Disusun Oleh :
2B
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah maka kami dapat menyelesaikan sebuah laporan
pendahuluan ini dengan tepat waktu.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua dalam proses belajar
mengajar dan kami harap makalah ini dapat berguna untuk menambah
pengetahuan. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan
syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran
manusia.Cidera sedikit pada otak dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi
seseorang,oleh sebab itu perlu pemeliharaan kesehatan otak agar tidak diserang
penyakit. Salah satu masalah yang terjadi di otak adalah tumor otak atau tumor
intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang tengkorak baik di dalam
kompartemen supratentotrial maupun intfratenrorial. Di dalam hal ini
mencangkup tumor primer pada korteks, meningens,vaskuler,kelenjar
hipofise,epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian
tubuh lainnya (Satyanegara,2010)
Berdasarkan data statistik Central Brain Tumor Registry of United State
(2005-2006) angka insidensi tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 14,8
per 100.000 populasi pertahun di mana wanita lebih banyak (15,1) dibanding
dengan pria (14,5). Estimasi insidensitumor intrakranial primer adalah 8,2 per
100.000 populasi per tahun. Data-data insidensi dari negara-negara lainnya
berkisar antara 7-13 per 100.000 populasi per tahun (Jepang 9/100.000
populasi/tahun; Swedia 4/100.000 populasi/ta hun). Insidensi cumor otak primer
bervariasi se hubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidensi ini
mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu dari
2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000
populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan kemudian meningkat tajam
menjadi 20/100.000 populasi/tahun dan kelompok usia 70 tahun 18,1/100.000
dimana perbandingan wanita 20,3 dan pria 15,2 (Satyanegara, 2010)
KAJIAN PUSTAKA
Tumor otak adalah sekelompok tumor yang timbul dalam system saraf pusat
dan dapat di jumpai beberapa derajat diferensiasi glia. Tumor otak adalah lesi
intracranial yang menempati ruang dalam ruang tulang tengkorak. Tumor otak
suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna),
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra kranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya
dapat berupa tumor primer maupun metastase (Mansjoer, 2010).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak atau ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu
tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan
saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempnyai sebagian tau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel- sel saraf di meningen otak
(Fransisca,2018)
Pathway
Maligna Hematoma Abses Serebral Amubiasis
Limfoma
Tumor otak
Pre Op
Resiko cidera
Kerusakan
Pergerakan
Nyeri Persepsi
Intoleransi Sensori
Nyeri Aktivitas
(Price, 2016)
3. Etiologi Tumor Otak
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Mentebutkan tanda tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidaknormalan
sensori dan motoric. Perubahan penglihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-
bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditntukan pada bagiannya
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggita keluarga jarang diteukan kecuali
pada Meningioma, Astrositoma, dan Meurositoma dapat dijumpai pada
anggota sekeluarga. Sclerosis tuberse atau penyakit Struge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan
factor familial yang jelas. Selain jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya factor heredilitas yang kuat pada
neoplasma (Mehta,2007 dalam Astuti, 2016).
b. Sisa-sisa Sel Embrional
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, terutama
Intrakranial dan Kordoma ( Keating, 2006 dalam Astuti 2016)
c. Radiasi
Jaringan dalam system syaraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada system
syaraf pusat.
e. Substansi-substansi karsiogenetik
Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita ke enderita lain tergantung
pada ukuran dan bagian otak yang terjangkit. Tumor bias membuat area otak yang
terjangkit tidak berfungsi dengan baik dan menekan jaringan otak sehingga
menyebabkan sakit kepala serta kejang kejang. Berikut ini manifestasi klinis
umum tumor otak ( Schiff, 2011):
1. Edema serebral
Edeman serebral adalah peningkatan patologis pada jumlah air otak
keseluruhan yang mengarah ke peningkatan volume otak (Dahlar, 2017).
2. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel atau pada ruang subarachnoid (Munir, 2015).
3. Herniasi otak
Herniasi otak adalah dislokasi secara mekanik organ otak ke regio yang
lain akibat dari adanya massa, trauma, neoplastic, iskemik ataupun
penyebab infeksi, herniasi otak terjadi apabila ada sesuatu di dalam otak
yang mendorong jaringan otak (Nasution, 2017).
4. Epilepsi
Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang
sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten, yang
disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-
neuron secara paroksimal, dan disebabkan oleh berbagai etiologi (Munir,
2015).
Menurut Nurarif (2015), pemeriksaan diagnostic tumor otak antara lain sebagai
berikut:
2. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
3. CT-SCAN
CT-Scan adalah pemeriksaan menggunakan sinar X dan dengan
penggunaan computer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh
manusia. CT-Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia.
5. Angioserebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
1. Pengobatan
a. Kortikosteroid: misalnya dexametason.
b. Anti kejang: delantin.
c. Analgesic: acetaminophen.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah
mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin
kadang radiasi diarahlan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sebuah operasi. Radiasi membunuh sel-sel
tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi
juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan
tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi
radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan usia,
status neurologi dan tipe tumor.
4. Tindakan pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor
otak. Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan
meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak. Operasi
untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan
dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur.
Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan
sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak.
Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup
kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau
bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa
ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit
kepala selama satu atau duar hari setelah operasi untuk meminimalkan
akumulasi darah dan cairan.
B. KONSEP CRANIOTOMY
1. Definisi Craniotomi
A. Kraniotomi minor
Disebut burr lubang atau kraniotomi lubang kunci. Biasanya digunakan
untuk:
1. Untuk mengalirkan cairan serebrospinal (hydrocephalus) ke dalam
ventrikel.
2. Memasukkan stimulator otak dalam untuk mengobati penyakit
Parkinsor.
3. Memonitor tekanan intrakranial (monitor ICP, biopsy jarum).
4. Memasukkan tekanan intrakranial (monitor ICP) hapus sampel kecil
jaringan abnormal (biopsy jarum).
5. Memasukkan endoskopi untuk menghapus tumor kecil dan aneurisma
klip.
B. Kraniotomi complex
Kraniotomi kompleks sering disebut operasi dasar tengkorak. Kraniotomi
ini memerlukan pengambilan bagian tengkorak yang mendukung dasar
otak dimana saraf, arteri, dan vena yang halus keluar dari tengkorak.
Rekonstruksi dasar tengkorak sering kali diperlukan dan mungkin
membutuhkan keahlian tambahan dari kepala dan leher, otologic, atau ahli
bedah plastic. Para ahli bedah sering menggunakan computer yang
canggih untuk merencanakan kraniotomi ini dan menemukan lesi.
Kraniotomi dasar tengkorak bisa digunakan untuk :
4. Patofisiologi Craniotomi
Tumor otak merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada otak. Salah satu
penatalaksanaan yang dilakukan yaitu pembedahan seperti craniotomy. Setelah
dilakukan pembedahan terdapat perlukaan pada kulit kepala yang bisa
menyebabkan resiko infeksi karenamasuknya mikroorganisme. Terputusnya
jaringan kontinuitas jaringan akibat proses pembedahan bisa merangsang reseptor
nyeri sehingga bias menyebabkan kelemahan fisik dan pasien akan mengalami
intoleransi aktifitas.
Terjadinya edema pada otak karena dari proses inflamasi bias menyebabkan
gangguan pada perfusi jaringan serebral. Akibat proses pembedahan juga bisa
menyebabkan resiko tinggi kekurangan cairan dannutrisi karena efek dari anestesi
selama proses pembedahan. Prosedur anestesi dan penggunaan ETT pada proses
pembedahan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan yang akan
memungkinkan terjadinya jalan nafas tidak efektif (Price, 2015)
A. Persiapan preoperative
1. Tanda-tanda klinis dari massa puncak termasuk kejang-kejang,
aphasia, massa infra mencakup disfungsi serebelar (ataxia, nystagmus,
dysarthria) dan kompresi batang otak (saraf kranial, perubahan
kesadaran, abnormal respirasi). Ketika ICP meningkat, tanda-tanda
hipertensi intrakranial juga dapat berkembang.
2. Evaluasi preanestetis hendaknya berupaya memastikan adanya
hipertensi intrakranial. Komputasi tomografi atau data MRI harus
diperbaharui untuk bukti edema otak, pergeseran tengah lebih dari 0,5
cm, dan ukuran ventrikel. Penilaian neurologis harus mengevaluasi
status mental saai ini dan defisit neurologis yang ada.
3. Pengobatan yang diresepkan untuk mengendalikan ICP
(corticosteroids, diurdiurctics) dan terapi anti kejang harus direservasi,
pemeriksaan laboratorium harus menyingkirkan kortikosteroid-induced
hyperglycemia dan gangguan electrolyte yang mungkin
mengembangkan secondary untuk terapi diuretik. Anti kejang-kejang,
kali dosis terakhir, dan tingkat darah hendaknya diperhatikan.
4. Keputusan mengenai jumlah waktu dan waktu pelaksanaan evaluasi
Kesehatan hendaknya dibuat hanya berdasarkan evaluasi pasien yang
menyeluruh. Benzodiazepanes memproduksi depresi pernafasan dan
hypercapnia. Premation harus dihilangkan dalam pasien dengan luka
massal yang besar, luka ditengah garis, dan ventrikel abnormal.
Ukuran para opioids secara universal dihindari dalam periode
preoperative. Jika dekrit yang diinginkan pada pasien itu dianggap
cocok, maka pemeriksaan yang cermat terhadap midazoan intravena
bisa dimulai setelah pemeriksaan dilakukan ditempat penahanan yang
sudah ditetapkan. Dalam upaya untuk membantu mengendalikan ICP
pada pasien dengan lesi massal, ditempat tidur 15-30 dikurangi selama
diangkut ke ruang operasi.
5. Uji kelayakan untuk semua rekomendasi rumah sakit cxisting untuk
prophylactic dilig (antibiotic prophylactic) diberikan pada orang
inggris yang tepat dan pada jumlah yang sesuai, yang bisa diterima.
C. Post operasi
1. Setelah pembedahan, dilakukan dibawanya pasien ke ruang pemulihan
di mana tanda-tanda vital dimonitor sewaktu terjaga dari anestesi.
Selang pernapasan biasanya tidak bergerak sampai anda pulih
sepenuhnya dari anestesi. Berikutnya, dipindahkan ke unit perawatan
intensif ilmu saraf (NSICU) untuk observasi dan pemantauan yang
cermat. Pasien sering diminta untuk menggerakkan lengan, jari tangan,
jari kaki, dan kaki.
2. Seorang perawat akan meemriksa dan mengajukan pertanyaan seperti
“siapa namamu?”, pasien mungkin akan mual dan sakit kepala setelah
pembedahan. Obat bisa mengendalikan gejala-gejala ini, bergantung
jenis pembedahan otak, pengobatan steroid (untuk mengendalikan
pembengkakan otak) dan obat anti kejang (untuk mencegah serangan)
dapat diberikan. Ketika kondisi pasien sudah stabil, maka akan
dipindahkan ke ruang biasa dimana pasien terus dipantau dan mulai
dan mulai meningkatkan aktivitas. Tergantung jenis pembedahan otak,
pengobatan steroid (untuk mengendalikan pembengkakan otak) dan
obat anti kejang (untuk mencegah serangan) dapat diberikan. Pasien
akan dipindahkan ke ruang biasa dimana pasien terus dipantau.
Lamanya rawat inap hanya 23 hari atau 2 minggu tergantung pada
pembedahan dan perkembangan dari setiap komplikasi. Ketika pasien
keluar dari rumah sakit, pasien akan diberikan instruksi debit, jahitan
atau staples dilepas 7-10 hari setelah oeprasi di kantor dokter.
6. Discharge planning
1. Setelah pembedahan, sakit kepala itu diobati dengan obat narkotik. Karena
pil-pil penghilang rasa sakit narkotik bersifat adiktif, pil ini digunakan
selama jangka waktu tertentu (2 sampai 4 minggu). Pemggunaannya yang
teratur juga dapat menyebabkan sembelit, jadi minumlah banyak air dan
makan makanan serat tinggi. Pencahar (misalnya, Dulcolax, Senokot, susu
Magensia) dapat dibeli tanpa resep dokter. Setelah itu, rasa nyeri diatasi
dengan asetaminoden (misalnya, Tylenol) dan obat anti radang nonsteroid
(NSAIDS) misalnya aspirin: Ibuprofen, Advil, Motrin, Nuprin, Naproxen
sodium, Aleve).
2. Obat (anti kejang-kejang) bisa dibuat untuk sementara agar tidak cepat
kejang-kejang. Anti kejang umum mencakup Dilantin (phenytoin)
Tegretol (carbamazepine), dan Neurontin gabapentin). Beberapa pasien
mengalami efek sampingan (misalnya, kantuk, problem keseimbangan)
yang disebabkan oleh antikonvulan.
7. Komplikasi
Tidak ada operasi tanpa risiko. Komplikasi umum dalam pembedahan apa pun
mencakup perdarahan, infeksi, penggumpalan darah, dan reaksi terhadap anestesi.
Komplikasi spesifik yang berkaitan dengan kraniotomi menurut Warnick (2013)
bisa mencakup :
1. Stroke
2. Epilepsy
3. Pembengkakan otak, yang mungkin membutuhkan kraniotomi kedua.
4. Kerusakan saraf, yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan
otot.
5. Kebocoran CSF, yang mungkin membutuhkan perbaikan.
6. Hilangnya fungsi mental.
7. Kerusakan otak permanen dengan kecacatan terkait.
BAB III
GAMBARAN KASUS
Tn.E usia 40 tahun dikaji tanggal 3 september 2020, klien berpendidikan terakhir
S1 dan bekerja sebagai guru di sekolah dasar , klien masuk rumah sakit tanggal 2
September dengan diagnosa medis Tumor Otak, Penangguang jawab klien adalah
istrinya Ny. C usia 36 tahun
Klien mengatakan kepalanya berat, pegal dan sangat nyeri klien juga
terlihat memegangi kepalanya , klien mengatakan matanya tidak bisa melihat
dengan jelas dan berjalan menggunakan bantuan tongkat , pendengaran semakin
berkurang dan mata kanan semakin menonjol keluar semenjak bulan yang lalu.
Klien mengatakan kepalanya nyeri saat tidur tidak menngunakan bantal dan juga
saat duduk terlalu lama, klien mengatakan kepalanya terasa berat, nyeri muncul
terus menerus sejak 9 bulan terakhir dan puncaknya seminggu yang lalu dengan
skala 6 di area kepala kanan sampai tengkuk. Kien mengatakan pernah opname
sebelummnya dan juga dokter pada November 2019 mendiagnos klien mengalami
tumor otak. Namun keluarga mengatakan klien tidak mau melakukan terapi sinar
dan tidak minum obat dengan rutin hasilnya perkembangan penyakit semakin
parah. Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit berbahaya
dan menular
Klien mengatakan pendengarannya telinga kanan dan kiri menurun sejak awal
tahun 2020, tidak ada pembesaran dalam limfe dan tiroid. Pemeriksaan jantung
menunjukan ictus cordis tak tampak dan teraba nornal, suara jantung redup dan
tidak ad suara tambahan. Pemeriksaan paru menunjukkan ekspansi dada simetris
bentuk dada simetris, tidak terjadi krepitasi, suara pernafasan vesikuler .
Pemeriksaan Perut (abdomen) menunjukkan bentuk datar, suara bising usus 13x
permenit, tidak ada nyeri tekan dan suara tymphani. Pada pemeriksaan ekstremitas
kekuatan otot semua ektremitas bagus 5/5, CRT <2 detik dan terpasang IV catater
pada ekstremitas kiri atas,Pada pengkajian saraf kranial menunjukkan hasil N.II
Optikus didapatkan bahwa klien ketajaman penglihatan 0 , lapang pandang 0,
tidak bisa melihat warna pada mata kanan kiri. Pada N.III Okulomotorius reflek
cahaya negatif pada mata kanan kiri, N.IV Troclearis mata kanan kiri tidak bisa
bergerak ke atas dan kebawah. N.VI kedua mata klien tidak bisa bergerak ke
kanan dan ke kiri
DO:
1. Hasil pemeriksaan MRI Pada tangga
2 september 2020 menunjukkan
terdapat tumor solid kistik di clivus
meluas ke sinus paranasal, cavum
nasi, cavum orbita dan meluas ke
cistema interpeduncular
2. Mata kanan klien mengalami
pembesaran dan nampak menonjol
3. Mata kanan klien berwarna
kemerahan
4. Td : 150/100 mmHg
5. Tingkat kesadaran klien
Composmentis
2. DS: Berhubungan Dengan Infiltrasi Tumor Nyeri Kronik
1. Klien mengeluhkan nyeri
P: Nyeri timbul saat tidur tidak
mengunakan bantal atau saat duduk
terlalu lama
Q: Kepala terasa berat
R: kepala bagian kanan atas sampai
tengkuk
S: Skala 6 (1-10)
T: Terus menerus
2. Klien mengatakan mulai sakit kepala
sejak 9 bulan yang lalu, sekitar bulan
Januari tahun 2020 namun puncaknya
sekitar seminggu yang lalu
DO:
1. Klien nampak sesekali memegangi
kepalanya
2. Ekspresi klien nampak tegang
3. TD : 150/100 mmHg
4. Klien di diagnosa tumor otak sejak
bulan November 2019
DO:
1. Klien nampak bingung
2. Nadi klien 108 x/ menit
3. TD : 150/100 mmhg
4. DS: Dengan Faktor Risiko Gangguan Risiko Jatuh
1. Klien mengatakan penglihatannya Penglihatan
mulai tidak jelas
2. Klien mengatakan biasanya jalan
dibantu tongkat
DO:
1. Klien nampak berjalan mengunakan
tongkat
2. Mata klien membesar dan terlihat
menonjol
3. Klien nampak berjalan sambil
meraba dinding atau furniture
disekitarnya
4. Tangan kiri klien terpasang IV
Cateter
5. Skor morse fall klien 75 = risiko
tinggi jatuh
DO:
1. Klien nampak kesakitan
2. TD : 160/110 mmHg
3. Nadi : 110 X/menit
4. Terdapat luka post operasi kraniotomi
di kepala bagian kanan atas yang
dilakukan tanggal 5 September 2020
pukul 21.00 WIB
1. Kesimpulan
Tumor otak adalah sesuatu yang berkelompok yang muncul dalam sistem syaraf
pusat dan dapat dijumpai di beberapa glia. Penyebabnya belum diketahui secara pasti
namun ada beberapa faktor yang memicu seperti genetik keturunan, sisa sisa sel
embrional, terpapar radiasi, terjangkit suatu virus dan konsumsi zat zat yang bersifat
karsinogenik. Gejalannya sangat bervariasi seperti sakit kepala, mual muntah, sulit
bicara, kebingungan dan lain lain.
Banyak penatalkasanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi tumor otak salah
satunya adalah melalui bedah craniotomi, bedah craniotomi adalah proses insisi pada
tengkorak atau tempurung kepala bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki
kerusakan otak, ini untuk mengatasi masalah masalah yang terjadi dalam intrakranial
Asuhan keperawatan yang mungkin muncul saat pre operasi adalah nyeri, ansietas,
perfusi jaringan cerebral tidak efektif dan risiko jatuh sedangkan diagnosa yang
muncul setelah pre operasi biasanya nyeri akut, resiko infeksi dan risiko jatuh
2. Saran
a. Bagi Perawat
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor otak yang baik dan berkualitas serta memenuhi standart operasional dengan
mendalami mengenai penyakit tersebut
b. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan keluarga ikut berpartisipasi dalam penaksanaan pengobatan sehingga
meningkatkan efektifitas pengobatan pada klien
c. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dan mahasiswi diharapkan memahami terkait kajian pustaka terkait
tumor otak dan bedah craniotomi, sehingga dapt menerapkannya di kemudian hari
saat bekerja di instansi
DAFTAR PUSTAKA
Dahlar, Mochammad & Ully Husna. 2017. Patofiolosi dan Penatalaksanaan Edema
Serebri. Malang: Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran Univertas Brawijaya
Edy, Sari dkk. 2014. Clinical Characteristics And Hispatology Of Brain Tumor At Two
Hospitals In Bandar Lampung. Jurnal Kedokteran unila diakses dari
https://www.google.cpm/url/juke.kedokteran.unila.ac.id diakses tanggal 11 September 2020
George, A. dan Charlemen, J. E. 2017. Surgical Technology Exam Review. St. Louis
Missouri: Elsevier.
Nagelhout, John J dan Karen L Plaus. 2010. Handbook of Nurse Anesthesia. Caliornia:
Elservier
Nurarif, A. Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jakarta: EGC.