
kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.

2) Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul anterior,
menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen kortikal lunak
menggunakan irigasi dan alat hisap dengan meninggalkan kapsula
posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu ada penemuan terbaru
pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu fakoemulsifikasi. Cara ini
memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultrason frekwensi tinggi untuk memecah nucleus dan
korteks lensa menjadi partikel yang kecil yang kemudian di aspirasi
melalui alat yang sama yang juga memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Pengangkatan lensa memerlukan
koreksi optikal karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap
sepertiga kekuatan fokus mata. Koreksi optikal yang dapat dilakukan
diantaranya:
a) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik, namun
pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan distorsi
pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi
spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dan mengubah
garis lurus menjadi lengkung. memerlukan waktu penyesuaian yang lama
sampai pasien dapat mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak,
dan berfungsi aman dengan medan pandang yang terbatas.
b) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia. Lensa ini
memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna bagi mereka yang
mampu menguasai cara memasang, melepaskan, dan merawat lensa
kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa kontak menjadi sulit, karena
kebanyakan lansia mengalami kemunduran ketrampilan, sehingga pasien
memerlukan kunjungan berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
c) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia.
Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera
anterior. Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani
ekstrasi intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa
sengaja selama prosedur ekstrakapsuler.

9. PATHWAY
Trauma Degeneratif Penyakit lain

Perubahan serabut Kompresi sentral Jumlah protein meningkat

Densitas
Keruh

Lensa mata

10.
Katarak

Menghambat jalan cahaya

Penurunan ketajaman penglihatan

Pembedahan Penglihatan berkurang /


buta

Pre Operasi Post Operasi


Gangguan Persepsi Resiko Cedera
Sensori Visual

Ansietas Nyeri Akut

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a. Keterangan lain mengenai identitas pasien.
b. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia
di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi
pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia
sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan tarakan senilis terjadi pada usia
>40 tahun
c. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi
pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM< hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolis
lainnya memicu resiko katarak.
e. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
f. Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan
kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan
bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat
atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak
lingkaran cahay/pelangi di sekita sinar, perubahan kacamata, pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu
pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan
kornea berawan (golukoma berat atau peningkatan air mata).
g. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-
tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
h. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan system vaskuler.
Kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan
tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre operasi
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
b. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan
intraokuler.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang
terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
d. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
e. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
insisi jaringan tubuh.
c. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera.
d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan – kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan
intraokuler.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
TTG NO TJUAN/ KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TTD
L/ DIAGN HASIL NAMA
JAM OSA
1. - Meningkatkan a. Tentukan ketajaman a. Perhatikan Nur azizah
ketajaman penglihatan, tentang suram hidayah y
penglihatan kemudian catat atau penglihatan
dalam batas apakah satu atau dua kabur dan iritasi
situasi individu, mata terlibat. mata, dimana
mengenal b. Observasi tanda-tanda dapat terjadi bila
gangguan sensori disorientasi. menggunakan
dan c. Orientasikan klien tetes mata.
berkompensasi tehadap lingkungan. b. Penemuan dan
terhadap d. Pendekatan dari sisi penanganan awal
perubahan. yang tak dioperasi, komplikasi dapat
Kriteria Hasil : bicara dengan mengurangi
- Mengenal menyentuh. resiko kerusakan
gangguan sensori e. Ingatkan klien lebih lanjut.
dan menggunakan c. Meningkatkan
berkompensasi kacamata katarak keamanan
terhadap yang tujuannya mobilitas dalam
perubahan. memperbesar kurang lingkungan.
- Mengidentifikasi/ lebih 25 persen, d. Komunikasi yang
memperbaiki pelihatan perifer disampaikan
potensial bahaya hilang dan buta titik dapat lebih
dalam mungkin ada. mudah diterima
lingkungan. f. Letakkan barang yang dengan jelas.
dibutuhkan/posisi bel e. Cahaya yang kuat
pemanggil dalam menyebabkan
jangkauan/posisi yang rasa tak nyaman
tidak dioperasi. setelah
penggunaan tetes
mata dilator.
f. Membantu
penglihatan
pasien.
g. - Memudahkan
pasien untuk
berkomunikasi
2 Menyatakan a. Diskusikan apa yang a. Kondisi mata Nur
pemahaman terhadap terjadi tentang kondisi post operasi azizahh
factor yang terlibat paska operasi, nyeri, mempengaruhi hidayah y
dalam kemungkinan pembatasan aktifitas, visus pasien
cedera. penampilan, balutan b. Posisi
Kriteria hasil : mata. menentukan
a. Menunjukkan b. Beri klien posisi tingkat
perubahan bersandar, kepala kenyamanan
perilaku, pola tinggi, atau miring ke pasien.
hidup untuk sisi yang tak sakit c. Aktivitas
menurunkan sesuai keinginan. berlebih mampu
factor resiko c. Batasi aktifitas seperti meningkatkan
dan untuk menggerakan kepala tekanan intra
melindungi diri tiba-tiba, menggaruk okuler mata.
dari cedera. mata, membongkok. d. Visus mulai
b. Mengubah d. Ambulasi dengan berkurang, resiko
lingkungan bantuan : berikan cedera semakin
sesuai dengan kamar mandi khusus tinggi.
indikasi untuk bila sembuh dari e. Pengumpulan
meningkatkan anestesi. Informasi dalam
keamanan. e. Minta klien pencegahan
membedakan antara komplikasi
ketidaknyamanan dan
nyeri tajam tiba-tiba,
Selidiki kegelisahan,
disorientasi,
gangguan balutan.
f. Observasi hifema
dengan senter sesuai
indikasi.
3 3 Klien menunjukkan a. Tekankan pentingnya a. Cahaya yang kuat
pemahaman tentang evaluasi perawatan menyebabkan
kondisi, proses rutin, beritahu untuk rasa tak nyaman
penyakit dan melaporkan setelah
pengobatan. penglihatan berawan. penggunaan tetes
Kriteria Hasil : b. Identifikasi mata dilator.
- Melakukan tanda/gejala b. Aktivitas-
dengan prosedur memerlukan upaya aktivitas tersebut
benar dan evaluasi medis, dapat
menjelaskan misal : nyeri tiba-tiba. meningkatkan
alasan tindakan. c. Informasikan klien tekanan intra
untuk menghindari okuler.
tetes mata yang dijual c. - Tidur terlentang
bebas. dapat membantu
d. Diskusikan kondisi mata agar
kemungkinan lebih nyaman.
efek/interaksi antar
obat mata dan
masalah medis klien.
e. Anjurkan klien
menghindari
membaca, berkedip,
mengangkat berat,
mengejan saat
defekasi,
membongkok pada
panggul, dll.
f. Anjurkan klien tidur
terlentang.
g. Penemuan dan
penanganan awal
komplikasi dapat
mengurangi resiko
kerusakan lebih
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made


Kariasa. Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa :


Setiawan Sari. Jakarta: EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia,


Pennsylvania : The Curtis Center

Mansjoer, Arif.2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media


Aesculapius. Fakultas Kedokteran UI

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai