PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(2017) menyatakan bahwa untuk setiap 1.000 kelahiran di Amerika Serikat, 1 Hingga
menyatakan bahwa hidrosefalus adalah alasan paling umum untuk operasi pada anak-
anak. Sementara itu, Hani Yahya Assegaf sebagai penggagas Azizah Foundation yang
merupakan lembaga informal yang secara khusus memberi perhatian kepada penderita
Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidakseimbangan antara produksi dan
hidrosefalus pada anak-anak adalah congenital yang biasanya sudah tampak pada masa
bayi. Jika hidrosefalus mulai tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan karena
congenital. Mujahid Anwar, dkk mendapatkan 40-50 % bayi dengan perdarahan intra
pada semua usia termasuk orang dewasa, tetapi lebih banyak diderita oleh anak-anak.
Berdasarkan hasil rekapan dari 20 penyakit terbesar di RSUD Arifin Achmad pada
1
tahun 2006, hidrosefalus menempati urutan ke 20 dengan jumlah penderita yang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Hidrosefalus.
Hidrosefalus.
Hidrosefalus.
C. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Hidrosefalus
2
3. Bagi penulis
Hidrosefelus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hidrosefalus
1. Pengertian Hidrosefalus
menurut. Darto Suharso, (2009) Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang
Dwita (2017) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon
yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS yang secara aktif
dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subarachnoid yang
yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan
cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar
4
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hidrosefalus merupakan
penumpukan CSS yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel
otak atau ruang subrachnoid yang dapat menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak
serebrospinal.
a. Anatomi
yang terdiri atas lipatan vilosa dilapisi oleh epitel dan bagian tengahnya yang
melalui sekresi dan difusi aktif. Terdapat sumber CSS nonkonroid tetapi aspek
dan memiliki tiga lubang keluar, sepasang foramen Luschka di sebelah lateral
dan sebuah foramen magendie di tengah. Lubang- lubang ini berjalan menuju
mengalami pembesaran fokal dan disebut sisterna. Sisterna pada fosa posterior
5
dengan ruang subaraknoid intrakranium melalui sisterna basalis. Sementara itu,
aliran CSS netto adalah dari ventrikel lateral menuju ventrikel ketiga kemudian
masuk kedalam saluran vena sinus sagitalis, tetapi cairan juga diserap melintasi
(2004) mengatakan bahwa pada orang dewasa normal, volume total CSS adalah
sekitar 150 mL, yang 25% nya terdapat di da lam sistem ventrikel. CSS
b. Fisiologi
500 ml / hari dengan demikian CSF di perbaharui setiap 8 jam. Pada anak
di bentuk oleh:
2) Parenchym otak.
3) Arachnoid
6
cerebello pontine dan cisterna prepontis. Cairan yang keluar dari
3. Etiologi
yang diproduksi dalam ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini
mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis
Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus
dan arakhnoid yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor
serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem
eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90- 150 ml, anak umur 8- 10
tahun 100- 140 ml, bayi 40- 60 ml, neonatus 20- 30 ml dan prematur kecil 10- 20
ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500- 1500 ml .DeVito EE et al,
(2007:32) Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen
monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus
serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam
7
sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid, akibat
dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala
hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan -
total.
8
4) Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
b. Infeksi
piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain. Pada
c. Neoplasma
d. Perdarahan
9
Menurut Allan H. Ropper, 2011:360 Perdarahan sebelum dan
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
4. Manifestasi Klinis
adalah 35- 40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah
selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi
terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang- tulang
kepala menjadi sangat tipis. Vena- vena di sisi samping kepala tampak
visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada pasien – pasien
10
progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu
tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di
kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan
(sunset phenomenon).
5. Patofisiologi
dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang lebih sebanyak
serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan
pembentukan cairan tersebut sama pada orang dewasa maupun anak- anak.
Dengan jalur aliran yang dimulai dari ventrikel lateral menuju ke foramen
jarang dari kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh
adanya tumor pleksus koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula
11
sirkulasi cairan serebrospinalis yang dapat terjadi di ventrikel maupun vili
arakhnoid.
pseudotumor serebri.
adalah keadaan di mana ada hubungan antara sistem ventrikel dengan rongga
suatu keadaan dimana terdapat blok dalam sistem ventrikel atau salurannya ke
klasifikasi lain yang dilihat berdasarkan waktuonsetnya, yaitu akut (beberapa hari),
12
subakut (meninggi), dan kronis (berbulan - bulan). Terdapat dua pembagian
hidrosefalus asimtomatik.
6. Pemeriksaan Penunjang
intrakranial.
b. Transimulasi
ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama
3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber
adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar
1- 2 cm.
c. Lingkaran kepala
lingkar kepala melampaui satu atau lebih garisgaris kisi pada chart (jarak antara
dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2- 4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
13
d. Ventrikulografi
akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak
dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis.
rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
e. Ultrasonografi
ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan
Scan.
f. CT Scan kepala
pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV
14
gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
serebrospinal.
subarachnoid.
15
e) Drainase ke dalam anterium mastoid.
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti sesuai
dan sepsis.
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total . Dibuat sayatan kecil
otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di
daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara
ujung selang di kepala dan perut dihubungakan dengan selang yang ditanam
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
tekanan normal.
2) Internal
16
c) Ventrikulo- Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
Teknik Shunting:
dilakukan analisis.
c) Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang
memanjang.
17
8. Komplikasi
a. Infeksi
duramater)
yang baik.
Yang terjadi pada selang shunt mengakibatkan gejala yang terus menerus
ada atau timbulnya kembali gejala yang sudah mereda. Sekitar sepertiga kasus
waktu 1 tahun. Sebagian besar kasus (80%) memerlukan revisi dalam 10 tahun.
Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat menjadi keadaan
dengan tekanan rendah. Gejala yang timbul berupa sakit kepala dan muntah saat
duduk atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan cairan yang tinggi
dan perubahan posisi tub uh secara perlahan. Komplikasi sering terjadi karena
bahan khusus (jaringan /eksudat) atau ujung distal dari thrombosis sebagai
18
kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih sering
adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari infeksi pada saat
organ- organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
alamat.
b. Keluhan Utama
penglihatan perifer.
c. Riwayat kesehatan
Adanya riwayat infeksi (biasa nya riwayat infeksi pada selaput otak
19
anak mengalami pembesaran kepala.Tingkat kesadaran menurun (GCS
akumulasi secret pada saluran nafas, dan adanya liquor dari hidung.
terjadi.
d. Pengkajian psikososiospritual
untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran
dampak yang timbul pada klien dan keluarga, yaitu timbul seperti ketakutan
fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada
gaya hidup individu. Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua
hubungan dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan
individu.
20
e. Pemeriksaan Fisik
Gejala khas pada hidrosefalus tahap lanjut adalah adanya dimensia. Pada
1) Status mental
jangka panjang.
a) Saraf I (Olfaktori)
b) Saraf II (Optikus)
Pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema pupil saraf otak II
21
Tanda dini herniasi tertonium adalah midriasis yang tidak bereaksi
d) Saraf V (Trigeminius)
e) Saraf VII(facialis)
h) Saraf XI (Aksesorius)
j) Mobilitas
22
3) Keseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan karena
i. Pengkajian Refleks.
perubahan dari derajat refleks. Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut
hari refleks
2. Diagnosa Keperawatan
23
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
jaringan otak (serebral) b.d keperawatan selama 3 x 24 jam di 2. Monitor adanya kebingungan,
Gangguan aliran darah ke harapkan tidak terjadi peningkatan perubahan pikiran pusing, pingsan.
otak akibat peningkatan TIK TIK dengan kriteria hasil: 3. Monitor status neurologis dengan ketat
pasien.
atau lebih.
24
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
8. Batasi cairan
pasien.
2 Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
25
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
nyeri) lampau
4. Menyatakan rasa nyaman setelah 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
mempengaruhi nyeri
interpersonal)
26
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
menentukan intervensi
nyeri
Tingkatkan istirahat
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 3 x 24 jam di 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
yang berhubungan dengan harapkan Ketidak seimbangan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
muntah sekunder akibar nutrisidapat teratasi dengan Kriteria yang dibutuhkan pasien
27
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
kalori
nutrisi
28
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
4 Ansietas (cemas) b.d Setelah di lakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
status kesehatan anak di harapkan ansietas dapat 3. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
8. menimbulkan kecemasan.
29
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
perasaan,
menggunakan teknik
12. Relaksasi.
5 Resiko kerusakan integritas Setelah di lakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
1. Integritas kulit yang baik bisa 5. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
30
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit. 7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
mencegah.
31
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
32
3.Implementasi
keperawatan dalam suatu tindakan keperawatan dalam bentuk nyata agar hasil
yang diharapkan dapat tercapai, sehingga terjalin interaksi yang baik antara
perawat, klien dan keluarga. Implementasi merupakan tahap keempat dari proses
intervensi/aktivitas yang telah ditentukan. Pada tahap ini perawat siap untuk
perawatan klien.
4. Evaluasi
efektifitas rencana yang telah dibuat, strategi dan pelaksanaan dalam asuhan
33
perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil (Nursalam,
2009).
34
BAB III
GAMBARAN KASUS
A. Informasi umum
B. Keluhan utama
Pasien datang dari ruang Edelweis pada pukul 10.00 WIB. Pasien mengatakan sering
sakit kepala skala nyeri 7, mual-mual, muntah, dan mudah merasa lelah.
Pengkajian primer
Circulation : akral teraba hangat, CRT <2 detik, nadi 82 x/menit TD:140/80
35
Pengkajian sekunder
Pasien mengatakan sering sakit kepala hebat, mual-mual dan muntah, serta mudah
kelelahan. Pasien juga memiliki riwayat Ca. Mamae di payudara sebelah kiri dan
sudah dilakukan operasi pengangkatan Ca. Mamae pada tanggal 29 Juli 2019.
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengeluh keluhan yang sama
F. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap : hemoglobin 12,2 g/dl, leukosit 11,72 10̂3/μl, trombosit 359 10̂3/μl,
eritrosit 4,95 10̂6/μl, hematokrit 39,4 %, albumin 3,5 g/dl, globulin 4,1 g/dl, total
G. Medikasi/obat-obatan
- Propofol 100 mg iv
- Oxyneran 10 mg iv
- Atrokalsium 25 mg iv
- Ondansentron iv
- Ketorolak drip
- Dexametason drip
- Epedrin iv
- Mestigmin iv
- Tramadol drip
36
- Nokoba iv
- Paracetamol drip
- Pasien mengatakan
muntah serebrospinal
- keluarga
DO :
- skala nyeri 7
- pasien terlihat
meringis
- pasien tampak
gelisah
37
- pasien tampak
- pasien tampak
memegangi kepala
- TTV :
TD 93/47 mmHg
Suhu 37,6⁰C
RR 20 x/mnit
- Hasil CT-Scan
kepala diperoleh
hasil hidrochephalus
obstruktif dan
oedema cerebri
DS Hidrosefalus Nyeri
- pasien mengeluh
- tertekan
38
- pasien mengatakan
- keluarga
selalu mengeluhkan
menerus
DO:
- pasien terlihat
meringis
- pasien tampak
gelisah
- pasien tampak
memegangi kepala
- TTV :
TD 93/47 mmHg
Suhu 37,6⁰C
RR 20 x/mnt
39
Intervensi keperawatan pre op
40
Penurunan Kapasitas Setelah dilakukan asuhan - Kaji faktor penyebab
obstruksi aliran cairan jam klien tidak - Monitor tanda atau gejala
baik maneuver
meningkat muntah
rentang normal,
- Tekanan intrakranial
baik
41
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan - Identifikasi lokasi
- Kontrol lingkungan
pemilihan strategi
meredakan nyeri
42
Implementasi keperawatan pre op
keperawatan (SOAP)
TIK merasa
MAP O:
- TTV :
TD 93/47 mmHg
Suhu 37,6⁰C
RR 20 x/mnt
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
rencana operasi
43
pemasangan VP
Shunt
skala nyeri 6
- imengdentifikasi O:
verbal klien 6
terapi menggunakan
- memberikan P: intervensi
44
lingkungan yaag dilanjutkan
pemasangan VP
Shunt
2. INTRA OPERASI
Pasien masuk ke ruang operasi pada pukul 10.15 WIB dengan tanda-tanda vital TD 93/47
mmHg, HR 109 x/mnt dan SPO2 99 %. Infus terpasang di tangan kiri klien dengan cairan
RL. Posisi pasien supine dan pasien dipasang ETT. Anestesi dimulai pada pukul 10.20
WIB dengan General Anastesi melalui ETT. Pada pukul 10.33 WIB diberikan oksigen
Heart monitor :
45
11.20 WIB: TD : 130/87 mmHg, HR : 127 x/i, SPO2 100%
- Propofol 100 mg iv
- Atrokalsium 25 mg iv
- Mestigmin iv pada pukul 11.15 WIB dan pada pukul 11.35 WIB
berbaring di meja
operasi
Resiko jatuh
46
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
cidera b.d posisi tindakan tidak ada sesuai dengan resiko jatuh
pada saat operasi jatuh dan pasien - Letakkan patient tindkan operasi
- Cek daerah-daerak
penekanan selama
prosedur
CATATAN PERKEMBANGAN
1. Resiko tinggi cidera b.d posisi yang tidak S : pasien dalam pengaruh anastesi
A : masalah teratasi
recoverry room
47
3. PENGKAJIAN POST OPERASI
Operasi berakhir pada pukul 11.25 WIB dan anastesi berakhir pada pukul 11.35 WIB.
Kemudian ETT dilepas, terpasang OPA. Setelah itu pasien dibawa keruang recovery
3. Circulation : CRT < 3 detik, akral teraba dingin, sianosis tidak ada, tekanan darah
8. Heart monitor : tekanan darah 160/105 mmHg, nadi 112 x/menit, SPO2 90%.
48
1. Airway : OPA sudah di lepas tidak ada sumbatan klien mampu berbicara
3. Circulation : CRT < 3 detik, akral teraba dingin, sianosis tidak ada, tekanan darah
DO : pasien menarik
tubuh nyasambil
nadi
49
NO. DATA ANALISIS MASALAH KEPERAWATAN
menggigil kedinginan.
mmHg, nadi
Hipotermi
86x/menit, spO2 90%.
efektif
KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d proes Setelah dilakukan- Monitoring dan kaji Nyeri teratasi
50
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
verbal
- ReposisI
penghangat suhu
tubuh
- Pemenuhan
udara
CATATAN PERKEMBANGAN
1. Nyeri b.d proes tindakan pembedahan vp S : pasien meringis dan meminta tolong
51
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN SOAP
shunt kesakitan
A : masalah teratasi
komperhensif
- Monitoring ttv
- Reposisi
-Kolaborasianti nyeri
pemajaman suhu yang tidak baik O : tekanan darah 135/70 mmHg, nadi
menggigil.
A : masalah teratasi
- Pantau ttv
3. Resiko tidak efektif jalan nafas b.d efek S : pasien tidak sesak
A : masalah teratasi
52
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN SOAP
53
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan membahas beberapa hal yang mendukung maupun
menghambat kelancaran proses keperawatan serta mencari alternatif pemecahan masalah agar
tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai tujuan semaksimal mungkin. Penerapan
asuhan keperawatan pada pasien dilakukan secara menyeluruh dan memiliki rangkaian yang
tidak dapat dipisahkan. Penulis akan membahas sesuai dengan proses keperawatan yang
A. Pengkajian
hidrosefalus akut dengan rencana tindakan vp shunt. Hasil pengkajian tentang riwayat
kesehatan didapatkan bahwa sering sakit kepala hebat, mual muntah, mudah lelah dan
payudara 3 bulan yang lalu. Keluhan utama pasien sering mengeluhkan nyeri kepala,
muntah, dan cepat lelah. Keluhan nyeri kepala yang dirasakan ny. Y karena terjadi
penekanan intrakranial pada otak, sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Suriadi,
maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang
serebrospinalis.
Keluhan utama pasien sering mengeluhkan nyeri kepala sangat hebat, muntah,
dan cepat lelah. Dimana nyeri terjadi karena penumpukan CSS yang secara aktif dan
berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang subrachnoid yang dapat
54
menyebakan dilatasi sistem ventrikel otak dimana keadaan patologis otak yang
yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
aliran cairan serebrospinal (Nining, 2008). Skala nyeri yang dirasakan pasien adalah
skala 8 dan sangat sering terjadi. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD:
140/80 mmHg, HR: 82 x/menit, suhu: 36,0 0c, RR: 20 x/menit. Pemeriksaan darah
lengkap juga didapatkan hemoglobin 12,2 g/dl, leukosit 11,72 10^3/Ml, trombosit 359
10^3 Ml, eritrosit 4,95 10^6/Ml, hematokrit 39,4 %, albumin 3,5 g/dl, globulin 4, g/dl,
Pada saat post operasi ny Y terpasang heart monitor dengan tekanan darah
135/70 mmHg, nadi 86x/menit, spO2 90%, Respiratori 20x/m, pasien terpasang nassal
hipotermi ringan. Hal ini disebabkan karena suhu lingkungan kamar operasi dan
infus dan irigasi yang dingin akan menambah penurunan temperatur tubuh.
(Mubaroqah, 2017).
B. Diagnosa Keperawatan
yang sistematis yang terdiri dari tahap analisa data, identifikasi masalah, dan perumusan
diagnosis (PPNI, 2016). Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan analisa data
dan identifikasi masalah, didapatkan 3 diagnosa keperawatan pre operasi dan post
operasi:
55
1. Nyeri berhubungan dengan proses tindakan pembedahan vp shunt
C. Intervensi Keperawatan
Ada tiga tahap dalam fase perencanaan yaitu: menentukan prioritas, menetapkan
materi yang ada dan buku ajar seperti buku Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA (NIC-NOC) dan buku asuhan keperawatan lainnya yang sesuai
dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada diruang operasi RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
berkurang verbal
Reposisi
Kolaborasianti nyeri
56
pemasangan vp hasil: TIK berkurang Monitoring kesadaran
shunt an Reposisi
akumulasi cairan
serebrospinal
normal
munta
infeksi
D. Implementasi
dialami pasien, yaitu nyeri, penekanan tekanan intrakranial, dan resiko infeksi. Untuk
prioritas masalah agar kebutuhan pasien terpenuhi. Adapun tindakan yang dilakukan
adalah:
57
1. Diagnosa 1: Nyeri b.d proes tindakan pembedahan vp shunt
Monitoring ttv
Reposisi
Kolaborasianti nyeri
Monitoring kesadaran
Reposisi
Pantau ttv
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak. Adapun
58
Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Evaluasi
Waktu
A : masalah teratasi
komperhensif
Monitoring ttv
Reposisi
Kolaborasianti nyeri
A : masalah teratasi
Monitoring kesadaran
Reposisi
Pantau ttv
59
Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Evaluasi
Waktu
A : masalah teratasi
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan masalah yang kelompok dapatkan khususs dan pembahasan pada asuhan
2. Mahasiswa mampu berkomunikasi secara terapeutik kepada klien dan keluarga klien
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kelompok menyampaikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi pasien
Klien dan keluarga agar mampu mengetahui tentang hidrosefalus dan tanda gejala.
61