Anda di halaman 1dari 48

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM PADA Ny. S DENGAN


MASALAH VULVA HYGIENE

DI RS ALIYAH

Studi Kasus Ini Di Ajukan Memenuhi Tugas pkk Dari Mata Kuliah
Keperawatan maternitas Semester IV

OLEH:

HASRINA

P00320018064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan tugas dengan judul “asuhan
keperawatan Post partum dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dengan adanya penulisan makalah
ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan
masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan.

Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan studi kasus ini belum mencapai hasil
yang sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat
membangun demi penyempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga tugas ini
dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih
belum diungkapkan dalam membahas asuhan keperawatan pada penyakit angina
pectoris.

Kendari, 4 mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian .................................................................................................

B. Anatomi Dan Fisiologi..............................................................................

C. Etiologi………………………………………………………………….

D. Patofisiologi…………………………………………………………….

E. Manifestasi klinik………………………………………………………

F. Klafikasi rupture perineum…………………………………………….

G. Komplikasi……………………………………………………………...

H. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum…………………………………..

I. Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum…………………………….

J. Pengkajian fokus………………………………………………………

K. Diagnosa kepearawatan yang mungkin mncul pada PP………………

L. Intervensi keperawatan………………………………………………
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN MASALAH VULVA
HYGIENE (SESUAI SDKI,SLKI,SIKI.)

A. Pengkajian………………………………………………………………………..

B. Klasifikasi Data.....................................................................................................

C. Analisa Data..........................................................................................................

D. Diagnosa…………………………………………………………………………

E. Intervensi..............................................................................................................

F. Implementasi.........................................................................................................

G. Evaluasi.................................................................................................................

H. Standar operasional prosedur


BAB III : PENUTUP

3.1 Saran............................................................................................................................

3.2 kesimpulan..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
( Bobak, 2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak
terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinana selesai
dalam 24 jam (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo,
2000).

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan
(Mohtar, 1998).

B. Anatomi Dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).

1. Stuktur eksterna
a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.

b. Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.

c. Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah

bawah mengililingi labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia
mayora melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada
wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora
terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada


permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal, dan
tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan
suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang
juga berfungsi selama rangsangan seksual.

d. Labia minora

Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar
di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat
labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

e. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih
sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan
badan klitoris membesar.

Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi lemak


seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai feromon. Istilah
klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang berarti ‘’kunci’’ karena
klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita. Jumlah pembuluh darah dan
persarafan yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan
dan sensasi tekanan.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen

h. Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus


vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita
normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa
usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.

b. Tuba fallopi

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di
sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar
ialah pada saat ovulasi.

c. Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang


tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :


1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan lapisan dalam padat
yang menghubungkan indometrium dengan miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis

Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat


permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.

d. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir
dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.
C. Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.

1. Partus dibagi menjadi 4 kala :

a. kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai


pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban pecah
yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada
pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His
dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu.
Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan
bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa
badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat ditandai
dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat bertambah
panjang dan terjadi perdarahan.

d. Kla IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang
dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu

1) Paritas

Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang


mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu).
Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas
viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya ( Oxorn,
2003).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran


atau partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak
jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).

2) Meneran

Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila


pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan
memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat
meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

b. Faktor Janin

1) Berat Badan Bayi Baru lahir

Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001).

Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui


vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir
dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).

2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul

ibu ( Dorland, 1998).

a) Presentasi Muka

Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap


extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau
diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah
bagian antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).

b) Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini


berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma
dengan penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah
diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero
posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong

Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam


polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya
adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong
lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam

1) Vakum ekstrasi

Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan


dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang
dipasang di kepalanya ( Mansjoer,
2002).

2) Ekstrasi Cunam/Forsep

Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan


dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur
uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum,
pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan
tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan
tubuh bayi

tersebut (Syaifudin, 2002).

4) Persalinan Presipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,


berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang
dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari
adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2005).

D. Patofisiologi

1. Adaptasi Fisiologi

a. Infolusi uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,


proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira
2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan
simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2
minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen
dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama
hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

b. Kontraksi intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah


bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi
pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan
membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi
uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera
setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada
payudara merangsang pelepasan oksitosin.

3. Adaptasi psikologis

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3
fase yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini dimulai pada hari
ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang
semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai
bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik

c. Fase letting go / saling ketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah
sembuh, perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah
dilakukan kembali.
E. Manifestasi klinik

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).

1. Sistem reproduksi

a. Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses


ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon

menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi


yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama
1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.

c. Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi

karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir


minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.

d. Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran
menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah
lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir,
cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua,
sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu
setelah bayi lahir.

e. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke
bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan
rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f. Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

2. Sistem endokrin

a. Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta


placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan

ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita


menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap
stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).

3. Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan


menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan
sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.

4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil
(Cunningham, dkk ; 1993).

5. Sistem cerna

a. Nafsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu
merasa sangat lapar.
b. Mortilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.

c. Defekasi

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.

6. Payu dara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita


hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

a. Ibu tidak menyusui

Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua
dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.

b. Ibu yang menyusui


Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan
dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan


darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.
Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat
tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan
keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai
volume sebelum lahir.

b. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).

c. Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol
maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah
wanita melahirkan (Bowes, 1991).

8. Sistem neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis


yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat
bersalin dan melahirkan.

9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.

10. Sistem integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit
kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar,
tapi tidak hilang seluruhnya.

F. Klasifikasi Ruptur Perineum

Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2008), derajat ruptur perineum dapat
dibagi menjadi empat derajat, yaitu :

a. Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1) Vagina

a) Komisura posterior

b) Kulit perineum

b Ruptur perineum derajat dua, denga jaringa yan mengala


. robekan adalah : n n g mi

1) Mukosa Vagina
a) Komisura posterior
b) Kulit perineum
c) Otot perineum

c denga jaringa yan mengala


. Ruptur perineum derajat tiga, n n g mi
robekan adalah :

1) Sebagaimana ruptur derajat dua


2) Otot sfingter ani

d. Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :

1) Sebagaimana ruptur derajat tiga

2) Dinding depan rectum

G. Komplikasi

1. Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah
kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:

a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc

b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg

c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).

Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan dini
terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah
melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga
penyebap utama perdarahan antara lain :

a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik
dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang
sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi
untuk terjadinya atonia uteri.

b. laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat


menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain

1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus


sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka

2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.

3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).

2. Infeksi puerperalis

Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden
infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari
selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.

3. Endometritis

Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).

4. Mastitis

Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting susu
akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya
di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih

Insidenmencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan

meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba


coli dan bakterigram negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan trombosis

Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status
vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan trombosis

(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari

500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.

7. Emboli

Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan


kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).

8. Post partum depresi

Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa minggu,


terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya
antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi cemas,
kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala,
ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan
semangat (Novak, 1999).
H. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004).

Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara lain :

1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa
vagina.
I.Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan


penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong
terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan
menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat dilakukan dengan cara
memberikan antibiotik yang cukup (Moctar, 1998).

Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:

1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa
perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.

2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan
penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :

a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah

dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis
dalam kemudian lapis luar.

b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.

c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan


robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.
Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa
vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut
secara jelujur.

d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan
rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal
dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan
catgut kromik sehingga bertemu kembali.
Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum
tingkat I.

f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum

Menurut Mochtar (1998) persalinan yang salah merupakan salah satu sebab
terjadinya ruptur perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal
(2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat
mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau meminimalkan robekan pada perineum.

Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum

spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :

1. Monitor TTV

Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,

stress, atau dehidrasi.

2. Pemberian cairan intravena

Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan


menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.

3. Pemberian oksitosin

Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.

4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).

J. Pengkajian Fokus

Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai

berikut :

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2. Pola nutrisi dan metabolik

a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?

b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3. Pola aktivitas setelah melahirkan

a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?

b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?


c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?


5. Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?

e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan


tubuhnya saat ini ?

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1) Pemeriksaan TTV

2) Pengkajian tanda-tanda anemia

3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

4) Pemeriksaan reflek

5) Kaji adanya varises

6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )


b. Payudara

1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

2) Kaji adanya abses

3) Kaji adanya nyeri tekan

4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

5) Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau uterus

1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

2) Kaji adnanya kontraksi uterus

3) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau perineum

1) Observasi pengeluaran lokhea

2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi

3) Kaji adanya pembengkakan

4) Kaji adnya luka

5) Kaji adanya hemoroid

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada Periode


pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari
pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan


tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter
indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di
kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin (Bobak, 2004).
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada post partum

1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin

2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekutan pertahanan tubuh


primer/kerusakan integritas jaringan(laserasi dan proses persalinan)

3. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI,anomali


payudara ibu,dan ketidakadekuatan refleks mengisap bayi

4. Resiko hivopolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif dan


kekurangan intake cairan.

5. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan(pasca persalinan)


C.Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan


keperawatan
1 Setelah di lakukan Manajemen nyeri
Nyeri melahirkan tindakan tindakan :
berhubungan dengan keperawatan  observasi
selama….x24 jam,  indentifikasi lokasi,
pengeluaran janin maka Tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan frekuensi,kualitas,int
kriteria hasil : ensias nyeri
 Keluhan nyeri dari  identifikasi skala
meningkat menjadi nyeri
menurun  identifikasi respon
 Meringis dari nyeri non verbal
meningkat menjadi  identifikasi faktor
menurun yang memperberat
 Gelisah dari dan meringankan
meningkat menjadi nyeri
menurun  Terapeutik
 Perineum terasa  Berikan teknik non
tertekan dari farmakologi unuk
meningkat menjadi mengurai ras nyeri
menurun (mis, tehnik nafas
 Frekuensi nadi
dalam)
dari memburuk
menjadi membaik  Kontrol lingkungan
yang memperberat
ras nyeri (mis, suhu
rungan,pencahayaa
n,kebisingan)
 Edukasi
 Jelaskan
penyebab,periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian analgetik

2. Resiko infeksi Setelah di lakukan Pencegahan infeksi


tindakan Tindakan :
berhubungan dengan
keperawatan  Observasi
ketidak adekutan selama….x24 jam,  Monitor tanda dan
maka Tingkat infeksi gejala infeksi lokal
pertahanan tubuh dan sitemik
menurun dengan
primer/kerusakan kriteria hasil :  Terapeutik
 Demam dari  Batasi jumlah
integritas pengunjung
meningkat menjadi
jaringan(laserasi dan menurun  Berikan petrawatan
 Kemerahan dari kulit pada area edema
proses persalinan) meningkat menjadi  Pertahankan tehnik
menurun aseptic pada poasien
 Nyeri dari yang berisiko tinggi
meningkat menjadi  Edukasi
menurun  Jelaskan tanda gejala
 Bemngkak dari infeksi
meningkat menjadi  Ajarkan cuci tangan
menurun dengan benar
 Kadar sel darah
putih dari
meningkat menjadi
menurun
3. Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan Edukasi Menyusuii
intervensi Tindakan:
berhubungan dengan
keperawatan  Observasi
ketidakadekuatan suplai selama ...x24 jam  Identifikasi kesiapan
ASI,anomali payudara maka status dan kemampuan
menyusui membaik menerima informasi
ibu,dan ketidakadekuatan
dengan kriteria hasi:  Identifikasi Tujuan
refleks mengisap bayi  Perlekatan bayi dan keinginan
pada payudara menyusui
dari menurun  Terapeutik
menjadi  Sediakan materi dan
meningkat media pendidikan
 Kemampuan ibu kesehatan
memposisikan  Jadwalkan
bayi dengan pendidikan kesehatan
benar dari sesuai kesepakatan
menurun menjadi  Berikan kesempatan
meningkat untuk bertanya
 Tetes/pancaran  Dukung ibu dalam
asi dari menurun meningkatkankeperca
menjadi yaan diri dalam
meningkat menyusui
 Suplai ASI  Edukasi
adekuat dari  Berikan konseling
menurun menjadi menyusui
meningkat  Jelaskan manfaat
 Lecet pada menyusui bagi
putting dari ibu dan bayi
meningkat  Ajarkan posisi
menjadi menurun menyusui yang
benar
 Ajarkan
perawatan
payudara
postpartum
4. Resiko hivopolemia Setelah dilakukan Manajemen
intervensi hivopolemia
berhubungan dengan
keperawatan
kehilangan cairan secara selama ...x24 jam Tindakan :
maka status cairan  Observasi
aktif dan kekurangan
membaik dengan  Periksa tanda dan
intake cairan. kriteria hasi: gejala hivopolemia
 Kekuatan nadi dari  Monitor intake dan
menurun menjadi output cairan
membaik  Terapeutik
 Turgor kulit dari  Berikan asupan
menurun menjadi cairan oral
membaik  Edukasi
 Perasaan lemah  Anjurkan untuk
dari meningkat memperbanyak
menjadi menurun asupan cairan oral
 Intake cairan dari  Kolaborasi
memburuk  Kolaborasikan
menjadi membaik peberian caiiran IV
isotonis(mis,Nacl
dan RL)
5. Setelah dilakukan Perawatan perinium
Deficit perawatan diri intervensi Tindakan :
keperawatan  Observasi
berhubungan dengan
selama ...x24 jam  Inpeksi insisi atau
kelemahan(pasca maka perawatan robekan
diri meningkat perineum(mis,episiot
persalinan) dengan kriteria hasi: omi)
 Kemampuan  Terapeutik
mandi dari  Fasilitasi dalam
menurun menjadi membersihkan
meningkat perineum
 Kemampuan  Pertaahankan
mengenakana perineum tetap
pakaian dari kering
menurun menjadi  Berikan posisi
meningkat nyaman
 Kemampuan ke  Bersihkan area
toilet dari menurun perineum secara
menjadi meningkat teratur
 Verbalisasi  Berikan pembalut
melaukan yang menyerap
perawatan diri dari cairan
menurun menjadi  Edukasi
meningkat  Ajarkan pasien
 Minat melakukan dan keluarga
perawatan diri mengobservasi
dari menurun tanda abnormal
menjadi meningkat pada
 Mempertahankan perineum(mis,in
kebersihan dari feksi,kemerahan
menurun menjadi ,pengeluaran
meningkat cairan yang
abnormal
 Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi,jika
perlu
FORMAT PENGKAJIAN DATA

IBU NIFAS

Nama Mahasiswa :Hasrina


Nim :P00320018064
No Rekam Medik : 77528
Ruangan/RS :Mawar/RS.Aliyah
Tanggal : 5 Mei 2020

Diagnosa Medis :Post Partum

A. BIODATA

1. Identitas Istri/Ibu 2. Identitas Suami


a. Nama: .Ny.S a. Nama : Tn.R
b. Umur : .28 Tahun b. Umur : 30 Tahun
c. Suku/ Bangs :Tolaki/indonesia c. Suku/bangsa: Bugis/indonesia
d. Agama : .Islam d. Agama : Islam
e. Pendidikan Terakhir:SMA e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : IRT f. Pekerjaan :Nelayan
g. Penghasilan / Bulan:- g. Penghasilan :Rp 500.000/bulan
h. Status Perkawinan: Kawin h.Status Perkawinan: Kawin
i. Perkawinan Ke :Pertama i. Perkawinan ke: Pertama
j. Lamanya : 5 Tahun j. Lamanya : 5 Tahun
k. Alamat : Soropia k. Alamat : .Soropia

B. DATA BIOLOGIS / FISIOLOGIS


1. Keluhan Utama : Klien mengatakan merasa tidak nyaman di area perineum
karena sudah 2 hari tidak di bersihkan berhubung klien takut bergerak
2. Riwayat Persalinan Sekarang :Klien mengatakan persalianan 3 hari yang lalu
a. Tanggal Persalinan : 1 mei 2020
b. Jenis Persalinan : Klien mengatakan jenis persalinan Spontan
c. Lamanya Persalinan :
1) Kala I :(dari pukul 08.00s/d14.00 )

2) Kala II : (dari pukul 14.00s/d 16.00)

3) Kala III: (dari pukul16.00 s/d16.04)

4) Kala IV: (dari pukul 16.04s/d15.04)

d. Jumlah Perdarahan Selama Persalinan : 75 CC


e. Pengobatan yang telah diberikan:
- IVFD:DEXTROSA 5% 20 TPM
- Fe:2x1 tab/hari
- Asam mefenamat 3x1
- Cefadroxil:2x500 mg tab/hari
-
f. Penyulit persalinan : Tidak ada
g. Jenis Kelamin Bayi : Perempuan

1) Berat badan : 3000 gr

2) Panjang badan : 49 cm

h. APGAR SCORE : Setelah 1 menit bayi lahir :Normal

Setelah 5 menit bayi lahir : Normal

3. Riwayat Kehamilan Terakhir :


a. G : 0 P:0 A:0
b. Haid terakhir : 25-Agustus 2019
c. Berapa Kali PNC : pertama kali
d. Imunisasi TT : 3x
4. Riwayat Kehamilan dan persalinan serta Nifas :G0P0A0
Umur Persalinan Nifas
Kehamil Hal
Penolon Jeni Ihwal
an Tahun Tempat L/P Meneteki Lamanya
g s
- - - - - - - - -

5. Pola Reproduksi
a. Menarche Urnur : 13 Tahun
b. Sikius Haid : 29 hari Teratur / Tidak
c. Lamanya haid : 10 hari
d. Jumlah Darah : Sedang(2x ganti pembalut/hari)
e. Dysmenorrhea : Klien mengatakan sakit pinggang waktu pertama haid

6. Riwayat Kesehatan
b. Riwayat Penyakit yang pernah dialami/terutama yang bcrpengaruh terhadap
kehamilan:Klien mengatakan tidak ada masalah kesehatan
c. Riwayat operasi yang pernah dialami :Klien mengatakan tidak perna mengalami
operasi
1) Indikasi : -
2) Tanggal / Jam : -
3) Keadaan Luka: -
d. Riwayat Keluarga :
1) Penyakit : TBC, Hepatitis, Kejiwaan, DM, Malaria, atau Penyakit
lainnya :Klien mengatakan tidak ada keluarga perna mengalami penyakit
menular dan menurun

2) Kehamilan Kembar : Tidak perna

7. Pola Kesehatan Sehari-Hari


a. Nutrisi
1) Jenis Makanan: Baik
2) Frekuensi Makan / Hari : 3X/Hari
3) Nafsu Makan : Baik
4) Makanan Pantang : Tidak ada
5) Banyaknya Minum / Hari : 4-5 Gelas/hari

b. Eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi / Hari :1x/Hari

Warna :.Kuning

Konsistensi : Lunak

2) Buang Air Kecil (BAK)


Frekuensi / Hari : 4-6x/hari
Warna :Kuning

Jumlah : Sedang

c. Istirahat dan Tidur


1) Tidur Malam : Jam 21.00s/d 04.00
2) 2) Tidur Siang : jam14.00 s/d 15.00
d. Kebersihan Diri
1) Penampilan : Nampak penampilan klien kurang rapih
2) Mandi / Hari : Klien mengatakan belum perna mandi karena takut bergerak
3) Sikat Gigi / Hari : Klien mengtakan tidak perna sikat gigi selkma 3 hari
4) Cuci Rambut / Minggu:Klien mengatakan tidak perna keramas selama 3 hari
5) Ganti Pakaian Dalam dan Luar Sehari :
-Klien mengatakan ganti pakaian dalam 2x sehari tetapi tidak mandi
-Nampak klien terlihat berhati-hati dalam bergerak
-Nampak klien masih lemah

e. Rekreasi / Olah Raga atau Hobby : Tidak ada


f. Ketergantungan
1) Obat : tidak ada
2) Rokok : tidak ada
3) Alkohol / Minuman Keras : tidak ada
g. Hubungan Seksual / Keluhan : tidak ada keluhan
h. Riwayat Keluarga Berencana
1) Mengerti tentang KB : Sedikit mengerti
2) 2) Setuju tentang KB : Setuju
3) Pernah menjadi Akseptornya : Belum Perna

4) Drop out KB, alasannya :-

8. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 85x/menit
3) Pernapasan : 21x/menit
4) Suhu: 36,9 derajat celcius
b. Berat Badan : 60 kg
c. Tinggi Badan: 157 cm
d. Cara Berjalan : Klien mengatakan Belum bisa berjalan karena takut bergerak
e. Kesadaran Umum: Komposmentis
f. Inspeksi
1) Kepala
- Rambut : Nampak Rambut Kusam
2) Muka
- Pucat :Tidak ada
- Kloasma Gravidarum:Nampak ada kloasma gravidarum
di leher
- Sianosis : Tidak ada
- Udema: Tidak ada
3) Mata
- Kelompak mata : Normal
- Sklera mata : Tidak Ada Ikterik
- Konjungtiva : Normal
4) Mulut dan gigi
- Berbau : Berbau khas
- Jumlah Gigi : Masih lengkap
- Caries : Tidak ada
- Stomatitis : Tidak ada
5) Leher
- Pembesaran Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar
6) Buah dada
- Konsistensi : simetris antara KA/KI
- Putting : Nampak putting susu keluar/Baik
- ASI / Colostrum : Nampak ada pengeluarana ASI
- Kebersihan : Nampak bersih
- Kelainan : Tidak ada kelainan
- Produksi ASI kurang dengan stimulasi putting :Baik
- Kondisi payudara dalam keadaan kosong pasca menysui:Ya
- Terdapat luka/lecet pada putting :Tidak ada
- Riwayat operasi payudara :Tidak perna
7) Uterus

- Kontraksi / Konsistensi : Baik


- Posisi : normal
- Tinggi Fundus Uteri : 3 jari dibawah pusat
- Lochia
 Warna / Jenis : kemerahan/rubra

 Banyaknya : 75 cc

 Baunya : Amis

1) Vulva

- Bagaimana Luka Perineum : Nampak terdapat ruptur pada perineum


- Apakah Ada Oedema : Tidak ada
- Bila Dilakukan Fisiotomi
 Jenis Episiotomi :-
 Apakah Ada Tanda-Tanda Infeksi : Tidak ada
- Apakah Ada Varices :Tidak Ada
- Apakah ada rasatr tekan pAda perineum :Tidak Ada
2) Anus

- Haemorhoid : Tidak Ada


3) Ekstremitas atas / bawah
- Oedema :Tidak ada
- Varices : Tidak ada
- Adakah nyeri, panas, merah : Tidak ada
- Ambulasi : Tidak Ada

- Nampak klien susah bergerak dan berhati-hati

B. DATA PSIKOLOGI dan sexualitas

1. Bagaimana kesiapan ibu menghadapi persalinan :Klien mengatkan sangat siap dalam
menghadapi persalinan
2. Pola interaksi : Klien mngtakn pola intraksi baik dengan keluarga
3. Apakah senang menerima bayinya : Klien mengtakan sangat senag dengan
kelahiran bayinya
4. Bagaimana perasaan selama dirawat :Klien mengatakan merasa tidak nyaman karena
belum perna membersihkan daerah perineum
5. Perasaan tentang pelayanan yang diberikan : Klien mengatakan perasaannya belum
nyaman terhadap pelayanan yang di berikan
6. Bantuan yang diharapkan : Klien mengatakan ingin di bantu perawat dalam
membersihkan area perineum
7. Ada Perubahan fungsisosial:Tidak ada
8. Apakah kondisi bayi saat ini sesusai dengan harapan ibu:Klien mengatakan bayi nya
dalam keadaan sehat sesuai yang diharapkan

C. DATA SOSIAL
1. Bagaimana hubungan dengan :
a. Keluarga : Baik
b. Tetangga / Lingkungan : Baik
c. Sesama pasien di rumah sakit : Baik
d. Perawat / Bidan / Dokter : Baik
e. Siapa yang paling berarti / penting : klien mengatakn yang paling penting adalah
keluarga dan tenaga medis

2. Self Care :
a. Perawatan buah dada : Klien mengatakan buah dada tidak ada masalah
b. Perawatan perineum :
-Klien mengatakan belum perna melakukan perawatamn
perineum karena takut bergerak
c. Perawatan bayinya :Klien mengatakan perawatan bayi baik
d. Latihan senam nifas : Belum perna

D. DATA SPIRITUAL
1. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa : Klien mengatakan sangat yakin terhdan
tuhan
2. Ketaatan dalam menjalankan ibadah : Klien mengatakan untuk saat ini hanya
bisa berdoa tanpa sholat
3. Bagaimana kepercayaan pasien menurut agama yang dianut terhadap keluarga
berencana :Klien mengatakan sangat percaya
terhadap agama yang dianutterhadap keluarga berencana
Bila setuju, alasannya :Klien mengatakan alas an ingin KB
untuk mencegah kehamilan dini
4. Kegiatan keagamaan yang diikuti : majelis ta’lim

E. PENGKAJIAN KEADAAN UMUM


BAYI

1) BB Bayi:3000 gram

2) PB :49 cm
3) Kodisi bayi saat menyusui
a) Apakah bayi mau mendekat pada payudara:
 Klien mengatakan bayi mendekat saat menyusui
b) Apakah bayi menangis setelah 1 jam disusui:
 Klien mengatakan bayinya tidaak menagis padaa saat 1 jam di
susui
c) Bayi nampak menolak/ tidak mampu latch-on
d) Defikasi ade kuat……Ya……..Tidak
e) Keadaan urine bayi

Kendari,5 mei 2020

Mahasiswa

HASRINA

KLAFIKASI DATA

1. DATA SUBJEKTIF
 Klien mengatakan merasa tidak nyaman di area perineum karena sudah 2 hari tidak
di bersihkan berhubung klien takut bergerak
 Klien mengatakan persalianan 3 hari yang lalu
 Klien mengatakan jenis persalinan Spontan
 Klien mengatakan belum perna mandi karena takut bergerak
 Klien mengtakan tidak perna sikat gigi selama 3 hari
 Klien mengatakan tidak perna keramas selama 3 hari
 Klien mengatakan ganti pakaian dalam 2x sehari tetapi tidak mandi
 Klien mengatakan Belum bisa berjalan karena takut bergerak
 Klien mengatakan merasa tidak nyaman karena belum perna membersihkan daerah
perineum
 Klien mengatakan perasaannya belum nyaman terhadap pelayanan yang di berikan
 Klien mengatakan ingin di bantu perawat dalam membersihkan area perineum
 Klien mengatakan belum perna melakukan perawatan perineum karena takut
bergerak
2. Data objektif
 Nampak terdapat ruptur pada perineum
 Nampak klien susah bergerak dan berhati-hati
 Nampak penampilan klien kurang rapih
 Nampak klien masih lemah
 Nampak Rambut Kusam
 Tanda –tanda vital
 Tekanan darah:120/80 mmHG
 Nadi :85x/menit
 Pernapasana :21x/ menit
 Suhu :36,9 derajat celcius

ANALIAISIS DATA

NO DATA ETILOGI MASALAH


1 DS       : Post partum Defisit perawatan diri
-Klien mengatakan merasa berhubungan dengan
tidak nyaman di area Luka ruptur pada kelemahan
perineum karena sudah 2 perineum
hari tidak di bersihkan  
berhubung klien takut kelemahan/takut
bergerak bergerak
-Klien mengatakan
persalianan 3 hari yang tidak mampu
lalu melakuakn perawatan
-Klien mengatakan jenis diri secara mandiri
persalinan Spontan
-Klien mengatakan belum merasa tidak nyaman
perna mandi karena takut pada area perineum
bergerak
-Klien mengtakan tidak defisit perawatan diri
perna sikat gigi selama 3
hari
-Klien mengatakan tidak
perna keramas selama 3
hari
-Klien mengatakan ganti
pakaian dalam 2x sehari
tetapi tidak mandi
-Klien mengatakan Belum
bisa berjalan karena takut
bergerak
-Klien mengatakan merasa
tidak nyaman karena
belum perna
membersihkan daerah
perineum
-Klien mengatakan
perasaannya belum
nyaman terhadap
pelayanan yang di berikan
-Klien mengatakan ingin di
bantu perawat dalam
membersihkan area
perineum
-Klien mengatakan belum
perna melakukan
perawatan perineum
karena takut bergerak
DO      :
-Nampak terdapat ruptur
pada perineum
-Nampak klien susah
bergerak dan berhati-hati
-Nampak penampilan klien
kurang rapih
-Nampak klien masih
lemah
-Nampak Rambut Kusam
-Tanda –tanda vital
 Tekanan
darah:120/80
mmHg
 Nadi :85x/menit
 Pernapasan:21x/me
nit
 Suhu:36,9 derajat
celcius
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawtan diri berhubungan dengan kelemahan

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Setelah dilakukan Perawatan perinium
Deficit intervensi keperawatan Tindakan :
selama ...x24 jam maka  Observasi
perawatan diri
perawatan diri  Inpeksi insisi atau robekan
berhubungan meningkat dengan perineum(mis,episiotomi)
kriteria hasi:  Terapeutik
dengan  Kemampuan mandi  Fasilitasi dalam membersihkan
kelemahan(pas dari menurun perineum
menjadi meningkat  Pertaahankan perineum tetap
ca persalinan)  Kemampuan kering
mengenakana  Berikan posisi nyaman
pakaian dari menurun  Bersihkan area perineum secara
menjadi meningkat teratur
 Kemampuan ke toilet  Berikan pembalut yang menyerap
dari menurun cairan
menjadi meningkat  Edukasi
 Verbalisasi melaukan  Ajarkan pasien dan keluarga
perawatan diri dari mengobservasi tanda
menurun menjadi abnormal pada
meningkat perineum(mis,infeksi,kemera
 Minat melakukan han,pengeluaran cairan yang
perawatan diri dari abnormal
menurun menjadi  Kolaborasi
meningkat  Kolaborasi pemberian anti
 Mempertahankan inflamasi,jika perlu
kebersihan dari
menurun menjadi
meningkat

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Adapun yang dapat dilakukan pada pasien tersebut adalah: Perawatan Perineum(vulva
hygiene).Berikut standar operasional prosedur vulva hygiene
PERAWATAN PERINEUM(VULVA HYGIENE)
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu
membersihkan vulva sendiri

TUJUAN 1. Mencegah infeksi


2. Untuk penyembuhan luka perineum
3. Memberi rasa nyaman

KEBIJAKAN 1. Klien yang tidak mampu melakukan secara mandiri


2. Klien dengan post partum

PETUGAS Perawat
PERALATAN a. Bak instrument steril
b. Kapas DTT
c. Pinset SteriL
d. Bengkok
e. Handschoon
f. Tissue
g. Pispot
h. Kom yang berisi betadhine yang telah di cairkan NaCl
i. Perlak
j. Wadah yang berisi air larutan/untuk cebok
PROSEDUR Tahap prainteraksi
PERALATAN 1. Mengecek program tindakan
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja
1. Pasang sampiran
2. Cuci tangan 6 langkah
3. Berikan pasien posisi berbaring pada posisi dorsal recumbent
4. Pasang pengalas dan pispot diletakkan dibawah bokong
pasien
5. Pasang handschoon
6. Bukalah pakaian bawah pasien
7. Pasang pispot dan anjurkan BAK dan lakukan cepok dengan
mengguyur vulva dengan menggunakan air bersih dan
keringkan dengan tissue
8. Angkat pispot
9. Dekatkan alat kedekat pasien
10. Lakukan tindakan perawatan vulva
11. Dengan meletakkan tangan kiri untuk membuka vulva
dengan menggunakan kapas DTT diawali dibagian labio
mayora,salanjutnya di bagian vestibulum mulai dari klitoris
sampai perineum 1 arah dari atas ke bawah dan kapas kotor
dibuang kebengkok.Lakukan hingga bersih
12. Identifikasi luka perineum(Tanda infeksi:warna,bau,dan
konsistensi lochia)
13. Bereskan alat,pakaikan pakaian bawah klien
14. Mengatur posisi klien
15. Lepaskam perlak
Tahap Terminasi
1. Pasien di rapikan alat-alat di rapikan
2. Cuci tangan
3. Perhatikan keadaan umum pasien
Dokumntasikan tindakan
Tahap Terminasi
4. Pasien di rapikan alat-alat di rapikan
5. Cuci tangan
6. Perhatikan keadaan umum pasien
7. Dokumntasikan tindakan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak
bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum
hamil.
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan
B. SARAN
Dari tugas kasus ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa
membaca,memahami dan membuat tugas kasus ini menjadi referensi untuk belajar
mengetahui tentang asuhan keperawtan post partun dengan masalah vulva hygiene
yang merupakan salah satu masalah post partum.demi kesempurnaannya penulis
mengharapkan kritik dan dan saran yang membangun dari pembaca agar bisa menjadi
lebih baik selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/33291978/LAPORAN_PENDAHULUAN_POST_PARTUM

Modul keperawatanmaternitas_perawatan perineum_vulva hygiene

Tim pokja SDKI DPP PPNI.Buku diagnose keperawatan edisi 1:Jakarta:2017

Tim pokja SDKI DPP PPNI.Buku Standa intervensi keperawatan edisi 1:Jakarta:2017

Tim pokja SDKI DPP PPNI.Buku standar luaran keperawatan edisi 1:Jakarta:2017

Anda mungkin juga menyukai