Anda di halaman 1dari 27

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENERAPAN MODIFIKASI SPUIT INJEKSI DAN PIJAT OKETANI


TERHADAP KEBERHASILAN PUTING SUSU MENONJOL PADA IBU
POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SADANANYA

Oleh :
Gita Cahyani
NIM. P1337420920171

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

Rahmat dan Iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan inovasi keperawatan

berdasarkan EBNP tentang “Penerapan Modifikasi Spuit Injeksi dan Pijat Oketani

Terhadap Keberhasilan Putting Susu Menonjol pada Ibu Post-partum di Wilayah

Kerja Puskesmas Sadananya”.tepat pada waktunya.

Banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi penulis dalam penyusunan

laporan ini, namun atas bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik berupa saran,

petunjuk, maupun penjelasan yang sangat membantu kelancaran penyusunan

laporan inovasi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada berbagai pihak.

Penyusun mengucapkan mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini

masih terdapat kesalahan, untuk itu penulis mengharapakan masukan yang dapat

digunakan sebagai bahan penyempurnaan laporan proposal inonasi keperawatan

ini di masa yang akan datang.

Diharapkan laporan inovasi keperawatan ini dapat bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Ciamis, 7 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (Puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 42 hari setelah itu. Umumnya masa nifas berlangsung selama 6-8
minggu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa pulih kembali yang
dimulai setelah persalinan selesai dan berakhir setelah pulihnya alat reproduksi
seperti keadaan sebelum hamil akibat adanya perubahan fisiologi dan psikologi
akibat proses persalinan, masa nifas merupakan masa yang relatif tidak kompleks
daripada masa kehamilan. Pada masa nifas ibu akan mengalami fase menyusui.
Menyusui merupakan pemberian nutrisi berupa Air Susu Ibu (ASI) yang
dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, ASI diberikan pada
saat bayi baru lahir hingga berusia dua tahun (Wulandari & Handayani, 2011).
Persentase pemberian ASI di Indonesia menurut RISKESDAS 2018 masih
berada pada angka 37,3 % angka tersebut masih jauh dibawah target WHO
setidaknya 50 % bayi dibawah usia 6 bulan harus sudah mendapatkan ASI
eksklusif. Rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi dikarenakan
ketidakadekuatan suplai ASI (Kemenkes, 2018). Ketidakadekuatan suplai ASI
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya bendungan ASI, puting susu lecet,
pengeluaran ASI sedikit. Menurut penelitian yang dilakukan. Menyusui tidak
efektif merupakan suatu kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan
atau kesulitan pada saat menyusui (Tim Pokja PPNI, 2016).
Bagi seorang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting
bagi keberlangsungan setelah melahirkan. Payudara dimiliki oleh perempuan
maupun laki-laki. Namun, payudara yang berkembang dan tumbuh menjadi besar
hanya dialami oleh perempuan karena perempuan memiliki kelenjar mamae.
Puting susu merupakan salah satu bagian dari payudara. Pada dasarnya puting
yang dimiliki tiap wanita berbeda-beda. Diantaranya yaitu wanita dengan puting
yang datar, masuk ke dalam dan ada pula yang menonjol. Banyak perempuan
setelah melahirkan mengeluh karena bentuk puting susu yang terbenam/datar, dan
merasa takut tidak dapat menyusui bayinya. Daerah puting juga memiliki banyak
kelenjar minyak keringat yang berfungsi agar kulit puting senantiasa lembut,
lentur, dan terlindungi dari iritasi. Tetapi bukan berarti seorang wanita tidak dapat
menyusui karena keadaan puting yang terbenam/datar melainkan dapat dilakukan
perawatan payudara selama pasca persalinan. Pada dasarnya bentuk puting susu
normal adalah puting secara keseluruhan tampak menonjol melebihi permukaan
areola. Oleh karena itu, terkadang payudara wanita mengalami pembengkakan
akibat pengaruh hormonal dan ASI yang tidak di kosongkan termasuk puting
cenderung lecet. Selain itu di sekitar warna puting akan lebih gelap. Karena
adanya perubahan tersebut, payudara menjadi mudah teriritasi bahkan mudah
luka, oleh karena itu perlu dilakukan perawatan payudara (Saryono dan
Pramitasari, 2014).
Upaya mengatasi masalah puting terbenam/datar tersebut salah satunya
adalah memberikan pengarahan tentang perawatan payudara kepada ibu dengan
melakukan Health Education melalui penyuluhan-penyuluhan disertai
demonstrasi metode modifikasi spuit injeksi dengan menarik puting susu
menggunakan spuit untuk membantu puting susu menonjol. Hal tersebut dapat
meningkatkan kemampuan ibu dalam perawatan payudara khususnya yang
mengalami masalah puting terbenam/datar secara baik dan benar sebagai upaya
mengatasi masalah dalam menyusui karena bentuk puting yang datar atau
terbenam. Sehingga proses menyusui dapat berjalan dengan lancar dan merupakan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi (Saryono dan
Pramitasari, 2014). Berdasarkan penelitian Hamimatus et al., (2019) menunjukkan
hasil nilai probability lebih kecil dari nilai taraf signifikan Pvalue : 0,001 dan α =
0,05 (0,000 < 0,05) yang artinya ada pengaruh metode modifikasi spuit injeksi
terhadap keberhasilan puting susu menonjol di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Merah, dimana 15 responden ibu post partum dengan puting tidak menonjol,
setelah dilakukan metode modifikasi spuit injeksi terdapat 12 orang ibu post
partum yang berhasil puting susunya menonjol yaitu ukuran puting 10 mm
sebanyak 10 orang, 11 mm 1 orang dan 12 mm 1 orang dan 3 orang ibu post
partum yang tidak berhasil yaitu ukuran puting 7 mm 1 ibu post partum dan 8 mm
2 ibu post partum.
Selain menggunakan modifikasi spuit untuk menonjolkan putting susu,
cara lainnya adalah dengan melakukan pijat oketani. Pijat oketani akan
memberikan rasa lega dan nyaman serta meningkatkan kualitas ASI, mencegah
puting lecet dan mastitis serta dapat memperbaiki/mengurangi masalah laktasi
yang disebabkan oleh puting yang rata (flat nipple), dan puting yang masuk
kedalam (inverted). Dalam penelitian Nurhikmah et al., (2020) menyatakan dari
ke 15 responden dalam penelitian ini masing masing di intervensi selama 15 menit
dengan frekuensi dua kali sehari selama dua hari berturut turut. pijat oketani dapat
menstimulus kekuatanotot pectoralis untuk meningkatkan produksi ASI dan
membuat payudara menjadi lebih lembutdan elastis sehingga meumudahkan bayi
untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan memberikan rasa lega dan nyaman
secara keseluruhan pada responden, meningkatkan kualitas ASI, mencegah
putting lecet dan mastitis serta dapat memperbaiki/mengurangi masalah laktasi
yang disebabkan oleh putting yang rata (flat nipple), putting yang masuk kedalam
(inverted).
Berkenaan dengan paparan di atas maka mendorong penulis untuk
melakukan desain inovatif keperawatan tentang “Penerapan Modifikasi Spuit
Injeksi dan Pijat Oketani Terhadap Keberhasilan Putting Susu Menonjol pada Ibu
Post-partum di Wilayah Kerja Puskesmas Sadananya”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui inovasi keperawatan tentang penerapan modifikasi spuit
injeksi dan pijat oketani terhadap keberhasilan putting susu menonjol pada ibu post-
partum berdasarkan EBNP (Evidence Base Nursing Practice).
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi keberhasilan putting susu menonjol pada ibu post-partum
sebelum dan sesudah diberikan tindakan modifikasi spuit injeksi dan pijat
oketani..
b. Menganalisis pengaruh modifikasi spuit injeksi dan pijat oketani terhadap
keberhasilan putting susu menonjol pada ibu post-partum.

C. Manfaat
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penerapan inovasi ini dapat dijadikan panduan dasar bagi perawat dan
fasilitas layanan kesehatan dalam mengajarkan serta menginformasikan kepada
pasien post partum terutama yang memiliki perasalahan dalam ketidakefektifan
menyusui akibat putting inverted untuk senantiasa menggunakan modifikasi
spuit injeksi dan pijat oketani terhadap keberhasilan putting susu menonjol.
2. Bagi Keilmuan
Hasil penerapan inovasi ini dapat menjadi bukti ilmiah dalam pengembangan
terutama mengenai modifikasi spuit injeksi dan pijat oketani terhadap keberhasilan
putting susu menonjol pada ibu post-partum.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penerapan inovasi dapat dijadikan sebagai langkah para ibu post partum
yang memiliki putting susu inverted dan menghambat dalam proses menyusui,
untuk melakukan modifikasi spuit injeksi dan pijat oketani setiap harinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menyusui Tidak Efektif Pada Ibu Post Partum


1. Definisi Post-Partum
Masa nifas atau masa post partum yaitu dimulai ketika plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandung kemih seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira selama enam minggu atau 40. Lamanya masa nifas
tidak mempunyai batasan, bahkan bisa terjadi dalam waktu yang relatif pendek
darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Tujuan
dari pemberian asuhan masa nifas adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan
bayi baik fisik maupun psikologis, untuk melaksanakan deteksi dini secara
komprehensif jika terjadi komplikasi baik pada ibu maupun bayi, dan untuk
memberikan pendidikan kesehatan pada ibu mengenai perawatan diri, KB,
menyusui, serta imunisasi dan perawatan bayi (Ambarwati & Wulandari,
2010).
2. Definisi Menyusui Tidak Efektif
Menyusui tidak efektif merupakan suatu kondisi dimana ibu dan bayi
mengalami ketidakpuasan atau kesulitan pada saat menyusui (Tim PPNI,
2016). Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya
beberapa masalah, baik masalah pada ibu ataupun pada bayinya. Pada sebagian
ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap
masalah yang diakibatkan oleh anaknya saja. Masalah menyusui dapat juga
diakibatkan karena keadaan khusus, selain itu ibu sering mengeluh bayi
menangis atau menolak menyusu sehingga ibu beranggapan bahwa ASInya
tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik, sehingga sering menyebabkan
ibu mengambil keputusan untuk menghentikan menyusui (Hartati dan
Maryunani, 2015).
3. Penyebab Menyusui Tidak Efektif
Penyebab dari ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu:
a. Ketidakadekuatan suplai ASI
b. Hambatan pada neonatus (misalnya, prematuritas, sumbing)
c. Anomali payudara ibu (misalnya, putting masuk ke dalam)
d. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
e. Ketidakadekuatan refleks menghisap bayi
f. Payudara ibu bengkak
g. Riwayat operasi payudara
h. Kelahiran kembar (Tim Pokja PPNI, 2016)
Menurut (Ambarwati & Wulandari, 2010) terdapat beberapa masalah
yang menyebabkan ibu enggan untuk menyusui bayinya yaitu kurang atau
salah informasi tentang menyusui, payudara bengkak, abses payudara, putting
susu nyeri, lecet, serta masalah putting susu yang datar dan terbenam (putting
inverted).
4. Masalah Inverted nipple
Inverted nipple adalah kondisi puting tampak masuk ke dalam seperti
terbenam atau tertarik ke dalam. Normalnya puting akan tampak menonjol
lebih tinggi daripada bagian areola. Kondisi ini jarang menimbulkan masalah
serius, kecuali diketahui adanya tumor sebagai penyebab terjadinya inverted
nipple. Meskipun demikian, kondisi ini dapat menjadi penyulit pada saat proses
menyusui. Untuk gejala dari Tanda yang dapat diamati antara lain adalah
puting yang berada lebih rendah dari area areola, tampak tertarik ke dalam atau
terbenam. Biasanya inverted nipple tidak menyebabkan gejala lain yang
mengganggu kondisi kesehatan secara umum, kecuali pada kasus tumor atau
kanker payudara (Prawirohardjo dkk, 2010).
Terdapat beberapa bentuk puting susu. Pada beberapa kasus seorang ibu
merasa putingnya datar atau terlalu pendek akan menemui kesulitan dalam
menyusui bayi. Hal ini bisa berdampak bayi tidak bisa menerima ASI dengan
baik dan cukup. Pada beberapa kasus, putting dapat muncul kembali bila di
stimulasi, namun pada kasus-kasus lainnya, retraksi ini menetap (Kemenkes
RI, 2013).
Penyebab inverted nipple dapat disebabkan oleh :
a. Pendeknya saluran ASI (duktus laktiferus), yang merupakan bawaan sejak
lahir.
b. Pasca menyusui, sehingga menyebabkan otot dan kulit sekitar payudara
mengendur dan puting tampak masuk ke dalam.
c. Trauma atau jaringan parut pada area payudara yang membuat puting
tertarik ke dalam.
d. Infeksi kelenjar susu.
e. Kanker payudara.
Diagnosis untuk kondisi terkait dapat dilakukan dengan pengamatan
secara langsung untuk melihat tanda dan gejala yang ada. Pemeriksaan yang
lebih detil biasanya dilakukan untuk melihat faktor risiko lain yang
menyertai seperti ada atau tidaknya resiko kanker. Diagnosis dengan
ultrasound atau mammography biasanya dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis (Kemenkes RI, 2013). Diagnosis klinis terbagi
dalam:
Grade 1 :
- Puting tampak datar atau masuk ke dalam
- Puting dapat dikeluarkan dengan mudah dengan tekanan jari pada atau
sekitar areola.
- Terkadang dapat keluar sendiri tanpa manipulasi
- Saluran ASI tidak bermasalah, dan dapat menyusui dengan biasa.
Grade 2
- Dapat dikeluarkan dengan menekan areola, namun kembali masuk saat
tekanan dilepas
- Terdapat kesulitan menyusui.
- Terdapat fibrosis derajat sedang.
- Saluran ASI dapat mengalami retraksi namun pembedahan tidak
diperlukan.
- Pada pemeriksaan histologi ditemukan stromata yang kaya kolagen dan
otot polos.
Grade 3
- Puting sulit untuk dikeluarkan pada pemeriksaan fisik dan membutuhkan
pembedahan untuk dikeluarkan.
- Saluran ASI terkonstriksi dan tidak memungkinkan untuk menyusui
- Dapat terjadi infeksi, ruam, atau masalah kebersihan
- Secara histologis ditemukan atrofi unit lobuler duktus terminal dan duktus
terminal dan fibrosis yang parah (Prawirohardjo dkk, 2010).
Inverted nipple umumnya tidak menimbulkan masalah kesehatan.
Namun apabila dirasa cukup mengganggu, ada beberapa pilihan tindakan
yang dapat dilakukan, antara lain antibiotik, apabila penyebab kondisi
yang terjadi adalah infeksi, maka antibiotik dapat diberikan untuk
membantu eradikasi bakteri penyebab infeksi, serta tindakan pembedahan
untuk memperbaiki posisi puting. Cara lainnya adalah melakukan
stimulasi dengan memodifikasi spuit injeksi, dan pijat payudara salah
satunya adalah pijat oketani (Prawirohardjo dkk, 2010).

B. Konsep Modifikasi Spuit Injeksi


Puting susu tidak menonjol disebabkan adanya perlekatan antara saluaran
air susu (duktulus yang satu dengan duktulus lainnya) menyebabkan saluran
tersebut menjadi pendek sehingga terjadi penarikan puting kedalam. Metode
modifikasi spuit injeksi merupakan metode untuk membantu menonjolkan
puting susu yang tidak menonjol. Metode sederhana ini dapat digunakan bila
pompa puting tidak tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit injeksi 10 ml.
Metode ini dilakukan 30 detik sampai 1 menit dengan tarikan 0,5 cc secara rutin
dalam 6 hari (Pitriani, 2009). Manfaat dari tindakan ini yaitu dapat menonjolkan
putting ibu yang inverted, sehingga tidak menimbulkan masalah dalam
menyusui.

C. Konsep Pijat Oketani


1. Definisi
Pada tahun 1991, Bidan dari Jepang yang bernama Sotomi Oketani
meluncurkan pijat rancangannya yang diberi nama Oketani Massage. Pijat ini
mengacu pada jenis pijat dengan 8 tehnik tangan, termasuk 7 tehnik
memisahkan kelenjar susu dan 1 tehnik pemerahan untuk setiap payudara kiri
dan kanan. Dengan tujuan untuk mengatasi masalah ibu Postpartum dengan
masalah menyusui dengan pijatan tanpa rasa nyeri. Pijat oketani merupakan
salah satu metode breast care yang tidak menimbulkan rasa nyeri. Pijat
oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan
produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan elastis
sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan
memberikan rasa lega dan nyaman secara, meningkatkan kualitas ASI,
mencegah putting lecet dan mastitis serta dapat memperbaiki /mengurangi
masalah laktasi yang disebabkan oleh putting yang rata (flat nipple), putting
yang masuk kedalam (inverted). Sebanyak 8 sampel dari 10 sampel yang
diteliti menyatakan bahwa hasil pijat oketani 80% efektif mengatasi masalah
payudara diantaranya untuk kelancaran ASI dan mencegah bendungan ASI
(Machmudah et al, 2017).
Pijat oketani akan membuat payudara menjadi lebih lembut, areola dan
puting menjadi lebih elastis sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.
Aliran susu menjadi lebih lancar karena ada penekanan pada alveoli. Menurut
Oketaki, 2008 yang diambil dari penelitian Machmudah, 2017 menyatakan
pada tahun 1981, pijat oketani disahkan oleh pemerintah Korea diformalkan
metode yang disebut dan diberi nama “Oketani Breast Management”.
2. Dasar Pelaksanaan Pijat Oketani
Payudara terdiri dari kelenjar susu yang ada dikelilingi kulit, jaringan
ikat dan adiposa tisu. Di posterior, kelenjar susu bersifat longgar terhubung
ke fasia dalam dari pectoralis mayor. Payudara bisa bergerak melawan
pektoralis mayor otot dan toraks. Lokasi payudara itu diikat oleh jaringan ikat
ke kulit dan dada otot. Jaringan pengikat ini mendukung elastisitas dan secara
spontan berkembang dan berkontraksi mengakomodasi fungsi fisiologis
payudara. Fasia bertindak sebagai dasar payudara. Jika dasar kehilangan
elastisitasnya karena sebab apapun, akan nampak patahan fasia pektoralis
utama. Jika ASI tidak diekskresikan dalam kondisi seperti tekanan di
payudara naik, sirkulasi darah vena akan terganggu dan pembuluh darah
mamaria menjadi padat. Pada saat yang sama areola dan puting susu menjadi
indurated (mengeras). Teknik manual oketani membubarkan gangguan
tersebut dengan pemisahan pemisahan adhesi antara payudara secara manual
dasar dan pektoral fasia utama membantu mengembalikan fungsi payudara
secara normal. Tehnik ini disebut pembukaan kedalaman mammae.
Mekanisme dasar payudara adalah push up dan pull ups. Idenya adalah
memobilisasi payudara dari basisnya meningkatkan vaskularitasnya dan
dengan demikian meningkatkan aliran susu (Machmudah et al, 2017).
3. Karakteristik Pijat Oketani
Karakteristik pijat oketani menurut Kabir & Tasnim (2009) sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas ASI.
b. Dapat memperbaiki kelainan bentuk putting susu seperti inversi atau
putting rata.
c. Dapat mencegah luka pada putting dan mastitis.
BAB III
RANCANGAN SOLUSI

A. Rumusan PICOT
P (Problem) : Putting susu inverted pada ibu post_partum
I ( Intervention) : Modifikasi spuit injeksi dan pijat oketani
C : (Comparison) : -
O ( Outcome) : Keberhasilan putting susu menonjol
T ( Time) : Tindakan dilakukan satu hari sekali selama 6 hari

B. Pencarian Bukti Penelitian


Pencarian artikel / jurnal telah dilakukan secara komprehensif menggunakan data
jurnal Pubmed dan Google Scholar dalam rentang 5 tahun terakhir. Kata kunci yang
digunakan yaitu modifikasi spuit injeksi, pijat oketani, putting susu, dan post-partum.
Data yang diperoleh disajikan dengan tabel yang meliputi judul, penulis, tahun ,
metodologi, hasil, dan rekomendasi yang kemudian di analisis oleh peneliti. Kriteria
inklusi yang ditetapkan dalam artikel yang dipublikasikan dalam rentang 5 tahun terakhir,
tipe artikel Systematic review, case control dan kualitatif. Kriteria eksklusinya adalah
artikel/jurnal yang tidak termasuk ke kriteria inklusi.
Langkah adalam memilih artikel yang digunakan sebagai bahan kajian
Pustaka adalah :

370 judul/ abstrak


Google scholar : 260
PubMed : 110
Duplikasi dihapus : 343

28 jurnal / artikel terskrinning

Skrinning inisial
Dihapus : 20
8 jurnal / artikel direview

Review Dihapus : 1

7 jurnal / artikel dikaji


sesuai kriteria inklusi dan
kualitas Kriteria inklusi
dan asesmen
kualitas
Di eksklusi : 2
5 artikel / jurnal

Bagan 3.1 Pemilihan Jurnal Berdasarkan Kriteria Inklusi dan Eksklusi

C. Analisis Artikel
No Judul Tahu Metode Hasil dan rekomendasi
. dan peneliti n
1. Keberhasilan putting 2019 Desain yang Berdasarkan uji statistik
susu menonjol digunakan Wilcoxon di SPSS
dengan menggunakan rancangan menunjukkan hasil nilai
metode modifikasi Pra Eksperimen probability lebih kecil
spuit injeksi pada ibu dengan dari nilai taraf signifikan
post partum pendekatan the Pvalue : 0,001 dan α =
(Hamimatus, one group 0,05 (0,000 < 0,05). Ada
Zainiyah, Dwi pratest posttest. pengaruh metode
Wahyuningtyas, Pada penelitian modifikasi spuit injeksi
Raehana Astrian) ini populasinya terhadap keberhasilan
adalah ibu post puting susu menonjol di
partum wilayah kerja Puskesmas
dengan puting Tanah Merah dengan
terbenam/datar rincian 15 responden ibu
di wilayah post partum dengan
kerja Puskesmas puting tidak menonjol,
Tanah Merah setelah dilakukan
pada bulan metode modifikasi spuit
februari dengan injeksi terdapat 12 orang
16 ibu post ibu post partum yang
partum berhasil puting susunya
menonjol yaitu ukuran
puting 10 mm sebanyak
10 orang, 11 mm 1 orang
dan 12 mm 1 orang dan
3 orang ibu post partum
yang tidak berhasil yaitu
ukuran puting 7 mm 1
ibu post partum dan 8
mm 2 ibu post partum.
2. Asuhan Keperawatan 2019 Metode studi Hasil penelitian
pada Ibu Post partum kasus pada 2 ibu menunjukan pada
dengan post partum pengelolaan kasus klien
ketidakefektifan dengan post-partum dengan
pemberian ASI di RS ketidakefektifan putting susu sebelah kiri
Panti Waluya pemberian ASI. inverted dan
Sawahan menyebabkan
(Dwi Kusharini, ketidakefektifan dalam
Maria Magdalena menyusui, setelah
Setyaningsih, Sr. dilakukan tindakan
Felisitas A Sri S) keperawatan berupa
penyodatan dengan spuit
injeksi 10 cc selama 4
hari teratasi.
3. Perbandingan 2020 Desain yang menyatakan dari
Efektifitas Pijat akan
ke 15 responden dalam
Oketani dengan Pijat digunakan
Oksitosin Untuk dalam penelitian penelitian ini masing
Mengurangi keluhan ini adalah
masing di intervensi
bendungan ASI di Randomized
Puskesmas Tamansari Pretest-Posttest selama 15 menit dengan
Kota Tasikmalaya Control Group
frekuensi dua kali sehari
(Tatu Septiani Design. Desain
Nurhikmah, Ratni N, ini terdiri dari selama dua hari berturut
Dewi Nurdianti) tiga kelompok
turut. Pijat oketani juga
ibu nifas yang
mengalami akan memberikan rasa
bendungan air
lega dan nyaman secara
susu ibu pada 4
sampai dengan 7 keseluruhan pada
hari post partum responden, meningkatkan
yang dipilih
kualitas ASI, mencegah
secara acak
putting lecet dan mastitis
serta dapat
memperbaiki/mengurangi
masalah laktasi yang
disebabkan oleh putting
yang rata (flat nipple),
putting yang masuk
kedalam (inverted).

4. Efektifitas Pijat 2020 Desain Hasil penelitian di Rumah


Oketani Terhadap penelitian ini Sakit Sarah Medan
Pencegahan menggunakan didapati dari 35
Bendungan ASI pada pra eksperimen responden, 8 responden
Ibu Post Partum dan atau pre diantaranta mengeluh
Post Seksio Sesaria experimental kondisi puting susu datar
(Wicak Tini Hia, Nia design dengan sehingga menjadi kendala
Rahmawi, Triana rancangan post dalam menyusui bayinya.
Anggreni Haloho, test only design Penelitian ini juga terbukti
Yenni Anita atau the one menjadikan payudara
Hutagalung. shot case study, responden yang teraba
dengan keras dan kaku menjadi
responden 35 lembek, produksi asi
orang ibu post menjadi lancar serta
partum SC. responden merasa rileks
dan nyaman.
5. Difficulties in 2019 Sebuah studi Hasil penelitian
Breastfeeding: Easy cross-sectional menunjukkan pijat oketani
Solution by Oketani dilakukan di di Dhaka, Bangladesh
Breast Massage pusat dianggap sebagai teknik
(Tasnim, Roy SK, manajemen yang berguna untuk
Jahan K, Nazmeen, laktasi membangun kepercayaan
Debnath SC, Islam (LMC) dari diri dan meningkatkan
ABBM) Institut kualitas ASI
Kesehatan Anak sekresi di antara ibu yang
& Ibu menghadapi kesulitan
(ICMH). selama menyusui, salah
Pusatnya satunya yang diakibatkan
terletak oleh putting susu yang
inverted.
D. Target dan Luaran
1. Target
Target yang akan mendapatkan perlakuan intervensi pada deskripsi
kasus ini yaitu pasien post partum dengan putting susu inverted yang
akan diberi tindakan berupa modifikasi spuit injeksi dan pijat okutani.
2. Luaran
Luaran dari deskripsi kasus ini untuk mengetahui perlakuan yang
dilakukan berdasarkan evidence based practice, selanjutnya dilakukan
observasi dari hasil tindakan berupa modifikasi spuit injeksi dan pijat
okutani terhadap keberhasilan putting susu menonjol pada ibu post
partum.

E. Prosedur Pelaksanaan
1. Prosedur Modifikasi Spuit Injeksi
Alat dan bahan : Spuit 10 ml (yang sudah dipotong ujung depan suntikannya,
lalu pasang penyedotnya di bagian yang sudah dipotong tadi)
Langkah-langkah :
a. Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong dimasukkan dari
arah potongan tersebut.
b. Cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan ujung pompa (spuit injeksi)
pada paydara sehingga puting berada di dalam pompa.
c. Kemudian tarik perlahan hingga terasa ada tahanan dan dipertahankan selama
1 /2 -1 menit.
d. Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulangi terus hingga
beberapa kali dalam sehari (Pitriani, 2009).
2. Prosedur Pijat Okutani
Alat dan Bahan : Lotion atau minyak zaitun
Hal yang harus diperhatikan :
Dalam tehnik pijat Oketani, payudara dibagi menjadi menjadi dua, yaitu sisi
sebelah kiri dan sisi sebelah kanan. Pertama garis tegak lurus ditarik dari
putting kearah garis payudara. Menggunakan ini sebagai garis dasar dengan
luas area 105º diukur pada kedua sisi dan diberi nama B dan C. A singkatan
dari sisanya 150º di bagian atas kedua payudara, B berdiri untuk bagian
dalam sisi kanan payudara dan sisi luar kiri payudara, sementara C berdiri di
sisi luar kanan payudara dan sisi dalam payudara kiri. Baik B dan C adalah
105º di setiap sisinya. Kemudian masing-masing bagian A, B dan C terbagi
menjadi tiga bagian lagi. Di kedua payudara kiri dan kanan. Bagian A
dibagi menjadi tiga bagian yang sama 1, 2, dan 3 searah jarum jam,
sedangkan bagian B dan C adalah dibagi rata dari atas ke bawah (1), (2) dan
(3). Yaitu, B- (3) dan C- (3) saling berdekatan satu sama lain dan tentukan
batas B dan C di tengahnya. B (3) dan C- (3) berada pada poros payudara
yang mendukung saat berdiri.

Gambar 2.1 Anatomi payudara pijat oketani (Machmudah et al, 2017)


Langkah-langkah :
Menurut Jeongsug, et al (2012) langkah-langkah dalam pelaksanaan pijat
oketani yaitu :

Langkah I :
Mendorong area C dan menariknya ke atas (arah A1) dan B2 dengan
menggunakan ketiga jari tangan kanan dan jari kelingking tangan kiri ke
arah bahu.
Gambar 2.2 Langkah I pijat oketani
Langkah II :
Mendorong ke arah C 1-2 dan menariknya ke atas dari bagian tengah A (1-
2) dengan menggunakan jari kedua tangan ke arah ketiak kiri.

Gambar 2.3 Langkah II pijat oketani


Langkah III :
Mendorong C (2) dan menariknya ke atas A (3) dan B (1) dengan
menggunakan jari dan ibu jari tangan kanan dan jari ketiga tangan kiri
menempatkan ibu jari di atas sendi kedua dari jempol kanan. Kemudian
mendorong dan menarik sejajar dengan payudara yang berlawanan.
Mendorong dan menarik nomor ( 1 ) , ( 2 ) dan ( 3 ) digunakan untuk
memisahkan bagian keras dari payudara dari fasia dari pectoralis utama.

Gambar 2.4 Langkah III pijat oketani


Langkah IV
Menekan seluruh payudara menuju umbilicus, menempatkan ibu jari
kanan pada C (1), tengah, ketiga, dan jari kelingking di sisi B dan ibu jari
kiri pada C (1), tengah, ketia, dan kelingking di sisi A.
Gambar 2.5 Langkah IV pijat oketani
Langkah V :
Menarik payudara menuju arah praktisi dengan tangan kanan sementara
dengan lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk memegang margin
yang lebih rendah payudara seperti langkah

Gambar 2.6 Langkah V pijat oketani


Langkah VI :
Menarik payudara ke arah praktisi dengan tangan kiri sambil memutarnya
dengan lembut dari pinggiran atas ke pegangan margin bawah payudara
seperti tehnik no 5. Ini adalah prosedur yang berlawanan dengan langkah
no 5.

Gambar 2.7 Langkah VI pijat oketani.


Langkah VII
Merobohkan payudara menuju arah praktisi dengan tangan kiri sementara
lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk memegang margin yang
lebih rendah payudara seperti manipulasi 5. Ini adalah prosedur
berlawanan dengan prosedur ( 5 ) . Prosedur manual ( 5 ) dan ( 6 ) adalah
teknik untuk mengisolasi bagian dasar keras dari C- payudara ( 2 ) ke C ( 1
) dari fascia pectoralis utama.

Gambar 2.8 Langkah VII pijat oketani


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Intervensi dilakukan pada Ny. E berusia 45 tahun yang merupakan klien ibu
post partum hari ke-23 dengan ketidakefektifan menyusui akibat puting susu
sebelah kanan yang inverted. Keluhan yang dirasakan Ny.E selain putting susu
yang inverted, bayinya juga rewel tidak mau menete menggunakan putting
susu sebelah kanannya, hanya menggunakan putting susu sebelah kirinya saja.
Adapun diagnosis yang diambil yakni menyusui tidak efektif (PPNI, 2016).
Untuk intervensinya dilakukan tindakan dan Pendidikan Kesehatan tentang
penerapan modifikasi spuit injeksi dan pijat oketani untuk menonjolkan putting
susu klien. Setelah dilakukan terapi selama 6 hari terdapat perubahan dimana
putting susunya tidak terlalu datar lagi dan sedikit menonjol dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya. Disamping itu, bayinya juga mulai nampak mau
mente dengan baik menggunakan putting susu kanannya. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa penerapan modifikasi spuit
injeksi dan pijat oketani cukup berpengaruh dalam menonjolkan putting susu
pada ibu post partum. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan pada
putting susu sebelah kanannya yang menjadi sedikit lebih menonjol.

B. Pembahasan
Kondisi puting susu tidak menonjol sejak lahir merupakan salah satu
kondisi kelainan sejak lahir. Menurut pendapat masyarakat apabila tidak
diberikan perlakuan sejak masa anak-anak akan sulit untuk menonjolkan
puting. Masyarakat sering mengatasi masalah ini dengan memberikan tekanan
menggunakan mangkok pada saat mau tidur. Kepercayaan dalam masyarakat
dengan tindakan ini tidak hanya menonjolkan puting tetapi juga akan
memperbesar ukuran payudara. Bentuk puting sendiri ada empat yaitu bentuk
yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (interved), terbenam/datar
merupakan salah satu keadaan puting yang tertarik ke dalam. Puting susu tidak
menonjol dapat disebabkan oleh herediter (bawaan sejak lahir) karena kondisi
ligamen pada puting pendek (Marasco, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa penerapan modifikasi spuit
injeksi dan pijat oketani selama 6 hari terdapat perubahan dimana putting
susunya tidak terlalu datar lagi dan sedikit menonjol dibandingkan dengan
keadaan sebelumnya. Disamping itu, bayinya juga mulai nampak mau mente
dengan baik menggunakan putting susu kanannya. Hal ini sesuai dengan
penelitian Kusharini et al., (2019) menunjukan pada pengelolaan kasus klien
post-partum dengan putting susu sebelah kiri inverted dan menyebabkan
ketidakefektifan dalam menyusui, setelah dilakukan tindakan keperawatan
berupa penyodatan dengan spuit injeksi 10 cc selama 4 hari teratasi.
Penelitian Hamimatus et al., (2019) menunjukkan hasil nilai probability
lebih kecil dari nilai taraf signifikan Pvalue : 0,001 dan α = 0,05 (0,000 < 0,05)
yang artinya ada pengaruh metode modifikasi spuit injeksi terhadap
keberhasilan puting susu menonjol di wilayah kerja Puskesmas Tanah Merah,
dimana 15 responden ibu post partum dengan puting tidak menonjol, setelah
dilakukan metode modifikasi spuit injeksi terdapat 12 orang ibu post partum
yang berhasil puting susunya menonjol yaitu ukuran puting 10 mm sebanyak
10 orang, 11 mm 1 orang dan 12 mm 1 orang dan 3 orang ibu post partum yang
tidak berhasil yaitu ukuran puting 7 mm 1 ibu post partum dan 8 mm 2 ibu post
partum.
Keberhasilan puting susu menonjol karena intervensi dengan metode
spuit memberikan tarikan pada puting sehingga puting tertarik kedepan. Hal ini
juga dibantu dengan bayi yang menyusu. Karena isapan pada bayi saat
menyusu akan membantu mempertahankan bentuk puting. Sedangkan
ketidakberhasilan puting susu yang tidak menonjol dari sebagian kecil ibu post
partum tersebut yang telah diberikan intervensi yang sama selama 6 hari, telah
mengalami kemajuan penojolan yang semula sebelum intervensi ukuran puting
0 mm menjadi 7 mm dan 8 mm. Hal itu menunjukkan adanya perubahan,
namun perlu pemberian intervensi lebih dari 6 hari. Sehingga puting dapat
berhasil menonjol. Puting susu tidak menonjol disebabkan adanya perlekatan
antara saluaran air susu (duktulus yang satu dengan duktulus lainnya)
menyebabkan saluran tersebut menjadi pendek sehingga terjadi penarikan
puting kedalam (Ambarwati, 2008). Metode modifikasi spuit injeksi
merupakan metode untuk membantu menonjolkan puting susu yang tidak
menonjol. Metode sederhana ini dapat digunakan bila pompa puting tidak
tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit injeksi 10 ml. Metode ini dilakukan
30 detik sampai 1 menit dengan tarikan 0,5 cc secara rutin dalam 6 hari
(Pitriani, 2009).
Rata-rata ukuran puting susu wanita lebih dari 3/8 inchi (9.5 mm), pada
saat hamil akan bertambah besar bahkan akan permanen dan saat hamil akan
memperluas pigmentasi puting (Kurnia, 2014). Metode modifikasi spuit injeksi
memiliki fungsi seperti nipple pump sehingga puting langsung tertarik ke
depan dan nampak menonjol. Semakin sering metode ini dilakukan maka
tingkat keberhasilannya semakin tinggi. Keuntungan metode ini, ibu bisa
mengatur sendiri besar tarikan sehingga bisa menilai rasa sakit ketika ditarik.
Isapan bayi saat menyusu membantu mempertahankan posisi puting tetap
menonjol dan merangsang ASI keluar (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Metode perawatan payudara lainnya untuk menonjolkan putting susu
inverted adalah melakukan pijat dengan metode Oketani. pijat Oketani
merupakan metode perawatan payudara yang unik dan pertama kali
dipopulerkan di Jepang oleh Sotomi Oketani dan sudah dilaksanakan di Korea,
Jepang dan Bangladesh. Pijat Oketani dapat menstimulus kekuatan otot
pectoralis untuk meningkatkan produksi asi dan menjadikan payudara lembut
dan elastis sehingga memudahkan bayi untuk menghisap, mencegah puting
lecet dan terjadinya mastitis, memberikan rasa lega dan nyaman pada ibu serta
memperbaiki masalah laktasi yang disebabkan karena puting datar (flat nipple)
dan tenggelam (inverted). Hasil penelitian Tasnim et al., (2019) menunjukkan
pijat oketani di Dhaka, Bangladesh dianggap sebagai teknik yang berguna
untuk membangun kepercayaan diri dan meningkatkan kualitas ASI sekresi di
antara ibu yang menghadapi kesulitan selama menyusui, salah satunya yang
diakibatkan oleh putting susu yang inverted. Adapun waktu yang dibutuhkan
untuk pijat ini adalah satu menit dan ini diulangi selama 15-20 menit.
Penelitian lainnya di Rumah Sakit Sarah Medan didapati dari 35
responden, 8 responden diantaranta mengeluh kondisi puting susu datar
sehingga menjadi kendala dalam menyusui bayinya. Penelitian ini juga terbukti
menjadikan payudara responden yang teraba keras dan kaku menjadi lembek,
produksi asi menjadi lancar serta responden merasa rileks dan nyaman. Hal
Pijat Oketani menyebabkan kelenjar mammae menjadi lebih matur sehingga
produksi asi meningkat dan dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi asi, menjadikan payudara lembut dan elastis sehingga
memudahkan bayi untuk menghisap, memberikan rasa lega dan nyaman secara
keseluruhan pada ibu, meningkatkann kualitas asi, mencegah terjadinya puting
lecet, serta tidak menyebabkan rasa nyeri pada payudara ibu. Selama penelitian
ini, pemberian terapi pijat Oketani berbeda-beda pada responden, ada yang
mendapat terapi pijat Oketani sebanyak dua, tiga dan empat kali. Hal ini
bergantung terhadap lamanya responden dirawat di Rumah Sakit Sarah Medan,
tetapi terapi yang diberikan kepada setiap responden tetap sesuai dengan
prosedur pijat Oketani (Hia et al., 2020).
Penelitian serupa dilakukan oleh (Nurhikmah dkk., 2020) menyatakan
dari ke 15 responden dalam penelitian ini masing masing di intervensi selama
15 menit dengan frekuensi dua kali sehari selama dua hari berturut turut. pijat
oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk meningkatkan
produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembutdan elastis sehingga
meumudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan memberikan
rasa lega dan nyaman secara keseluruhan pada responden, meningkatkan
kualitas ASI, mencegah putting lecet dan mastitis serta dapat
memperbaiki/mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh putting yang
rata (flat nipple), putting yang masuk kedalam (inverted).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa bila ibu yang
memiliki masalah dalam ketidakefektifan menyusui yang diakibatkan oleh
putting susu inverted dapat dilakukan stimulasi dengan cara memodifikasi spuit
injeksi 10 cc dan melakukan piajt oketani untuk menonjolkan putting inverted
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha


Medika
Hamimatus, Zainiyah, Wahyuningtyas, D., & Astrian, R. (2019). Keberhasilan
putting susu menonjol dengan menggunakan metode modifikasi spuit injeksi
pada ibu post partum.
Hartati dan Maryunani (2015). Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Sectio
Caesarea (Pendekatan Teori Model Selfcare dan Comfort). Jakarta: TIM
Hia, W. T., Rahmawi, N., Haloho, T. A., & Hutagalung, Y. A. (2020). Efektifitas
Pijat Oketani Terhadap Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu Post Partum
dan Post Seksio Sesaria.
Jeongsug., Hye Young., Sukhee & Myeong Soo. (2012). Effects of Oketani Breast
Massage on Breast Pain, the Breast Milk pH of Mothers and The Sucking
Speed of Neonates. Journal of Korean J Women Health Nurs , Vol 18 No 2,
149-158
Kementerian Kesehatan RI dan WHO. (2013).  Buku Saku Pelayanan Pelayanan
Kesehatan Kesehatan Ibu di Fasilitas Fasilitas  Kesehatan Dasar dan
Rujukan.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Kemenkes RI, 2018, Hasil Utama RISKESDAS 2018, Kemenkes RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kurnia, Sari Eka Puspita, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Jakarta: Trans
Info Media
Kusharini, ]Dwi, Magdalena, M., Setyaningsih, A, S. F., & .S, S. (2019). Asuhan
Keperawatan pada Ibu Post partum dengan ketidakefektifan pemberian ASI
di RS Panti Waluya Sawahan.
Machmudah. (2017). Sukses Menyusui dengan Pijat Oketani. Prosiding Seminar
Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat.
https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Marasco, Lisa dkk, 2010. The Breastfeeding Mother’s Guite to Making More
Milk, Jakarta: EGC
Nurhikmah, T. S., N, R., & Nurdianti, D. (2020). Perbandingan Efektifitas Pijat
Oketani dengan Pijat Oksitosin Untuk Mengurangi keluhan bendungan ASI
di Puskesmas Tamansari Kota Tasikmalaya.
Pitriani, Risa dkk, 2009. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
ASKEB III, Yogyakarta: Budi Utama
Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro Gulardi
H. (2010). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi keempat cetakan
ketiga. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saryono & Pramitasari, R. Dyah. 2014. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Nuha
Medika
Tasnim, SK, R., K, J., Nazmeen, SC, D., & ABBM, I. (2019). Difficulties in
Breastfeeding: Easy Solution by Oketani Breast Massage.
Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Wulandari & Handayani. (2011). Asuhan kebidanan ibu masa nifas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
DOKUMENTASI

Link Tindakan :
https://drive.google.com/file/d/1DtZAeQgF9iJCH3mTYKk1lFrlQ9eD5JkN/v
iew?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai