ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi
pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginali dari
plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen
bawah uterus berkontraksi seperti plasenta letak normal (Suziyati, Mufdlilah, Hidayat,
2009).
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan
dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua
dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta
previa (Santoso, 2008).
Faktor resiko terjadinya plasenta previa yaitu usia, paritas, riwayat seksio sesaria,
riwayat abortus. Pada penelitian oleh Tabassum et al., Strassmann mengatakan bahwa
faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi
dan peradangan, sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili
khorialis persisten pada desidua kapsularis. Menurut Abdat (2010), ibu dengan riwayat
plasenta previa akan memiliki kelainan lapisan rahim (endometrium) seperti fibroid atau
jaringan parut. Menurut Ririn (2008), riwayat plasenta previa sebelumnya berisiko 12 kali
lebih besar. Menurut Ririn (2008), pada wanita–wanita yang pernah menjalani operasi
sesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita tersebut akan mengalami plasenta
previa. Risiko akan makin meningkat setelah mengalami empat kali atau lebih operasi
sesar (pada wanita–wanita yang pernah 4 kali atau lebih menjalani operasi sesar, maka
1 dari 10 wanita ini akan mengalami plasenta previa). Adanya jaringan parut pada rahim
oleh operasi sebelumnya.
Dilaporkan, tanpa jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah
berturut-turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan
10% setelah 4 kali atau lebih. Dalam kurun waktu reproduksi sehat bahwa umur aman
untuk kehamilan adalah 2035 tahun.Wanita pada umur < 20 tahun mempunyai risiko
3
lebih tinggi untuk mengalami plasenta. Menurut Wardana dan Karkata (2002) Resiko
placenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar, multiparitas
berisiko sebesar 1,3 kali, sedang riwayat abortus resiko placenta previa sebesar 4 kali
dan pada riwayat seksio sesarea tidak ditemukan faktor resiko terjadinya placenta previa
(Sari, 2009).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian plasenta previa?
2. Apa saja Etiologi plasenta previa?
3. Apa saja Manifestasi plasenta previa?
4. Apa saja Klasifikasi plasenta previa?
5. Apa saja Patofisiologi plasenta previa?
6. Bagaimana Patomekanisme tanda dan gejala pada kasus?
7. Apa saja Komplikasi plasenta previa?
8. Bagaimana Pemeriksaan penunjang plasenta previa?
9. Bagaimana Penatalaksaan plasenta previa?
10. Apa saja Peran dan prinsip legal dalam perawat dalam kasus plasenta previa?
11. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan plasenta previa?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan kasus ibu Plasenta Previa?
1.3 Tujuan penyusunan
1. Untuk mengetahui pengertian plasenta previa.
2. Untuk mengetahui Etiologi plasenta previa.
3. Untuk mengetahui Manifestasi plasenta previa.
4. Untuk mengetahui Klasifikasi plasenta previa.
5. Untuk mengetahui Patofisiologi plasenta previa,
6. Untuk mengetahui Patomekanisme tanda dan gejala pada kasus
7. Untuk mengetahui Komplikasi plasenta previa.
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang plasenta previa.
9. Untuk mengetahui Penatalaksaan plasenta previa.
10. Untuk mengetahui prinsip legal dalam perawat dalam kasus plasenta previa.
11. Untuk mengetahui Konsep asuhan keperawatan plasenta previa.
12. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan kasus ibu Plasenta Previa
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
2 Pengertian plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebgaian atau seluruh
permukaan jalan lahir ( Ostium Uteri Internum).
komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak dibagian bawah rahim, sebagian
atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa
rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan
oleh tingkat perambahan pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan
lebih mungkin terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan
segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus,
pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk
pengembangan plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi
kehamilan, operasi intrauterine, merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia
ibu dan peningkatan tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan
konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction
(IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu
dan histerektomi darurat.
5
kurang baik,misalnya karena atrofi endometrium atau kurang bianya vaskularisasi
kesidua.Keadaan ini bisa ditemukan Menurut (Sudarti,2014) sebagai berikut :
a Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
b Mioma uteri.
c Koretasi yang berulang.
d Umur lanjute.Cacat atau jaringan perut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC, kuret dan lain-lain)
6
Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus
sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
- Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
- Janin biasanya masih baik
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
plasenta.
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada
segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan
previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
7
2.4 Patofisiologi plasenta previa
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadisejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serat
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan seviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karenaa perobekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontaksi seperti pada plasenta letak
normal (Sudarti, 2014).
Pendarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga
biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta previa
diawali dengan implantasi embrio pada bagian bawah uterus. Dengan
melekatnya dan bertumbuhannya plasenta, plasenta yang telah berkembang
bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi
desidua yang jelek, inflamasi atau perubahan atropik (Ashari, 2009).
8
Pendarahan antepartum akibat plasenta previaterjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umunya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dsn
pembukaan serviks menyebabkan sinus robek karena lepasnya palsenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan
tak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal (Nugroho, 2010).
9
10
4 Patomekanisme tanda dan gejala pada kasus
Laserasi
endometrium secara
sengaja sengaja
Endometrium
yang cacat
Plasenta yg tumbuh
di segmen bawah
Plasenta previa uterus akibat
vaskularisasi
11
Maryunani (2016) menjelaskan ada 2 komplikasi plasenta previa, yaitu:
a. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik bagi ibu
maupun pada janin yang dikandungannya, yaitu :
1) Perdarahan yang hebat dan syok sebelumatau selama persalinan,
yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
2) Persalinan prematur atau preterm (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
yang mana merupakan risiko terbesar bagi janin.
3) Defect persalinan a)Defect persalinan terjadi 2,5 kali lebih seringpada
kehamilan yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan
yang tidak dipengaruhinya.b)Sampai saat ini penyebabnya tidak
diketahui.
4) Infeksi.
5) Leserasi serviks.
6) Plasenta akreta.
7) Plasenta tali pusat.
8) Prolapse plasenta
b. Plasenta previa dapat menghambat perkembangan janin.
1) Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah
pertumbuhan janin pada plasenta previa.
2) Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedan antara
bayi-bayi pada kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan norm
6 Pemeriksaan penunjang plasenta previa.
Pemeriksaan penunjang menurut Maryunani(2016)sebagai berikut :
a. Laboratorium : Darah lengkap, urine lengkap.
b. Kardiotokografi (KTG), Doppler Laennec untuk mengetahui kesejahteraan
janin.
c. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang menurut Hidayat (2009) sebagai berikut :
a USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b Pemeriksaan darah : hemoglobin.
Pemeriksaan penunjang menurut Ayu T.D (2016) sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematocrit.
12
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.
c. Pemeriksaan luar bagian terbaah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul. Ada kelainan letak janin.
d. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hatoi dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain ( servisitis,
polip, keganasan, laserasi/troma)
7 Penatalaksaan plasenta previa.
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Nugroho (2010) sebagai berikut :
Penatalaksanaan dengan plasenta previa datang dengan keluhan adanya
perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga.
Penatalaksaan plasenta previa tergantung dari usia gestasi penderita dimana
akan dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu mengakhiri kehamilan ataupun
ekspektatif yaitu mempertehankan kehamilan selama mungkin.
a. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tida terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servivis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan
secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif :
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal.
4) Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta
previa
1) Section caesarea
13
Prinsip utama dalam melakukan section caesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jia ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebu dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut ;
a) Amniotomi pervaginam
Umumnya dilakukan pada palsenta previa lateralis/
marginalis dengan pembukaan lebih dari 3 cm serta presentasi
kepala. Dengan memecah ketuban, lasenta akan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin.
b) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Barxton Hicks ialah
mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki)
janin.
c) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet,
kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti.
Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan
seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
8 Peran dan prinsip legal dalam perawat dalam kasus plasenta previa.
a Role model :menjadi panutan perilaku dan sikap gaya hidup sehat
b Memfasilitasi keterlibatan klien dalam pengkajian, implementasi, dan
evaluasi tujuan kesehatan.
c Educator :Mengajarkan klien mengenai strategi perawatan diri untuk
meningkatkan kebugaran, memperbaiki nutrisi, mengatasi kecemasan,
dan meningkatkan hubungan.
d Non-malefesiensi: Membantu individu, keluarga, dan komunitas untuk
meningkatkan derajat kesehatan.
e Autonomi : Membantu klien, keluarga, dan komunitas untuk
mengembangkan dan memilih pilihan perencaan menanganan plasenta
previa sesuai psikososial dan medis.
f Memperkuat perilaku promosi kesehatan personal klien dan keluarga.
14
9 Konsep asuhan keperawatan plasenta previa
1. Pengkajian
Anamnesa: ibu hamil trimester III dengan uumur kehamilan 28 - 40 minggu
mengeluh mengeluarkan darah dari vagina pada wkatu tidur, warna darah merah
segar, tidak disertai nyeri perut.
Pemeriksaan fisik:
a. inspeksi dapat dilihat adanya perdarahan yang keluar pervagina, biasanya
sedikiti atau banyak, warna merah segar, pucat, kesadaran menurun.
b. palpasi janin sering belum cukup bulan, sehingg TFU rendah, sering
dijumpai kelainan letak, bagian bawah janin belum masuk PAP.
c. auskultasi: DJl normal 120-160 x/menit, jika perdarahan banyak dapat
menyebabkan distress janin.
d. pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran letak plasenta pada SBR
2. Diagnosa Keperawatan dan rencana tindakan
a. Risiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perdarahan pervagina.
Rencana tindakan:
1) Observasi perdarahan
2) Anjurkan klien untuk tirah baring
3) Berikan posisi yang tepat yaitu kepala lebih rendah dari pinggang
4) Observasi tanda vital dan tanda shock
5) Observasi kontraksi uterus dab keadaan janin
6) Hindari rectal atau vagina toucher
7) Lakukan pemeriksaan hb
8) Kolaborasi dalam pemberian rehidrasi cairan dan tranfusi
b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan oksigenasi yang tidak
adekuat sekunder terhadap perdarahan .
Rencana tindakan:
1) Observasi keadaan janin dan pantau DJJ .
2) Catat jumlah perdarahan yang keluar dan kontraksi uterus.
3) Anjurkan klien utnuk tirah baring .
4) Kolaborasi dalam pemberian oksigen, rehidrasi dan tranfusi.
15
5) Siapkan klien jika diindikasikan operasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
16
Ny N usia 32 tahun, datang ke PONEK RS H diantar suaminya. Hasil anamnesa dan
pemeriksaan perawat, klien mengeluh keluar darah merah segar dari jalan lahir sedikit demi
sedikit tetapi terus menerus sejak tadi pagi. Keluarnya darah tidak disertai nyeri. Keluarnya
darah diawali dengan flek-flek darah sejak kemarin. Status paritas G2P0A1, TD 100/70
mmHg, HR 100x/mnt, RR 24x/mnt, TFU 30 cm, DJJ 144x/mnt. Hasil USG menunjukkan
penutupan Ostium Uteri Internum, presentasi kepala namun belum masuk PAP dan Hb dlm
batas normal. Klien Nampak cemas dengan kondisi saat ini dan mengharapakan agar janin
didalam kandungan tidak mengalami gangguan.
3.1 Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien : Ny. “N”
Umur Pasien : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bandung
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 28 April 2020
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 38 minggu dengan
riwayat abortus.
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. “P"
Alamat : Bandung
Hubungan dengan pasien : Suami
17
2. Keluhan utama
Keluarnya darah tidak disertai nyeri. Keluarnya darah diawali dengan
flek-flek darah sejak kemarin
3. Riwayat kesehatan sekarang
Selain pendarahan tanpa nyeri, Klien Nampak cemas dengan kondisi saat
ini dan mengharapakan agar janin didalam kandungan tidak mengalami
gangguan.
4. Riwayat kehamilan
a. G2P0A1
1) TPU : 30 cm
2) Usia Kehamilan : 38 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan
merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi
perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa demam
hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1
tahun yang lalu
18
Pasien mengatakan sudah menikah
c. Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak kedua , pernah keguguran saat pertama
hamil.
d. Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana, namun
pasien ingin menggunakan KB suntik.
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Genogram
Pasien
Keterangan :
: laki-laki :garis keturunan
: perempuan :tinggal serumah.
: garis perkawinan
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi.
3.4 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
1. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 100 x/menit
c. Temperatur : 38,5oC
d. Respirasi : 24 x/menit
e. DJJ : 144 x/menit
19
2. Kulit, rambut, dan kuku
a. Kulit : kulit lembab tidak kering.
b. Kuku dan rambut : kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
3. Kepala dan leher
a. Wajah : tidak oedem, tidak pucat.
b. Mata : Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini disebabkan oleh
perdarahan yang banyak.
c. Telinga : simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
4. Mulut, dan hidung
a. Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
b. Hidung : Tidak ada cairan keluar dari hidung.
5. Thoraks
a. Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
c. Perkusi : suara sonor.
6. Auskultasi : terdengar suara vesikuler.
7. Payudara
Payudara simetris dan areola terlihat hiperpigmentasi
8. Jantung
a. Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
b. Palpasi : iktus cordis teraba.
c. Perkusi : suara redup.
d. Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.
9. Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, terdapat striae gravidarum terlihat linea
alba.
Palpasi : Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala namun belum masuk PAP , TFU 30 cm.
Auskultasi : terdengar DJJ 144 x/menit
10. Ekstremitas
Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi.
11. Genetalia
20
Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut.
1. Analisis Data
No DATA PENYEBAB MASALAH
1. DS : Pendarahan Resiko
- Pasien mengeluh keluar darah merah segar dari jalan lahir pervagina hipovolemia
sedikit demi sedikit tetapi terus menerus sejak tadi pagi
DO :
DDJ: 144 x/menit
-Tanda-tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
R : 24 x/menit
-Terlihat pendarahan
2. DS : menutupi Resiko cedera
- Pasien menyatakan ada flek keluar tanpa rasa nyeri jalan lahir pada janin
3.
4.
21
a. Resiko hipovolemia b/d perdarahan pervagina
b. Resiko cedera pada janin b/d menutupi jalan lahir
22
3.7 Intervensi
No Diagnose Tujuan dan kritera hasil Intervensi rasional
1. D.0034 L.05020 I.02044 - Observasi
pendarahan
Resiko dilakukan asuhan Tindakan - Pusing
Observasi - Pandagan tidak
hipovolemia keperawatan selama
jelas
- Identifikasi - Mengetahui
b/d 3x24 jam diharapkan keluhan ibu kondisi pasien
perdarahan Resiko hipovolemia - Monitor tanda dan tanda-tanda
tanda vital dan pendarahan
pervagina bisa teratasi dengan tanda shock hebat
kriteria hasil: - Monitor - Untuk
kesadaran mengathui
- Pendarahan Terapeutik perubahan
tanda-tanda
dapat teratasi - Posisikan supine vital yang
atau mengindentifika
- Asupan cairan trendelenburg si shok
- Pasang oksimetri - Saat tirah
terpenuhi baring akan
nadi
- Tanda-tanda - Ambil darah mengurangi
untuk memeriksa penekanan pada
vital normal darah lengkap plasenta
Kolaborasi - Untuk
memunuhi
- Kolaborasi kebutuhan
pemberian cairan yang
uterotonik hilang dalam
- Kolaborasi tubuh saat
pemberian terjadi
antikoagulan pendarahan
23
janin b/d keperawatan selama Observasi selama 1 menit
- Denyut jantung
menutupi jalan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi status lebih >160 serta
obstetric <100 dapat
lahir Resiko cedera pada - Monitor denyut menunjukkan
L.14136 jantung janin gawat janin
janin bisa teratasi - Monitor tanda- kemungkinan
dengan kriteria hasil: tanda vital ibu terjadi
Terapetik gangguan
1. Perdarahan minimal perfusi pada
- Atur posisi
plasenta
2. DJJ rentang 120-160 pasien
- Untuk
- Lakukan
mengathui
x/menit maneuver perubahan
Leopold tanda-tanda
Edukasi vital yang
- Jelaskan tujuan mengindentifika
dan prosedur si shok
pamantauan - Saat tirah
- Informasikan baring akan
hasil pemantauan mengurangi
jika perlu penekanan pada
plasenta
- Untuk
menentukan
posis janin
-
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebgaian atau seluruh
permukaan jalan lahir ( Ostium Uteri Internum).
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan
dari endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua
dianggap sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta
previa (Santoso, 2008). Faktor resiko terjadinya plasenta previa yaitu usia, paritas,
riwayat seksio sesaria, riwayat abortus. Pada kasus Ny.N diagnose yang dapat diambil
adalah :
a. Resiko kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b/d perdarahan
pervagina.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d oksigenasi yang tidak adekuat sekunder terhadap
pendarahan.
c. Kecemasan b/d kurang pengetahuan.
d. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta
4.2 Saran
1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal
yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila di rumah harus dapat
melakukan perawatan diri dan bertambah pengetahuan tentang plasenta previa.
2. Perawat sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan pasien
sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar
25
DAFTAR PUSTAKA
26