Disusun Oleh :
Kelas B
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengenalan KAD sangat penting diketahui dan dipahami oleh perawat. Perawat
perlu mengetahui patofisiologi KAD, manifestasi klilnis, data penunjang sebagai kunci
utama pengkajian KAD. Perawat sebagai tenaga kesehatan, mempunyai peran yang
sangat strategis dalam penatalaksaan KAD tersebut.perawat professional yang menguasai
satu area spesifik sistem endokrin sangat dibutuhkan dalam melakukan proses asuhan
keperawatan secara optimal. Penanganan pasien yang optimal akan menghindarkan dari
resiko komplikasi yang akan memperburuk kondisi pasien. Ners harus memenuhi
kompetensi tersebut (RCN, 2012).
B. TUJUAN
Mengetahui dan memahami konsep teori asuhan keperawatan klien dengan gangguan
KAD.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Diabetes ketoasidosis adalah suatu kondisi dimana terjadi akibat adanya defisiensi
insulin yang bersifat absolute dan terjadinya peningkatan kadar hormone yang
berlawanan dengan isulin. (Wijaya, 2013, hal. 13)
Diabetik ketoasidosis adalah keadaan kegawat daruratan atau akut dari diabetes
tipe 1, yang di sebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat
kekurangan atau defisiensi insulin. KAD di karakteristikkan dengan hiperglikemia,
asidosis metabolik, dan keton sebagai akibat kekurangannya insulin. (Krisanty, 2009, hal.
137)
B. ETIOLOGI
1. Hiperglikemi, asidosis, ketosis, dan dehidrasi akibat defisiensi insulin pada pasien
dengan diabetes mellitus tipe I
2. Pathogenesis : defisiensi insulin menyebabkan hiperglikemia dan peningkatan
hormone kontra-regulasi (glukagon, ketokolamin, dan kortisol) hal ini menimbulkan
pelepasan asam lemak bebas dengan oksidasi hepatic lebih lanjut menjadi tubuh
keton dan alkalosis gap anion
3. Diuresis osmotik sebagai akibat hiperglikemia dan glukosaria mengakibatkan
dehidrasi dan penurunan elektrolit tubuh total
4. Penyebab-penyebab mencakup stress, infeksi, MI, tidak taat menggunakan insulin,
trauma, operasi, diabetes yang baru mulai timbul, pankreatitis, hipertiroidisme, obat-
obatan (misalnya steroid), CVA.
5. Mungkin merupakan manifestasi awal diabetes mellitus hingga pada 20% kasus
C. PATOFISOLOGI
Gejala dan tanda yang timbul pada DKA disebabkan terjadinya hiperglikemia dan
ketogenesis. Defisiensi insulin merupakan penyebab utama terjadinya hiperglikemia atau
peningkatan kadar glukosa dari pemecahan protein dan glikogen atau lipolysis atau
pemecahan lemak.
Hipeglikemik menimbulkan diuresis osmotik dengan hypovolemia kemudian
akan berlanjut terjadinya dehidrasi dan renjatan atau syok. Gluconeogenesis menambah
terjadinya hiperglikemik.
Liposis yang terjadi akan meningkatkan pengangkutan kadar asam lemak bebas
ke hati sehingga terjadi ketoasidosis, yang kemudian berakibat timbulnya asidosis
metabolic, sebagai kompensasi tubuh terhadap asidosis metabolic terjadi pernafasan
kussmaul.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Poliuria.
2. Polidipsi.
3. Dehidrasi.
4. Kelemahan umum.
5. Letargi, stupor, koma.
6. Nausea/muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Pandangan kabur.
9. Takikardia.
10. Hipotensi.
11. Hipotermia.
12. Perubahan status mental dan/atau koma.
13. Penurunan suara usus.
14. Bau napas yang apak (aseton).
15. Respirasi kussmaul (napas cepat dan dangkal).
16. Hiperventilasi.
17. Glikosuria.
18. Hiperosmolalitas.
19. Peningkatan celah anion ( > 7 mEq/l)
20. Penurun bikarbonat ( <10 mEq/l)
21. Penurunan pH ( < 7,4)
E. KOMPLIKASI
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hiperglikemia (glukosa >200)
2. Kelainan elektrolit sebaiknya dimonitor berulang kali.
Asidosis metabolic gap anion (Na+ - HCO3 – Cl- > 12).
Hyponatremia (sekunder sebagai akibat hiperglikemia).
Kalium tubuh total selalu menurun ; bagaimanapun, hyperkalemia dapat terjadi
pada kasus penurunan kalium tubuh total yang berat.
Peningkatan rasio BUN / kreatinin (sebagai akibat dehidrasi).
Kadar magnesium dan fosfat dapat menurun.
3. CBC dapat menunjukkan leukositosis sebagai akibat ketosis dan/atau infeksi.
4. Keton serum (aseton atau ᵝ - hidrosibutirat) meningkat.
5. Urinalis menunjukkan glukosuria dan ketonuria.
6. ABG memperlihatkan asidosis metabolic (pH biasanya < 7,3).
7. U/A, kultur darah, dan foto toraks dipertimbangkan untuk mengesampingkan infeksi.
8. EKG dapat memperlihatkan tanda hiper atau hipoglikemia.
G. PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT
Masalah utama manajemen DKA adalah dehidrasi dan asidosis. Sekali jalan nafas
dan oksigenasi adekuat telah dipertahanan, terapi cairan adalah prioritas berikutnya, maka
pertimbangan awal adalah membuat jalur intravena. Pemasangan kateter folley terkadang
diperlukan untuk memantau ketat pengeluaran urine, tetapi harus dilepas segera untuk
mencegah infeksi iatrogenic.
Dilatasi akut lambung adalah komplikasi yang umum pada DKA karena atonia
lambung yang mengikuti kondisi DKA. Predisposisi pasien ini untuk mengaspirasi isi
lambung. Aliran tube nasogastric (NGT) dapat mengurangi komplikasi dan membuat
pasien lebih nyaman.
Resusitasi cairan
Saline normal adalah pilihan cairan awal untuk pasien DKA; satu liter akan
diberikan satu jam pertama, diikuti dengan satu liter berikutnya sampai dua jam
berikutnya. Pergantian cairan penting untung mengurangi hiperglikemia dan asidosis.
Sejalan dengan peningkatan aliran sirkulasi, ginjal akan dapat membersihkan lebih
banyak glukosa dan ion hydrogen dari aliran darah, melancarkan perfusi ginjal. Terlebih
lagi, peningkatan sirkulasi ini akan mengoreksi hipoksia jaringan dan menurunkan
produksi laktat. Bikarbonat jarang diindinkasikan untuk mengoreksi asidosis, karena
bikarbonat mengganggu disosiasi oksigen; membuat barrier darah lebih permable
terhadap karbondioksida, menyebabkan asidosis serebral; meningkatkan kebutuhan
pemberian potassium; dan mencetuskan disritmia, menyebabkan gangguan elektrolit.
Insulin
Penggunaan dosis rendah regular insulin (RI) melalui intravena (5-10 unit/perIV)
telah diteliti dan keuntungannya telah dikonfirmasikan. Karena singkatnya waktu paruh
insulin dalam plasma (contoh 3-10 menit), pemberian harus melalui infus, tidak bolus.
Insulin dimasukkan ke tube intravena dan akan mempengaruhi pemberian dosis melalui
aliran darah; karenanya, perawat gawat darurat harus mengisi tube dengan sekitar 50 ml,
cairan insulin pada tahap awal sehingga dosis terapi berjam-jam tidak akan terganggu
kemudian.
Keuntungan dari metode baru pemberian insulin dosis rendah untuk menangani
DKA secara signifikan adalah menurunkan resiko hipoglikemia, hypokalemia, dan
kemungkinan edema serebral. Beberapa dokter memberikan insulin melalui suntikan
intramuskuler (10-20 unit/jam) jika perfusi pasien baik, tetapi jika terdapat perubahan
sirkulasi atau dehidrasi berat, insulin akan terakumulasi ke dalam jaringan, menyebabkan
hipoglikemia pada pasien pasca terapi. Ketika gula darah mencapai 300 mg/dL, dextrose
harus ditambahkan pada cairan intravena untuk mencegah hipoglikemia iaotrogenik dan
edema serebral.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
( Pengumpulan data base menurut Doengoes, 2000)
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat/tidur
Tanda :
- Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas
- Letargi/disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala :
- Adanya riwayat hipertensi, IM akut
- Klaudikasi (kebas dan kesemutan pada ekstremitas)
- Ulkus di kaki, penyembuhan yang lama
- Takikardia
Tanda :
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi menurun/tidak ada, disritmia, krekels (distensi vena jugularis)
- Kulit panas, Kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas/ego
Gejala :
- Stress, bergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang bergantung pada kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4. Eliminasi
Gejala :
- Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri/terbakar, kesultan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang,
- Nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda :
- Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hypovolemia berat)
- Urine berkabut dan bau busuk (infeksi)
- Abdomen keras adanya asiters, bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare).
5. Nutrisi/cairan
Gejala :
- Hilang nafsu makan
- Mual/muntah
- Tidak mematuhi diet
- Peningkatan masukan glukosa/karbohidrat
- Penurunan berat badan selama lebih dari beberapa hari/minggu
- Haus, penggunaan diuretic (thiazide)
Tanda :
- Kulit kering/bersisik, turgor jelek
- Kekakuan/ distensi abdomen, muntah
- Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan
gula darah), bau halistosis/manis, bau buah (napas aseton)
6. Neurosensori
Gejala :
- Pusing/pening, sakit kepala
- Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, paresthesia
- Gangguan penglihatan
Tanda :
- Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan :
memori (baru, masa lalu), kacau mental
- Refleks tendon dalam menurun (koma)
- Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulent, frekuensi pernapasan
meningkat
9. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :
- Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi/ulserasi
- Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak
- Paresthesia, paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium
menurun dengan cukup tajam)
10. Seksualitas
Gejala :
- Rabas vagina (cenderung infeksi)
- Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
- Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
- Penyembuhan lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretic (thiazid),
Dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan
- Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan diet, pengobatam
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis
C. INTERVENSI
Tujuan dan outcomes berdasarkaan Nursing Outcomes Classification (NOC) (Moorhead,
Johnson, Maas, & Swanson, 2013) untuk diagnose :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
a. NOC :
- Status respirasi : ventilasi
- Status respirasi : patensi jalan napas
- Tanda-tanda vital
- Mendemontrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas
dengan mudah, tidak pursed lips)
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
b. NIC
- Airway manajemen
Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi seperti posisi semi fowler
Identifikasi perlunya pemasangan jalan napas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada bila perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
- Respirasi monitoring
Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas
Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot tambahan, dan
retraksi
Monitor crowing, suara ngorok
Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kussmaul, apneu
Dengarkan suara napas, catat area yang ventilasinya menurun/tidak ada
dan catat adanya suara tambahan
Lakukan suction dengan mendengarkan suara ronkhi
Monitor peningkatan gelisah, cemas, air hunger
Monitor kemampuanklien untuk batuk efektif
Catat karakteristik dan durasi batuk
Monitor sekret di saluran napas
Monitor adanya krepitasi
Monitor hasil rontgen thorax
Bebaskan jalan napas dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu
Resusitasi bila perlu
Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi inhalasi)
- Cough enchancement
Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital,, dan inspirasi maksimal
Dorong pasien melakukan napas dalam, ditahan 2 detik lalu 2-3 kali
Anjurkan klien nafas dalam beberapa kali, dikeluarkan dengan pelan-
pelan dan batukkan di akhir ekspirasi
- Terapi oksigen
Bersihkan sekret di mulut, hidung dan trachea/tenggorakan, pertahankan
patensi jalan napas
Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pemberian oksigen
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Pilih peralatan sesuai kebutuhan : kanul nasal 1-3 liter/menit, head box 5-
10 liter/menit
Monitor selang dan aliran oksigen, cek secara periodic
Observasi tandsa kekurangan oksigen : gelisah, sianosis
Monitor tanda keracunan oksigen
Pertahankan oksigen selama dalam transportasi
Anjurkan klien/keluarga untuk mengamati persediaan oksigen, air
humidifier, jika habis langsung lapor petugas
2. Gangguan pertukaran gas berhungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
a. NOC
- Status repirasi : pertukaran gas
- Keseimbangan asam basa dan elektrolit
- Status respirassi : ventilasi
- Tanda-tanda-tanda vital
PENUTUP
A. SIMPULAN
Ketoasidosis diabetic adalah suatu komplikasi serius dari diabetes karena tubuh
memproduksi asam darah berlebihan dan kurangnya kadar insulin dalam darah sehingga
tidak dapat membakar glukosa dalam darah menjadi tenaga.
B. SARAN
1. Untuk Perawat
Perawat sebaiknya memberikan edukasi terkait KAD, bagaimana
pencegahannya dan penatalaksanaannya. Perawat diharapkan memberi edukasi
sesuai dengan kondisi pasien ketika pulang dari rumah sakit. Edukasi sebaiknya
diberikan saat pasien dirawat agar sekaligus bisa dievaluasi.
Selain itu perawat juga hendaknya memberikan motivasi kepada pasien dan
keluarga agar mematuhi pengobatan dan mengerti cara perawatan agar tidak terjadi
KAD yang berulang.
2. Untuk Pasien
Pasien sebaiknya mematuhi pengobatan dan perawatan yang diberikan, serta
mengubah gaya hidup agar menjadi lebih sehat.
Daftar Pustaka
Dwi Djuantoro, L. S. (2012). Master Plan Kedaruratan Medik. Tangerang Selatan: Bina Rupa Aksara.
Krisanty, P. (2009). Asuhan Perawat Gawat Darurat. Jakarta: CV Trans Info Media.
Moorhead, J. M. (2013). IOWA Outcome Project : Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed.
Missouri: Mosby, Inc.
Padila. (2018). Keperawatan Medikal Bedah. 2nd ed. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijaya, I. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.