HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Kelas 3B
1. Astri Tia Pardiana (2920183283)
2. Melinia Nilasari (2920183306)
3. Paurita Nurul Hafidhah (2920183312)
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre & Post
Ekstraksi Katarak”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre & Post Ekstraksi Katarak” ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................3
A. Definisi...........................................................................................................3
B. Etiologi...........................................................................................................3
C. Patofisiologi...................................................................................................4
D. Pathway..........................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis..........................................................................................7
F. Klasifikasi......................................................................................................7
G. Penatalaksanaan Keperawatan.......................................................................8
H. Penatalaksanaan Medis Ekstraksi Katarak.....................................................11
BAB III KASUS........................................................................................................21
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................23
A. Pengkajian......................................................................................................23
B. Diagnose.........................................................................................................30
C. Nursing Care Plan..........................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Beberapa
penelitian seperti penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat pertumbuhan
katarak, namun belum efektif untuk menghilangkan katarak mata (Cantor dkk 2015
dalam Astari 2018).
Modalitas terapi utama katarak senilis adalah operasi yang bertujuan untuk
perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Selama 30
tahunterahir, bedah katarak telah mengalami perubahan drastic dan perbaikan terus
berlanjut dengan peralatan otomatis dan berbagai modifikasi lensa tanam intraocular
1
yang memungkinkan dilakukannya operasi melalui insisi kecil. Berbagai pilihan
metode operasi yang ada diantaranya Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK),
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) dan fakoemulsifikasi (Riordan 2010
dalam Effendi 2017) . Pada saat ini teknik yang paling sering digunakan adalah
fakoemulsifikasi, namun operasi EKEK pun masih tetap digunakan untuk pasien
dengan lensa yang sangat keras atau mengalami kelainan endotel kornea (Jogi 2009
dalam Effendi 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Kataarrhakies yang berarti air terjun.
dan dalam bahasa Indonesia katarak berarti bular, yaitu penglihatan seperti
tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan air) lensa,
denaturasi protein lensa akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai
kedua mata dan berjalan progesif ataupun dapat mengalami perubahan dalam
waktu yang lama (Tamsuri, 2010).
B. Etiologi
3
2. Katarak juga dapat terjadi pada gangguan kongenital, sistemik dan ocular
5. Trauma tumpul. Laserasi, benda asing, radiasi, paparan sinar inframerah, dan
penggunaan kartikosteroid jangka panjang juga dapat menjadi faktor risiko
katarak
C. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posteror iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapatdensitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
4
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan menganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
5
D. Pathway
Etiologi (usia, sinar UV)
(Tamsuri, 2011)
Degenerasi lensa
Kandungan Na dan Calcium meningkat sedangkan kalium, asam ascorbat dan protein menurun
Koagulasi protein
6
E. Manifestasi Klinis
Tanda gejala katarak yang timbul adalah (Black & Jane, 2014):
a. Penglihatan kabur
e. Lensa keruh
F. Klasifikasi
1. Katarak Developmental
2. Katarak Degeneratif
3. Katarak Komplikata
Terjadi katarak karena komplikasi dari suatu penyakit mata atau sistemik
4. Katarak Traumatik
Terjadi katarak karena suatu trauma langsung atau tidak langsung, bisa disertai
dislokasi ke anterior (depan) atau posterior (belakang) dari lensa
7
Menurut usia penderita katarak dapat diklasifikasikan menjadi
1. Katarak Kongenital
2. Katarak Juvenil
3. Katarak Presenilel
4. Katarak Senile
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Pengkajian
Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan
hasil dari tahap berikutnya, pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, identifikasi dan evaluasi status keshatan klien (Nursalam,
2001 dalam Nur dkk, 2014).
1) Aktifitas istirahat
2) Neurosensori
8
kerja dengan dekat/merasa diruang gelap. Penglihatan berawan atau
kabur, tampak lingkaran cahaya atau pelangi disekitar sinar, perubahan
kaca mata, pengobatan tidak memperbaiki pengihatan, fotophobia
(glaucoma akut). Tanda: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
(katarak), pupil menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan
(glaucoma darurat, peningkatan air mata).
3) Nyeri/kenyamanan
5) Pola nutrisi
6) Pola neurosensory
9
b. Diagnosa yang mungkin muncul
2. Post Operasi
a. Pengkajian
Fokus pengkajian pasca operasi yaitu sebagai berikut (Jitowiyono & Weni,
2010 dalam Rosiyatin 2016):
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaphoresis
2) Data Obyektif
10
c) Tanda-tanda infeksi (kemeraha edema infeksi konjungtiva/pembuluh
darah konjungtiva meninjol drainase pada kelopak mata dan bulu
mata zat purulent peningkatan suhu tubuh dan nilai laboratorium:
peningkatan sel darah putih (SDP) perubahan SDP hasil pemeriksaan
kultur sensistivitas normal).
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Beberapa
penelitian seperti penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat pertumbuhan
katarak, namun belum efektif untuk menghilangkan katarak (Cantor 2015 dalam
Astari 2018).
11
Tujuan tindakan bedah katarak adalah untuk mengoptimalkan fungsi
penglihatan. Keputusan melakukan tindakan bedah tidak spesifik tergantung dari
derajat tajam penglihatan, namun lebih pada berapa besar penurunan tersebut
mengganggu aktivitas pasien (Cantor 2015 dalam Astari 2018). Indikasi lainnya
adalah bila terjadi gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa silau yang
sangat mengganggu, dan simtomatik anisometrop (Suhardjo 2012 dalam Astari
2018).
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara lain:
glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dislokasi lensa ke
bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga menghalangi pandangan gambaran
fundus karena dapat menghambat diagnosis retinopati diabetika ataupun glaucoma
(Suhardjo 2012 dalam Astari 2018).
1. Definisi
EKIK adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul
secara keseluruhan. EKIK menggunakan peralatan sederhana dan hampir
dapat dikerjakan pada berbagai kondisi. Terdapat beberapa kekurangan
EKIK, seperti besarnya ukuran irisan yang mengakibatkan penyembuhan
luka yang lama, menginduksi astigmatisma pasca operasi, cystoid macular
edema (CME), dan ablasio retina (Cantor 2015 dalam Astari 2018).
12
Meskipun sudah banyak ditinggalkan, EKIK masih dipilih untuk kasuskasus
subluksasi lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi lensa. Kontraindikasi
absolut EKIK adalah katarak pada anak-anak, katarak pada dewasa muda,
dan ruptur kapsul traumatik, sedangkan kontraindikasi relatif meliputi
miopia tinggi, sindrom Marfan, katarak Morgagni, dan adanya vitreus di
kamera okuli anterior.
1) EKEK Konvensional
13
derajat II dan III, katarak subkapsuler posterior, dan awal katarak
kortikal (Suhardjo 2012 dalam Astari 2018).
c) Fakoemulsifikasi
14
4. Kontra indikasi pembedahan katarak
3) Scleral menipis
c. Fakoemulsifikasi
15
kacamata +10 dioptri inkarserata
Ekstraksi Katarak a. Trauma endotel a. Risiko astigmatisme
Ekstra Kapsular kornea kecil ada walaupun kecil
(EKEK) b. Tidak menimbulkan b. Perbaikan penglihatan
iris dan vitreus lebih lambat dan
inkarserata buruk dibandingkan
c. Penyembuhan luka SICS
cepat
Small Incision a. Instrumentasi lebih a. Risiko astigmatisme
Cataract Surgery sederhana ada walaupun sangat
(SICS) b. Risiko komplikasi kecl
lebih rendah b. Dapat terjadi hifema
c. Biaya lebih mahal dan edema kornea
pasca operasi
Fakoemulsifikasi a. Luka akibat operasi a. Kurve pembelajaran
ringan lebih panjamg
b. Perbaikan penglihatan daripada SICS
lebih baik dan cepat b. Biaya Mahal
c. Tidak terjadi c. Peralatan tidak
astigmatisme pasca portable
bedah
6. Prosedur pembedahan
16
pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.
Instrument bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin
akan melekat pada benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan
secara langsung pada kapsula lenti, kapsul akan melekat pada probe,
lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dulu merupakan cara
pengankatan katarak utama (Muttaqin dan Kumala, 2017).
Saat ini merpakan ektraksi katarak yang lebih disukai mencapai 98%
dilakukan. Pada pembedahan ini mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan
kapsula anterior, menekan nucleus lentil kelua, dan mengisap sisa
fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat isap. Dengan
meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentil tetap utuh, dapat
mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, sehingga
mengurangi insiden komplikasi yang serius (Muttaqin dan Kumala,
2017).
c) Fakoemulsifikasi
17
1) Biometri yaitu pengukuran ultrasound untuk panjang mata dan
keratrometri untuk mengukur kurvatura kornea sehingga menghitung daya
dari implant yang dimasukkan dalam mata selama pembedahan.
18
1) Pastikan pemindahan pasien dari meja operasi ke tempat tidur
tidak menimbulkan guncangan atau gerakan di kepala pasien
5) Atur posisi tidur pasien yaitu tentang posisi yang dianjurkan oleh
dokter
9. Komplikasi
19
menilai tekanan vitreus tinggi dengan melihat apakah pasien
obesitas, bull-necked, penderita PPOK, cemas, atau melakukan
manuver Valsava. Pasien obesitas sebaiknya diposisikan
antitrendelenburg (Suhardjo 2012 dalam Astari 2018).
c) Nucleus drop
20
Pasca bedah katarak masih mempunyai resiko terjadinya katarak
sekunder. Terjadi apabila reaksi radang yang diikuti dengan terbentuknya
jaringan fibrosis sisa lensa anterior yang tertinggal pada permukaan lensa
posterior maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan
bedah yang menimbulkan katarak sekunder adalah sisa ekstraksi linear
dan ekstraksi lensa ekstrakapsular termasuk disini teknik ekstraksi katarak
yang menggunakan teknik fakoemulsifikasi (Raseobala 2008 dalam
waafiq 2015).
1) Edema kornea
21
2) Perdarahan Komplikasi
3) Glaukoma sekunder
22
hipopion, dinamai uveitis kronik. Kondisi seperti malposisi LIO,
vitreus inkarserata, dan fragmen lensa yang tertinggal, menjadi
penyebab uveitis kronik. Tatalaksana meliputi injeksi antibiotik
intravitreal dan operasi perbaikan posisi LIO, vitreus inkarserata,
serta pengambilan fragmen lensa yang tertinggal dan LIO (Cantor
2015 dalam Astari 2018).
5) Ablasio retina
23
BAB III
KASUS
Pasien X dengan diagnose medis katarak, berdasarkan data rekam medis jenis
kelamin perempuan, dengan umur 72 tahun, agama islam, status sduah menikah,
pendidikan SD, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, alamat nogosari imogiri, Bantul.
Dirawat di ruang dahlia RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dengan penanggung
jawab pasien yaitu Ny. D umur 37 tahun, jenis kelamin perempuan, status menikah,
pekerjaan wiraswasta agama islam, alamat nogosari, wukirsari, bantul. Hubungan
dengan pasien yaitu anak kandung. Pasien masuk dengan keluhan utama mata tidak
dapat digunakan untuk melihat dengan baik, pandangan pasien kabur dan tidak jelas,
pasien merasa silau dengan cahaya yang terang. Tanggal masuk pasien yaitu 3
september 2020 pukul 10.00 WIB.
24
Data pengkajian setelah operasi yaitu pasien mengeluh nyeri dengan
provokator (P) nyeri saat bergerak dan hilang saat tidur atau istirahat, Quality (Q)
nyeri seperti disayat-sayat, Region (R), nyeri pada mata sebelah kiri post operasi,
Skala (S) nyeri 4 dan Timing (T) sewaktu-waktu dan hilang timbu. Pasien mengeluh
matanya perih dan gatal yaitu mata sebelah kiri, suhu tubuh pasien 36,2 o, tekanan
darah pasien 170/90 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit. Tampak lemas dan
menahan sakit, pasien Nampak selalu menutupi dan memegang matanya, pasien
mengatakan sedikit pusing.
Data penunjang yang diperoleh pada tanggal 3 September 2020 dengan hasil
pemeriksaan Laboratorium, Gula darah 103mg/dl, Hb: 14,2 g/dl, hematocrit: 4,8%,
Ureum: 37 mg/uL, Creatinin: 13 mg/uL.
25
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan Utama
26
yang lalu mengalami mata kabur dan tidak dapat melihat dengan jelas
terutama pada mata sebalah kiri.
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
5. Data Fokus
Pasien mengeluh nyeri dengan provokator (P) nyeri saat bergerak dan
hilang saat tidur atau istirahat, Quality (Q) nyeri seperti disayat-sayat,
Region (R), nyeri pada mata sebelah kiri post operasi, Skala (S) nyeri 4
27
dan Timing (T) sewaktu-waktu dan hilang timbu. Pasien mengeluh
matanya perih dan gatal yaitu mata sebelah kiri, suhu tubuh pasien 36,2 o,
tekanan darah pasien 170/90 mmHg, Nadi 100x/menit, RR 22x/menit.
Tampak lemas dan menahan sakit, pasien Nampak selalu menutupi dan
memegang matanya.
28
B. Pengelompokan Data Senjang
29
7. Pasien mengatakan setelah bagian mata kiri.
operasi mata sebelah kiri terasa 13. Pasien terlihat meringis saat nyeri
perih dan gatal. timbul.
8. Pasien mengatakan kesulitan
dalam melihat terutama mata
sebelah kiri.
9. Pasien mengatakan pusing
setelah operasi.
C. Analisa Data
PRE OPERATIF
30
N : 101 x/menit
RR : 30 x/menit
T : 36,5°C
d. Pasien terlihat gelisah.
2. DS: Risiko Jatuh berhubungan dengan
a. Pasien mengatakan sejak kerusakan penglihatan.
3 bulan yang lalu
mengalami mata kabur
dan tidak dapat melihat
dengan jelas pada mata
sebelah kiri,
b. Pasien mengatakan
merasa silau dengan
cahaya yang terang,
c. Pasien mengatakan
kesulitan dalam melihat
terutama mata sebelah
kiri.
DO:
a. Pupil mata pasien
tampak keruh,
b. Pasien terlihat dibantu
ketika berjalan dan turun
dari tempat tidur untuk
ke kemar mandi,
c. Pasien terlihat kesulitan
dalam melihat objek
ataupun seseorang.
31
POST OPERATIF
NO DATA Diagnosa
1. DS: Nyeri Akut berhubungan dengan agen
1. Setelah operasi pasien cidera fisik prosedur pembedahan.
mengeluh myeri dengan
P : Nyeri saat bergerak
dan hilang saat tidur
atau istirahat
Q : Nyeri seperti disayat-
sayat
R : Nyeri pada mata
sebelah kiri post
operasi
S : Nyeri skala 4
T : Sewaktu-waktu dan
hilang timbul
2. Pasien mengatakan setelah
operasi mata sebelah kiri
terasa perih dan gatal.
DO :
1. Setelah operasi pasien
tampak lemas dan
menahan sakit
2. Pasien tampak menutupi
dan memegang matanya
3. Pasien terlihat meringis
32
saat nyeri timbul
4. TTV post operasi
TD : 170/90 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,2°C
2. DS : - Risiko Infeksi berhubungan dengan
DO : prosedur invasif.
1. Mata pasien sebelah kiri
dibalut kasa
2. Pasien terlihat sering
memegang bagian mata
kiri
3. Suhu Tubuh 36,2°C
D. Diagnosa Keperawatan
PRE OPERASI
POST OPERASI
33
E. Nursing Care Plan
Pre Operatif
34
b. Pasien mengatakan c. TTV dalam rentan sangat berperan penting dalam
kecemasan
cemas karena takut normal proses pengurangan kecemasan
penglihatannya TD : 120/80 mmHg e. Dokter dibutuhkan untuk
tetap kabur setelah N : 60-100 x/menit pemberian obat penenang jika
operasi. R : 12-20 x/menit klien tidak bisa mengendalikan
DO : S : 36,5C - 37,5C kecemasanya
a. Pasien tampak d. Pasien dapat
cemas dan gelisah berkonsentrasi dengan
b. Kulit pasien teraba baik.
dingin Kontrol Kecemasan Diri
c. TTV pre operasi (1402)
TD : 180/90 a. Kecemasan pada pasien
mmHg dapat berkurang dari
N : 101 x/menit skala berat ke skala
RR : 30 x/menit ringan dengan teknik
T : 36,5°C relaksasi
d. Pasien terlihat b. Respon kecemasan
gelisah. dapat dikendalikan
c. Durasi tiap episode
cemas dapat termonitor
35
d. Istirahat pasien dapat
dipertahankan.
2. Senin, Setelah dilakukan tindakan
Pencegahan Jatuh (6490)
Jam keperawatan selama 1x24 a. Mengetahui faktor penyebab
Risiko Jatuh berhubungan jam diharapkan Risiko Jatuh a. Kaji faktor yang sehingga bisa meminimalkan
dengan kerusakan berhubungan dengan mempengaruhi risiko jatuh kejadian jatuh
penglihatan, ditandai Kerusakan penglihatan dan kondisi pasien b. Mengidentifikasi keadaan
dengan: dilakukan dapat teratasi, b. Identifikasi karakteristik lingkungan pasien untuk
DS : dengan kriteria hasil: lingkungan pasien yang meminimalkan pasien jatuh
a. Pasien mengatakan Ambulasi (0200) dapat meningkatkan potensi c. Pegangan dinaikan bertujuan agar
sejak 3 bulan yang a. Pasien dapat berjalan jatuh seperti lantai licin dan pasien tidak jatuh dari tempat tidur
lalu mengalami dengan langkah yang tangga terbuka. d. Mempertahankan keseimbangan
mata kabur dan efektif dan secara c. Naikkan pegangan sampai berjalan pasien dan mengurangi
tidak dapat melihat perlahan. tempat tidur resiko terjatuh
dengan jelas pada b. Pasien dapat d. Sediakan alat bantu berjalan e. Melindungi kepala meminimalkan
mata sebelah kiri, menyesuaikan dengan seperti tongkat dan walker cidera saat jatuh
b. Pasien mengatakan perbedaan tekstur e. Edukasi pasien teknik f. Keluarga selalu bersama pasien
merasa silau permukaan/lantai. melindungi kepala saat jatuh jadi diharapkan selalu mengawasi
dengan cahaya f. Kolaborasikan dengan pasien 24 jam
yang terang, Kontrol Risiko : keluarga pasien dalam
36
c. Pasien mengatakan Gangguan Penglihatan pencegahan pasien jatuh
kesulitan dalam (1916)
melihat terutama a. Faktor risiko kerusakan
mata sebelah kiri. fungsi penglihatan dapat
teridentifikasi
DO : b. Trauma pada mata dapat
a. Pupil mata pasien berkurang dari skala
tampak keruh, berat ke skala ringan
b. Pasien terlihat c. Pasien dapat
dibantu ketika menggunakan pelindung
berjalan dan turun mata (kacamata) untuk
dari tempat tidur melindungi mata dari
untuk ke kemar cahaya/sinar ultraviolet.
mandi,
c. Pasien terlihat
kesulitan dalam
melihat objek
ataupun seseorang.
37
Post Operatif
38
operasi distribusi sinyal rasa sakit
S : Nyeri 4 sehingga otak mengenali bahwa
T : Sewaktu-waktu tubuh dalam kondisi baik karena
dan hilang tidak aktifnya reseptor saraf
timbul perifer
b. Pasien mengatakan e. Memberikan pengetahuan kepada
setelah operasi mata pasien dan keluarga penyebab
sebelah kiri terasa dari rasa nyeri
perih dan gatal
DO:
a. Setelah operasi pasien
tampak lemas dan
menahan sakit
b. Pasien tampak
menutupi dan
memegang matanya
c. Pasien terlihat
meringis saat nyeri
timbul
39
d. TTV post operasi
TD : 170/90 mmHg
N : 100 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,2°C
2. Senin, 3 September 2020 Setelah dilakukan tindakan Perlindungan Infeksi (6550)
Jam 13.00 WIB keperawatan selama 1x24 a. Monitor adanya tanda gejala a. Memonitor tanda-tanda infeksi
Risiko Infeksi jam diharapkan Risiko infeksi berguna agar adanya infeksi
berhubungan dengan Infeksi berhubungan dengan dapat terkendali dengan segera.
prosedur invasif prosedur invasif Kontrol Risiko (1902) b. Memberikan pengetahuan kepada
pembedahan, ditandai pembedahan dapat teratasi, b. Berikan edukasi tentang pasien dan keluarga bertujuan
dengan: dengan kriteria hasil: tanda-tanda infeksi agar infeksi dapat terdeteksi
DS: Kontrol Risiko (1902) c. Edukasi kepada pasien dengan mudah .
DO: a. Tanda-tanda infeksi tentang cara perawatan dan c. Menyentuh area sekitar mata
a. Mata pasien sebelah dapat dikenali menggindari infeksi yaitu dapat menyebabkan infeksi
kiri dibalut kasa b. Pasien dapat tidak menyentuh area sekitar dikarenakaan tangan yang tidak
b. Pasien terlihat sering menerapkan strategi mata bersih akan membawa bakteri.
memegang bagian control risiko infeksi d. Ukur tanda-tanda vital d. Suhu tubuh akan meningkat
mata kiri c. Tanda-tanda vital pasien pasien, suhu tubuh pasien apabila terdapat bakteri atau
c. Suhu Tubuh 36,2°C dalam rentang normal, e. Kelola pemberian obat virusa dalam tubuh sebagai
40
suhu tubuh pasien dalam antibiotic bentuk perlawanan sistem imun
rentang normal. f. Edukasi 6 langkah cuci terhadap bakteri dan virus yang
tangan masuk.
e. Antibiotik bekerja dengan
membunuh ataupun
menghentikan bakteri yang
berkembang biak di dalam tubuh.
f. Mencuci tangan dengan 6
langkah sangat efektif
menghilangkan kuman yang ada
di tangan.
41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosa pasca operasi yang penulis ambil yaitu nyeri akut dan resiko
infeksi. Nyeri akut merupakan diagnosa prioritas bagi pasien yang telah
menjalankan operasi, oleh karena itu penulis menjadikkan masalah nyeri
sebagai prioritas masalah. Diagnosa infeksi ditegakkan karena jenis operasi
pada pasien memerlukan jahitan sehingga resiko terjadinya infeksi lebih
tinggi.
42
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
4. Bagi masyarakat
43
DAFTAR PUSTAKA
Ayuni, Dini. 2020. Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi Katarak.
Padang : Pustaka Galeri Mandiri
Black JM dan Jane HH. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk
Effendi IK. 2017. Prevalensi dan Faktor Risiko Usia dan Visus Sebelum Operasi
Jitowiyono & Weni. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi dengan Pendekatan
NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta : Nusa Medika
44
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA, NIC, NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction
Nur,dkk. 2014. Asuhan Keperawatan pada Ny. S Dengan Pre Operasi (ECEC) Ekstra
Olver, Jane & Lomine. 2011. At a Clace Oftalmologi, Ahli bahasa oleh :
Huriawati H. Jakarta: Erlangga
Rosiyatin RN. 2016. Asuhan Keperawatan Pra dan Pasca Operasi Katarak Okuli
Sinistra Pada Ny. U di Ruang Dahlia RSUD Batang. Karya Tulis Ilmiah,
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Widianto, Satrio. Diupdate pada tanggal 9 April 2019 pukul 15.04 WIB. Jumlah
45
46