DI RS ALIYAH
Studi Kasus Ini Di Ajukan Memenuhi Tugas pkk Dari Mata Kuliah
Keperawatan maternitas Semester IV
OLEH:
HASRINA
P00320018064
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas dengan judul “asuhan
keperawatan Post partum dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dengan adanya penulisan makalah
ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan
masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan studi kasus ini belum mencapai hasil
yang sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat
membangun demi penyempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga tugas ini
dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih
belum diungkapkan dalam membahas asuhan keperawatan pada penyakit angina
pectoris.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
A. Pengertian .................................................................................................
C. Etiologi………………………………………………………………….
D. Patofisiologi…………………………………………………………….
E. Manifestasi klinik………………………………………………………
G. Komplikasi……………………………………………………………...
J. Pengkajian fokus………………………………………………………
L. Intervensi keperawatan………………………………………………
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN MASALAH VULVA
HYGIENE (SESUAI SDKI,SLKI,SIKI.)
A. Pengkajian………………………………………………………………………..
B. Klasifikasi Data.....................................................................................................
C. Analisa Data..........................................................................................................
D. Diagnosa…………………………………………………………………………
E. Intervensi..............................................................................................................
F. Implementasi.........................................................................................................
G. Evaluasi.................................................................................................................
3.1 Saran............................................................................................................................
3.2 kesimpulan..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
A. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
( Bobak, 2010).
Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).
Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo,
2000).
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998).
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah
bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia
mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora
terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar
di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat
labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih
sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen
h. Perineum
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita
normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa
usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di
sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar
ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
C. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa
badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang
dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
2) Meneran
b. Faktor Janin
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul
a) Presentasi Muka
b) Presentasi Dahi
1) Vakum ekstrasi
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
4) Persalinan Presipitatus
D. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
3. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3
fase yaitu :
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari
ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang
semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai
bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah
dilakukan kembali.
E. Manifestasi klinik
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama
1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua,
sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan
3. Abdomen
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil
(Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
6. Payu dara
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua
dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
a. Volume darah
b. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
c. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah
wanita melahirkan (Bowes, 1991).
8. Sistem neurologi
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit
kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar,
tapi tidak hilang seluruhnya.
Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur perineum dapat
dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1) Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
1) Mukosa Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
c) Otot perineum
d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
G. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah
kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah
melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga
penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden
infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari
selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu
akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya
di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan trombosis
7. Emboli
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004).
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa
vagina.
I.Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa
perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan
penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :
dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis
dalam kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan
rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal
dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan
catgut kromik sehingga bertemu kembali.
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum
tingkat I.
Menurut Mochtar (1998) persalinan yang salah merupakan salah satu sebab
terjadinya ruptur perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
(2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat
mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau meminimalkan robekan pada perineum.
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).
J. Pengkajian Fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai
berikut :
4. Pola eliminasi
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
4) Pemeriksaan reflek
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
IBU NIFAS
A. BIODATA
2) Panjang badan : 49 cm
5. Pola Reproduksi
a. Menarche Urnur : 13 Tahun
b. Sikius Haid : 29 hari Teratur / Tidak
c. Lamanya haid : 10 hari
d. Jumlah Darah : Sedang(2x ganti pembalut/hari)
e. Dysmenorrhea : Klien mengatakan sakit pinggang waktu pertama haid
6. Riwayat Kesehatan
b. Riwayat Penyakit yang pernah dialami/terutama yang bcrpengaruh terhadap
kehamilan:Klien mengatakan tidak ada masalah kesehatan
c. Riwayat operasi yang pernah dialami :Klien mengatakan tidak perna mengalami
operasi
1) Indikasi : -
2) Tanggal / Jam : -
3) Keadaan Luka: -
d. Riwayat Keluarga :
1) Penyakit : TBC, Hepatitis, Kejiwaan, DM, Malaria, atau Penyakit
lainnya :Klien mengatakan tidak ada keluarga perna mengalami penyakit
menular dan menurun
b. Eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi / Hari :1x/Hari
Warna :.Kuning
Konsistensi : Lunak
Jumlah : Sedang
8. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 85x/menit
3) Pernapasan : 21x/menit
4) Suhu: 36,9 derajat celcius
b. Berat Badan : 60 kg
c. Tinggi Badan: 157 cm
d. Cara Berjalan : Klien mengatakan Belum bisa berjalan karena takut bergerak
e. Kesadaran Umum: Komposmentis
f. Inspeksi
1) Kepala
- Rambut : Nampak Rambut Kusam
2) Muka
- Pucat :Tidak ada
- Kloasma Gravidarum:Nampak ada kloasma gravidarum
di leher
- Sianosis : Tidak ada
- Udema: Tidak ada
3) Mata
- Kelompak mata : Normal
- Sklera mata : Tidak Ada Ikterik
- Konjungtiva : Normal
4) Mulut dan gigi
- Berbau : Berbau khas
- Jumlah Gigi : Masih lengkap
- Caries : Tidak ada
- Stomatitis : Tidak ada
5) Leher
- Pembesaran Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar
6) Buah dada
- Konsistensi : simetris antara KA/KI
- Putting : Nampak putting susu keluar/Baik
- ASI / Colostrum : Nampak ada pengeluarana ASI
- Kebersihan : Nampak bersih
- Kelainan : Tidak ada kelainan
- Produksi ASI kurang dengan stimulasi putting :Baik
- Kondisi payudara dalam keadaan kosong pasca menysui:Ya
- Terdapat luka/lecet pada putting :Tidak ada
- Riwayat operasi payudara :Tidak perna
7) Uterus
Banyaknya : 75 cc
Baunya : Amis
1) Vulva
1. Bagaimana kesiapan ibu menghadapi persalinan :Klien mengatkan sangat siap dalam
menghadapi persalinan
2. Pola interaksi : Klien mngtakn pola intraksi baik dengan keluarga
3. Apakah senang menerima bayinya : Klien mengtakan sangat senag dengan
kelahiran bayinya
4. Bagaimana perasaan selama dirawat :Klien mengatakan merasa tidak nyaman karena
belum perna membersihkan daerah perineum
5. Perasaan tentang pelayanan yang diberikan : Klien mengatakan perasaannya belum
nyaman terhadap pelayanan yang di berikan
6. Bantuan yang diharapkan : Klien mengatakan ingin di bantu perawat dalam
membersihkan area perineum
7. Ada Perubahan fungsisosial:Tidak ada
8. Apakah kondisi bayi saat ini sesusai dengan harapan ibu:Klien mengatakan bayi nya
dalam keadaan sehat sesuai yang diharapkan
C. DATA SOSIAL
1. Bagaimana hubungan dengan :
a. Keluarga : Baik
b. Tetangga / Lingkungan : Baik
c. Sesama pasien di rumah sakit : Baik
d. Perawat / Bidan / Dokter : Baik
e. Siapa yang paling berarti / penting : klien mengatakn yang paling penting adalah
keluarga dan tenaga medis
2. Self Care :
a. Perawatan buah dada : Klien mengatakan buah dada tidak ada masalah
b. Perawatan perineum :
-Klien mengatakan belum perna melakukan perawatamn
perineum karena takut bergerak
c. Perawatan bayinya :Klien mengatakan perawatan bayi baik
d. Latihan senam nifas : Belum perna
D. DATA SPIRITUAL
1. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa : Klien mengatakan sangat yakin terhdan
tuhan
2. Ketaatan dalam menjalankan ibadah : Klien mengatakan untuk saat ini hanya
bisa berdoa tanpa sholat
3. Bagaimana kepercayaan pasien menurut agama yang dianut terhadap keluarga
berencana :Klien mengatakan sangat percaya
terhadap agama yang dianutterhadap keluarga berencana
Bila setuju, alasannya :Klien mengatakan alas an ingin KB
untuk mencegah kehamilan dini
4. Kegiatan keagamaan yang diikuti : majelis ta’lim
1) BB Bayi:3000 gram
2) PB :49 cm
3) Kodisi bayi saat menyusui
a) Apakah bayi mau mendekat pada payudara:
Klien mengatakan bayi mendekat saat menyusui
b) Apakah bayi menangis setelah 1 jam disusui:
Klien mengatakan bayinya tidaak menagis padaa saat 1 jam di
susui
c) Bayi nampak menolak/ tidak mampu latch-on
d) Defikasi ade kuat……Ya……..Tidak
e) Keadaan urine bayi
Mahasiswa
HASRINA
KLAFIKASI DATA
1. DATA SUBJEKTIF
Klien mengatakan merasa tidak nyaman di area perineum karena sudah 2 hari tidak
di bersihkan berhubung klien takut bergerak
Klien mengatakan persalianan 3 hari yang lalu
Klien mengatakan jenis persalinan Spontan
Klien mengatakan belum perna mandi karena takut bergerak
Klien mengtakan tidak perna sikat gigi selama 3 hari
Klien mengatakan tidak perna keramas selama 3 hari
Klien mengatakan ganti pakaian dalam 2x sehari tetapi tidak mandi
Klien mengatakan Belum bisa berjalan karena takut bergerak
Klien mengatakan merasa tidak nyaman karena belum perna membersihkan daerah
perineum
Klien mengatakan perasaannya belum nyaman terhadap pelayanan yang di berikan
Klien mengatakan ingin di bantu perawat dalam membersihkan area perineum
Klien mengatakan belum perna melakukan perawatan perineum karena takut
bergerak
2. Data objektif
Nampak terdapat ruptur pada perineum
Nampak klien susah bergerak dan berhati-hati
Nampak penampilan klien kurang rapih
Nampak klien masih lemah
Nampak Rambut Kusam
Tanda –tanda vital
Tekanan darah:120/80 mmHG
Nadi :85x/menit
Pernapasana :21x/ menit
Suhu :36,9 derajat celcius
ANALIAISIS DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
Adapun yang dapat dilakukan pada pasien tersebut adalah: Perawatan Perineum(vulva
hygiene).Berikut standar operasional prosedur vulva hygiene
PERAWATAN PERINEUM(VULVA HYGIENE)
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu
membersihkan vulva sendiri
PETUGAS Perawat
PERALATAN a. Bak instrument steril
b. Kapas DTT
c. Pinset SteriL
d. Bengkok
e. Handschoon
f. Tissue
g. Pispot
h. Kom yang berisi betadhine yang telah di cairkan NaCl
i. Perlak
j. Wadah yang berisi air larutan/untuk cebok
PROSEDUR Tahap prainteraksi
PERALATAN 1. Mengecek program tindakan
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja
1. Pasang sampiran
2. Cuci tangan 6 langkah
3. Berikan pasien posisi berbaring pada posisi dorsal recumbent
4. Pasang pengalas dan pispot diletakkan dibawah bokong
pasien
5. Pasang handschoon
6. Bukalah pakaian bawah pasien
7. Pasang pispot dan anjurkan BAK dan lakukan cepok dengan
mengguyur vulva dengan menggunakan air bersih dan
keringkan dengan tissue
8. Angkat pispot
9. Dekatkan alat kedekat pasien
10. Lakukan tindakan perawatan vulva
11. Dengan meletakkan tangan kiri untuk membuka vulva
dengan menggunakan kapas DTT diawali dibagian labio
mayora,salanjutnya di bagian vestibulum mulai dari klitoris
sampai perineum 1 arah dari atas ke bawah dan kapas kotor
dibuang kebengkok.Lakukan hingga bersih
12. Identifikasi luka perineum(Tanda infeksi:warna,bau,dan
konsistensi lochia)
13. Bereskan alat,pakaikan pakaian bawah klien
14. Mengatur posisi klien
15. Lepaskam perlak
Tahap Terminasi
1. Pasien di rapikan alat-alat di rapikan
2. Cuci tangan
3. Perhatikan keadaan umum pasien
Dokumntasikan tindakan
Tahap Terminasi
4. Pasien di rapikan alat-alat di rapikan
5. Cuci tangan
6. Perhatikan keadaan umum pasien
7. Dokumntasikan tindakan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil.
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
B. SARAN
Dari tugas kasus ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa
membaca,memahami dan membuat tugas kasus ini menjadi referensi untuk belajar
mengetahui tentang asuhan keperawtan post partun dengan masalah vulva hygiene
yang merupakan salah satu masalah post partum.demi kesempurnaannya penulis
mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun dari pembaca agar bisa menjadi
lebih baik selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33291978/LAPORAN_PENDAHULUAN_POST_PARTUM
Tim pokja SDKI DPP PPNI.Buku Standa intervensi keperawatan edisi 1:Jakarta:2017
Tim pokja SDKI DPP PPNI.Buku standar luaran keperawatan edisi 1:Jakarta:2017