Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN :


TUMOR OTAK PRE DAN H+1 POST OPERASI KRANIOTOMI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perioperatif

Dosen Pembimbing : Rudi Haryono, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Alfina Yulia Rizky (2920183278)

Nadia Larasati (2920183307)

Winanda Prihatin (2920183322)

2B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah maka kami dapat menyelesaikan sebuah laporan
pendahuluan ini dengan tepat waktu.

Berkat penulis mempersembahkan sebuah laporan pendahuluan dengan judul


“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM
PERSYARAFAN: TUMOR OTAK PER DAN POST OP KRANIOTOMI”, yang
menurut kami dapat bermanfaat bagi para penulis, dan dikalangan luas.

Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua dalam proses belajar
mengajar dan kami harap makalah ini dapat berguna untuk menambah
pengetahuan. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, September 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak merupakan
syaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan pemikiran
manusia.Cidera sedikit pada otak dapat mengakibatkan hal yang fatal bagi
seseorang,oleh sebab itu perlu pemeliharaan kesehatan otak agar tidak diserang
penyakit. Salah satu masalah yang terjadi di otak adalah tumor otak atau tumor
intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang tengkorak baik di dalam
kompartemen supratentotrial maupun intfratenrorial. Di dalam hal ini
mencangkup tumor primer pada korteks, meningens,vaskuler,kelenjar
hipofise,epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari bagian
tubuh lainnya (Satyanegara,2010)
Berdasarkan data statistik Central Brain Tumor Registry of United State
(2005-2006) angka insidensi tahunan tumor intrakranial di Amerika adalah 14,8
per 100.000 populasi pertahun di mana wanita lebih banyak (15,1) dibanding
dengan pria (14,5). Estimasi insidensitumor intrakranial primer adalah 8,2 per
100.000 populasi per tahun. Data-data insidensi dari negara-negara lainnya
berkisar antara 7-13 per 100.000 populasi per tahun (Jepang 9/100.000
populasi/tahun; Swedia 4/100.000 populasi/ta hun). Insidensi cumor otak primer
bervariasi se hubungan dengan kelompok umur penderita. Angka insidensi ini
mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia dekade pertama yaitu dari
2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10 tahun menjadi 8/100.000
populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan kemudian meningkat tajam
menjadi 20/100.000 populasi/tahun dan kelompok usia 70 tahun 18,1/100.000
dimana perbandingan wanita 20,3 dan pria 15,2 (Satyanegara, 2010)

Di Indonesia masih minim data mengenai tumor otak. Selama periode


2009-2013 terdapat 173 kasus. Dari kasus tersebut wanita lebih banyak terkena
tumor otak dibanding laki laki dengan perbandingan 1,8:1. Kasus tumor otak
meningkat pada rentang usia 30-34 tahun (9,2%), mencapai puncak pada usia (40-
44 tahun) dan usia yang lebih tua mengalami penurunan. Dan sebanyak 95,1 %
dari 82 kasus kasus ditangani dengan terapi bedah tanpa kombinasi salah satunya
adalah cranioromy (Edy, 2014)

. Craniotomy adalah operasi untuk membuka bagian tengkorak (tempurung


kepala) dengan tujuan memperbaiki dan mengetahui kerusakan yang ada diotak.
Pembedahan tersebut bertujuan memperbaiki dan mengetahui kerusakan yang ada
di otak dengan cara membuka tengkorak jadi sementara waktu pasien post op
craniotomy akan mengalami gangguan mobilissasi bahkan bisaterjadi penurunan
kesadaran. Untuk mengurangi atau meminimalisir komplikasi yang terjadi akibat
pembedahan pasien post operasi craniotomy memerlukan perawatanyang intensif.
Maka dari itu pasien dengan post op craniotomy harus di rawat di ruangan
Intensive Care Unit (ICU) (Brunner dan Suddarth, 2002). Intensive Care Unit
(ICU) merupakan ruangan yang berada di bagian rumah sakit dilengkapi dengan
peralatan khusus serta staf khusus untuk melakukan observasi, perawatan dan
terapi pada pasien-pasien yang mengalami penyakit, cedera yang bisa mengancam
jiwa atau potensial mengancam jiwa yang diharapkan masih bias reversible
(Hudak & Gallo, 2010)
Pasien yang berada di Ruang ICU diharuskan menjalani bed rest.
Stabilisasi kondisi hemodinamik, pemasangan berbagai alat monitoring maupun
support kehidupan, pasien post op dan penurunan kesadaran baik fisiologis
maupun program sedasi menjadi tantangan perawat untuk memobilisasi pasien
kritis. Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan, mempunyai peran yang
sangatpenting dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat
memberikanperawatan langsung kepada pasien dan mempunyai peranan penting
dalammelakukan edukasi kepada pasien tentang pengelolaan penyakitnya, serta
mencegah dari rehospitalisasi. Perawat dapat mengetahui kebutuhan pasien,
merancang dan mengimplementasikan proses keperawatan secara spesifik,
memberikan umpan balik pasien, transparan dan jujur. Perawat professional
sangat dibutuhkan dalam melakukan proses keperawatan secara optimal terutama
pada pasien kritis
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang gangguan system persyarafan
tumor otak dan asuhan keperawatan pada pasien pre dan post op
kraniotomi.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada pasien tumor
otak pre dan post op kraniotomi, meliputi:
a. Melakukan pengkajian kepada pasien dengan penderita tumor otak pre
dan post op kraniotomi.
b. Menetapkan diagnosa keperawatan kepada pasien dengan penderita
tumor otak pre dan post op kraniotomi.
c. Menyusun intervensi keperawatan kepada pasien dengan penderita
tumor otak pre dan post op kraniotomi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP TUMOR OTAK


1. Definisi Tumor Otak

Tumor otak adalah sekelompok tumor yang timbul dalam system saraf pusat
dan dapat di jumpai beberapa derajat diferensiasi glia. Tumor otak adalah lesi
intracranial yang menempati ruang dalam ruang tulang tengkorak. Tumor otak
suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna),
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra kranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya
dapat berupa tumor primer maupun metastase (Mansjoer, 2010).

Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak atau ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak merupakan salah satu
tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan
saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempnyai sebagian tau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel- sel saraf di meningen otak
(Fransisca,2018)

2. Patofisiologi Tumor Otak

Patofisiologi Tumor otak menurut Ariani, (2012). Tumor menyebabkan


gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor intracranial
biasanya disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor
dan kenaikan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim
otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar
terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat
tekanan yang timbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
serebrovaskular primer.

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan


dengan kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal seperti bicara terganggu, berdesis, dan
afasia. Peningkatan tekanan intracranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor,
dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan


mengambil tempat dalam ruang yang relative tetap dari ruang tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak sekitarnya.
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih
osmotic yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh
kerusakan saraf darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial
dan meningkatkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jika perekembangannya
cepat. Mekanisme kompensasi bekerja menurunkan volume darah intrakranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel
parenkim.

Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi


ulkus. Herniasi ulkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke
inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan menensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan saraf kranial III
(Saraf oculomotor), berfungsi sebagai menggerakan sebagian besar otot mata.
Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser kebawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti
pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat
peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi
sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan

Pathway
Maligna Hematoma Abses Serebral Amubiasis
Limfoma

Bertambahnya massa di otak

Penekanan Jaringan di Otak

Tumor otak

Pre Op

Inusiasi Jaringan Otak Nekrosis Jaringan Otak Penyerapan cairan


otak

Ostruksi Vena di Otak

Kerusakan Ggn. suplai Hipoksia Edema

Jar. Neuron Darah Jaringan Peningkatan


TIK

Ggn. Fungsi otak Ggn.perfusi Hermalis Ulkus


Nyeri Kejang Jaringan

Disorientasi Mual muntah Menisefalon Tekanan

Resiko cidera

Perubahan Proses Pikir Hilangnya Kesadaran

Ketidak seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh


Pembedahan Kraniotomi

Prosedur operasi Pendarahan Otak Prosedur


Anastesi

invasif Luka Insisi

Trauma jaringan Mengaktifasi

Penurunan Reseptor Nyeri

Kelembapan luka Melalui system

Infeksi Bakteri Saraf Asenden

Kerusakan

Resiko Infeksi Neuromuskuler

Merangsang Paralisis Penurunan

Hipothalamus Tonus Otot

& Konteks Serebri Kelemahan Sensori

Pergerakan

Muncul sensasi Sendi Perubahan

Nyeri Persepsi

Intoleransi Sensori

Nyeri Aktivitas

(Price, 2016)
3. Etiologi Tumor Otak

Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Mentebutkan tanda tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidaknormalan
sensori dan motoric. Perubahan penglihatan dan kejang karena fungsi dari bagian-
bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditntukan pada bagiannya
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.

Menurut Ngoerah (2011) factor-faktor yang berperan dalam timbulnya suatu


tumor otak adalah:

a. Genetik
Riwayat tumor otak dalam satu anggita keluarga jarang diteukan kecuali
pada Meningioma, Astrositoma, dan Meurositoma dapat dijumpai pada
anggota sekeluarga. Sclerosis tuberse atau penyakit Struge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan
factor familial yang jelas. Selain jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya factor heredilitas yang kuat pada
neoplasma (Mehta,2007 dalam Astuti, 2016).
b. Sisa-sisa Sel Embrional
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, terutama
Intrakranial dan Kordoma ( Keating, 2006 dalam Astuti 2016)
c. Radiasi
Jaringan dalam system syaraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi
setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada system
syaraf pusat.
e. Substansi-substansi karsiogenetik

4. Manifestasi Klinis Tumor Otak

Gejala tumor otak bervariasi dari satu penderita ke enderita lain tergantung
pada ukuran dan bagian otak yang terjangkit. Tumor bias membuat area otak yang
terjangkit tidak berfungsi dengan baik dan menekan jaringan otak sehingga
menyebabkan sakit kepala serta kejang kejang. Berikut ini manifestasi klinis
umum tumor otak ( Schiff, 2011):

1. Muncul sakit kepala atau perubahan poa sakit kepala


2. Sakit kepala secara bertahap menjadi semakin sering dan parah
3. Mual dan muntah tanpa sebab
4. Masalah penglihatan, seperti penglihatan kabur, dan lain lain
5. Secara bertahap hilang sensasi atau gerakan tangan atau kaki
6. Sulit menjaga keseimbangan
7. Sulit berbicara
8. Kebingungan terhadap persoalan sehari hari
9. Kejang khususnya pada seseorang yang tidak pernah mengalami kejang
10. Masalah pendengaran

5. Klasifikasi Tumor Otak

Klasifikasi tumor otak diharapkan merupakan suatu basis utuk membentu


‘bahasa’ komunikasi universal antarkalangan medis dimana yang menjadi kriteria
penting dalam hal ini adalah sifat-sifat kimia, struktur mikroskopik dan cara serta
tahap perkembangan tumor trsebut sehubungan serta teoritis. Tumor otak atau
tumor intrakranial merupakan neoplasma atau prosesdesak ruang(space occupying
lesion) yang timbul di dalam ronggatengkorak baik di dalam kompartemen
supertentorial maupun infratentorial. Kategori-kategori tumor menurut Arthur
(2012) :
1) Benigna (jinak)
Morfologi tumor tersebut menunjukkan batas yang jelas, hanyamendesak
organ-organ disekitar dan tidak infiltratif. Setalahdilakukan pengangkatan
total ditemukan adanya pembentukankapsul serta tidak adanya metastasis
maupun rekurensi. Secara histologis, menunjukkan struktur sel yang
reguler, densitas sel yangrendah dengan diferensi struktur yang jelas
parenkhim, stroma yang tersusun teratur tanpa adanya formasi baru dan
pertumbuhan tanpa mitosis
2) Maligna (ganas)
Tumbuh cepat serta cenderung membentuk metastasis, tampilan
mikroskopis yang infiltratif atau tanpa batas yang jelas dan rekurensi pasca
pengangkatan total

6. Komplikasi Tumor Otak

Komplikasi tumor otak menurut Ariani (2012) yaitu sebagai berikut:

1. Edema serebral
Edeman serebral adalah peningkatan patologis pada jumlah air otak
keseluruhan yang mengarah ke peningkatan volume otak (Dahlar, 2017).

2. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif
yang menyebabkan akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih
ventrikel atau pada ruang subarachnoid (Munir, 2015).

3. Herniasi otak
Herniasi otak adalah dislokasi secara mekanik organ otak ke regio yang
lain akibat dari adanya massa, trauma, neoplastic, iskemik ataupun
penyebab infeksi, herniasi otak terjadi apabila ada sesuatu di dalam otak
yang mendorong jaringan otak (Nasution, 2017).
4. Epilepsi
Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang
sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten, yang
disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-
neuron secara paroksimal, dan disebabkan oleh berbagai etiologi (Munir,
2015).

7. Pemeriksaan Diagnostik Tumor Otak

Menurut Nurarif (2015), pemeriksaan diagnostic tumor otak antara lain sebagai
berikut:

1. Rontgen tengkorak anterior-posterior


Untuk diagnostic sekurang-kurangnya diambil dari 2 arah, ialah antero
posterior dan lateral diantaranya adalah untuk menampakkan fraktur,
metastase, oestomilitis, osteitis, tumor, dilakukan jika indikasi bila nyeri
kepala.

2. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor
dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

3. CT-SCAN
CT-Scan adalah pemeriksaan menggunakan sinar X dan dengan
penggunaan computer yang akan menghasilkan gambar organ-organ tubuh
manusia. CT-Scan dapat digunakan apabila MRI tidak tersedia.

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Diagnosis terbaik pada brain tumor adalah dengan penggunaan cranial
MRI. MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda
dan gejala kelainan pada intrrakranial. MRI menggunakan magnetic field
bertenaga untuk menentukan nuclear magnetic spin dan resonansi yang
tepat pada sebuah jaringan bervolume kecil. Jaringan yang berbeda
memiliki nuclear magnetic spin dan resonansi yang berbeda pula.

5. Angioserebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.

8. Penatalaksanaan Medis Tumor Otak

Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada


penyakit tumor otak adalah sebagai berikut:

1. Pengobatan
a. Kortikosteroid: misalnya dexametason.
b. Anti kejang: delantin.
c. Analgesic: acetaminophen.

2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah
mesin besar diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin
kadang radiasi diarahlan ke seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sebuah operasi. Radiasi membunuh sel-sel
tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi
juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal pengobatan
tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi
radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.

3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat dilakukan sesudah pembedahan dengan radioterapi.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan indikasi tertentu sesuai dengan usia,
status neurologi dan tipe tumor.

4. Tindakan pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor
otak. Tujuannya adalah untuk mengangkat sebanyak tumor dan
meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi otak. Operasi
untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan
dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur.
Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan
sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak.
Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup
kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau
bahan. Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa
ahli bedah dapat menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit
kepala selama satu atau duar hari setelah operasi untuk meminimalkan
akumulasi darah dan cairan.

Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan


tumor otak adalah sakit kepala yang tidak nyaman selama beberapa hari
pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya
cairan serebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak
(edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan
pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan untuk
mengalihkan cairan. Doketr bedah dapat menempatkan sebuah tabung,
panjang dan tipis (shunt) dan ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di
bawah kulit le bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari
otak dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai
gantinya.

Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi


(diobati dengan antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan normal.
Kerusakan otak bisa menjadi masalah serius. Pasien mungkin memiliki
masalah berfikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami
perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini berkurang
dengan berlalunya waktu. Terapi kadang-kadang kerusakan otak
permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara atau
terapi kerja. Salah satu pembedahan yang biasa dilakukan adalah
craniotomy

B. KONSEP CRANIOTOMY
1. Definisi Craniotomi

Craniotomy merupakan tindakan pembedahan yang membuka


tengkorak(tempurung kepala) bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki
kerusakan pada otak. Pembedahan intrakranial ini biasa disebut dengan
craniotomy merupakan tindakan untuk mengatasi masalah-masalah pada
intracranial seperti hematoma atau perdarahan otak,pembenahan letak anatomi
intrakranial, pengambilan sel atau jaringanintrakranial yang dapat terganggunya
fungsi neorologik dan fisiologis manusia, mengobati hidrosefalus dan mengatasi
peningkatan tekanan intrakranial yang tidakterkontrol.( Widagdo, W., 2015).

Kraniotomi adalah celah tulang yang dipotong ke dalam tengkorak. Suatu


bagian tengkorak, yang disebut lipatan tulang, dipotong untuk mengakses otak
dibawahnya (Warnick, 2013).

Bedah kraniotomi merupakan pembedahan dengan pembuatan lubang di


cranium untuk meningkatkan akses pada struktur intrkranial. Kraniotomi
berpengaruh pada antomi tubuh bagian kulit, periosteum, tulang, dura mater,
arachnoid mater, pia mater, subdural, dan cairan serebrospinal (George, 2017).

2. Indikasi dan Klasifikasi Craniotomi

Menurut Warnick (2013) klasifikasi dan indikasi kraniotomi adalah sebagai


berikut:

A. Kraniotomi minor
Disebut burr lubang atau kraniotomi lubang kunci. Biasanya digunakan
untuk:
1. Untuk mengalirkan cairan serebrospinal (hydrocephalus) ke dalam
ventrikel.
2. Memasukkan stimulator otak dalam untuk mengobati penyakit
Parkinsor.
3. Memonitor tekanan intrakranial (monitor ICP, biopsy jarum).
4. Memasukkan tekanan intrakranial (monitor ICP) hapus sampel kecil
jaringan abnormal (biopsy jarum).
5. Memasukkan endoskopi untuk menghapus tumor kecil dan aneurisma
klip.
B. Kraniotomi complex
Kraniotomi kompleks sering disebut operasi dasar tengkorak. Kraniotomi
ini memerlukan pengambilan bagian tengkorak yang mendukung dasar
otak dimana saraf, arteri, dan vena yang halus keluar dari tengkorak.
Rekonstruksi dasar tengkorak sering kali diperlukan dan mungkin
membutuhkan keahlian tambahan dari kepala dan leher, otologic, atau ahli
bedah plastic. Para ahli bedah sering menggunakan computer yang
canggih untuk merencanakan kraniotomi ini dan menemukan lesi.
Kraniotomi dasar tengkorak bisa digunakan untuk :

1. Menyingkirkan atau mengobati tumor otak, aneurisma, atau AVMS.


2. Mengobati otak setelah retak atau cedera kepala (misalnya, luka
tembak, cidera kepala berat).
3. Menghilangkan tumor yang menyerang tulang tengkorak.

3. Manifestasi Klinis Craniotomi


Menurut Brunner dan Suddarth (2010) tanda dan gejala dari post op craniotomy
adalah :
a. Menglami pusing, nyeri kepala hebat bahkan bisa terjadi penurunan
kesadaran
b. Bisa menimbulkan gejala deserebrasi dan gangguan pada tanda vitaldan
pernafasan jika hematomanya semakin meluas
c. Muntah, pusing dan terjadi peningkatan tanda-tanda vital jika
setelahpembedahan terjadi peningkatan TIK

4. Patofisiologi Craniotomi
Tumor otak merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada otak. Salah satu
penatalaksanaan yang dilakukan yaitu pembedahan seperti craniotomy. Setelah
dilakukan pembedahan terdapat perlukaan pada kulit kepala yang bisa
menyebabkan resiko infeksi karenamasuknya mikroorganisme. Terputusnya
jaringan kontinuitas jaringan akibat proses pembedahan bisa merangsang reseptor
nyeri sehingga bias menyebabkan kelemahan fisik dan pasien akan mengalami
intoleransi aktifitas.
Terjadinya edema pada otak karena dari proses inflamasi bias menyebabkan
gangguan pada perfusi jaringan serebral. Akibat proses pembedahan juga bisa
menyebabkan resiko tinggi kekurangan cairan dannutrisi karena efek dari anestesi
selama proses pembedahan. Prosedur anestesi dan penggunaan ETT pada proses
pembedahan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan yang akan
memungkinkan terjadinya jalan nafas tidak efektif (Price, 2015)

5. Tahapan Bedah Kraniotomi

Menurut Ngelhout (2013) tahapan bedah kraniotomi adalah sebagai berikut:

A. Persiapan preoperative
1. Tanda-tanda klinis dari massa puncak termasuk kejang-kejang,
aphasia, massa infra mencakup disfungsi serebelar (ataxia, nystagmus,
dysarthria) dan kompresi batang otak (saraf kranial, perubahan
kesadaran, abnormal respirasi). Ketika ICP meningkat, tanda-tanda
hipertensi intrakranial juga dapat berkembang.
2. Evaluasi preanestetis hendaknya berupaya memastikan adanya
hipertensi intrakranial. Komputasi tomografi atau data MRI harus
diperbaharui untuk bukti edema otak, pergeseran tengah lebih dari 0,5
cm, dan ukuran ventrikel. Penilaian neurologis harus mengevaluasi
status mental saai ini dan defisit neurologis yang ada.
3. Pengobatan yang diresepkan untuk mengendalikan ICP
(corticosteroids, diurdiurctics) dan terapi anti kejang harus direservasi,
pemeriksaan laboratorium harus menyingkirkan kortikosteroid-induced
hyperglycemia dan gangguan electrolyte yang mungkin
mengembangkan secondary untuk terapi diuretik. Anti kejang-kejang,
kali dosis terakhir, dan tingkat darah hendaknya diperhatikan.
4. Keputusan mengenai jumlah waktu dan waktu pelaksanaan evaluasi
Kesehatan hendaknya dibuat hanya berdasarkan evaluasi pasien yang
menyeluruh. Benzodiazepanes memproduksi depresi pernafasan dan
hypercapnia. Premation harus dihilangkan dalam pasien dengan luka
massal yang besar, luka ditengah garis, dan ventrikel abnormal.
Ukuran para opioids secara universal dihindari dalam periode
preoperative. Jika dekrit yang diinginkan pada pasien itu dianggap
cocok, maka pemeriksaan yang cermat terhadap midazoan intravena
bisa dimulai setelah pemeriksaan dilakukan ditempat penahanan yang
sudah ditetapkan. Dalam upaya untuk membantu mengendalikan ICP
pada pasien dengan lesi massal, ditempat tidur 15-30 dikurangi selama
diangkut ke ruang operasi.
5. Uji kelayakan untuk semua rekomendasi rumah sakit cxisting untuk
prophylactic dilig (antibiotic prophylactic) diberikan pada orang
inggris yang tepat dan pada jumlah yang sesuai, yang bisa diterima.

B. Monitor intra operasi


1. Monitor rutin untuk prosedur yang diterapkan mencakup pengolesan
elektrokardiografi (ECG), pengolesan darah, suspense prestoskop
precordial, memonitor fraksi oksigen yang terinsan, temperature,
stimulasi saraf tepi, penyumbatan pasang darah, pemantauan, dan
kateter saluran kemih.
2. Bagi para pasien dengan penyakit jantung iskemia, penggunaan timbal
balik vs ECG dimodifikasi dibuat ulang. Sebuah garis arteri yang
disusun sebelum atau segera setelah pembiusan memberikan tekanan
darah yang normal untuk pemantauan tekanan darah yang normal
untuk pemantauan tekanan darah dan akses kuat untuk pengambilan
sampel darah untuk analisis laboratorium.
3. Potensi SSEPs Somatisensor dapat dinilai.

C. Post operasi
1. Setelah pembedahan, dilakukan dibawanya pasien ke ruang pemulihan
di mana tanda-tanda vital dimonitor sewaktu terjaga dari anestesi.
Selang pernapasan biasanya tidak bergerak sampai anda pulih
sepenuhnya dari anestesi. Berikutnya, dipindahkan ke unit perawatan
intensif ilmu saraf (NSICU) untuk observasi dan pemantauan yang
cermat. Pasien sering diminta untuk menggerakkan lengan, jari tangan,
jari kaki, dan kaki.
2. Seorang perawat akan meemriksa dan mengajukan pertanyaan seperti
“siapa namamu?”, pasien mungkin akan mual dan sakit kepala setelah
pembedahan. Obat bisa mengendalikan gejala-gejala ini, bergantung
jenis pembedahan otak, pengobatan steroid (untuk mengendalikan
pembengkakan otak) dan obat anti kejang (untuk mencegah serangan)
dapat diberikan. Ketika kondisi pasien sudah stabil, maka akan
dipindahkan ke ruang biasa dimana pasien terus dipantau dan mulai
dan mulai meningkatkan aktivitas. Tergantung jenis pembedahan otak,
pengobatan steroid (untuk mengendalikan pembengkakan otak) dan
obat anti kejang (untuk mencegah serangan) dapat diberikan. Pasien
akan dipindahkan ke ruang biasa dimana pasien terus dipantau.
Lamanya rawat inap hanya 23 hari atau 2 minggu tergantung pada
pembedahan dan perkembangan dari setiap komplikasi. Ketika pasien
keluar dari rumah sakit, pasien akan diberikan instruksi debit, jahitan
atau staples dilepas 7-10 hari setelah oeprasi di kantor dokter.
6. Discharge planning

Menurut Warnick (2013) discharge planning bedah kraniotomi adalah sebagai


berikut:

1. Setelah pembedahan, sakit kepala itu diobati dengan obat narkotik. Karena
pil-pil penghilang rasa sakit narkotik bersifat adiktif, pil ini digunakan
selama jangka waktu tertentu (2 sampai 4 minggu). Pemggunaannya yang
teratur juga dapat menyebabkan sembelit, jadi minumlah banyak air dan
makan makanan serat tinggi. Pencahar (misalnya, Dulcolax, Senokot, susu
Magensia) dapat dibeli tanpa resep dokter. Setelah itu, rasa nyeri diatasi
dengan asetaminoden (misalnya, Tylenol) dan obat anti radang nonsteroid
(NSAIDS) misalnya aspirin: Ibuprofen, Advil, Motrin, Nuprin, Naproxen
sodium, Aleve).
2. Obat (anti kejang-kejang) bisa dibuat untuk sementara agar tidak cepat
kejang-kejang. Anti kejang umum mencakup Dilantin (phenytoin)
Tegretol (carbamazepine), dan Neurontin gabapentin). Beberapa pasien
mengalami efek sampingan (misalnya, kantuk, problem keseimbangan)
yang disebabkan oleh antikonvulan.

7. Komplikasi

Menurut Warnick (2013) komplikasi bedah kraniotomi adalah:

Tidak ada operasi tanpa risiko. Komplikasi umum dalam pembedahan apa pun
mencakup perdarahan, infeksi, penggumpalan darah, dan reaksi terhadap anestesi.
Komplikasi spesifik yang berkaitan dengan kraniotomi menurut Warnick (2013)
bisa mencakup :

1. Stroke
2. Epilepsy
3. Pembengkakan otak, yang mungkin membutuhkan kraniotomi kedua.
4. Kerusakan saraf, yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau kelemahan
otot.
5. Kebocoran CSF, yang mungkin membutuhkan perbaikan.
6. Hilangnya fungsi mental.
7. Kerusakan otak permanen dengan kecacatan terkait.
BAB III
GAMBARAN KASUS

Tn.E usia 40 tahun dikaji tanggal 3 september 2020, klien berpendidikan terakhir
S1 dan bekerja sebagai guru di sekolah dasar , klien masuk rumah sakit tanggal 2
September dengan diagnosa medis Tumor Otak, Penangguang jawab klien adalah
istrinya Ny. C usia 36 tahun

Klien mengatakan kepalanya berat, pegal dan sangat nyeri klien juga
terlihat memegangi kepalanya , klien mengatakan matanya tidak bisa melihat
dengan jelas dan berjalan menggunakan bantuan tongkat , pendengaran semakin
berkurang dan mata kanan semakin menonjol keluar semenjak bulan yang lalu.
Klien mengatakan kepalanya nyeri saat tidur tidak menngunakan bantal dan juga
saat duduk terlalu lama, klien mengatakan kepalanya terasa berat, nyeri muncul
terus menerus sejak 9 bulan terakhir dan puncaknya seminggu yang lalu dengan
skala 6 di area kepala kanan sampai tengkuk. Kien mengatakan pernah opname
sebelummnya dan juga dokter pada November 2019 mendiagnos klien mengalami
tumor otak. Namun keluarga mengatakan klien tidak mau melakukan terapi sinar
dan tidak minum obat dengan rutin hasilnya perkembangan penyakit semakin
parah. Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit berbahaya
dan menular

Dilakukan pengkajian pada klien didapatkan kesadaran compostetis


dengan hasil E4V5M6 . Dengan tekanan darah 150/100 mmHg, Nadi 108 kali
permenit, RR= 20 kali permenit, Suhu tubuh 37,5 derajat dan SPO2 98%. Berat
badan klien 68 Kg dengan tinggi badan 168 cm (IMT 24,11). Berdasarkan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan mata kanan dan kiri menunjukkan
pada palpebra menunjukkan ada perubahan warna, dan pembengkakan palpebra
pada mata kanan palpebra kiri normal tidak ada perubahan warna dan juga
pembengkakan, warna kornea mata kanan kemerahan dan mata kiri jenih, relek
cahaya (- / -), warna lensa mata kanan kemerahan lensa mata kiri jernih, Tekanan
Intra Okular (TIO) pada kedua bola mata dalam batas normal yaitu (12-25 mmhg.
Keadaan kulit kering, mukosa lembab, hidung terdapat kotoran,

Klien mengatakan pendengarannya telinga kanan dan kiri menurun sejak awal
tahun 2020, tidak ada pembesaran dalam limfe dan tiroid. Pemeriksaan jantung
menunjukan ictus cordis tak tampak dan teraba nornal, suara jantung redup dan
tidak ad suara tambahan. Pemeriksaan paru menunjukkan ekspansi dada simetris
bentuk dada simetris, tidak terjadi krepitasi, suara pernafasan vesikuler .
Pemeriksaan Perut (abdomen) menunjukkan bentuk datar, suara bising usus 13x
permenit, tidak ada nyeri tekan dan suara tymphani. Pada pemeriksaan ekstremitas
kekuatan otot semua ektremitas bagus 5/5, CRT <2 detik dan terpasang IV catater
pada ekstremitas kiri atas,Pada pengkajian saraf kranial menunjukkan hasil N.II
Optikus didapatkan bahwa klien ketajaman penglihatan 0 , lapang pandang 0,
tidak bisa melihat warna pada mata kanan kiri. Pada N.III Okulomotorius reflek
cahaya negatif pada mata kanan kiri, N.IV Troclearis mata kanan kiri tidak bisa
bergerak ke atas dan kebawah. N.VI kedua mata klien tidak bisa bergerak ke
kanan dan ke kiri

Klien mengatakan dirinya takut untuk melakukan operasi karena ini


operasi yang pertama baginnya, klien mengatakan susah tidur dan berdebar debar,
klien mengatakan aktivitas spiritualnya seperti sholat dan berdoa masih rutin
dilakukan walau hanya ditempat tidur dan dengan tayamum, klien mengatakan
semua aktivitasnya dibantu keluarga, dan setelah dilakukan pengkajian risiko
jatuh menujukkan hasil Tn.E termasuk risiko tinggi dengan skore 55 (klien
berjalan menggunakan tongkat, dibantu dinding, meja kursi atau furnitur lain,
klien lemah dan terpasang IV Cateter pada Ekstremitas kiri atas ).

Pada tanggal 2 September 2020 klien melakukan pemeriksaan


laboratoriumdengan hasil lekosit 12.7, Hb 10.9 g/Dl, Hmt 33.3 % , albumin 1.96
g/Dl, Calcium 2.03 Mmol/L. Pada tanggal 2 september 2020 klien juga
melakukan pemeriksaan hispatologi dengan hasil sediaan dari extradular
menunjukkan tumor tersusun atas jaringan ikat fibrous dan tulang trabekula.
Tampak pula sel sel yang bervakuol dengan inti ditengah diantara matrik miksoid.
Hasil pemeriksaan MRI Pada tangga 2 september 2020 menunjukkan terdapat
tumor solid kistik di clivus meluas ke sinus paranasal, cavum nasi, cavum orbita
dan meluas ke cistema interpeduncular. Klien diberikan terapi obat Dexametasone
55mg/12 jam melalui IV, Omeprazole 40 mg/12 jam melalui IV, CaCO3 500 mg/
jam per oral, Diazepam 2mg/12 jam peroral , Paracetamol 1gr/12 jam melalui IV,
albumin 25% (100 ml)/ 24 jam melalui IV.

Pada tanggal 6 September dilakukan pengkajian ulang teradap Tn.E yang


telah melakukan operasi craniotomi atas indikasi tumor otak pada tanggal 5
September 2020 mulai pukul 21.00WIB. Klien mengatakan merasa sangat sakit
skala 7 di bagian bekas operasi di kepala kanan atas, sakit seperti diris iris dan
hilang timbul sakit sangat terasa ketika klien bergerak. Klien mengatakan hal
tersebut membuatnya susah untuk beristirahat dan tidur . kesadaran klien
Composmentis dengan hasil E4V5M6 . tekanan darah klien 160/100 mmHg, nadi
110x/menit, RR 20x/ menit dan suhu tubuh 38°C.

Pada tanggal 6 September 2020 klien melakukan pemeriksaan


laboratorium dengan hasil lekosit 13,2 mcL, Hb 10.9 g/Dl, Hmt 33.3 % , albumin
1.96 g/Dl, Calcium 2.03 Mmol/L
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

DATA SENJANG PRE OPERASI

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. keluarga klien mengatakan klien 1. Hasil pemeriksaan MRI Pada
sudah di diagnosa tumor otak tangga 2 september 2020
oleh dokter sejak November menunjukkan terdapat tumor
2019 solid kistik di clivus meluas ke
2. Klien mengatakan sinus paranasal, cavum nasi,
pendengrannya sudah mulai cavum orbita dan meluas ke
berkurang cistema interpeduncular
3. Klien mengatakan 2. Mata kanan klien mengalami
penglihatannya sudah mulai pembesaran dan nampak
tidak jelas menonjol
4. Klien mengatakan mata 3. Mata kanan klien berwarna
kanannya semakin membesar kemerahan
dan menonjol 4. Td : 150/100 mmHg
5. Klien mengeluhkan nyeri 5. Nadi : 108x/menit
P: Nyeri timbul saat tidur tidak 6. Klien nampak sesekali
mengunakan bantal atau saat memegangi kepalanya
duduk terlalu lama 7. Ekspresi klien nampak tegang
Q: Kepala terasa berat 8. Klien di diagnosa tumor otak
R: kepala bagian kanan atas sejak bulan November 2019
sampai tengkuk 9. Klien nampak berjalan
S: Skala 6 (1-10) mengunakan tongkat
T: Terus menerus 10. Mata klien membesar dan
6. Klien mengatakan mulai sakit terlihat menonjol
kepala sejak 9 bulan yang lalu, 11. Klien nampak berjalan sambil
sekitar bulan Januari tahun 2020 meraba dinding atau furniture
namun puncaknya sekitar disekitarnya
seminggu yang lalu 12. Tangan kiri klien terpasang IV
7. Klien mengatakkan takut Cateter
dengan operasinya, karena 13. Skor morse fall klien 75 = risiko
belum pernah menjaani operasi tinggi jatuh
sebelumnya
8. Klien mengatakan khawatir
dengan dirinya
9. Klien mengatakan sulit tidur
kalau sedang kepikiran
10. Klien mengatkan sering deg
degan
11. Klien mengatakan
penglihatannya mulai tidak jelas
12. Klien mengatakan biasanya
jalan dibantu tongkat

DATA SENJANG POST OPERASI

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Klien mengatakan nyeri : 1. Klien nampak kesakitan
P: Terasa sangat nyeri saat bergerak 2. TD : 160/110 mmHg
Q: Seperti disayat sayat 3. Nadi : 110 X/menit
R: Luka post craniotomi di kepala 4. Terdapat luka post operasi
bagian kanan atas kraniotomi di kepala bagian kanan
S: Skala 7 (1-10) atas yang dilakukan tanggal 5
T : Hilang timbul September 2020
2. Klien mengatakan susah tidur 5. Klien telah menjalani bedah
3. Klien mengatakan tidak merasakan craniotomi pengangkatan tumor
gatal pada luka jahitannya otak paa tanggal 5 september 2020
4. Klien mengatakan tidak merasakan 6. Terdapat luka jahitan post operasi di
panas pada luka jahitannya kepala baian kanan atas
7. Luka tertutup kasa bersih
8. Suhu tubuh klien 38°C
9. Kadar leukosit dalam darah 13,2
mcL
ANALISA DATA PRE OPERASI

N DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN


O
1. DS: Dengan Faktor Risiko Tumor Otak Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
1. keluarga klien mengatakan klien
sudah di diagnosa tumor otak oleh
dokter sejak November 2019
2. Klien mengatakan pendengrannya
sudah mulai berkurang
3. Klien mengatakan penglihatannya
sudah mulai tidak jelas
4. Klien mengatakan mata kanannya
semakin membesar dan menonjol

DO:
1. Hasil pemeriksaan MRI Pada tangga
2 september 2020 menunjukkan
terdapat tumor solid kistik di clivus
meluas ke sinus paranasal, cavum
nasi, cavum orbita dan meluas ke
cistema interpeduncular
2. Mata kanan klien mengalami
pembesaran dan nampak menonjol
3. Mata kanan klien berwarna
kemerahan
4. Td : 150/100 mmHg
5. Tingkat kesadaran klien
Composmentis
2. DS: Berhubungan Dengan Infiltrasi Tumor Nyeri Kronik
1. Klien mengeluhkan nyeri
P: Nyeri timbul saat tidur tidak
mengunakan bantal atau saat duduk
terlalu lama
Q: Kepala terasa berat
R: kepala bagian kanan atas sampai
tengkuk
S: Skala 6 (1-10)
T: Terus menerus
2. Klien mengatakan mulai sakit kepala
sejak 9 bulan yang lalu, sekitar bulan
Januari tahun 2020 namun puncaknya
sekitar seminggu yang lalu

DO:
1. Klien nampak sesekali memegangi
kepalanya
2. Ekspresi klien nampak tegang
3. TD : 150/100 mmHg
4. Klien di diagnosa tumor otak sejak
bulan November 2019

3. DS: Berhubungan Dengan Kurang Informasi Ansietas


1. Klien mengatakkan takut dengan Terkait Pengobatan
operasinya, karena belum pernah
menjaani operasi sebelumnya
2. Klien mengatakan khawatir dengan
dirinya
3. Klien mengatakan sulit tidur kalau
sedang kepikiran
4. Klien mengatkan sering deg degan

DO:
1. Klien nampak bingung
2. Nadi klien 108 x/ menit
3. TD : 150/100 mmhg
4. DS: Dengan Faktor Risiko Gangguan Risiko Jatuh
1. Klien mengatakan penglihatannya Penglihatan
mulai tidak jelas
2. Klien mengatakan biasanya jalan
dibantu tongkat

DO:
1. Klien nampak berjalan mengunakan
tongkat
2. Mata klien membesar dan terlihat
menonjol
3. Klien nampak berjalan sambil
meraba dinding atau furniture
disekitarnya
4. Tangan kiri klien terpasang IV
Cateter
5. Skor morse fall klien 75 = risiko
tinggi jatuh

ANALISA DATA POST OPERASI

N DATA ETIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN


O
1. DS: Berhubungan Dengan Trauma Nyeri Akut
1. Klien mengatakan nyeri : Fisiologis : Proses Pembedahan
P: Terasa sangat nyeri saat bergerak
Q: Seperti disayat sayat
R: Luka post craniotomi di kepala
bagian kanan atas
S: Skala 7 (1-10)
T : Hilang timbul
2. Klien mengatakan susah tidur

DO:
1. Klien nampak kesakitan
2. TD : 160/110 mmHg
3. Nadi : 110 X/menit
4. Terdapat luka post operasi kraniotomi
di kepala bagian kanan atas yang
dilakukan tanggal 5 September 2020
pukul 21.00 WIB

2. DS: Dengan Faktor Risiko Kerusakan Risiko Infeksi


1. Klien mengatakan tidak merasakan Integritas Kulit : Post Craniotomy
gatal pada luka jahitannya
2. Klien mengatakan tidak merasakan
panas pada luka jahitannya
DO:
1. Klien telah menjalani bedah
craniotomi pengangkatan tumor otak
paa tanggal 5 september 2020
2. Terdapat luka jahitan post operasi di
kepala baian kanan atas
3. Luka tertutup kasa bersih
4. Suhu tubuh klien 38°C
5. Kadar leukosit dalam darah 13,2 mcL
NURSING CARE PLAN PRE OPERASI

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1. Risiko Perfusi Setelah Pemantauan Tanda 1. Memonitor TTV
Serebral Tidak dilakukan Vital (I.02060) berguna untuk
Efektif (D.0017) tindakan 1. Monitor TTV mengetahui
dengan faktor keperawatan klien kondisi kesehatan
risiko tumor otak selama 3X 24 2. Informasikan seseorang secara
jam masalah hasil pengukuran mum, juga dapat
Yang ditandai Risiko Perfusi TTV kepada klien memberikan
dengan Serebral Tidak dan keluarga gambaran
DS: Efektif dengan efektivitas
5. keluarga faktor risiko Pemantauan perawatan yang
klien tumor otak dapat Neurologis dijalani
mengatakan teratai dengan (I.06197) 2. Menginfokan agar
klien sudah di kriteria hasil : 3. Monitor tingkat klien dan keluarga
diagnosa orientasi klien juga mengetaahui
tumor otak Perfusi gambaran kondisi
oleh dokter Serebral Pemantauan klien
sejak (L.02014) Tekanan 3. Memonitor
November 1. Tekanan Intrakranial orientasi klien
2019 darah sistolik (I.0198) tentang waktu dan
6. Klien dalam 4. Monitor tingkat suasana yang
mengatakan rentang kesadaran diijalaninya
pendengrann normal (120- 4. Cara memonitor
ya sudah 140) Manajemen kesadaran
mulai 2. Klien tidak Peningkatan menggunakan
berkurang gelisah Tekanan GCS
7. Klien 3. Klien tidak Intrakranial 5. Kejang kejang
mengatakan demam, suhu (I.0194) bisa memperparah
penglihatann tubuh kondisi klien
ya sudah normal(3,65- 5. Cegah terjadinya 6. Lingkungan yang
mulai tidak 37,5°C) kejang tenang
jelas 6. Minimalkan mempermudah
8. Klien Status stimulus dengan klien untuk
mengatakan Neurologis menyediakan beristirahat, dan
mata (L.0603) lingkungan yang menunang proses
kanannya 4. Tingkat tenang pengobatan
semakin kesadaran 7. Monitor tanda 7. Kenaikan TIK
membesar klien tidak kenaikan TIK dapat
dan menonjol menurun 8. Kolaborasikan memperparah
5. Klien tidak pemberian sedasi kondisi klien,
DO: kejang jika diperlukan tanda kenaikan
6. Hasil 6. Klien tidak TIK yang bisa
pemeriksaan mengalami diamati seperti
MRI Pada disorientasi disorientasi, mual
tangga 2 waku dan muntah, TD naik,
september tempat sakit kepala dan
2020 lain lain
menunjukkan 8. Pemberian sedasi
terdapat untuk
tumor solid menginduksi
kistik di tubuh terhadap
clivus meluas rasa nyeri, sedasi
ke sinus seperti
paranasal, dexametasone
cavum nasi,
cavum orbita
dan meluas
ke cistema
interpeduncul
ar
7. Mata kanan
klien
mengalami
pembesaran
dan nampak
menonjol
8. Mata kanan
klien
berwarna
kemerahan
9. Td : 150/100
mmHg
10. Tingkat
kesadaran
klien
Composmenti
s
2. Nyeri Kronik Setelah Manajemen Nyeri 1. Mengidentifikasi
(D.0078) dilakukan (I.08238) nyeri klien untuk
berhubungan tindakan 1. Identifikasi mengetahui sejauh
dengan Infiltrasi keperawatan lokasi.karakteris mana
Tumor yang selama 3x 24 tik, perkembangan
ditandai dengan jam masalah durasi,frekuensi, pengobatan
Nyeri Kronik kualitas nyeri 2. Skala nyeri
DS: berhubungan 2. Identifikasi menunjukkan
3. Klien dengan Infiltrasi skala nyeri tingkat nyeri yang
mengeluhkan Tumor dapat 3. Identifikasi dirasakan klien
nyeri teratasi dengan respon non 3. Respon nyeri non
P: Nyeri kriteria hasil: verbal verbal yang biasa
timbul saat 4. Monitor TTV ditunjukkan
tidur tidak Tingkat Nyeri 5. Ajarkan terapi seperti TD naik,
mengunakan (L.08066) non farmakologi ekspresi tegang
bantal atau 1. Skala nyeri murrotal dan lain lain
saat duduk klien 6. Fasilitasi 4. TTV dapat
terlalu lama berkurang istirahat dan digunakan sebagai
Q: Kepala dari skala 6 tidur patokan tingkat
terasa berat ke skala 3 7. Kolaborasikan nyeri klien,
R: kepala 2. Ekspresi pemberian biasanya saat klien
bagian kanan klien rileks analgesik jika merasakan nyeri
atas sampai 3. Tekanan perlu TD dan Nadi akan
tengkuk darah klien naik
S: Skala 6 (1- normal (120- Perawatan 5. Klien mengatakan
10) 140 mmHg) Kenyamanan dirinya rajin
T: Terus 4. Pasien dapat (I.08245) melakukan ibadah
menerus istirahat 8. Identifikasi walau hanya
4. Klien cukup masalah ditempat tidur dan
mengatakan Kontrol Nyeri emosinal dan tayyamum, hal
mulai sakit (L.08063) spiritual tersebut
kepala sejak 5. Klien dapat 9. Berikan posisi menujukkan klien
9 bulan yang menggunakan nyaman untuk merupakan orang
lalu, sekitar terapi non mengurangi yang agamis
bulan Januari farmakologi nyeri sehingga terapi
tahun 2020 dalam 10. Libatkan murrotal sangat
namun mengatasi keluarga dalam cocok untuk
puncaknya nyeri proses menjadi terapi
sekitar 6. Klien pengobatan pereda nyeri dan
seminggu mendapatkan klien juga untuk
yang lalu analgesik beribadah
6. Istirahat dan tidur
DO: untuk menunjang
5. Klien pengoatan klien
nampak 7. Analgesik
sesekali diberikan untuk
memegangi mengurangi rasa
kepalanya nyeri
6. Ekspresi 8. Banyak fikian
klien nampak membuat klien
tegang menjadi lebih
7. TD : 150/100 susah untuk
mmHg istirahat dan
8. Klien di menghambat
diagnosa proses
tumor otak penyembuhan
sejak bulan 9. Klien mengatakan
November nyeri akan
2019 berkurang jika tiur
menggunakan
bantal
10. Melibatkan
keluarga dalam
pengobatan
membuat klien
bahagia dan
menghasilkan
hormon endofrin
yang berfungsi
untuk mengurangi
rasa nyeri
3. Ansietas (D. Setelah Reduksi Ansietas 1. Tanda ansietas yang
0080) dilakukan (I.09314) sering muncul
berhubungan tindakan 1. Monitor tanda seperti berdebar
dengan kurang keperawatan tanda ansietas debar, tidak bisa
informasi selama 3 x 24 baik verbal tidur, td naik dan
pengobatan yang jam masalah maupun non lain lain, harus
ditandai dengan keperawatan verbal dicega agar tidak
Ansietas 2. Minta keluarga menghambar ptoses
DS: berhubungan untuk selalu pengobatan
5. Klien dengan kurang menemani klien 2. Keluarga sebagai
mengatakkan informasi terkait 3. Informasikan support system
takut dengan pengobatan secara faktual yang bisa
operasinya, dapat teratasi mengenai membantu pasien
karena belum dengan kriteria diagnosis, lebih tenang dan
pernah hasil : pengobatan, dan nyaman jika
menjaani prognosis disekitarnya
operasi penyakitnya 3. Menginfokan kepaa
sebelumnya Tingkat 4. Latih kegiatan klien dan keluarga
6. Klien Ansietas untuk agar menambah
mengatakan (L.09093) mengurangi pengetahuan terkait
khawatir 1. Klien tidak ketegangan penyakitnya dan
dengan lagi khawatir 5. Kolaborasikan juga memberi
dirinya dengan pemberian obat gambaran apa saja
7. Klien kondisinya antiansietas jika yang akan dijalani
mengatakan 2. Klien tidak perlu sehingga
sulit tidur kebingungan memimalkan
kalau sedang 3. Klien Persiapan kecemasan
kepikiran istirahat Pembedahan 4. Tindakan tindakan
8. Klien cukup ± 8 (I.145579) yyang dapat
mengatkan jam sehari 6. Monitor TTV diilakukan untuk
sering deg 4. TD klien 7. Jelaskan tentang mengurangi nyeri
degan normal prosedur, waktu seperti tarik nafas
dengan dan lama operasi dalam, bercerita
DO: rentang 120- kepada orang
4. Klien 140 mmHg terdekat dan lain
nampak lain
bingung Tingkat 5. Obat ansietas utuk
5. Nadi klien Pengetahuan mengrangi ansietas
108 x/ menit (L.211) pada klien
6. TD : 150/100 5. Klien
mmhg memiliki
presepsi yang
tepat
mengenai
program
pengobatanny
a
6. Klien mampu
menjelaskan
yang
diketahunya
tentang
program
pngobatannya
4. Risiko Jatuh Setelah Pencegahan Jatuh 1. Mengidentifikasi
(D.0143) dengan dilakukan (I.14540) faktor risiko untuk
faktor risiko tindakan 1. Indentifikasi mengenali faktor
gangguan keperawatan faktor risiko jatuh yang bisa
penglihatan yang selama 3x 24 2. Identifikasi faktor menyebabkan klien
ditandai dengan : jam masalah lingkungan yang jatuh sehingga kita
Risiko Jatuh meningkatkan dapat mencegah
DS: dengan faktor risiko jatuh jatuh
3. Klien risiko gangguan 3. Orientasikan 2. Mengidentifikasi
mengatakan penglihatan ruangan inap faktor lingkungan
penglihatann dapat teratasi kepada klien dan untuk membantu
ya mulai dengan kriteria keluarga memodifikasi faktor
tidak jelas hasil : 4. Pasang handrail lingkungan guna
4. Klien tempat tidur meminimalkan
mengatakan Tingkat Jatuh 5. Gunakan alat kejadian jatuh
biasanya (L.14138) bantu berjalan 3. Mengorintasi
jalan dibantu 1. Klien tidak 6. Ajurkan membantu klien
tongkat terjatuh dari menggunakan alas dan keluarga
tempat tidur kaki yang tidak mengenali ruangan
DO: 2. Klien tidak licin mereka berada
6. Klien terjatuh saat 7. Kolaborasi 4. Memasang handrail
nampak berdiri dengan keluarga untuk menvcegah
berjalan 3. Klien tidak agar mengaasi klien terjatuh
mengunakan terjatu saat klien supaya tidak 5. Menggunaan alat
tongkat berjalan terjatuh bantu untuk
7. Mata klien membantu klien
membesar Keseimbangan berjalan
dan terlihat (L.05039) 6. Menggunakan alas
menonjol 4. Klien mampu kaki yang licin
8. Klien bangkit dari dapat membuat
nampak duduk risiko jatuh lebih
berjalan 5. Klien tidak tinggi
sambil pusing saat 7. Keluarga yang
meraba berjalan selalu bersama
dinding atau klien, sehingga
furniture diharapkan selalu
disekitarnya menjaga klien
9. Tangan kiri
klien
terpasang IV
Cateter
10. Skor morse
fall klien 75
= risiko
tinggi jatuh

NURSING CARE PLAN POST OPERASI

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1. Nyeri Akut Setelah Manajemen Nyeri 1. Mengidentiffikasi
(D.0077) yang dilakukan (I.08238) untuk mengetahui
berhubungan tindakan 1. Identfikasi lokasi, perkembangan nyeri
dengan Trauma keperawatan karakteristk terhadap program
Fisiologis : selama 3x24 nyeri,frekuensi,dur terapeutik
Proses Jam masalah asi dan intensitas 2. Skala nyeri
Pembedahan Nyeri Akut nyeri merupakan
yang ditandai yang 2. Identifikasi skala baroometer tingkat
dengan : berhubungan nyeri nyeri yang
dengan Trauma 3. Monitor TTV dirasakan klien,
DS: Fisiologis : 4. Identifikasi faktor biiasanya semakin
5. Klien Proses yang memperberat tinggi angka
mengatakan Pembedahan dan meringankan semakin sakit
nyeri : dapat teratasi nyeri 3. TTV merupakan
P: Terasa dengan kriteria 5. Jelaskan gambaran dasar
sangat nyeri hasil : penyebab,periode,d tubuh yang juga
saat an pemicu nyeri bisa digunakan
bergerak Status 6. Kolaborasikan untuk menilai
Q: Seperti Kenyamanan pemberian sejauh mana
disayat sayat (L.08066) analgesik keefektifan program
R: Luka post 1. Klien dapat 7. Fasilitasi istirahat terapi
craniotomi beristirahat dan tidur 4. Mengidentfikasi
di kepala dan tidur aktor yang
bagian 2. Klien tidak Manajemen memperberat atau
kanan atas gelisah Kenyamanan memperingan
S: Skala 7 Lingkungan berfungsi untuk
(1-10) Tingkat Nyeri (I.08237) mengelimiasi faktor
T : Hilang (L.08066) 8. Sediakan ruangan yang memperberat
timbul 3. Skala nyeri yang nyaman dan dan melakukan hal
6. Klien klien tenang yang dapat
mengatakan berkurang 9. Fasilitasi memperingan nyeri
susah tidur dari skala 7 kenyamanan 5. Menjelaskan kepada
ke skala4 lingkungan klien klien dan keluarga
DO: 4. Tekanan 10. Atur posisi untuk menambah
10. Klien darah klien nyaman pengetahuan mereka
nampak normal (120- 11. Jadwalkan 6. Obat analgesik
kesakitan 140 mmHg) kegiatan kunjungan digunakan untu
11. TD : 12. Jelaskan tujuan meredakan nyeri
160/110 Kontrol Nyeri manajemen 7. Istirahat dan tidur
mmHg (L.08063) lingkungan guna menunjang
12. Nadi : 110 5. Klien dapat proses
X/menit menggunaka Terapi Murattal penyembuhan pasca
13. Terdapat n terapi non (I.08249) operasi
luka post farmakologi 13. Putar rekaman 8. Ruangan yang
operasi dalam murottal nyaman dan tenang
kraniotomi mengatasi disamping klien dapat membantu
di kepala nyeri klien istirahat dan
bagian 6. Klien tidur dengan lebih
kanan atas mendapatkan nyaman
yang analgesik 9. Lingkungan yang
dilakukan nyaman mendukung
tanggal 5 untuk pemulihan
September baik fiik maupun
2020 pukul psikologis klien
21.00 WIB 10.Mengatur psisi
nyaman guna
membantu dalam
proses
penyembuhan
11.Menjadwalkan
kegiatan kunjungan
agar kunjungan
saudara dan teman
tidak mengganggu
jam istirahat klien
dan menghambat
proses
penyembuhan klien
12.Menjelaskan tujuan
manajemenlingkung
an kepada klien dan
keluarga berguna
untuk menambah
pengetahuan
mereka, sehingga
keluarga dapat
membantu perawat
menyiapkan
lingkungan yang
terapeutik misal
dengan mengatur
jadwal kunjungan
sanak saudara
13.Terapi murrotal
untuk membantu
mengurangi nyeri
klien selagi
beribadah

2. Risiko Infeksi Setelah Pencegahan Infeksi 1. Memonitor tanda


(D.0142) dilakukan (I.14539) dan gejala infeksi
dengan faktor tidakan 1. Monitor tanda dan untuk mecegah
risiko keperawatan gejala infeksi lokal terjadi infeksi atau
kerusakan selama 3x24 maupun sistemik mencegah infeksi
integritas jam masalah 2. Cuci tangan lebih parah
kulit : Post risiko infesi sebelum dan 2. Mencuci tangan
Craniotomy dengan faktor sesudah kontak dengan air mengalir
yang diandai risiko kerusakan dengan klien dan dan sabun untuk
dengan : integritas kulit : lingkungan sekitar membunuh
Post klien mikroorganisme
DS: Craniotomy 3. Edukasi klien dan transmited di tangan
3. Klien dapat teratai keluarga tentang dan meminimalkan
mengatakan dengan kritera tanda dan gejala infeksi nosokomial
tidak hasil: infeksi 3. Mengedukasi klien
merasakan dan keluarga
gatal pada Tingkat Infeksi Perawatan Luka tentang gejala
luka (L.14137) (I.14565) infeksi untuk
jahitannya 1. Suhu tubuh 4. Jelaskan menambah
4. Klien klien normal karakteriskik luka pengetahuan dan
mengatakan (36,5- (drainase,warna, membantu mereka
tidak 37,5°C) ukuran, bau) mengenali infeksi
merasakan 2. Tidak ada 5. Bersihkan luka dan secara dini
panas pada kemerahan balut dengan kasa 4. Menelasskan untuk
luka diskitar luka sesuai bentuk luka mengetahui kondisi
jahitannya operasi 6. Anjurkan luka
5. 3. Tidak ada mengkonsumsi 5. Membersihkan luka
DO: pembengkak makanan tinggi dan mengganti
6. Klien telah an di sektar kalori dan protein perban secara rutin
menjalani luka operasi 7. Kolaborasikan untuk menjaga
bedah 4. Luka operasi pemberian kebersihan dan
craniotomi tidak antibiotik jika perlu meminimalkan
pengangkata mengeluarka risiko infeksi
n tumor otak n cairan 6. Diet tinggi kalori
paa tanggal purulen tnggi protein untuk
5 september 5. Kadar leuksit membantu
2020 dalam penyembuhan luka
7. Terdapat ambang setelah operasi
luka jahitan normal (5-10 7. Antibiotik diberikan
post operasi mcL) ntuk mencegah
di kepala infeksi
baian kanan Integritas Kulit
atas dan Jaringan
8. Luka (L.14125)
tertutup kasa 6. Tidak ada
bersih perdarahan
9. Suhu tubuh pada luka
klien 38°C operasi
10. Kadar 7. Kulit sekitar
leukosit luka operasi
dalam darah tidak panas
13,2 mcL
BAB V
PUNUTUP

1. Kesimpulan
Tumor otak adalah sesuatu yang berkelompok yang muncul dalam sistem syaraf
pusat dan dapat dijumpai di beberapa glia. Penyebabnya belum diketahui secara pasti
namun ada beberapa faktor yang memicu seperti genetik keturunan, sisa sisa sel
embrional, terpapar radiasi, terjangkit suatu virus dan konsumsi zat zat yang bersifat
karsinogenik. Gejalannya sangat bervariasi seperti sakit kepala, mual muntah, sulit
bicara, kebingungan dan lain lain.

Banyak penatalkasanaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi tumor otak salah
satunya adalah melalui bedah craniotomi, bedah craniotomi adalah proses insisi pada
tengkorak atau tempurung kepala bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki
kerusakan otak, ini untuk mengatasi masalah masalah yang terjadi dalam intrakranial

Dalam pelaksanaannya setelah dilakukan bedah kraniotomi biasaknya klien akan


merasakan sakit kepala dan terkadang juga akan menimbulkan kejang kejang apabila
tidak ditangani dengan tepat. Terkadang juga bisa menyebabkan komplikasi seperti
stroke, epilepsi, pembengkakan otak dan lain lain. Untuk itu perlu dilakukan
pemantauan berkelanjutan oleh tim kesehatan sampai dinyatakan aman untuk
melakukan kegiatan sehari hari.

Asuhan keperawatan yang mungkin muncul saat pre operasi adalah nyeri, ansietas,
perfusi jaringan cerebral tidak efektif dan risiko jatuh sedangkan diagnosa yang
muncul setelah pre operasi biasanya nyeri akut, resiko infeksi dan risiko jatuh

2. Saran
a. Bagi Perawat
Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor otak yang baik dan berkualitas serta memenuhi standart operasional dengan
mendalami mengenai penyakit tersebut
b. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan keluarga ikut berpartisipasi dalam penaksanaan pengobatan sehingga
meningkatkan efektifitas pengobatan pada klien
c. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dan mahasiswi diharapkan memahami terkait kajian pustaka terkait
tumor otak dan bedah craniotomi, sehingga dapt menerapkannya di kemudian hari
saat bekerja di instansi
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, April T. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta: Salemba Medika.

Dahlar, Mochammad & Ully Husna. 2017. Patofiolosi dan Penatalaksanaan Edema
Serebri. Malang: Laboratorium Neurologi Fakultas Kedokteran Univertas Brawijaya

Edy, Sari dkk. 2014. Clinical Characteristics And Hispatology Of Brain Tumor At Two
Hospitals In Bandar Lampung. Jurnal Kedokteran unila diakses dari
https://www.google.cpm/url/juke.kedokteran.unila.ac.id diakses tanggal 11 September 2020

George, A. dan Charlemen, J. E. 2017. Surgical Technology Exam Review. St. Louis
Missouri: Elsevier.

Munir, B. 2015. Neurologi Dasar. Malang: Sagung Seto

Nagelhout, John J dan Karen L Plaus. 2010. Handbook of Nurse Anesthesia. Caliornia:
Elservier

Nasution, Iskandar. 2017. Herniasi Otak. Disertai Universitas Sumatera Utara.

Nurarif, A. Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jakarta: EGC.

Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Syaraf. Jakarta : Gramedia

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : CV


Sagung Soto.

Warnick, Ron. 2013. Craniotomy. Ohio: Unniversity of Cincinnati Departement of


Neurology.

Anda mungkin juga menyukai