OLEH :
NOVA RAHMAYANTI
P00320018082
TAHUN AJARAN2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Antenatal Care (ANC)” dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
yang terang benderang. Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam
pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup
ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum diungkapkan
dalam membahas asuhan keperawatan pada penyakit Antenatal Care (ANC).
Penyusun
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
menempel pada puncak vagina. (Diananda, Rama, 2009).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanefestasikan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel
pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun, 90%
dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahum. (Sarjadi, 2001)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan
bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ
reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina.
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna dan genetalia
interna.
1. Genetalia eksterna
a. Mons veneris
Bagian yang menonjol bagian simfilis yang terdiri dari jaringan lemak, daerah ini
ditutup bulu masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Disebelah luar vulva dilingkari oleh
labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan membentuk
kommisura posterior dan perineum. Dibawah kulitnya terdapat jaringan lemak
seperti yang ada di mons veneris.
c. Labia mayora
Labia mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatas vulva, terdiri
atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas tumbuh rambut
di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora
Labia minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labia mayora, dengan
banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora),
maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat
muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra, kelenjar bartholimi dan
kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama ditengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina. Pada
bagian ini bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit konsistensi ada
yang kaku dan yang linak, lubangnya ada seujung jari ada yang dapat dilalui satu
jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik tentu otot-otot dasar panggul yang ditutupi
oleh kulit perineum.
2. Genetalian interna
a. Vagina
Tabung yang dilapisi membran dan jenis-jenis e[itelium bergaris, khusus dialiri
banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai
uterus 71/2. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding
depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada
puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak didalam pelvis antara rectum
di belekang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterus
terapung didalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2
cm, lebar ± 5 cm, tebal ± 2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan
kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi sebagai
tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri di sebut
kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara
kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi:
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametrium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terelat kiri dan kanan uterus di bawah
merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus.
d. Tuba fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan
sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba
mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum Tuba fallopi
disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira
12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria,
untuk memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba. (Tambayong, 2002)
C. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel-sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatau massa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma pada
kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh
beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV ditemukan angka kejadian
kanker serviks yang meningkat.
2. Merokok
Pada wanita perokok kosentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 18 tahun).
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan menikah dengan wanita
yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegak keguguran.
6. Pemakaian pil KB.
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian.
7. Infeksi herpes genetalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah.
Dilakukan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah. (Dr. Imam Rasjidi, 2010)
D. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala
atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang mengalami mutasi dapat berkembang
menjadi sel disolasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak pada jaringan saraf akan
timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan
masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berlebihan dan berbau
busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat
diambil masalah keperawatan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada
pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain
mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka
mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksterna radiasi). Efek
samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek radiasi bagi kulit adalah menyebabkan kulit merah dan kering
sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua
tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan sehingga daya tahan
tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan
penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia,
Anderson, 2005)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
2. Jaringan
3. Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75% - 80%)
4. Pendarahan yang terjadi diluar senggama
5. Pendarahan spontan saat defekasi
6. Pendarahan diantara haid
7. Rasa berat dubawah dan rasa kering divagina
8. Anemia akibat pendarahan berulang
9. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium lanjut
hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang
biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka
harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam
ginekologi.
Penggolongan obat sitostika antara lain:
a. Golongan yang terdiri atas obat-obatan yang mematikan semua sel pada siklus
termaksud obat-obatan non spesifik.
b. Golongan obat-obatkan yang memastikan pada fase tertentu darimana proliferasi
termaksud obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih besar,
termaksud obat-obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi eksternal antara
lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang dgunakan untuk prosedur. Selama
terapi yaitu memilih kulit yang baik untuk menganjurkan menghindari sabun, kosmetik
dan deodorant. Pertahankan keadekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara
lain hindari infeksi, laporkan tanda-tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek
radiasi persiten 10-14 hari sesudah pengobatan dan melakukan perawatan kulit dan
mulit.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam perawatan umum
adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan dalam perawatan pre insersi
antara lain menurunkan kebutuhan untuk enema atau buang air besar selama beberapa
hari, memasang kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjang dan latihan ROM dan
jelaskan kepada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi
fowler, berikan makanan beraerat dan parenteral sampai 300 ml dan memberikan
support mental. Perawatan post pengobatan antara lain menghindari komplikasi post
pengobatan ( tromboplebitis, emboli pulmonal), monitor intake dan output cairan.
(Bambang sarwiji, 2011)
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanincolaous (tes PAP) sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang
dapat disamakan dengan sebuah mikroskop yang bertenaga rendah dengan sumber
cahaya didalamnya ( pembesaran 6-40 kali). Kalau pemeriksaan sitologi menilai
perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia
dan perubahan metabolik yang terjadi dijaringan serviks.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat) terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian
kelainan didalam kanalis servikalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam
sehingga harus di awetkan dalam larutan formalin10%.
4. Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang dikeluarkan berbentuk kerucut (konus), dengan kanalis sevikalis sebagai sumbu
kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan korisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase.
Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi tidak dapat
dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan
larutan lugol (yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100 ml) dan eksisi dilakukan diluar
daerah dengan tes positif (daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol). Konikasi
diagnostik dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
1. Proses dicurigai berada di endoserviks
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopalogik
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
FORMATPENGKAJIANDATA GANGGUAN
SISTEMREPRODUKSI
A.IDENTITA
S
1. NamaPaien : Ny. T NamaSuami : Tn. T.S
2. Umur : 47 Tahun Umur : 50 Tahun
3. Suku/ Bangsa: jawa Suku/ Bangsa: Bugis
4. Agama : islam Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP Pendidikan : D3
6. Pekerjaan : pegawai swasta Pekerjaan : Wiraswasta
7. Alamat : BTN Tawang Alung Alamat : BTN Tawang Alung
8. StatusPerkawinan: menikah
B.STATUSKESEHATANSAATINI
1. AlasankunjungankeRumahSakit : klien mengatakan lemas, tidak mau makan
2. Keluhan utama saat ini: klien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti
melilit
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi: suami klien mengatakan 2 bulan lalu klien
melakukan pengobatan cina dan mengalami pendarahan
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi:
2. RiwayatKeluargaBerencana
a) MelaksanakanKB: ( √ ) ya ( )tidak
b) Bilaya,Jeniskontrasepsi apayangdigunakan : pil KB
c) Sejakkapanmenggunakankontrasepsi: 2015
d) Masalahyangterjadi : -
3. RiwayatKesehatan
a) Penyakityangpernahdialami ibu : klien mengatakan
pernah demam
b) Pengobatanyangdidapatkan : ......................
c) RiwayatPenyakitKeluarga : ......................
( )Penyakit DiabetesMelitus
( )Penyakit Jantung
( )Penyakit Hipertensi
( )Penyakit Lainnya
4. RiwayatLingkungan
a) Kebersihan : baik
b) Bahaya : tidak
c) Lainnya,sebutkan: -
5. AspekPsikososial
a) Persepsi ibu tentang keluhan/ penyakit: klien mengatakan berharap penyakitnya segera
sembuh, pasien terlihat sering melamun dan saat ditanya mengenai penyakitnya pasien
menangis dan jarang menatap perawat saat berbicara.
b) Aspek keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari, bila ya
bagaimana : suami klien mengatakan semenjak sakit pasien hanya terlihat
menangis dan diam
c) Harapan yang ibu inginkan : klien mengatakan penyakitnya segera sembuh
d) Ibu tinggal dengan siapa : suami
e) Siapaorangyang terpenting bagi ibu : suami
f) Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : mendukung
kesembuhan klien
g) Kesiapan mental untuk menjadi Ibu: ( )Ya( )Tidak
6. KebutuhanDasar Khusus
a) PolaNutrisi
1) Frekuensi makan : 3x/hari
2) Nafsu makan : ( )baik (√ )tidak ada nafsu makan,
Alasan: suami klien mengatakan semenjak sakit klien tidak mau makan dan hanya
minum susu yang diberikan dari rumah sakit tapi hanya sedikit
3) Jenis makanan rumah :-
4) Makananyang tidak disukai/alergi/pantangan: -
b) PolaEliminasi
BAK
1) Frekuensi :suami klien tidak tau berapa kali BAK karena menggunakan kateter
du urin bag terdapat 1200 cc
2) Warna : kuning kecoklatan
3) Keluhan :-
BAB
1) Frekuensi : 2 kali
2) Warna : kuning
3) Bau : khas
4) Konsistensi : lunak
5) Keluhan :-
c) PolaPersonal Hygiene
1) Mandi
- Frekuensi : 2 x/hari
- Sabun : ( ) Ya ( √ )Tidak
2) Oral Hygiene
- Frekuensi : 2 x/hari
-Waktu : ( √ ) Pagi ( )Sore ( √ )Setelahmakan
3) Cuci rambut
- Frekuensi : ......................x/hari
- Shampo : ( ) Ya ( )Tidak
d) Pola IstirahatdanTidur
1) Lama tidur : 8 jam/hari
2) Kebiasaan sebelum tidur :-
3) Keluhan :-
7. PemeriksaanFisik
a) Keadaan Umum : lemah Kesadaran : composmentis
b) Tekanandarah : 100/50 mmHg Nadi : 100 x/mt
c) Pernapasan : 22 x/menit Suhu: 370C
d) BeratBadan: 44 Kg Tinggi Badan: 155 cm
e) Kepala:
Bentuk : mesocephal
Keluhan :-
f) Mata:
1) Kelopak Mata : normal
2) Gerakan Mata : normal
3) Konjungtiva : anemis
4) Sclera : tidak ikterik
5) Pupil : normal
6) Akomodasi :-
7) Lainnya,sebutkan :-
g) Hidung:
1) Reaksi alergi : tidak ada
2) Sinus :-
3) Lainnya,sebutkan :-
B. KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif:
1. Klien mengatakan diit dari rumah sakit tidak dihabiskan
2. Suami klien mengatakan selama sakit pasien tidak mau makan dan hanya minum
susu dari rumah sakit namun tidak dihabiskan
3. Suami klien mengatakan dahulu berat badan istrinya 52 kg
4. Klien mengatakan mules pada bagian perut bawah, seperti melilit
5. Klien mengatakan skala nyeri berada pada angka 4
6. Suami klien mengatakan selama sakit pasien hanya menangis dan diam
Data Objektif:
1. BB: 40 kg
2. TB: 155 cm
3. IMT: 16,6
4. BB turun >10 %
5. Pasien terpasang kateter
6. Pasien terlihat sering melamun
7. Saat ditanya mengenai sakitnya pasien menangis
8. Pasien jarang menjawab saat ditanya dan menjawab seperlunya
9. Klien nampak lemah
10. Klien nampak meringis
C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Defisit nutrisi b.d
1. Klien mengatakan diit faktor psikologis
dari rumah sakit tidak
dihabiskan
2. Suami klien mengatakan
selama sakit pasien tidak
mau makan dan hanya
minum susu dari rumah
sakit namun tidak
dihabiskan
DO:
1. BB: 40 kg
2. TB: 155 cm
3. IMT: 16,6
4. BB turun > 10%
2. DS: Nyeri kronis b.d
1. Klien mengatakan mules penekanan syaraf
pada bagian perut
bawah, seperti melilit
2. Klien mengatakan skala
nyeri berada pada angka
4
3. Suami klien mengatakan
selama sakit pasien
hanya menangis dan
diam
DO:
1. Klien nampak lemas
2. Klien nampak gelisah
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis
2. Nyeri kronis b.d penekanan syaraf
E. PERENCANAAN/INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil Perencanaan
1 Defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan tindakan Manajemen
Nutrisi
psikologis keperawatan selama .. x 24
Observasi:
jam maka Status Nutrisi identifikasi status
Membaik dengan kriteria nutrisi
hasil: identifikasi makanan
1. Porsi makanan yang yang disukai
dihabiskan meningkat monitor asupan
2. Nyeri abdomen menurun makanan
3. Berat badan membaik monitor berat badan
4. IMT membaik Terapeutik:
sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
berikan makanan
tinggi serat agar
mencegah konstipasi
berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi:
anjurkan posisi
duduk, jika mampu
ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik)
kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang diburuhkan,
jika perlu
2 Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen
Nyeri
penekanan syaraf keperawatan selama .. x 24
Observasi:
jam maka Tingkat Nyeri identifikasi lokasi,
Menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun identifikasi skala
3. Gelisah menurun nyeri
identifikasi respon
nyeri non verbal
identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik
berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi:
jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
jelaskan strategi
meredakan nyeri
anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi:
kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
F. IMPLEMENTASI
Implentasi Pada Klien berdasarkan apa yang akan direncakan kepada Klien berdasarkan
Hari/Tanggal/Waktu Pelaksanaan Implementasi dan diakhiri dengan Evaluasi, dari
perkembangan implementasi kepada klien
G. EVALUASI (SOAP)
S = Subyek
O = Obyektif
A = Analisa
P = Perencanaan Selanjutnya