M
DIAGNOSA ILEUS PARALITIC DENGAN PNEUMOPERITONITIS
DI RUANG INTENSIF CARE UNIT
Disusun oleh :
Nurrani Sri Rahayu, S.Kep
NIM. 402019026
1. Identitas Pasien
Anamnesa
a. Keluhan Utama
posisi tidur. Pasien lebih nyaman bila posisi tidur terlentang, kaki diganjal
bantal dibawah lutut sehingga kaki agak menekuk, karena posisi kaki lurus
menambah regangan pada abdomen sehingga terasa sangat nyeri. Selain nyeri
karena regangan, pasien juga merasakan nyeri bagian dalam abdomen terasa
panas seperti rasa terbakar, membuat tidak enak pada mulut dan terasa mual.
Pasien merasa nyeri ulu hati sejak satu minggu yang lalu, terasa perih dan
terasa kembung. Karena pasien sudah merasa biasa jadi cukup membeli obat
warung saja. Sebelumnya pasien mengaku sering nyeri ulu hati tapi tidak
terlalu parah. Tapi untuk kali ini, setelah minum obat dari warung tidak
rumah pasien muntah muntah terus hingga tidak masuk makan dan minum
sama sekali. Lama kelamaan nyeri ulu hati disertai sesak dan juga BAB
berwarna hitam, mual dan muntah. Akhirnya pasien dibawa ke UGD oleh
keluarganya.
2) Kronologis penanganan saat di IGD
Pkl 08.00 pasien datang ke IGD dengan kondisi gelisah, sesak, pucat,
mengeluh nyeri abdomen, teraba kembung, mual dan muntah darah. TTV
decompresi, cairan warna merah kehitaman, guyur cairan NaCl 0,9% 2000 cc
dalam 1 jam, dan terapi obat ceftriaxone 1 gr IV, pemasangan cateter urine,
dan pemeriksaan foto thoraks dan BNO 3 sisi, hasil ; perforasi gaster, dan
dijadwalkan untuk melakukan oprasi cito tapi pasien harus masuk ICU dulu.
Pada saat dikaji di ICU pasien compos mentis, masih mengeluh nyeri
merubah posisi tidur dan disentuh pada permukaan abdomen. Nyeri juga
menjadi kering dan tidak nafsu makan. Pada perabaan teraba distensi
abdomen.
Pasien sering mengalami nyeri ulu hati atau terasa perih lambung
apabila terlambat makan atau makan pedas dan asam. Tapi biasanya rasa
perih tersebut akan hilang dengan menggunakan obat dari warung. Untuk
menjaga agar tidak kambuh pasien biasanya rutin minum jamu kemasan
atau godogan. Tapi lebih enak jamu kemasan karena nyerinya cepat
makan karena pekerjaan. Pasien perokok berat dan minum kopi sehingga
lebih tahan tidak makan daripada tidak merokok dan minum kopi.
Keluarga mengatakan bahwa tidak ada anggota yang memiliki penyakit seperti
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran √ Sadar Letargi Obtundasi
Stupor Koma DPO
Bila DPO, jenis obat ……………………….. Dosis obat……………………………
Tekanan Darah 72 /51 mmHg Frekwensi nadi 105.x/menit
Frekwensi Pernapasan 39 x/menit Suhu 38.9 ºC Saturasi 96 %
Berat Badan 39 kg Tinggi Badan 150 cm BMI …………………..
Resiko Jatuh √ Ya Tidak
Bantuan Bantuan
Status Fungsional penuh sebagian Mandiri
a. Pernapasan
Work of Breathing Minimal
√ Sedang Berat
Alat bantu napas Tidak
√ Ya, 3 ltr/menit
√ O2 canule
Sungkup sdrhn NRM
RM
Ventury Mask NIPPV/CPAP
Ventilator
ETT Tracheostomi
Bila terpasang ventilator, mode setting
CMV IPPV
SIMV SIMV + PS
……………………………………….
TV…….… MV….….…PEEP ….…… I : E ……………FiO2….….….Rate.….………
Jalan napas √ Bersih Sumbatan ……………..
Penyebab sumbatan Lidah jatuh Sputum Darah
EdemaLari Cairan lambung
Cairan buih Benda asing : ……………………….
Bunyi napas √ Vesikuler Ronchi Stridor
Wheezing Pada lobus mana…….…….……….
Bau napas keton Ya √ Tidak
Irama & kedalaman Dispneu Kusmaul Cheynestokes
Ortopneu
Kecepatan Eupneu Bradipneu √ Tachipneu
Apneu
Retraksi dada Simetris √ Asimetris Flial chest
Penggunaan otot bantu pernapasan Ya Tidak
Penurunan kotraksi otot pernapasan Ya √ Tidak
Peningkatan diameter anterior posterior Ya √ Tidak
Pernapasan bibir Ya Tidak
Pernapasan cuping hidung Ya √ Tidak
Posisi trachea √ Lurus Bergeser
Bila trachea bergeser, arah mana Kiri Kanan
Jejas/lebam dada Kiri Kanan
Luka terbuka dada dengan sucking wound Ya √ Tidak
Krepitasi Ya √ Tidak
b. Persarafan
FOUR Score E4 M4 B4 R4 =16 GCS Score : E4 M6 V5 =15
Riwayat sincope Ya √ Tidak
Berapa lama
Bila (ya) berapa kali…………………….. sincope…………………….
Diameter pupil √ Simetris Asimetris Ki/ka….…/.….cm
Refleks cahaya Dilatasi Midriasis
Tidak Skala nyeri ……..
Nyeri kepala Ya √ …
Merasa berputar Ya Tidak
Bila (ya) Muntah Limbung Rasa takut jatuh
Tekanan Perfusi Serebral ……..
Tekanan Intra Cranial (ICP)………mmHg ….mmHg
Kejang Ya Tidak
Frekwensi Kejang…………………..kali Berapa lama setiap kejang……..………..
Kaku kuduk Ya √ Tidak
Tanda dolls eyes Ya √ Tidak
Paralisis Ya √ Tidak
Bila (ya) dimana Hemiplegi Paraplegi
Kanan Kiri
Atas Bawah
Refleks √ Mengedip
c. Cardiovaskuler
Gambaran jantung Sinus Rithm Bradikardi √ takhikardi
Aritmia, bila (ya) tuliskan gambaran aritmia
…………………
Rentang Tekanan Darah 85/62mmHg 69/48mmHg
Rentang Mean Arterial Pressure (MAP) ……./……mmHg ……./……mmHg
Rentang Cardiac Output (CO) ….…..…liter/menit …….…liter/menit
Rentang Stroke Volume ………………...cc ……………….cc
Rentang Frekwensi Nadi 115 x/menit 98 x/menit
Amplitudo nadi √ Lemah Kuat
Amplitudo kiri & kanan √ sama Tidak sama
Bila amplitude nadi tidak sama, jelaskan ………………………………………………..
Irama nadi Tidak teratur √ Teratur
Akral √ Dingin Hangat
Warna kulit Sianosis √ Pucat Kemerahan
Jaundice
Konjungtiva √ Anemis Kemerahan
Diaporesis Ya Tidak Keringat dingin
CapillaryRefillTime > 2 detik √ ≤ 2 detik
Peningkatan JVP Ya √ Tidak
Bunyi Jantung S1 S2 S3/Murmur
Gallop Suara redup/menjauh
Ictus Cordis terlihat pada ICS 5 midklav kiri Ya √ Tidak
Teraba getaran melebihi midklav ICS 5 kiri Ya √ Tidak
Perdarahan Ya √ Tidak
Derajat kehilangan
Bila (ya), di area tubuh mana…………… cairan……………....cc
Sindrome kompartemen Ya √ Tidak
Area syndrome kompartemen Tangan………. Kaki…………
Penyebab syndrome kompartemen Trombosis Cedera
Pembebatan ………………
d. Pencernaan
Ascites √ Tidak Ya, Lingkar perut………....cm
Distensi abdomen Tidak √ Ya Bising usus……x/m
Bentuk abdomen √ Simetris Asimetris
Teraba hepatomegaly √ Tidak Ya
Teraba massa √ Tidak Ya, pada kuadran…
Keluhan mual Tidak √ Ya ……………
Muntah √ Tidak Ya Proyektil
Bila (ya), jenis material Makanan Darah Cairan Lambung
Frekwensi muntah Sering Jarang ……….. x/hari
Riwayat diare √ Tidak Ya
Frekwensi BAB Sering √ Jarang ………...x/hari
Konsistensi Cair √ Lunak Darah
Tonjolan hernia √ Tidak Ya Nyeri, Skala……
Bila (ya) dimana Inguinalis Scrotalis ……………….
Konstipasi √ Tidak Ya …………….hari
Sulit Flatus Tidak Ya …………….hari
Distensi Suprapubik √ Tidak Ya Nyeri, Skala……
Pola makan melalui Oral Parenteral √ NGT
e. Perkemihan
Pola berkemih Normal √ Melalui kateter urine
Terapi diuretic Tidak Ya, jenis obat………..dosis…………
Jumlah urine 600 cc/24 jam
Warna urine kuning
Konsistensi urine ……………………….. Bau …………………………………….
Intake cairan 24 jam terakhir 1816 cc
Infus 63 cc/jam
Makan/minum PUASA
Cairan oplos obat 1380 cc
Balancing 24 jam terakhir +1202 cc
Penggunaan kateter urine lama (> 5 hari) Ya √ Tidak
Bila (ya) sudah berapa lama menggunakan kateter urine ………………………………..
Ganti kateter setiap 5 hari nomor kateter 18
Jenis bahan kateter √ Nelaton Silikon …………………
Retensi Urine √ Tidak Ya
Bila (ya) sejak kapan tidak keluar urine ……………………………………………….
Hidroneprosis √ Tidak Ya Kanan Kiri
Edema Anasarka Ekstre atas Ekstre bawah
Turgor kulit √ Baik Jelek
Irigasi kandung kemih √ Tidak Ya, hari ke….… warna…………
f. Muskuloskeletal
Kekuatan Otot ( 0 – 5) Atrofi Otot (+ / -)
Kontraktur sendi (+ / -)
g. Integumen
Luka Ya √ Tidak
Jenis luka /lesi Luka bakar Dekubitus Luka tusuk
Vulnus Gangren Abses
Kanker ……………………
Area luka/lesi decubitus/gangrene/vulnus/kanker, dll.…………………….…..……………
Luas / diameter……… Derajat ……………. Bau : ya / tidak
Warna Merah….% Kuning…....% Hitam …….%
Eksudat (+) / (-), warna ………….……...... Jumlah eksudat : banyak/sedang /sedikit
h. Kebutuhan Edukasi
Hambatan edukasi Ya √ Tidak
Faktor hambatan Kesadaran Pendengaran Penglihatan
Kognitif Status mental Bahasa
Budaya ……………………………………
No Parameter Skor
Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
1.
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar 2
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor 3
3.
4. BB/TB = 39 kg/150 cm BMI 17.3
Kanker
j. Skoring Pasien ICU
Aspek penilaian Metode Indikator Skor Interpretasi
Document level of GCS Score 1) Eye : 4 15 15-14 : compos mentis
consciousness 2) Motorik : 6 13-12 : Apatis
3) Verbal : 5 11-10 : Delirium
9-7 : Somnolen
6-5 : Stupor
4-3 : Comatus
Skala untuk APACHE II Score 1) Suhu : 38,5-38,9 oC 12 Prediksi tingkat kematian
menentukan derajat 2) MAP : 50-69 mmHg 14,6%
berat penyakit untuk 3) HR : 70-109 bpm
menentukan laju 4) RR : 35-49 bpm
mortilitas pasien 5) Oksigenasi : A-a 200-349 & FiO2 ≥ 0,5
6) Serum Bicarb : 22-31,9 mEq/L
7) PH arteri : No ABG Data
8) Serum sodium : 130-149 mEq/L
9) Serum potassium : 3,5-5,4 mEq/L
10) Serum kreatinin : 0,62-1,46 mg/dl
11) AKI : tidak
12) Hematokrit : 30-45,9%
13) WBC : 1.0-2.9 x 109/L
14) GCS : 15
15) Umur : 45 tahun
16) Inusufiency organ : tidak
17) Post operatif : tidak
4. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan diagnostic
HARI / JENIS
KESAN KET
TANGGAL PEMERIKSAAN
10/08/2019 Foto rontgen Pneumoperitonitis
10/08/2019 BNO Ileus paralitic dengan
pneumoperitontis
Pengobatan
No Data Masalah
1. Ds: Nyeri Akut
- Pasien mengeluh nyeri abdomen di semua kudran.
- Nyeri dirasakan saat merubah posisi tidur, dan disentuh
pada permukaan abdomen.
- Nyeri diraasakan seperti panas didalam.
Do:
- Skala Nyeri 6 (0-10).
- Terpasang O2 3 liter/menit BC
- Hasil tanda-tanda vital
TD : 72/51 mmHg, N : 105 x/menit, R : 39 x/menit,
Sat 96%
Do:
- Pasien terpasang NGT.
- Distensi abdomen
- Pasien dipuasakan.
- BB : 39 kg
- TB : 150 cm
BMI :
Berat Badan 39
¿ =
tinggi badan ( m ) x tinggi badan ( m) 1,5 ( m ) x 1,5 ( m )
= 17,3 kg/m 2
- Hasil BNO
Ileus paralitic dengan pneumoperitontis
Do:
- Akral dingin
- Warna kulit pucat
- Kunjungtiva anemis
- CRT < 2 detik
- Pasien terpasang O2 Canule 3L/menit
- Retraksi dada asimetris
- Hasil tanda-tanda vital
TD : 72/51 mmHg, N : 105 x/menit, R : 39 x/menit,
S : 38,9C , Sat 96%
- Hasil Pemeriksaan Lab
Tanggal 10-08-2020
Hb: 7,7 g/dL, Eritrosit: 2,65 sel /uL, Hematokrit: 23,7
Ureum: 55 mg/dL
Tanggal 12-08-2020
Hb: 14,1 g/dL, Eritrosit: 4,85 sel /uL, Hematokritt: 42,6
Leukosit : 9100 sel/uL, Trombosit : 268.000 sel /uL, Na : 132
mmol/L, Kalium 4.0 mmol/L, Kalsium : 1.07 mmol/L,
Ureum: 69 mg/dL, Kreatinin: 1,09 mg/dL.
nutrisi.
3. Risiko syok berhubungan dengan akumulasi gas dan cairan dalam lumen.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Risiko syok berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kekuatan nadi, 1. Untuk memantau keadan
dengan akumulasi gas dan keperawatan selama 3x 24 frekuensi nadi, nafas, dan hemodinamik pasien.
caran dalam lumen jam, maka diharapkan tekanan darah (MAP).
Risiko syok dapat teratasi 2. Monitor status oksigen, cairan , 2. O2 murni diperlukan untuk
dengan kriteria hasil: dan kesadaran pasien. meningkatkan permiabilitas
kapiler
1. Tingkat syok menurun.
2. Tanda vital dalam batas
3. Berikan oksigen untuk 3. Untuk untuk mencegah atau
normal
mempertahankan saturasi memerbaiki hipoksia jaringan dan
TD 120/80 mmHg
mempertahankan oksigenasi
S 37,0 ℃ oksigen >94%. jaringan agar tetap adekuat
N 70-80x/menit dengan cara meningkatkan
RR 16-20x/menit masukan oksigen (O2) ke dalam
sistem respirasi, meningkatkan
3. Akral hangat, tidak pucat daya angkut oksigen (O2) ke
dalam sirkulasi dan meningkatkan
pelepasan atau ekstraksi oksigen
(O2) ke jaringan.
Penulis akan menguraikan mengenai kesenjangan antara teori dengan hasil temuan
faktor pendukung atau penghambat serta cara penyelesaiannya. Berikut ini akan
1. Tahap Pengkajian
Pada tahap pengkajian, ditemukan data objektif pemeriksaan penunjang yaitu dari
hasil BNO (Blass Nier Oversich) di temukan Ileus paralitik dengan pneumoperitontis.
lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga
yang di sebabkan karna kebocoran asam lambung ke dalam rongga perut. Perforasi
dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme
lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang
mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam
resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya
berakibat peritonitis kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel
bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia
awal sampai peritonitis bacterial kemudian. Adanya bakteri di rongga peritoneal
membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang
aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses, efek
disebabkan karena kebocoran asam lambung dalam rongga perut [ CITATION War16
\l 1057 ].
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya paralitik
usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus paralitik adalah
kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik
sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada
sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau
luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
paralitik dibedakan menjadi ileus paralitik mekanik dan non mekanik. Ileus paralitik
mekanik terjadi karena penyumbatan fisik langsung yang bisa disebabkan karena
adanya tumor atau hernia sedangkan ileus paralitik non mekanik terjadi karena
Hasil pengkajian diperoleh data pasien compos mentis, masih mengeluh nyeri
abdomen di semua kuadran, skala 6 (1-10), nyeri dirasakan terutama saat merubah
posisi tidur dan disentuh pada permukaan abdomen. Nyeri juga dirasakan seperti
panas di dalam, terasa terbakar sehingga merasa mulutnya menjadi kering dan tidak
nafsu makan. Pada perabaan teraba distensi abdomen. Pasien ileus paralitik akan
Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus
paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi. 6
Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik
abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat
tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak
enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri
jumlah perawat secara efektif dapat menangani pasien, dan salah satu komponen
evaluasi performa ICU. Pada kasus Tn.M, skor APACHE II adalah 12 dengan
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan analisa data dari data subjektif dan objektif yang telah
didapat, penulis merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. M yang mengacu pada
Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan[ CITATION
Tim16 \l 1057 ]. Terdapat data objektif dan subjektif mengeluh nyeri abdomen di
semua kuadran, skala 6 (1-10), nyeri dirasakan terutama saat merubah posisi tidur dan
disentuh pada permukaan abdomen. Nyeri juga dirasakan seperti panas di dalam,
terasa terbakar sehingga merasa mulutnya menjadi kering dan tidak nafsu makan.
Pada perabaan teraba distensi abdomen, Terpasang O2 3 liter/menit BC, Hasil tanda-
tanda vital TD : 72/51 mmHg, N : 105 x/menit, R : 39 x/menit, Sat 96%. Sehingga
nutrisi.
Dari data pengkajian terdapat data objektif Pasien terpasang NGT, teraba distensi
abdomen, BB : 39 kg, TB : 150 cm, IMT : 17,3 kg/m 2, Hasil Foto Ronsen :
subjektif pasien merasa mual, tetapi tidak muntah, dan pasien jarang BAB. Sehingga
c. Risiko syok berhubungan dengan akumulasi gas dan cairan dalam lumen.
jiwa[ CITATION Tim16 \l 1057 ]. Terdapat data objektif dan subjektif pasien
mengeluh sesak nafas, Akral dingin, Warna kulit pucat, Konjungtiva anemis, CRT < 2
detik, Pasien terpasang O2 Canule 3L/menit, nafas cepat, Retraksi dada asimetris,
38,9C , Sat 96%. Syok septic adalah sepsis disertai hipotensi, yang meskipun
darah sistolik < 90mmHg atau penurunan >40mmHg dari tekanan darah awal, tanpa
3. Intervensi Keperawatan
masalah Nyeri Akut Standar luaran Tidak mengeluh nyeri dan meringis, Tanda vital
penurunan distensi pada abdomen, Pasien dapat melakukan BAB dan tanpa ada
Resiko Syok dengan standar luaran Tingkat syok menurun, Tanda vital dalam
4. Pencarian Jurnal
Berdasarkan kasus Tn.M diatas penulis mencari jurnal yang sesuai dengan
kondisi diatas mengenai pemberian murotal Al-Qur’an dan dzikir untuk mengurangi
Nyeri pada pasien hal ini sebagai dukungan spiritual serta psikologi pasien untuk
kesehatan yang menandakan efektivitas sirkulasi, respirasi, fungsi saraf dan endokrin.
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respon terhadap
stress fisiologi dan psikologi, rangsangan nyeri, respon terhadap terapi serta perubahan
Pasien sangat membutuhkan manajemen nyeri. Manajemen nyeri yang tepat adalah
yang mencakup semua aspek nyeri, seperti fisik dan psiko-kognitif. Terdapat dua
dan analgesik. Pemberian obat-obatan ini harus tepat karena dapat menim-bulkan efek
samping adiksi. Pemberian obat jenis narkotika tidak terlalu dianjurkan karena dapat
me-lengkapi. Ada berbagai macam teknik distraksi, diantaranya distraksi visual, taktil,
audiotori, dan intelektual. Terapi musik atau terapi murottal merupakan metode distraksi
Secara fisiologis, terapi spiritual dengan berdzikir atau mengingat asma Allah
akan menyebabkan otak bekerja. Ketika otak mendapat rangsangan dari luar, maka
otak akan memproduksi zat kimia yang akan memberi rasa nyaman yaitu
neuropeptida. Setelah otak memproduksi zat tersebut, maka zat ini akan menyangkut
dan diserap didalam tubuh yang kemudian akan memberi umpan balik berupa
Eldessa Vava Rilla, dkk, 2014. Terapi Murottal Efektif Menurunkan Tingkat
Nyeri DibandingTerapi Musik Pada Pasien Pasca Bedah. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 17, pp. 1-7.
Fadli, dkk, 2019. Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Intensitas Nyeri Pada
Pasien Gastritis. Jurnal Kesehatan, Volume 10, pp. 1-6.
Guyton, 2014. GUYTON DAN HALL BUKU AJAR FISIOLOGI
KEDOKTERAN. 12 penyunt. Singapura: Saunders Elsevier.
Kowalak, J. P., 2013. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Lauralee, S., 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Pacagnella, 2013. A Systematic review of the relationship between blood loss
and clinical signs.. Journal Pone.
PPNI, T. P. S. D., 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia..
PPNI, T. P. S. D., 2016. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia..
Price, S., 2015. Patofisiologi Konsep-Konsep Klinis Penyakit. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. &. W. d. J., 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Suzzane C. Smeltzer, B. G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. 8
penyunt. Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Warsinggih, 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC .
LAMPIRAN PATHWAY
Obstruksi Usus
Kalsium darah adalah kalsium yang berada dalam darah dan jaringan lunak.
Kadar kalsium darah harus dikontrol dalam batas kadar yang sempit untuk
mendapatkan fungsi fisiologinya yang normal Kalsium dalam darah atau cairan
ekstraseluler (CES) berperan penting dalam proses fisiologis, yang meliputi
kontraksi otot rangka, jantung dan otot polos, pembekuan darah, transmisi impuls
Fungsi kalsium antara lain adalah untuk pembentukan tulang dan gigi,
berperan dalam pertumbuhan dan sebagai faktor pembantu dan pengatur reaksi
biokimia dalam tubuh. Pada tulang, kalsium dalam bentuk garam (hydroxypatite)
membentuk matriks pada kolagen protein pada struktur tulang membentuk rangka
yang mampu menyangga tubuh serta tempat bersandarnya otot yang menyebabkan
terangsang.
oleh vitamin K